bab i

16
BAB I STATUS PASIEN I. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. W Umur : 32 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Tanggal lahir : 1 Januari 1983 Pekerjaan : Buruh Agama : Islam Alamat : Cidalem RT 14/RW 5 Sukamulya Cikembar No Rekam Medik : 47 55 xx II. ANAMNESIS Keluhan Utama : Penderita mengeluh mata kanan terasa nyeri sejak 1 minggu sebelum masuk RS. Keluhan Tambahan : Mata merah, mata berair, nyeri kepala, penglihatan menurun. Riwayat Penyakit Sekarang : Penderita datang ke poli mata RSUD Sekarwangi dengan keluhan nyeri pada mata kanan sejak 1 minggu sebelum masuk RS. Nyeri di rasakan menjalar hingga ke kepala. Awalnya penderita mengeluh mata kanannya merah, namun 1

Upload: hananti-ahhadiyah

Post on 10-Sep-2015

218 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

endof

TRANSCRIPT

BAB ISTATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIENNama: Tn. WUmur: 32 tahunJenis kelamin: Laki-lakiTanggal lahir: 1 Januari 1983Pekerjaan : Buruh Agama: IslamAlamat: Cidalem RT 14/RW 5 Sukamulya CikembarNo Rekam Medik: 47 55 xx

II. ANAMNESISKeluhan Utama:Penderita mengeluh mata kanan terasa nyeri sejak 1 minggu sebelum masuk RS.

Keluhan Tambahan:Mata merah, mata berair, nyeri kepala, penglihatan menurun.

Riwayat Penyakit Sekarang:Penderita datang ke poli mata RSUD Sekarwangi dengan keluhan nyeri pada mata kanan sejak 1 minggu sebelum masuk RS. Nyeri di rasakan menjalar hingga ke kepala. Awalnya penderita mengeluh mata kanannya merah, namun tidak gatal. Keesokannya kelopak mata kanan os menjadi bengkak dan mata menjadi berair. Penderita juga mengeluh penglihatan menurun. Riwayat trauma pada mata disangkal. Riwayat menjalani operasi mata sebelumnya disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu :Menurut penderita sejak 1 tahun terakhir kedua matanya sering merah. Namun penderita tidak menggunakan obat tertentu. Riwayat Diabetes Melitus disangkal. Riwayat Hipertensi disangkal.Riwayat Penyakit Keluarga :Keluhan yang sama di keluarga disangkal.

Riwayat PengobatanPenderita sudah berobat ke dokter puskesmas, di berikan salep mata yang di gunakan 2 kali sehari, namun tidak ada perbaikan. Penderita tidak menggunakan obat lain selain obat dari dokter.

Riwayat Alergi :Alergi makanan: disangkalAlergi cuaca: disangkalAlergi debu: disangkal

Riwayat Psikososial :Pasien sejak 1 minggu ini bekerja di proyek pembangunan, yang terpapar debu pemotongan keramik.

III. PEMERIKSAAN FISIKKeadaan umum: tampak sakit sedangKesadaran: compos mentisTanda vital:Tekanan darah: 120/80 mmHgNadi: 80 x/mRespirasi: 20 x/mSuhu: 36,6C

IV. PEMERIKSAAN FISIK MATA

ODOS

1/

Visus6/6

Tidak dilakukan

Tekanan Intra OkularTidak dilakukan

Ortoforia

Kedudukan Bola MataOrtoforia

Terdapat tahanan

Pergerakan Bola Mata

Normal

EdemaPalpebra

Tenang

Konjungtiva kemosisKonjungtiva

Tenang

Sulit dinilaiKornea

Jernih

Sulit dinilaiCOA

Sedang, jernih

Prolaps irisIris

Gambaran baik

Sulit dinilaiPupil

Bulat, central, diameter 3mm, refleks cahaya (+)

Sulit dinilaiLensa

Jernih

V. RESUMELaki-laki 32 tahun datang dengan keluhan nyeri pada mata kanan sejak 1 minggu sebelum masuk RS. Nyeri di rasakan menjalar hingga ke kepala. Awalnya penderita mengeluh mata kanannya merah,. Keesokannya kelopak mata os menjadi bengkak dan berair. Penderita juga mengeluh penglihatan menurun. Riwayat trauma pada mata disangkal. Riwayat menjalani operasi mata sebelumnya disangkal. Penderita sejak 1 tahun terakhir mengeluh matanya sering merah. Pemeriksaan oftalmologis OD visus 1/ , pergerakan bola mata tertahan, palpebra edema, konjungtiva kemosis, kornea, COA sulit dinilai, Iris prolaps, Pupil dan lensa sulit dinilai.

