bab i

12
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tertinggalnya prestasi olahraga nasional dengan negara-negara Asia lainnya merupakan salah satu masalah besar bagi bangsa untuk meningkatkan prestasi olahraganya. Percepatan (acceleration) prestasi olahraga kita lebih lamban bila dibandingkan dengan negara Cina, Jepang, Korea, Thailand bahkan Vietnam baru- baru pada Seagames merupakan ancaman besar bagi prestasi olahraga bangsa. Ketertinggalan ini mendorong perlunya penataan sistem pembinaan olahraga nasional termasuk di dalamnya sistem pemanduan dan pengembangan atlet berbakat. Program pemanduan dan pengembangan bibit atlet berbakat di negara-negara yang maju prestasinya telah dilaksanakan dengan mendapatkan dukungan sumber- sumber daya memadai, termasuk bukan saja dari dana pemerintah dan masyarakat, tetapi dukungan kepakaran melalui pendekatan ilmiah secara lintas dan inter 1

Upload: momonea-amrie

Post on 15-Aug-2015

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab i

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tertinggalnya prestasi olahraga nasional dengan negara-negara Asia

lainnya merupakan salah satu masalah besar bagi bangsa untuk meningkatkan

prestasi olahraganya. Percepatan (acceleration) prestasi olahraga kita lebih

lamban bila dibandingkan dengan negara Cina, Jepang, Korea, Thailand

bahkan Vietnam baru-baru pada Seagames merupakan ancaman besar bagi

prestasi olahraga bangsa. Ketertinggalan ini mendorong perlunya penataan

sistem pembinaan olahraga nasional termasuk di dalamnya sistem pemanduan

dan pengembangan atlet berbakat.

Program pemanduan dan pengembangan bibit atlet berbakat di negara-

negara yang maju prestasinya telah dilaksanakan dengan mendapatkan

dukungan sumber-sumber daya memadai, termasuk bukan saja dari dana

pemerintah dan masyarakat, tetapi dukungan kepakaran melalui pendekatan

ilmiah secara lintas dan inter disiplin. Kecanggihan dalam bidang pengukuran

dan evaluasi dan ditemukannya instrumen yang dapat digunakan untuk

meramal prestasi seseorang mendorong kita untuk bekerja secara efektif dalam

mengidentifikasi dan memilih calon atlet berbakat.

Disadari bahwa upaya mencapai prestasi dalam olahraga merupakan hal

yang kompleks, karena melibatkan banyak faktor, antara lain faktor internal

seperti: fisik dan mental atlet dan faktor eksternal seperti: lingkungan alam dan

peralatan. Faktor internal sesungguhnya bersumber dari kualitas atlet itu

1

Page 2: Bab i

sendiri, dimana atlet yang berkualitas berarti memiliki potensi bawaan (bakat)

yang sesuai dengan tuntutan cabang olahraga dan siap dikembangkan untuk

mencapai prestasi puncak. Pengalaman menunjukkan bahwa hanya atlet yang

berbakat dan mau latihan dengan baik dapat mencapai prestasi puncak (peack

performance). Prestasi puncak merupakan hasil dari seluruh usaha program

pembinaan dalam jangka waktu tertentu yang merupakan paduan dari proses

latihan yang dirancang secara sistematis, berjenjang, berkesinambungan,

berulang-ulang, dan makin lama makin meningkat.

Untuk membangun prestasi olahraga Nasional, arahan dalam GBHN

1993 menyebutkan antara lain bahwa: “Dalam upaya peningkatan prestasi

olahraga perlu dilaksanakan pembinaan olahraga sedini mungkin melalui

pencarian dan pembinaan bakat, pembibitan, pendidikan dan pelatihan

olahraga prestasi yang didasarkan pada ilmu pengetahuan dan teknologi

secara lebih efektif dan efisien serta peningkatan kualitas organisasi olahraga

baik di tingkat pusat maupun daerah” (Ditjen Dikti Depdikbud, 1994: 144).

Program pengidentifikasian bakat anak diperlukan sebelum melakukan

suatu proses latihan yang berorientasi untuk mencapai prestasi yang tinggi.

Proses pengidentifikasian bakat dilakukan untuk menentukan anak berpotensi

pada salah satu cabang olahraga, sesuai dengan talent yang dimiliki. Kenyataan

yang ada, banyak anak menekuni salah satu cabang olahraga tidak berdasarkan

pengidentifikasian bakat. Mereka menekuni salah satu cabang olahraga hanya

berdasarkan pengaruh dari lingkungan sekitar, pengaruh teman bermain,

dorongan orang tua.

