bab i

22
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang ini bahan alam semakin banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia salah atunya yang sangat diminati oleh masyarakat adalah pertanian, holokultura, namun semua ingin mengeluarkan modal yang sedikit dan menghasilkan hasil yang sebanyak-banyaknya serta yang paling utama efisiensi waktu , namun untuk memperoleh hal tersebut seseorang atau petani harus lebih banyak menanam benih yang bayak namun mengingikan waktu yang sedikit. Namun tidak dapat dihindari juga bahwa suatu tanaman yang memiliki manfaat untuk pengobatan juga terus menerus diambil dari alam. Akibatnya, tanaman yang bermanfaat sebagai tanaman obat pun dapat menjadi punah. Penggunaan obat bahan alam terbesar berasal dari tumbuhan jika dibandingkan dengan hewan, Hal ini disebabkan adanya produksi metabolit sekunder dari tumbuhan, antara lain flavonoid, saponin, alkaloid, terpenoid, minyak atsiri dan sebagainya, yang disintesis oleh berbagai tumbuhan, yang memiliki kegunaan yang potensial dalam proses pengobatan. Metabolit sekunder adalah golongan senyawa yang terkandung dalam tubuh mikroorganisme, flora, dan fauna ynga terbentuk melalui proses metabolit sekunder. Salah satu aspek yang semakin berkembang adalah pendekatan proses produksi metabolit sekunder melalui kultur jaringan tanaman. Kultur jaringan tanaman adalah istilah untuk budidaya secara in vitro dari semua bagian tanaman, misalnya sel tunggal, jaringan atau organ di bawah kondisi lingkungan aseptik dan yang sesuai Penelitian banyak berkembang terutama pada proses induksi kalus pada tanaman yang umum dikenal sebagai tanaman obat, seperti tapak dara . Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril.

Upload: yofika-chuby-ahmadina

Post on 13-Aug-2015

95 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

bab 1

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada zaman sekarang ini bahan alam semakin banyak digunakan oleh masyarakat

Indonesia salah atunya yang sangat diminati oleh masyarakat adalah pertanian, holokultura,

namun semua ingin mengeluarkan modal yang sedikit dan menghasilkan hasil yang

sebanyak-banyaknya serta yang paling utama efisiensi waktu , namun untuk memperoleh hal

tersebut seseorang atau petani harus lebih banyak menanam benih yang bayak namun

mengingikan waktu yang sedikit. Namun tidak dapat dihindari juga bahwa suatu tanaman

yang memiliki manfaat untuk pengobatan juga terus menerus diambil dari alam. Akibatnya,

tanaman yang bermanfaat sebagai tanaman obat pun dapat menjadi punah. Penggunaan obat

bahan alam terbesar berasal dari tumbuhan jika dibandingkan dengan hewan, Hal ini

disebabkan adanya produksi metabolit sekunder dari tumbuhan, antara lain flavonoid,

saponin, alkaloid, terpenoid, minyak atsiri dan sebagainya, yang disintesis oleh berbagai

tumbuhan, yang memiliki kegunaan yang potensial dalam proses pengobatan.

Metabolit sekunder adalah golongan senyawa yang terkandung dalam tubuh

mikroorganisme, flora, dan fauna ynga terbentuk melalui proses metabolit sekunder. Salah

satu aspek yang semakin berkembang adalah pendekatan proses produksi metabolit sekunder

melalui kultur jaringan tanaman. Kultur jaringan tanaman adalah istilah untuk budidaya

secara in vitro dari semua bagian tanaman, misalnya sel tunggal, jaringan atau organ di

bawah kondisi lingkungan aseptik dan yang sesuai Penelitian banyak berkembang terutama

pada proses induksi kalus pada tanaman yang umum dikenal sebagai tanaman obat, seperti

tapak dara .

Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif.

Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian

tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media

buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang

tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi

tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman

dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan

di tempat steril.

Page 2: BAB I

2

Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman,

khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang

dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai

sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar

sehingga tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan

jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan

tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional.

Dalam mengkultur jaringan sangat diperlukan media. Media merupakan faktor penentu

dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung

dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari

garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti

agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi,

baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang

dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol

kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan

autoklaf.

Setiap pengerjaan kultur jaringan sangat disyaratkan keadaan yang steril menyangkut

peralatan kerja, media yang digunakan, ruang kerja, dan yang paling utama adalah sterilisasi

dari eksplan yang akan ditanam. Tahapan sterilisasi ini dilakukan untuk memperkecil

kemungkinan terjadinya kontaminasi saat proses inkubasi atau penumbuhan eksplan kultur

jaringan. Mikroorganisme meliputi jamur dan bakteri. Jika mikroorganisme ada, media

menjadi kurang steril sehingga pertumbuhan bakteri atau jamur akan melebihi dan

mengalahkan eksplan yang kita tumbuhkan.

Potensi pelestarian suatu tanaman yang dilakukan melalui kultur jaringan ini dapat

diukur dari kemampuannya untuk mempertahankan dan melestarikan sifat-sifat dari tanaman

induk terutama dalam menghasilkan senyawa kimia yang sama dengan tanaman induknya.

Dimana dalam analisis kandungan kimia dari tanaman hasil kultur dalam rangka potensi

pelestarian dapat dilakukan dengan membandingkan kromatogram dari ekstrak tanaman hasil

kultur dengan kromatogram ekstrak tanaman induknya.

Page 3: BAB I

3

1.2 Tujuan

1. Melatih praktikan agar dapat melakukan sterilisasi : lingkungan kerja.alat dan media serta

bahan tanaman.

2. Melatih praktikan untuk membuat larutan stok dan membuat media basal Murashige dan

Skoog (MS)

3. Melatih praktikan dalam melakukan penanaman eksplan secara in vitro.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Jeruk merupakan komoditas pertanian yang penting saat ini dan menempati posisi

teratas dalam bidang agroindustri, baik sebagai buah segar maupun dalam bentuk olahan.

Menurut Jumin (1997) permintaan jeruk terus meningkat karena harganya yang ekonomis

dan banyak mengandung vitamin C, sehingga produksi jeruk belum mencukupi kebutuhan

konsumsi jeruk dalam negeri. Hal ini merupakan tantangan dan peluang yang baik bagi para

petani, pengusaha jeruk dalam meningkatkan produksi jeruk.

