bab i

12
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat untuk setiap penduduk agar dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal, hal ini sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai WHO yaitu sehat untuk semua pada tahun 2010. 1 Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) di Provinsi Jawa Barat sebagai landasan pembangunan secara keseluruhan masih menghadapi berbagai masalah dan kendala, terutama bila dilihat dari beberapa indikator SDM yaitu AKI (Angka Kematian Ibu), AKB (Angka Kematian Bayi), AKABA (Angka Kematian Balita) dan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). 2 Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) dapat digunakan sebagai salah satu indikator pembangunan bidang kesehatan dan sebagai bagian dari pencerminan provinsi dalam keberhasilan meningkatkan IPM (Indeks Pembangunan Manusia) khususnya indikator kesehatan ibu dimana pada saat ini masih sangat memprihatinkan dan masih 1

Upload: daniel-lumban-gaol

Post on 17-Sep-2015

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jj

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang PenelitianTujuan pembangunan nasional bidang kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat untuk setiap penduduk agar dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal, hal ini sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai WHO yaitu sehat untuk semua pada tahun 2010.1Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) di Provinsi Jawa Barat sebagai landasan pembangunan secara keseluruhan masih menghadapi berbagai masalah dan kendala, terutama bila dilihat dari beberapa indikator SDM yaitu AKI (Angka Kematian Ibu), AKB (Angka Kematian Bayi), AKABA (Angka Kematian Balita) dan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah).2 Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) dapat digunakan sebagai salah satu indikator pembangunan bidang kesehatan dan sebagai bagian dari pencerminan provinsi dalam keberhasilan meningkatkan IPM (Indeks Pembangunan Manusia) khususnya indikator kesehatan ibu dimana pada saat ini masih sangat memprihatinkan dan masih memerlukan perhatian yang sunguh-sungguh karena masih tingginya tingkat kematian ibu bersalin.3Salah satu hasil dari sasaran dalam pencapaian MDGs (Millenium Development Goals) atau Sasaran Pembangunan Milenium adalah menurunnya AKI dan AKB tahun 2015, yaitu : a. Menurunnya AKI 2/3 dari pencapaian di tahun 1990 menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. b. Menurunnya AKB 2/3 dari pencapaian di tahun 1990 menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015.4Berdasarkan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), AKI Indonesia telah menurun dari 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2003 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Penurunan AKI tersebut diikuti dengan peningkatan indikator terhadap AKI yaitu pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, meningkat dari 38,5% pada tahun 1992 menjadi 73,4% pada tahun 2007. Dari perkembangan yang menggembirakan tersebut, kita masih menghadapi beberapa kenyataan yang cukup menyedihkan dimana AKI kita tetap masih yang tertinggi di wilayah Asia Tenggara.Kematian pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang. Di negara berkembang sekitar 25 50% kematian terjadi pada wanita usia subur. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama kematian wanita muda pada masa puncak produktivitasnya. Angka kematian ibu merupakan tolok ukur untuk menilai keadaan pelayanan obstetri disuatu negara. Bila AKI masih tinggi berarti sistem pelayanan obstetri masih buruk, sehingga memerlukan perbaikan.5Berdasarkan data Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2007, AKI di Jawa Barat sebanyak 788 kasus terlapor dan di Kota Purwakarta sebanyak 10 kasus terlapor. Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2009, AKB di Jawa Barat 39 per 1000 kelahiran hidup dan di Kota Purwakarta sebanyak 60 kasus terlapor. Dari data tersebut menunjukkan bahwa AKI dan AKB masih tinggi. Jumlah persalinan di Indonesia pada tahun 2011 tercatat sebanyak 4,9 juta persalinan, terdiri dari persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan sebanyak 4,2 juta ibu bersalin (86,38%) dan 13,62% ibu bersalin ditolong oleh tenaga non kesehatan. Meskipun cakupan persalinan di Indonesia melebihi angka 80% namun masih dibawah target yang akan dicapai pada MDGs tahun 2015 yaitu persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 90% (Kementrian Kesehatan RI, 2012:125). Persalinan di Propinsi Jawa Barat pada tahun 2011 tercatat 988.854 ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan sebanyak 851.161 ibu bersalin (81,49%) dan yang ditolong oleh tenaga non kesehatan sebanyak 137.693 ibu bersalin (18,51%). Cakupan persalinan di Propinsi Jawa Barat belum mencapai target (90%) dan bahkan dibawah cakupan persalinan nasional (Kementrian Kesehatan RI, 2012:125) Sebagian besar kematian ibu dan bayi dapat dicegah walaupun dengan teknologi dan sumber daya yang terbatas. Pelayanan kesehatan maternal yang bermutu sangat diperlukan untuk mencegah kematian dan kesakitan pada ibu hamil dan bersalin serta bayi. Untuk itu diperlukan pelayanan kesehatan yang benar-benar berfungsi dan memprioritaskan kehamilan dan pertolongan persalinan.6 Puskesmas sebagai unit pelaksana pembangunan kesehatan dan pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama diharapkan mampu memenuhi tuntutan ini.7Penyebab langsung kematian ibu di Jawa Barat masih karena perdarahan, eklampsi dan infeksi dan partus lama. Pendarahan merupakan faktor terbesar penyebab kematian ibu. Penyebab tidak langsung dan mendasar yang mempengaruhi AKI dan AKB adalah faktor lingkungan, perilaku, genetik dan pelayanan kesehatan sendiri dapat diuraikan sebagai berikut : 81. Ibu hamil menderita anemi (53 %).2. Ibu hamil dan bersalin dengan 4 Terlalu (Hamil atau bersalin terlalu muda dan tua umurnya, terlalu banyak anaknya dan terlalu dekat jarak kehamilan/persalinannya).3. Pemanfaatan pelayanan kesehatan yang masih rendah ditandai dengan pencapaian K4, persalinan oleh tenaga kesehatan dan N2 yang masih rendah. 4. Penanganan kehamilan dan persalinan serta perawatan bayi yang tidak/ belum adekuat (kompetensi dan kualitas sumber daya kesehatan masih kurang, pertolongan persalinan oleh paraji). 5. Kondisi ibu dan bayi yang tidak sehat, dengan penyakit akibat lingkungan dan perilaku yang tidak sehat dan penyakit menular.