2

Page 3: Bab i

Kondisi fisik merupakan unsur yang penting dan menjadi dasar dalam

mengembangkan teknik, taktik, maupun strategi. Menurut Mochamad Sajoto

(1988: 57), kondisi fisik adalah salah satu persyaratan yang sangat diperlukan

dalam usaha peningkatan prestasi seorang atlet, bahkan sebagai landasan titik

tolak suatu awalan olahraga prestasi. Setiap cabang olahraga mempnyai kondisi

fisik yang berbeda, contohnya, untuk cabang olahraga yang memerlukan tinggi

atau berat badan, seperti bola basket, bola voli, sepak bola, atau even-even

melempar pada cabang olahraga atletik, seleksi ilmiah menjadi penguat untuk

betul dipertimbangkan. Begitu pula, untuk olahraga yang didominasi oleh

unsur percepatan, seperti waktu reaksi, koordinasi, dan power. Misalnya, pada

lari cepat, silat, gulat, sepak bola, bola voli atau nomor-nomor lompat pada

olahraga atletik.

Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini mengacu pada sistem

pemanduan bakat yang telah dilaksanakan di Australia. Pemanduan bakat ini

dimulai atas dasar Australia ditunjuk sebagai tuan rumah Olimpiade tahun

2000. Australia memiliki model pemanduan bakat secara khusus, atlet-atlet

potensial jauh-jauh hari dipersiapkan dalam Olimpiade Sydney tahun 2000,

terbukti atlet-atlet Australia mampu berprestasi dalam olimpiade tersebut.

Pemanduan bakat ini dinamakan “Sport Search” yang terdiri dari 10 macam

tes.

“Sport Search” sekarang digunakan oleh Indonesia untuk pemanduan

bakat para calon atlet-atletnya. Pemanduan bakat ala Australia ini diuji

cobakan di seluruh propinsi di Indonesia, sebagai cara untuk mendapatkan

3

Page 4: Bab i

data-data kemampuan anak-anak secara umum. Pemanduan bakat ini

memberikan wacana baru bagi olahraga prestasi Indonesia. Sebelumnya

pemanduan bakat dilakukan secara manual, yaitu dengan melihat potensi anak

secara langsung dalam aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh pelatih dan

guru penjas.

Cabang-cabang olahraga memiliki karakter dan spesifikasi masing-

masing, sehingga perlu adanya perpaduan antara tes umum dan spesialisasi

dalam pemanduan bakat. Peranan alat test terasa kurang jika tidak dikombinasi

dengan hasil pengamatan pelatih yang berpengalaman. Cabang olahraga

terukur sering mengalami kesalahan dalam pemanduan bakat. Kesalahan

terjadi sebagian besar karena anak-anak yang diukur sudah mendapat latihan

khusus, sehingga hasilnya lebih baik dari anak yang belum mendapat sentuhan

latihan. Peranan test umum dan khusus yang dikombinasikan diharapkan dapat

menghasilkan anak-anak yang berbakat, sehingga pembinaan prestasi dapat

mendapatkan hasil sampai prestasi tinggi.

Menurut pengamatan, selama ini banyak klub belum memperhatikan

tentang masalah identifikasi bakat ini secara seksama. Perekrutan atlet masih

berdasarkan seleksi alamiah, belum dilandasi dengan sistem pengidentifikasian

bakat dengan menggunakan metode ilmiah yang berdasarkan ilmu pengetahuan

dan teknologi. Proses latihan yang dilakukan di klub masih jauh dari ilmu

kepelatihan yang sesungguhnya. Sebagai salah satu contoh proses evaluasi

dengan cara tes dan pengukuran masih jarang dilakukan.

4

Page 5: Bab i

Beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk melakukan identifikasi

bakat, yaitu: kesehatan; kualitas biometrik; faktor hereditas; fasilitas, dan

iklim; serta tersedianya para ahli. Identifikasi calon atlet berbakat tidak dapat

dipecahkan hanya dengan satu usaha, tetapi memerlukan waktu beberapa tahun

yang terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu: fase primer; fase kedua; dan fase

akhir. Instrumen pemanduan bakat harus bersifat spesifik dan disesuaikan

dengan cabang olahraga masing-masing, yang pengembangannya dilakukan

dengan menggunakan dua pendekatan. Pendekatan pertama dilakukan dengan

cara menyusun tes baterei, sedangkan pendekatan kedua dilakukan yang telah

dikembangkan para ahli. Salah satu tes baku terkenal adalah tes identifikasi

bakat dari Australian Sports Commision. Butir-butir tes terdiri dari: Tes tinggi

badan; Tes berat badan; Tes tinggi duduk; Tes rentang lengan; Tes lempar

tangkap bola; Tes lempar bola basket; Tes lompat tegak; Tes lari bolak-balik;