Manfaat tanaman jeruk sebagai makanan buah segar atau makanan olahan dimana

kandungan vitamin C yang cukup tinggi. Di beberapa negara telah ada diproduksi minyak

dari kulit dan biji jeruk, gula tetes, alkohol dan pektin dari buah jeruk yang terbuang. Minyak

kulit jeruk dipakai untuk membuat minyak wangi, sabun wangi, esens, minuman dan untuk

campuran kue dan dapat juga digunakan sebagai obat tradisional (Rukmana,2003).

Untuk meningkat produksi jeruk ini dibutuhkan bibit yang baik dan unggul untuk

mendapatkan bibit unggul ini dapat dilakukan dengan cara kultur jaringan. Dalam budidaya

tanaman dengan menggunakan teknik kultur jaringan, pemberian zat pengatur tumbuh dalam

media tanam dan pemilihan eksplan sebagai bahan inokulum awal yang ditanam dalam media

perlu diperhatikan karena mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan eksplan tersebut

menjadi bibit yang baru (Suryowinoto,1996).

Tapak dara adalah perdu tahunan yang berasal dari Madagaskar, namun telah menyebar

ke berbagai daerah tropika lainnya. Nama ilmiahnya Catharanthus roseus (L.) Don. Di

Indonesia tumbuhan hias pekarangan ini dikenal dengan bermacam-macam nama, seperti di

disebut sindapor (Sulawesi), kembang tembaga (bahasa Sunda), dan kembang tapak dårå

(bahasa Jawa). Orang Malaysia mengenalnya pula sebagai kemunting cina, pokok rumput

Page 4: BAB I

4

jalang, pokok kembang sari cina, atau pokok ros pantai. Di Filipina ia dikenal sebagai

tsitsirika, di Vietnam sebagai hoa hai dang, di Cina dikenal sebagai chang chun hua, di

Inggris sebagai rose periwinkle, dan di Belanda sebagai soldaten bloem.

Tanaman ini termasuk familia Apocynaceae. Tumbuhan ini banyak ditanam orang

sebagai tanaman hias. Dapat tumbuh di tempat terbuka atau terlindung pada bermacam-

macam iklim, sampai dengan ketinggian 800 meter di atas permukaan laut.

Biasanya tumbuhan ini dapat dikembangbiakkan melalui biji, setek batang, atau akar.

Tanaman herba yang satu ini mengandung komponen antikanker, yaitu alkaloid seperti

vincaleukoblastine, leurocristine, leurosin, vinkadiolin, leurosidin, katarantin. Alkaloid yang

berkhasiat hipoglikemik (menurunkan kadar gula darah) seperti leurosin, katarantin, locherin,

tetrahidroalstonin, vindolin, vindolinin. Akarnya mengandung alkaloid, saponin, flavonoid,

tanin

Namun karena manfaatya yang diketahui dapat digunakan sebagai bahan pengobatan

maka tanaman ini mulai dikembangkan menggunakan teknik kultur jaringan, dengan kultur

jaringan dapat mengultur bgian-bagian yang sangat dibutuhkan untuk kebutuhan masnusia itu

sendiri.

Dengan metode kultur jaringan dapat dihasilkan jumlah bibit tanaman dalam skala

besar dan dalam waktu relatif singkat sehingga lebih memiliki nilai ekonomis. Dari kelebihan

ini Anda dapat belajar cara mengkultur tanaman yang bernilai jual dengan benar sehingga

dapat dimanfaatkan sebagai sumber pendapatan.

Tahapan-tahapan dalam kultur jaringan

Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan

adalah:

1) Pembuatan media

2) Inisiasi

3) Sterilisasi

4) Multiplikasi

5) Pengakaran

6) Aklimatisasi

Page 5: BAB I

5

Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan.

Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas.

Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di

tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril.

Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan

secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga

harus steril.

Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam

eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk menghindari adanya

kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan. Tabung reaksi yang telah

ditanami ekplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu

kamar.

Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan

akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan

baik. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar

serta untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang

terkontaminasi akan menunjukkan gejala seperti berwarna putih atau biru (disebabkan jamur)

atau busuk (disebabkan bakteri).

Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke

bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan

sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama

penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan

udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara

bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama

dengan pemeliharaan bibit generatif.

Kultur jaringan secara umum dibagi menjadi 5 kelas berdasar atas bahan yang menjadi

eksplan:

1. kultur kalus. Merupakan kultur dari masa sel pada media agar dan dihasilkan dari

tanaman eksplan

2. kultur sel merupakan kultur sel dalam media cair dengan wadah yang diaerasi

dengan agitasi

3. kultur organ merupakan kultur aseptik dari embrio, serbuk sari,akar,tunas atau

organ tanaman yang lain pada media nutrisi

Page 6: BAB I

6

4. kultur meristem dan morfogenensis merupakan kultur aseptik dari meristem tunas

atau eksplan jaringan lainnya pada media nutrisi dengan tujuan untuk menumbuhkan tanaman

lengkap

5. kultur protoplas merupakan kultur dari sel-sel yang dinding selnya telah

dihilangkan atau dipisahkan (gamborg dan shyluk, 1981, plan tissue culture new york,

academic press)

Masalah (Gangguan) pada Kultur Jaringan

Gangguan kultur jaringan dapat menyebabkan kematian eksplan. Gangguan kultur

jaringan secara umum dapat muncul dari bahan yang ditanam, lingkungan kultur maupun

manusia yang melakukannya. Masalah yang muncul, antara lain :

a. Kontaminasi oleh bakteri, jamur, virus, dan lain-lain. Agar terhindar dari kontaminasi

maka langkah-langkah pelaksanaan-nya harus mengikuti prosedur yang benar dan dalam

keadaan steril.

b. Browning (pencoklatan), untuk mengatasinya dengan cara mengabsorbsi fenol

penyebab pencoklatan dengan arang aktif.