VI. DIAGNOSISEndoftalmitis OD

VII. DIFFERENTIAL DIAGNOSISPanoftalmitis

VIII. PENATALAKSANAAN Rawat inap Ketorolac inj 2x1 Cefotaxime inj 2x1 Gentamicin Eye Drops 6x1 Tindakan Eviserasi

BAB II PEMBAHASAN

EndoftalmitisEndoftalmitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada seluruh jaringan intraokular. Endoftalmitis mengenai dua dinding bola mata yaitu retina dan koroid namun tanpa melibatkan sklera dan kapsula tenon. Endoftalmitis merupakan peradangan supuratif di bagian dalam bola mata yang meliputi uvea, vitreus dan retina dengan aliran eksudat ke dalam kamera okuli anterior dan kamera okuli posterior. Peradangan supuratif ini juga dapat membentuk abses di dalam badan kaca.

EpidemiologiAngka kejadian endoftalmitis di Amerika Serikat akibat operasi terbuka bola mata sebesar 5-14%, sedangkan yang disebabkan oleh trauma sekitar 10-30% dan akibat oleh reaksi antibodi terhadap pemasangan lensa yang dianggap sebagai benda asing oleh tubuh sebesar 7-31%. Banyak hal yang dapat menyebabkan endoftalmitis, namun penyebab tersering adalah post operasi intraokular (62%), cedera karna benda tajam (20%), komplikasi setelah operasi glaukoma (10%), serta setelah melakukan operasi lain berupa keratoplasti, vitrectomi, ataupun implantasi intraokular lensa, dan akibat bakteri dan jamur terjadi sekitar 2-8%.

EtiologiBerdasarkan penyebabnya, endoftalmitis dapat dibedakan menjadi endoftalmitis yang disebabkan oleh infeksi dan endoftalmitis yang disebabkan oleh imunologis atau auto imun (non infeksi).Endoftalmitis yang disebabkan oleh infeksi dapat dibagi menjadi endoftalmitis endogen dan endoftalmitis eksogen. Endoftalmitis endogen diakibatkan penyebaran bakteri, jamur ataupun parasit dari fokus infeksi yang terdapat didalam tubuh, yang menyebar secara hematogen ataupun akibat penyakit sistemik lainnya, seperti endokarditis. Endoftalmitis eksogen terjadi akibat trauma tembus atau adanya infeksi sekunder akibat komplikasi yang terjadi pada tindakan membuka bola mata, reaksi terhadap benda asing dan trauma tembus bola mata.Endoftlamitis fakoanafilatik adalah endoftalmitis unilateral ataupun bilateral yang merupakan akibat reaksi uvea granulomatosa terhadap lensa yang ruptur. Endoftalmitis jenis ini merupakan suatu penyakit autoimun terhadap jaringan tubuh sendiri yang diakibatkan jaringan tubuh tidak mengenali jaringan lensa yang tidak terletak didalam kapsul. Terbentuk antibodi didalam tubuh terhadap lensa sehingga terjadi reaksi antigen antibodi yang akan menimbulkan endoftalmitis fakoanafilatik.

Patogenesis Dalam keadaan normal, sawar darah-mata (blood-ocular barrier) memberikan ketahanan alami terhadap serangan dari mikroorganisme. Masuknya bakteri ke dalam mata terjadi karena rusaknya rintangan-rintangan okular. Ini bisa disebabkan oleh invasi langsung (misalnya, emboli septik) atau oleh perubahan dalam endotelium vaskular yang disebabkan oleh substrat yang dilepaskan selama infeksi. Penetrasi melalui kornea atau sklera mengakibatkan gangguan eksogen pada mata. Jika masuknya lewat sistem vaskular, maka jalur endogen akan terbentuk. Setelah bakteri-bakteri memperoleh jalan masuk ke dalam mata, proliferasi akan berlangsung dengan cepat. Kerusakan jaringan intraokular dapat juga disebabkan oleh invasi langsung oleh mikroorganisme dan atau dari mediator inflamasi dari respon kekebalan. Vitreus bertindak sebagai media yang sangat bagus bagi pertumbuhan bakteri. Bakteri yang sering menyebabkan endoftalmitis adalah Stafilokokus, Streptokokus, Pneumokokus, Pseudomonas dan Bacillus cereus. Bakteri, sebagai benda asing, memicu suatu respons inflamasi. Masuknya produk-produk inflamasi menyebabkan tingginya kerusakan pada rintangan okular-darah dan peningkatan rekrutmen sel inflamasi. Kerusakan pada mata terjadi akibat rusaknya sel-sel inflamasi yang melepaskan enzim-enzim proteilitik serta racun-racun yang dihasilkan oleh bakteri. Kerusakan terjadi di semua level jaringan yang berhubungan dengan sel- sel inflamasi dan racun. Endoftalmitis dapat terlihat nodul putih yang halus pada kapsul lensa, iris, retina, atau koroid. Hal ini juga dapat timbul pada peradangan semua jaringan okular, mengarah kepada eksudat purulen yang memenuhi bola mata. Selain itu, peradangan dapat menyebar ke jaringan lunak orbital. Setiap prosedur operasi yang mengganggu integritas bola mata dapat menyebabkan endoftalmitis eksogen.