6. Adanya 3 Terlambat : Terlambat mengetahui tanda bahaya dan memutuskan rujukan. Terlambat merujuk karena masalah transportasi dan geografi. Terlambat ditangani ditempat pelayanan karena tidak efektifnya pelayanan di Puskesmas maupun di Rumah Sakit. Adapun Penyebab mendasar yang dapat mempengaruhi AKI dan AKB adalah : 71. Masih kurangnya kesempatan untuk mengikuti pendidikan formal. 2. Tradisi dan budaya daerah, yaitu anggapan bahwa anak perempuan lebih baik cepat menikah dan punya anak. 3. Ekonomi keluarga kurang mampu. 4. Lingkungan yang buruk mempengaruhi kondisi kesehatan ibu maupun bayi.Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan AKI pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis empat pilar Safe Motherhood , yaitu :91. Program keluarga berencana2. Pelayanan antenatal3. Persalinan yang bersih dan aman4. Pelayanan obstetri esensial \Persalinan yang bersih dan aman sebagai pilar ketiga, yaitu memastikan bahwa semua penolong persalinan mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan alat untuk memberikan pertolongan yang aman dan bersih serta memberikan pelayanan nifas kepada ibu dan bayi. Mengingat kira-kira 90% kematian ibu terjadi di saat sekitar persalinan dan kira-kira 95% penyebab kematian ibu adalah komplikasi obstetri. Kebijaksanaan Departemen Kesehatan untuk mempercepat penurunan AKI adalah mengupayakan agar setiap persalinan dibawah pengawasan bidan atau minimal didampingi oleh bidan dan pelayanan obstetri sedekat mungkin kepada semua ibu hamil.9Namun kendala utama yaitu masih banyaknya pertolongan persalinan oleh paraji (dukun bayi) karena tingginya kepercayaan, keberadaannya yang dekat dan biaya yang murah.10 Kepercayaan masyarakat terutama ibu hamil terhadap paraji masih sedemikian besar sehingga walaupun ada tenaga kesehatan tingkat pemanfaatannya masih belum maksimal, ini berkaitan dengan pola perilaku, kebiasaan dan kepercayaan-kepercayaan tertentu yang terkait dengan kehamilan dan persalinan, disamping itu tradisi nenek moyang yang masih dipegang erat oleh masyarakat serta sistem sosiokultural yang ada di daerah tersebut dimana dukun bayi biasanya berasal dari daerah sekitar tempat tinggal ibu hamil dan mereka telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sistem organisasi sosial dan sistem keagamaan yang berlaku didaerah tersebut.Berdasarkan data dari laporan tahunan Puskesmas Darangdan tahun 2014, cakupan LINAKES (persalinan oleh tenaga kesehatan) adalah 89,35 %, padahal target LINAKES yang sudah ditetapkan adalah 90,0 %. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan sebesar 1,65 %. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan pengamatan tentang (LINAKES) dalam Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Darangdan terutama di desa Pasir Angin selaku desa terjauh di Kecamatan Darangdan. Dalam makalah ini penulis mencoba menguraikan upaya-upaya yang telah dilakukan oleh pemegang subprogram Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dan hambatan-hambatan dalam melaksanakan upaya tersebut.