Kelebihan dan Kelemahan Teknik Kultur Jaringan

Perbanyakan tanaman secara kultur jaringan mempunyai kelebihan antara lain seperti

berikut.

a. Kultur jaringan merupakan suatu cara menghasilkan jumlah bibit tanaman yang

banyak dalam waktu singkat.

b. Kultur jaringan Tidak memerlukan tempat yang luas.

c. Kultur jaringan Tidak tergantung pada musim sehingga bisa dilaksanakan sepanjang

tahun.

d. Bibit yang dihasilkan Kultur jaringan lebih sehat.

e. Kultur jaringan Memungkinkan dilakukannya manipulasi genetik.

Page 7: BAB I

7

Selain mempunyai kelebihan, kultur jaringan ternyata juga mempunyai kekurangan,

seperti berikut.

a. Kultur jaringan Memerlukan biaya besar karena harus dilakukan di dalam

laboratorium dan menggunakan bahan kimia.

b. Kultur jaringan Memerlukan keahlian khusus.

c. Kultur jaringan Memerlukan aklimatisasi ke lingkungan eksternal karena tanaman

hasil kultur biasanya berukuran kecil dan bersifat aseptik serta sudah terbiasa berada di

tempat yang mempunyai kelembapan udara tinggi. Berdasarkan kelebihan dan kelemahan

tersebut, coba Anda simpulkan tentang manfaat dari kultur jaringan!

Sterilisasi

Problem yang sering mengganggu dalam pekerjaan in vitro adalah membuat dan

menjaga kondisi aseptic. Bakteri dan jamur merupakan kelompok kontaminan utama, karena

media kultur jaringan yang kaya akan nutrisi merupakan media pertumbuhan yang sangat

baik bagi bakteri dan jamur.

Secara umum ada 4 macam sumber cemaran, yaitu:

1. Sumber tanaman yang digunakan baik yang bersifat internal dan eksternal.

2. Media yang digunakan tidak steril.

3. Udara

4. Pekerja atau peneliti yang kurang bersih

Media kultur merupakan bahan yang mengandung sumber nutrisi yang baik untuk

pertumbuhan jamur dan bakteri, sehingga diperlukan kondisi yang aseptis dalam melakukan

semua prosedur secara in vitro. Membuat dan menjaga kondisi aseptic merupakan problema

yang sering menganggu dalam pekerjaan in vitro, karena di lingkungan sekitar kita terdapat

banyak spora bakteri dan fungi yang sangat kecil dan ringan sehingga mudah diterbangkan

oleh aliran udara yang sangat lemah. Untuk itu diperlukan proses sterilisasi yang dilakukan

pada media, alat gelas dan alat-alat lain sebelum pekerjaan in vitro dilakukan. Juga perlu

untuk mengerjakan semua pekerjaan ddalam ruang bersih yang dirancang dan dipelihara

dengan baik (Wetherel, 1982).

Page 8: BAB I

8

Dalam proses sterilisasi, ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mensterilkan

alat gelas, alat bedah, cairan dan material tanaman. Beberapa teknik yang umum dilakukan,

diantaranya :

1. Pemanasan basah

teknik ini menggunakan tekanan dan uap air dengan alat otoklaf atau denngan pressure

cooker untuk mensterilkan cairan sampai volme satu liter diperlukan tekanan sebesar 103

kPa, suhu 121 oC selama 20 menit. Alat yang disterilkan dibungkus dengan kertas coklat,

bukan aluminium karena kertas aluminium bersifat tidak dapat ditembusi uap ( Dodds dan

Roberts, 1982 ). Sterilisasi media kultur, air dan larutan lain dengan autoklaf mempunyai satu

masalah, yaitubla tekanan dalam autoklaf diturunkan sampai tekanan udara luar sebelum suhu

dari cairan turun sampai 100 0c, cairan akan mendidih dan mungkin meluap dari wadah,

sehingga tidak dapat dipergunakan lagi. Untuk mengatasi masalah ini, penurunan tekanan

dalam autoklaf harus dilakukan secara perlahan-lahan. Bila mengunakan alat kecil, sebaiknya

alat tersebut disingkirkan terlebih dahulu dari sumber panas, dan dibiarkan dingin dalam

waktu 15-20 menit sebelum dibuka. Hendaklah selalu diperhatikan bahwa tekanan dipastikan

turun sampai 1 atm sebelum membuka autoklaf ( Wetherell, 1982 ).

2. Pemanasan kering

Metode ini hanya digunakan untuk alat gelas, alat logam dan alat lain yang tidak

hangus pada suhu tinggi. Obyek yang mengandung kapas, kertas atau plastik tidak dapat

disterilkan dengan metode ini. Pisau sklapel juga tidak boleh disteilka dengan metode ini

karena temperatur yang tinggi akan membuatnya menjadi tumpul. Alat yang digunakan

adalah oven. Temperatur untuk sterilisasi adalah sekitar 160 0c selama 4 jam. Alat yang

sisterilkan harus dibungkus denagn kertas alumunium sebelum dimasukkan ke dalam oven (

Dodds dan Roberts, 1982 ).

3. Ultrafiltrasi

Beberapa komponen media tidak tahan pemanasan, seperti vitamin, zat pengatur

tumbuh dan lainnya, sehingga harus disterilkan dengan ultrafiltrasi pada suhu kamar.

Ultrafiltrasi adalah teknik sterilisasi dengan menggunakan penyaring bakteri ( Dodds dan

Roberts, 1982 ).

4. Sterilisasi kimia

Tempat kerja secara umum disterilkan permukaannya dengan etanol 70 % v/v atau

isopropanol 70 % v/v. Meskipun alkohol yang diasamkan ( 70 % pH 2,0 ) mungkin lebih

efektif sebagai desinfektan, tetapi tidak digunakan secara umum karena bersifat korosif pada

Page 9: BAB I

9

alat logam. Alkohol 80 % juga sering digunakan, tetapi lebih mudah terbakar. Alat yang akan

dipakai sebaiknya dicelupkan dalam alkohol da dilewatkan lampu spritus ( Dodds dan

Roberts, 1982 ).

sterilisasi ekplan

Sterilisasi eksplan dapat dilaksanakn dengan dua cara, yaitu secara mekanik dan secara

kimia.

a. Sterilisasi eksplan secara mekanis

Cara ini digunakan untuk eksplan yang keras atau berdaging, yaitu dengan membakar

eksplan tersebut di atas lampu spiritus sebanyak 3 kali. Eksplan keras yang disterilisasi

dengan cara ini antara lain adalah tebu, biji salak, bung, bunga anggrek, kapulaga dsb.