Manifestasi KlinisDiagnosis endoftalmitis dapat ditegakkan dengan anamnesis yang lengkap meliputi adanya riwayat tindakan bedah mata, trauma tembus bola mata disertai dengan atau tanpa adanya penetrasi benda asing perlu diperhatikan karena adanya kemungkinan penyebab eksogen. Mengenai penyebab endogen maka penderita perlu dianamnesis mengenai ada atau tidaknya penyakit sistemik yang dideritanya. Penyakit yang merupakan predisposisi terjadinya endoftalmitis di antaranya adalah diabetes melitus, AIDS dan SLE yang dapat dihubungkan dengan imunitas yang rendah. Sedangkan beberapa penyakit infeksi yang menyebabkan endoftalmitis endogen akibat penyebaran secara hematogen dan meningitis, endokarditis, infeksi saluran kemih, infeksi paru-paru dan pieonefritis. Untuk endoftalmitis fakoanafilaktik, dapat dinyatakan tentang adanya riwayat gejala subjektif katarak yang diderita pasien sebelumnya. Adapun gejala yang dikeluhkan pasien (gejala subjektif) dan gejala yang didapat melalui pemeriksaan fisik dapat mengarahkan pada diagnosis endoftalmitis.Gejala subjektif Mata merah dan nyeri pada bola mata Penurunan tajam penglihatan Fotofobia Nyeri kepala Mata terasa bengkak Kelopak mata bengkak, kadang sulit dibuka

Gejala objektif. (12, 15-17) Edema palpebra superior Kemosis dan hiperemi konjungtiva Edema kornea dan infiltrasi struma Kornea keruh Hipopion Kekeruhan badan kaca (vitreus) Injeksi silier dan injeksi konjungtiva Keratik presipitat Bilik mata depan keruh Penurunan refleks fundus dengan gambaran warna yang agak pucat ataupun hilang sama sekali Pada endoftalmitis yang disebabkan jamur, di dalam badan kaca ditemukan masa putih abu-abu, hipopion ringan, bentuk abses satelit di dalam badan kaca dengan proyeksi sinar yang baik.

Pemeriksaan penunjang :1. Pemeriksaan darah lengkap, LED, gula darah puasa.2. Foto rontgen thoraks3. USG jantung4. Kultur urin, darah, LCS, sputum dan tinja5. Funduskopi untuk menilai ada tidaknya kekeruhan media refraksi6. Ultrasonografi (B Scan) dan CT-Scan

Ini adalah pemeriksaan dengan melakukan ultrasound terhadap kutub posterior jika pandangan fundus buruk. Biasanya, penebalan korodial dan gemagema ultrasound dalam vitreus anterior dan posterior akan membantu diagnosis. Ultrasound juga penting untuk menyediakan landasan pijak sebelum intervensi intraocular dan untuk menilai tampak vitreus posterior dan daerah-daerah traksi yang mungkin. Retina yang robek jarang terlihat bersama-sama dengan Endoftalmitis. Gambar 2.8 B.Scan Endoftalmitis CT-Scan jarang dilakukan kecuali terjadi trauma. Penebalan sklera dan jaringan-jaringan uveal yang berhubungan dengan berbagai tingkatan densitas yang tinggi dalam vitreus dan struktur-struktur jaringan lunak periokular mungkin terlihat. CT-Scan jarang dilakukan kecuali terjadi trauma. Penebalan sclera dan jaringan-jaringan uveal yang berhubungan dengan berbagai tingkatan densitas yang tinggi dalam vitreus dan struktur-struktur jaringan lunak periokular mungkin terlihat. Pengambilan sampel akueous dan vitreus antuk analisis mikrobiologi. Kultur untuk menentukan mikroorganisme penyebab memerlukan waktu 48 jam sampai 14 hari. Diagnosis endoftalmitis dipastikan dengan melakukan aspirasi 0,5-1 ml korpus vitreum di bawah anestesi lokal melalui sklerotomi pars plana dengan menggunakan jarum berukuran 20-23, kemudian aspirat diperiksa secara mikroskopik. Vitrektomi juga diindikasikan untuk melakukan drainase abses dan memungkinkan visualisasi fundus yang jelas.