1.2 Identifikasi masalah1. Bagaimana gambaran pemanfaatan persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Darangdan di Desa Pasir Angin Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta pada tahun 2014.

1.3Tujuan Pengamatan Adapun tujuan pengamatan ini adalah : 1. Mengetahui gambaran LINAKES Puskesmas Darangdan di desa Pasir Angin pada tahun 2014. 2. Menyelesaikan salah satu syarat kepaniteraan bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat.

1.4Manfaat Pengamatan1.4.1Bagi Puskesmas Dapat memberikan masukkan pada pengelola subprogram LINAKES Puskesmas Darangdan dalam upaya meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di desa Pasir Angin. 1.4.2Bagi PenulisDengan pengamatan ini, penulis mendapatkan informasi mengenai gambaran LINAKES Puskesmas Darangdan di desa Pasir Angin dan upaya meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, serta sebagai pengalaman belajar lapangan.

1.5 Kerangka PemikiranTarget cakupan subprogram pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kota Purwakarta di Puskesmas Darangdan pada Tahun 2014 yaitu sebesar 90,0 % . Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dipengaruhi oleh faktor manusia/tenaga (man), dana (money), material, peralatan (machine), metode (methode), market, waktu (minute). Masalah atau hambatan utama yang dihadapi pengelola subprogram LINAKES Puskesmas Darangdan di desa Pasir Angin adalah masih adanya tenaga non kesehatan (paraji/dukun bayi) di wilayah kerja puskesmas yang masih melakukan pertolongan persalinan, masih adanya ibu bersalin yang memilih ditolong oleh paraji karena masalah biaya ataupun karena sosial budaya, kemitraan paraji dengan bidan belum berjalan dengan baik, dan program RW siaga belum terlaksana dengan optimal, belum lengkapnya pelaporan data jumlah ibu bersalin di rumah sakit, dokter praktek swasta atau bidan praktek swasta di wilayah kerja Puskesmas.

CAKUPAN PERSALINAN TENAGA KESEHATAN

- Konseling- Sistem pencatatan & pelaporan - Prosedur pertolongan persalinan- Pertemuan antar bidan- Kemitraan bidan dan paraji- Kunjungan rumah- Program RW siagaDANA- Bidan Puskesmas Bidan praktek swasta APBD Tarif persalinan bidan mahal TABULIN & DASOLIN

Ketersediaan bahan habis pakaiBUMIL- Pengetahuan / pendidikan - Sosial budaya - Kepercayaan pada paraji

Konseling Pencatatan & pelaporan Pertolongan persalinan Pertemuan antar bidan Kemitraan bidan dan paraji Kunjungan rumah Program RW siagaMATERIALMETODEMARKETWAKTUPERALATANTENAGAKetersediaan peralatan

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

1.6 HipotesisAda faktor (umur, pendidikan, pendapatan keluarga, biaya persalinan, kepercayaan terhadap bidan, akses pelayanan kesehatan, takut terhadap intervensi medis, lingkungan persalinan, dukungan suami/keluarga, dukungan penolong persalinan, paritas, dan pengetahuan tentang persalinan) yang paling dominan memengaruhi ibu dalam memilih persalinan di rumah.

1.7 Ruang Lingkup PenelitianUntuk penelitian ini, penyusun membatasi ruang lingkup penelitian hanya pada ibu bersalin yang melakukan persalinan di tahun 2014, dan yang merupakan warga asli desa Pasir Angin, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta.

1.8 Lokasi dan Waktu PenelitianLokasi penelitian dilakukan di Desa Pasir Angin, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta. Dan waktu penelitan berlangsung mulai tanggal 16 Februari 2015 sampai 12 Maret 2015 atau selama kegiatan PBL III berlangsung.8