Sedangkan eksplan yang berdaging antara lain adalah wortel, umbi, baeang putih dll.

b. Sterilisasi eksplan secara kimiawi

Sterilisasi secara kimiawi digunakan untuk eksplan yang lunak (jaringan muda) seperti

daun, tangkai daun dll. Beberapa jenis disinfektan yang umum digunakan pada kultur

jaringan tanaman:

Beberapa disinfektan yang biasa digunakan

Desinfektan Kadar Waktu sterilisasi

Na-

Hipoklorid**

0,5% – 5% 5 – 20 menit

Alkohol 75% - 80% Beberapa detik-

beberapa menit

Benzalkoniu

m khlorid

0,1% -

0,5%

5 – 20 menit

Hidrogen

peroksida

1% - 3% 15 – 30 menit

Sublimat 0,1% 20 – 30 menit

* Zat-zat tersebut beracun dan atau iritasi, pemakaian harus hati-hati

** Pemutih pakaian

, biasanya larutan Na hipoklrorid atau Chlorinated lime chlorid 5%

kalsium hipoklorid jug baik

*** Zephiran, BTC, Roccal

Sodium hipoklorit

Page 10: BAB I

10

Nama dagangnya adalh Clorox atau Bayclin. Konsentrasi untuk sterilisasi tergantung

dari kelunakan eksplan, dapat 5%-10%, dan waktunya antara 5-10 menit.

Mercuri klorit

Nama dagangnya adalah Sublimat 0,05%. Penggunaan bahan kimia ini harus hati-hati

karena bersifat racun. Cara perlakuan sterilisasi dengan sublimat sama dengan sterilisasi

dengan Clorox, hanya waktunya lebih pendek karena sublimat bersifat keras. Bila sterilisasi

terlalu lama dapat menyebabkan kerusakan pada eksplan (berwarna coklat) sehingga eksplan

tersebut tidak akan mapu tumbuh. Konsentrasi yang digunakan 0,05%-0,1% dan waktu

sterilisasi 5-10 menit.

Alkohol 70%

Alkohol lebih banyak diperdagangkan dalam bentuk alkohol 95%. Jamur biasanya mati

dengan alkohol 70%, sedangkan dengan alkohol 95% masih tetap hidup. Oleh karena itu,

alkohol 95% perlu diencerkan menjadi alkohol 70%.

(Hendaryono dan Wijayani, 1994).

Biasanya lapisan luar tanaman berlapis lilin, maka larutan desinfektan perlu ditambah

sedikit deterjen atau bahan pembasah (wetting agent) yaitu tween 20 atau tween 80. bila

memakai salkonium klorida sebagai desinfektan tidak diperlukan penambahan deterjen

karena desinfektan ini sudah bisa bersifat sebagaio deterjen (Wetherell, 1982)

5. Media Kultur

Media kultur yang memenuhi syarat adalah media yang mengandung nutrien makro dan

mikro, sumber tenaga umumnya digunakan sukrosa, seringkali juga mengandung 1 atau 2

macam vitamin dan zat perangsang pertumbuhan. Kadang-kadang diperlukan penambahan

zat lain seperti yeast, ekstrak malt (Wetherell, 1982).

Komposisi media kultur jaringan adalah:

1. Garam-garam anorganik

Zat kimia anorganik terdiri dari makronutrien dan mikronutrien. Makronutrien

dibutuhkan dalam jumlah lebih dari 0,5 mmol/L, sedangkan mikronutrien dibutuhkan dalam

jumlah kurang dari 0,5 μmol/L. Yang termasuk dalam makronutrien adalah N, K, P, Ca, S

dan Mg. Elemen mikronutrien adalah Fe, Mn, Zn, B, Cu dan Mo (Gamborg dan Shyluk,

1981)

Menurut Sutarni Moeso (1989), kegunaan tiap-tiap unsur tersebut adalah sebagai

berikut:

Nitrogen (N)

Page 11: BAB I

11

Kegunaan nitrogen bagi tanaman adalah untuk menyuburkan tanaman, sebab unsur N

dapat membentuk protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik yang lain. yang paling

penting dalam hal ini adalah pembentukan protein. Jadi unsur N dipergunakan terutama untuk

pertumbuhan vegetatif tanaman. Selain itu unsur N juga berperan dalam pembentukan hijau

daun untuk melaksanakan proses fotosintesis yang nantinya akan menghasilkan karbohidrat.

Fosfor (P)

Unsur P terutama dibutuhkan tanaman untuk pembentukan karbohidrat. Maka unsur P

ini dibutuhkan secara besar-besaran pada waktu pertumbuhan benih, pembungaan,

pemasakan buah dan biji.

Kalium (K)

Unsur K berfungsi memperkuat tubuh tanaman, karena unsur ini dapat menguatkan

serabut-serabut akar sehingga daun, bunga dan buah tidak mudah gugur. Di samping itu,

unsur K juga berfungsi memperlancar metabolisme dan mempengaruhi penyerapan makanan.

Sulfur (S)

Unsur S merupakan unsur yang penting untuk pembentukan beberapa jenis protein,

seperti asam amino dan vitamin B1. Unsur S juga berperan penting dalam pembentukan

bintil-bintil akar juga membantu pembentukan anakan sehingga pertumbuhan dan ketahanan

tanaman terjamin.

Kalsium (Ca)

Unsur Ca terdapat pada batang dan daun tanaman. Unsur Ca ini bertugas merangsang

pembentukan bulu-bulu akar, mengeraskan batang dan merangsang pembentukan biji karena

unsur Ca bersama-sama dengan unsur Mg akan memproduksi cadangan makanan.

Magnesium (Mg)

Dengan menambahkan unsur Mg maka kandungan fosfat dalam tanaman dapat

meningkat. Sedangkan kegunaan dari fosfat sendiri adalah sebagai bahan mentah untuk

pembentukan sejumlah protein. Dengan terbentuknya sejumlah protein ini, maka

pertumbuhan daun menjadi hijau sempurna dan terbentuk karbohidrat, lemak serta minyak-

minyak.