Diagnosa Banding dan Diagnosis Endoftalmitis yang disebabkan oleh bakteri dan jamur seringkali sulit untuk dibedakan dengan peradangan intraocular lainnya. Peradangan berlebihan tanpa endopthalmitis sering ditemui pasca operasi yang rumit, uveitis yang sudah ada sebelumnya dan keratitis, diabetes, terapi glaukoma, dan bedah sebelumnya. Toxic anterior segment syndrome (TASS) juga termasuk dalam diagnosis diferensial endoftalmitis. TASS disebabkan oleh pengenalan substansi zat beracun selama operasi yang umumnya disebabkan oleh instrumen, cairan, atau lensa intraokular. Keratitis dan infeksi pasca operasi sering disertai dengan hipopion tanpa infeksi intraokular. Ini penting untuk menghindari memperkenalkan infeksi eksternal (seperti dalam kasus keratitis bakteri) ke mata dengan melakukan paracentesis yang tidak perlu. Sel tumor dari limfoma mungkin menumpuk di vitreous, atau sel retinoblastoma dapat terakumulasi di ruang depan, simulasi peradangan intraocular. Pada retinoblastoma intraokular biopsi merupakan kontraindikasi. Karakteristik yang paling membantu untuk membedakan endoftalmitis yang benar adalah bahwa vitritis ini progresif dan keluar dari proporsi lain temuan segmen anterior. Jika ragu, dokter harus menangani kondisi ini sebagai suatu proses infeksi.

TatalaksanaEndoftalmitis di obati sesuai dengan mikroorganisme penyebab. Antibiotik atau antifungi diberikan melalui periokular atau subkonjungtiva. Antibiotik topikal dan sistemik ampisilin 2 gram/hari dan kloramfenikol 3 gram/hari sebagai antibiotik empiris yang harus diberikan secepatnya. Antibiotik dapat diberikan secara tunggal ataupun kombinasi. Jika penyebabnya jamur diberikan amfoterisin B 150 g subkonjungtiva.

Tabel. Penggunaan dan dosis antibiotik empiris untuk endoftalmitis.

Sikloplegik diberikan 3 kali sehari tetes mata untuk mengurangi rasa nyeri, stabilisasi aliran darah pada mata, mencegah atau melepaskan sinekia serta mengistirahatkan iris dan dan badan siliar yang sedang mengalami infeksi.Terapi steroid untuk mengurangi infamasi yang disertai eksudasi dan untuk mengurangi granulasi jaringan. Pemberian deksametason diduga dapat menghambat reaksi inflamasi dan reaksi imun abnormal yang dapat menimbulkan kerusakan luas pada mata. Deksametason dapat diberikan secara intravitreal dengan dosis 400 g dan 1 mg secara intraoukular sebagai profilaksis. Bila terapi tidak berhasil maka dilakukan eviserasi untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi jika proses peradangan mengenai ketiga lapisan mata (retina, koroid dan sklera) dan vitreus dapat menyebabkan panoftalmitis. Panoftalmitis merupakan radang supuratif intraocular disertai dengan radang jaringan ekstraokular atau kapsul tenon dan jaringan ikat jarang di dalam rongga orbita. Penyebabnya terutama akibat perforasi operasi atau tukak yang disertai infeksi. Pasien dengan panoftalmitis akan terlihat sakit, menggigil disertai demam, sakit kepala berat, kadang-kadang muntah, disertai gejala endoftalmitis yang lebih berat. Pada mata terlihat kornea yang sangat keruh dan berwarna kuning, hipopion, badan kaca dengan massa purulen massif disertai refleks kuning di dalamnya, konjungtiva kemotik, dan kelopak kemotik dan hiperemis.

PrognosisEndoftalmitis endogen lebih buruk daripada endoftalmitis eksogen karena berhubungan dengan tipe organisme, tingkat virulensi, daya tahan tubuh penderita dan keterlambatan diagnosis. Endoftalmitis yang diterapi dengan vitrektomi 74% pasien mendapat perbaikan visus sampai 6/30.

2