Tes lari 40 meter; dan Tes lari multitahap.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa anak-anak, remaja, bahkan

orang dewasa banyak yang terlibat dalam kegiatan olahraga. Hampir di setiap

lapangan ataupun fasilitas umum yang ada, dipenuhi anak-anak sampai orang

dewasa untuk sekedar melakukan kegiatan olahraga. Dari fenomena yang ada

perlu disadari bahwa kegiatan yang dilakukan oleh pecinta olahraga,

mempunyai tujuan berbeda antara satu dengan lainnya, sehingga tidaklah aneh

jika menjumpai kegiatan olahraga yang sama, namun dilakukan dengan cara

dan dalam bentuk berbeda. Hal ini terjadi akibat adanya perbedaan tujuan

beraktivitas. Perbedaan bentuk aktivitas tersebut hendaknya tidak terlalu

5

Page 6: Bab i

dirisaukan, karena tidak jarang terjadi aktivitas profesional yang dilakukan oleh

para atlet, pada mulanya diawali dengan aktivitas yang bersifat hobi atau

amatir.

Bompa dalam Theory Methodology of Training menyatakan,

keterlibatan para remaja di negara barat dalam aktivitas olahraga sebagian

besar didasarkan pada tradisi, idealisme, popularitas cabang olahraga, desakan

orang tua, keterampilan yang dimiliki guru olahraga di sekolah, ketersediaan

alat dan fasilitas olahraga, dan sebagainya. Gambaran di atas terjadi beberapa

waktu yang lalu atau mungkin juga masih terjadi sampai saat ini (Bompa,

1990). Keadaan di atas tentunya akan mengecewakan hati para ahli teori

latihan, karena dalam kondisi tersebut seorang anak yang mungkin secara

alami berpotensi dalam cabang olahraga tertentu bisa berubah menjadi atlet

cabang olahraga lainnya, yang sebenarnya anak tersebut tidak mempunyai

potensi yang sesuai dengan cabang olahraga yang digelutinya. Hasil akhir

situasi di atas dapat diduga, bahwa anak yang terlibat dalam kegiatan tersebut

akan mendapatkan hambatan dalam upayanya untuk meraih prestasi puncak

yang diharapkan.

Permasalahan sekarang adalah bagaimana cara untuk dapat menelusuri,

memantau dan menemukan, atau mengidentifikasi terhadap atlet-atlet yang

memiliki bakat unggul dalam olahraga. Kemudian setelah kita menemukan

bibit-bibit atlet yang berbakat itu bagaimana untuk selanjutnya dikembangkan

atau diadakan pembinaannya terhadap bibit-bibit atlet yang berbakat itu agar

nantinya dapat menjadi atlet atau olahragawan yang berprestasi tinggi.

6

Page 7: Bab i

Perekrutan atlet masih berdasarkan seleksi alamiah, belum dilandasi dengan

sistem pengidentifikasian bakat dengan menggunakan metode ilmiah yang

berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses latihan yang dilakukan di

klub masih jauh dari ilmu kepelatihan yang sesungguhnya. Sebagai salah satu

contoh proses evaluasi dengan cara tes dan pengukuran masih jarang

dilakukan. Bertolak dari pemikiran tersebut maka, penulis memberikan judul

“Identifikasi Atribut Fisik Atlet”.

B. Rumusan Masalah

Karena begitu luasnya pembahasan, maka pembahasan pun dibatasi

dengan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses identifikasi bakat?

2. Apa saja metode identifikasi bakat?

3. Apa saja kriteria pemilihan atlet yang berbakat?

4. Apa saja dan bagaimana fase-fase identifikasi bakat?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengetahui proses identifikasi bakat.

2. Untuk mengetahui metode untuk mengidentifikasi bakat.

3. Untuk mengetahui kriteria pemilihan atlet yang berbakat.

4. Untuk mengetahui fase-fase mengidentifikasi bakat.

7

Page 8: Bab i

D. Manfaat Penulisan

Berdasarkan ruang lingkup dan permasalahan yang diteliti, penelitian

ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Menambah wawasan pemahaman mengenai identifikasi fisik atlet.

2. Agar dapat digunakan sebagai bahan informasi serta kajian ke depan,

khususnya bagi para pemerhati olahraga.

8