Besi (Fe)

Unsur Fe dibutuhkan sedikit lebih banyak daripada unsur mikro lainnya. Unsur Fe biasa

diberikan dalam bentuk FeSO4.7H2O dan Na2.EDTA.2H2O. Di dalam kultur jaringan ,

pemberian unsur Fe juga berfungsi sebagai penyangga (chelatin agent) yang sangat penting

untuk menyangga kestabilan pH media selama digunakan untuk menumbuhkan jaringan

tanaman. Pada tanaman, unsur Fe berfungsi untuk pernapasan dan pembentukan hijau daun.

Page 12: BAB I

12

6. Zat-zat organik

a. Sukrosa, glukosa, fruktosa

Sukrosa sering ditambahkan pada medium kultur jariingan sebagai sumber energi yang

diperlukan untuk induksi kalus. Sukrosa dengan konsentrasi 2% - 5% merupakan sumber

karbon. Penggunaan sukrosa diatas kadar 3% meyebakan terjadinya penebalan dinding sel.

Glukosa dan fruktosa dapat digunakan untuk mengganti sukrosa karena dapat merangsang

pertumbuhan beberapa jaringan.

b. Mio-inositol

Penambahan mio-inositol pada medium bertujuan untuk membantu diferensiasi dan

pertumbuhan sejumlah jaringan. Bila myo-inositol diberikan bersama dengan auksin, kinetin

dan vitamin, maka dapat mendorong pertumbuhan jaringan kalus.

c. Vitamin

Vitamin-vitamin yang sering digunakan dalam media kultur jaringan antara lain adalah

Tiamin(vitamin B1), Piridoksin (vitamin B6) dan asam nikotinat. Fungsi tiamin untuk

mempercepat pembelahan sel pada meristem akar, juga berperan sebagai koenzim dalam

reaksi yang menghasilkan energi dari karbohidrat dan memindahkan energi. Asam nikotinat

juga penting dalam reaksi-reaksi enzimatik, disamping berperan sebagai prekursor dari

beberapa alkaloid. Pemberian vitamin C biasanya bertujuan untuk mencegah terjadinya

pencoklatan pada permukaan irisan jaringan.

d. Asam-asam amino

Asam-asam amino berperan penting untuk pertumbuhan dan diferensiasi kalus.

Kebutuhan asam amino untuk setiap tanaman berbeda-beda. Asparagin dan Glutamin

berperan dalam metabolisme asam amin, karena dapat menjadi pembawa dan sumber amonia

untuk sintesis asam-asam aminobaru dalam jaringan.

e. Zat pengatur tumbuh (phytohormon)

Zat pengatur tumbuh pada tanaman adalah senyawa organik bukan hara, yang dalam

jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat dan dapat mengubah proses fisiologi

tumbuhan. Zat pengatur tumbuh yang digunakan dalam praktikum ini adalah auksin berupa

2,4 D dan sitokinin berupa kinetin.

Auksin

Zat pengatur tumbuh tersebut aktif dalam menstimulasi pertumbuhan kemudian

berubah menjadi IAA. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi IAA adalah sintesis

auksin, pemecahan auksin, inaktifnya IAA sebagai akibat proses pemecahan molekul.

Page 13: BAB I

13

Pemecahan molkul terjadi karena adanya photo oksidasi dan enzim. Pigmen yang menyerap

cahaya (mengoksidasi IAA) dan merupakan penyebab inaktifnya IAA adalah riboflavin dan ß

karoten. 2,4 D merupakan zat pengatur tumbuh yang dikelompokkan ke dalam auksin.

Menurut Koeffli, Thimann dan Went (1966) aktivitas auksin ditentukan oleh adanya struktur

yang jenuh, adanya rantai keasaman (acid chain), pemisaan carboxyl group (-COOH) dari

struktur cincin, dan adanya pengaturan ruangan antara struktur cincin dengan rantai

keasaman. Posisi dan panjang rantai keasaman berpengaruh tehadap aktivias auksin rantai

karboxyl group dipisahkan oleh carbon / carbon dan oksigen akan memberikan aktivitas yang

optimal. Oleh karena itu, IAA dan 2,4 D mempunyai aktivias yang cukup tinggi karena

persyaratan di atas terpenuhi.

Arti sebagai salah satu hormon pertumbuhan mempunyai pranan terhadap

pertumbuhan dan perkembangan tanaman dari segi fisiologi, hormon ini berpengaruh

terhadap: pengembangan sel, phototropisme, geotropisma, apical dominasi, pertumbuhan

akar (root initiation), partenocharpy, absission, pembentukan kalus (callus formation), dan

respirasi.

Dari studi tentang pengaruh auksin terhadap perkembangan sel membuktikan bahwa

auksin dapat menaikkan tekanan osmotik, menaikkan permeabilitas sel terhadap air,

menyebabkan pengurangan tekanan pada dinding sel, menaikkan sintesis protein, menaikkan

plastisitas, dan pengembangan dinding sel. Apabila ujung batang mengalami hambatan dalam

pertumbuhannya (dipotong), maka pertumbuhannya akan tumbuh ke arah samping yang

disebut tunas lateral (tumbuh tunas pada ketiak daun), fenomena ini disebut apical

dominance.

Sitokinin

Sitokinin merupakan suatu zat pengatur tumbuh yang ditemukan pada

tanaman. Zat pengatur tumbuh ini mempunyai peranan dalam proses pembelahan sel.

Menurut Miller et al (1955, 1956) dalam Weafer (1972), senyawa yang aktif dalam

pertumbuhan adalah kinetin (6-furfuryl amino purin). Namun peneliian yang lain pun

menyebutkan bahwa purine adenine pun sangat efektif.

Bentuk dasar dari struktur kimia sitokinin adalah adenine (6-amino purine). Adenine

merupakan bentuk dasar untuk menentukan aktivitas dari sitokinin. Panjang rantai dan

hadirnya suatu double bond dalam rantai tersebut akan menaikkan aktivitas zat pengatur

tumbuh ini.

Pembelahan sel dalam kultur jaringan tanaman yang disebabkan oleh kinetin telah

banyak dilakukan oleh para peneliti. Namun tidak ada suatu unsure yang dapat berdiri

Page 14: BAB I

14

sendiri, kesemuanya berinteraksi antara satu sama lain sehingga terbnuklah suatu system.

Penelitian terhadap kinetin dan IAA terhadap Tobacco pith culture telah membuktikan bahwa

ada peranan dari kedua zat ini terhadap pertumbuhan. Aplikasi auksin dan sitokinin dalam

berbagai perbandingan menghasilkan pertumbuhan yang berbeda. Jika perbandingan

konsentrasi sitokin lebih besar daripada auksin maka akan menghasilkan tunas dan daun. Jika

perbandingan konsentrasi sitokinin lebih kecil daripada auksin maka akan menghasilkan akar.

Jika perbandingan konsentrasi sitokinin berimbang dengan auksin maka akan menghasilkan

akar dan tunas. Jika konsentrasi sitokinin adalah intermediet (sedang) dan konsentrasi auksin

yang rendah maka akan menghasilkan kalus.

Kultur jaringan dapat dilakukan pada media padat atau cair. Bahan pendukung untuk

media padat adalah agar-agar dengan kadar 0,6%-1%. Penggunaan agar pada kadar yang

lebih tinggi pada media akan membuat media menjadi keras sehingga menghambat difusi zat

makanan ke dalam jaringan. Kultur cair tidak memerlukan agar, suplai O2 diberikan dengan

jalan penggojokan untuk membantu aerasi (Wetherel, 1982).

Hal yang perlu diperhatian dalam pembuatan media antara lain pH. Sel-sel tanaman

yang ditumbuhkan secara kultur jaringan mempunyai rentang pH yang sangat sempit dengan

titik optimum 5,5-5,8. selama kultur, pH media akan berubah. Pada awal pertumbuhan pH

media kultur akan bergeser untuk mencapai 6,0 atau lebih tinggi lagi bila nutrient habis

digunakan (Gamborg dan Shyluk,1981).

BAB III

METODE

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:

1) Laminar Air Flow (LAF)

Alat ini merupakan ruang yang selalu dalam keadaan steril dan digunakan sebagai alat

untuk tahap perlakuan tanaman yang akan dikultur.

2) Autoklaf

Autoklaf digunakan untuk sterilisasi alat dan medium kultur jaringan tanaman

3) Timbangan analitik

Alat ini berfungsi untuk menimbang bahan-bahan kimia yang digunakan untuk kultur

jaringan. Timbangan ini dapat menimbang sampai satuan yang sangat kecil

4) Erlenmeyer

Page 15: BAB I

15

Alat ini digunakan untuk menuangkan aquades maupun untuk tempat media

5) Beker glass

Alat ini digunakan untuk menuangkan atau mempersiapkan bahan kimia dan akuades

6) Petridish

Digunakan untuk tempat peletakan potongan eksplan di LAF sebelum dilakukan

penanaman

7) Gelas ukur

Alat ini digunakan untuk menakar akuades dan bahan kimia yang digunakan

8) Pinset

Pinset digunakan untuk memegang dan mengambil irisan eksplan atau untuk menanam

eksplan

9) Skalpel

Skalpel digunakan untuk memotong eksplan

10) Lampu spiritus

Digunakan untuk sterilisasi (memanaskan alat-alat yang akan digunakan dalam

penanaman eksplan khususnya seperti pinset dan pisau di dalam laminar air flow pada

saat mengerjakan penanaman atau subkultur

11) Botol-botol kultur

Digunakan untuk tempat menanam eksplan

12) Hot plate merupakan alat yang digunakan untuk memanaskan media

13) Alumunium foil

Alumunium foil digunakan untuk menutup botol kultur maupun untuk melindungi larutan

stok dari cahaya matahari secara langsung

14) Rak kultur

Berfungsi untuk menempatkan botol-botol kultur untuk menumbuhkan eksplan

15) pH meter

16) Berfungsi untuk mengukur pH media yang akan digunakan untuk menanam eksplan

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah biji jeruk, tunas jeruk dan

anggrek, daun Catharanthus roseus, Media Murashige dan Skoog (MS), hormon auksin 24-

D, aquades, alkohol 70% dan larutan betadine.

Page 16: BAB I

16

Sterilisasi Alat

Alat-alat seperti cawan petri, botol kultur, Erlenmeyer dan gelas beaker dicuci terlebih

dahulu dengan detergen kemudian dikeringan dan dibungkus dengan plastik. Selanjutnya

disterilisasi dengan autoklaf dengan suhu 121oC.

Pembuatan Media

Ditimbang MS sebanyak 13,29 gr, sukrosa 30 gr dan agar 8 gr

Dimasukkan dalam 1 liter air diaduk hingga rata

Dipanaskan diatas Hot Plate sambil diaduk-aduk menggunakan pengaduk hingga

mendidih kemudian ukur pH ( pH=5)

Dimasukkan kedalam botol kultur yang telah di sediakan

Botol kultur ditutup dengan kertas aluminium foil dan plastik, kemudian diikat

dengan karet gelang

Setelah itu disterilisasi didalam autoklaf pada tekanan 15 ppm suhu mencapai

121 0C dipertahankan selama 15 menit

Di sterilisasi kembali kedalam inkubator pada suhu 23 0C

Penanaman Eksplan

Disediakan semua alat dan bahan yang telah steril dengan menyemprotkan alkohol 70

%

LAF disterilkan dengan alkohol

Alat dan bahan yang akan digunakan seperti pinset, petridish, skalpel, erlenmeyer,

lampu spiritus, media tanam, eksplan, akuades dan betadine, disterilkan dengan

disemprot alkohol 70 % kemudian dimasukkan kedalam LAF

Sebelum bekerja, kedua tangan juga disterikan dengan menyemprotkan alkohol 70 %

Setelah alkohol kering, lampu spiritus dihidupkan

Kulit biji jeruk dikupas didalam petridish yang berisi akuades, kemudian embrionya

direndam sesaat didalam larutan betadine, setelah itu ditanam kedalam botol kultur

yang telah berisi media

Disimpan pada ruang penyimpanan kultur

Pekerjaan didalam LAF dilakukan didekat lampu spiritus untuk menjaga kesterilan

bahan dan alat serta mencegah terjadinya kontaminasi pada hasil pertumbuhan

eksplan.

Page 17: BAB I

17

Subkultur

Alat dan bahan yang akan digunakan disterikan dengan alkohol kemudian

dimasukkan kedalam LAF

Kedua tangan disterilkan dengan alkohol 70 % sebelum bekerja

Lampu spiritus dihidupkan. Pekerjaan dilakukan didekat lampu spiritus untuk

menjaga kesterilan alat dan bahan serta mencegah terjadinya kontaminasi

Eksplan tunas jeruk diambil dari planlet yang sudah tersedia menggunakan pinset

steril, kemudian eksplan disterilkan dengan betadine dan dicuci dengan akuades

Eksplan ditanam kedalam botol kultur yang telah berisi media

Multiplikasi

Digunakan daun Catharanthus roseus sebagai sumber eksplan. Tahap-tahap

multiplikasi eksplan secara in vitro adalah sebagai berikut.

Eksplan dibersihkan menggunakan air mengalir

Eksplan direndam dalam deterjen selama 5 menit

Eksplan dibilas dengan aquades steril

Eksplan direndam dalam alkohol selama 5 menit

Eksplan dibilas lagi dengan aquades steril

Eksplan direndam dalam bayklin selama 10 menit dengan dua kali ulangan

Eksplan dibilas kembali dengan aquades steril

Eksplan dipotong pada kedua ujungnya dengan skalpel steril sehingga dihasilkan

potongan daun berbentuk persegi panjang.

Eksplan ditanam kedalam botol kultur menggunakan pinset steril

Eksplan diinkubasi diruangan kultur selama beberapa minggu sampai tumbuh kalus.

Aklimatisasi

Disediakan media tanah dengan komposisi tanah, compos, fungisida, aquades steril

dimasukan didalam polybag

Diambil planlet utuh tanaman jeruk dari botol kultur kemudian dipindahkan kedalam

polybag berisi media yang telah dsediakan

Ditutup dengan plastik transparan sebagai sungkup hingga tertutupi seluruh bagian

planlet

Sebelum diikat rapat dengan karet gelang disemprotkan akuades steril kedalam

sungkup

Diletakkan diruang penyimpanan selama 2 hari

Page 18: BAB I

18

Dipindahkan ke lingkungan luar

Dibiarkan beradaptasi, sungkup dilepaskan secara bertahap

Dilakukan pemeliharaan seperti pemeliharaan bibit pada umumnya

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL

DATA KELAS

NAMA

PRAKTIKAN

PPENGAMATAN

induksi

tunas

Sub kultur kultur daun aklimatisasi

anggrek jeruk

Anggi Swita Tumbuh kontam

kontam tumbuh

Heria Nova Tumbuh

kontam kontam tumbuh

Indang Julita Tumbuh

kontam kontam tumbuh

Nice Masculen kontam kontam

kontam tumbuh

Okyarni Nuzila Tumbuh kontam

kontam tumbuh

Puji Astuti kontam kontam

kontam tumbuh

Ria Yuni R kontam kontam

kontam tumbuh

Risna mandasari kontam kontam

kontam tumbuh

Septri Wahyudi tumbuh kontam

kontam tumbuh

Suci Riska

Wahyuni tumbuh

kontam kontam tumbuh

Susiyani tumbuh

kontam kontam tumbuh

Wulandari tumbuh

tumbuh kontam tumbuh

Widianti tumbuh

tumbuh kontam tumbuh

DATA KELOMPOK

Tabel 1. kultur Biji

Perlakuan Parameter Ulangan

1 2 3 4 5

Biji tidak

dikupas

Panjang tunas - - - - -

Jumlah daun - - - - -

Biji dikupas Panjang tunas 5 - - 1.5 2

Jumlah daun 8 - - 4 3

Page 19: BAB I

19

tabel 2. hasil Pengamatan subkultur tunas jeruk dan anggrek

Ulangan

Perlakuan

Jeruk Anggrek

1

Kontam

2

Kontam

3

Kontam

4 Tumbuh

5 Tumbuh

*media kontam

PEMBAHASAN

Berdasarkan percobaan ini medium yang digunakan adalah medium MS dimana

komposisi medium MS telah memenuhi syarat – syarat nutrisi untuk merangsang

pertumbuhan sehingga eksplan dapat hidup dan tumbuh. menyatakan bahwa medium MS

merupakan medium dasar yang mengandung unsur hara esensial sebagai sumber energi dan

vitamin yang dapat digunakan untuk semua jenis kultur jaringan

Dari hasil praktikum diatas biji yang memberikan respon cepat

terhadap pertumbuhan adalah biji yang dibersihkan kulit

bijinya. Hal ini terjadi karena biji yang dibersihkan kulit bijinya

lebih maksimal dalam menyerap nutrisi yang tersedia sehingga

pertumbuhan dan perkembangan kalusnya akan baik dan dapat

dengan cepat terjadinya organogenesis dari kalus ini. Pada biji

yang masih terdapat kulit bijinya tidak tampak terjadinya

perkembangan. Hal ini terjadi karena kulit biji dapat menghambat masuknya zat – zat hara

mineral yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Selain itu adanya kulit biji merupakan salah

satu factor dormansi biji. Dormansi pada biji yaitu suatu penundaan pertumbuhan selama

periode tertentu yang mana ketidakmampuan tumbuh ini salah satunya disebabkan oleh

kondisi luarnya yang tidak sesuai. Dormansi juga dapat terjadi karena faktor lingkungan

seperti air, cahaya dan temperatur dan faktor dalam seperti adanya senyawa-senyawa

tertenatu pada kulit biji yang bersifat sebagai penghambat dalam hal ini termasuk.

Page 20: BAB I

20

Dari tabel kelompok yang diperoleh bahwa persentasi keberhasilan dalam

mengkulturkan biji jeruk lebih besar di bandingkan dengan yang tidak berhasil atau

kontaminasi. Hal ini dapat dilihat didalam tabel hasil kelompok , sedangkan pada kultur daun

tapak dara tingkat keberkasilannya 0%, ini diakibatkan oleh kurangnya ketelitian dalam

meletakan eksplan daun kedalam media atau botol kultur, dan kemungkinan dapat juga

berasal dari eksplan itu sendiri.

Dalam melakukan kegiatan kultur jaringan, tidak sedikit masalah-masalah yang

muncul sebagai pengganggu dan bahkan menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan kegiatan

kultur yang dilakukan. Gangguan kultur secara umum dapat muncul dari bahan yang ditanam,

dari lingkungan kultur, maupun dari manusianya sendiri.

Ini juga dapat dilihat dari pengerjaan subkultur yang telah dilakukan pada eksplan

angrek dan jeruk, pada pengerjaanya keberhasilan dari 13 subkultur hanya berhasil 2

subkultur. Ini bisa diakibatkan oleh kurangnya ketelitian dalam memidahkan eksplan dari

satu botol ke botol media yang satu, serta dapat akibatkan oleh kurang sterilnya alat dan

ruang yang digunakan untuk pemindahan tersebut,Karena kondisi yang steril akan

menentukan berhasil tidaknya suatu kegiatan kultur jaringan. Karena jika kondisinya tidak

steril, maka akan mudah terkena kontaminasi sehingga kemampuan totipotensi sel akan

terhambat.

Keberhasilan Pembuatan Media serta Sterilisasi Alat dan Media

Pembuatan media kultur sangat menentukan keberhasilan dalam penumbuhan kultur ke

depannya. Oleh sebab itu, dalam pembuatan media harus benar-benar sesuai dengan petunjuk

yang sudah ditentukan dan terjaga sterilitasnya. Karena jika komposisi bahan penyusun tidak

tepat akan mempengaruhi pertumbuhan dari eksplan tersebut, sehingga perhitungan harus

benar-benar diperhatikan. Selain itu, sterilitas dari alat dan tempat yang digunakan juga harus

selalu diperhatikan, karena jika media sudah mengalami kontaminasi terlebih dahulu sebelum

digunakan untuk menanam eksplan, maka ke depannya kultur yang dihasilkan pun juga akan

mengalami kontaminasi.

Dari hasil sterilisasi alat dan media dapat diketahui bahwa proses sterilisasi dibilang

kurang berhasil, karena alat dan tempat yang digunakan sebelumnya harus mengalami proses

sterilisasi terlebih dahulu sebelum digunakan untuk bekerja. Alat yang digunakan harus

dimasukkan ke dalam autoklaf dahulu selama 20 menit pada suhu 120 oC agar mikroba yang

terdapat dalam alat tersebut mati. Sedangkan tempat yang digunakan untuk penanaman (

Page 21: BAB I

21

kotak entkast ) juga harus disterilisasi terlebih dahulu, yaitu dengan cara menyalakan lampu

UV yang ada dalam kotak tersebut selama 2 jam sebelum digunakan untuk mematikan

mikroba yang ada, dan setiap akan bekerja tempat dan tangan dari praktikan harus selalu

disemprot menggunakan alkohol 70 % sebelum bekerja. Namun dalam pengerjaan seperti

lampu UV tidak ada di Laboratorium Riset Biologi, sterilisasi ruang kultur secara itensif

tidak selalu dilakukan. Hal ini juga dapat diakibatkan karena praktikan yang banyak keluar

masuk diruang kultur dalam keadaan tidak seteril.

Faktor-faktor yang menyebabkan ekspalan terkontaminasi atau tidak tumbuh

o Kontaminasi yang terjadi dapat berasal dari bahan eksplan yang digunakan itu sendiri

sehingga proses kultur yang dilakukan tidak berhasil

o kurang telitinya praktikan dalam pengerjaan sterilisasi eksplan, mengupas kulit biji

jeruk. Maupun kurang ketelitian memilih media yang tidak sengaja telah

terkontaminasi.

o Kurang memperhatian pengerjaan dalam meletakan ekspaln dalam botol kultul,

seperti lampu spritus jauh dari botol, danya asesoris yang terbawa saat pengerjaan.

o Selain itu tidak terlepas dari sterilisasi alat-alat yang digunakan maupun sterilisasai

lingkungan kerja sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan dari eksplan tersebut

Ruang dalam kultur jaringan yang sangat diperhatikan yaitu seperti:

1. Ruang Kultur

Ruang kultur merupakan suatu ruangan untuk menempatkan botol-botol kultur yang

sudah terdapat eksplan maupun botol yang berisi media kosong. Botol-botol tersebut

ditempatkan pada rak-rak kultur yang di lengkapi dengan lampu.Ruangan ini

dilengkapi pula dengan AC untuk mendapatkan suhu udara yang dikehendaki. Ruang

keltur hendaknya memiliki suhu yang konstan baik pada siang maupun pada lam hari.

tujuannya adalah untuk mempercepat pertumbuhan dan morfogenesis eksplan.

2. Ruang Aklimatisasi

Ruang aklimatisasi adalah ruangan untuk menempatkan tanaman – tanaman mini (

planlet) hasil perbanyakan melalui kultur jaringan sebelum dipindah ke lapangan.

Pada ruangan ini suhu diusahakan lebih rendah daripada keadaan lapangan,namun

Page 22: BAB I

22

tidak lebih tinggi dari keadaan invitro,sedangkan kelembapan udara diatur diantara

80-90%.

Dari table pengamatan aklimatisasi diatas dapat dilihat bahwa persentase hidup dari

eksplan hasil kultur biji jeruk yang dipindahkan ke media tanah dalam polobec mencapai

100%. Hal ini menunjukkan bahwa eksplan memiliki kemampuan untuk melakukan

peyesuain yang tinggi dengan lingkungan baru dengan komposisi yang terdiri dari aquades

streril, tanah, kompos(sebagai nutrisi), fungisida(sebagai peneteril bahan) eksplan mampu

untuk hidup. Keberhasilan pertumbuhan pada aklimatisasi juga tidak terhindar dari parlakuan-

perlakuan yang dilakukan menurut prosedur aklimatisasi sebagai petunjuk, misalnya saja

setelah melakukan pemindahan eksplan ke dalam ppolibec, eksplan diletakan terlenih dahulu

didalam ruang dengan suhu dan kelembaban relatif selama 2 hari,ini bertujuan agar tanaman

dapat menyesuaikan teerlebih dahulu dengan lingkungan baru, kemudian barulah tanaman

dapat diletakkan diluar ruangan namun tidak dengan pencahayaan langsung, melainkan

diletakkan dirumah kasa terlebih dahulu begitu pula selanjutnya dilakukan penyinaran

bertahap, ini bertujuan agar tanaman tidak mengalami stress lingkungan

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dalam melakukan sterilisasi masih dianggap gagal sebab dapat dilihat hasil

praktikum yang telah dilakukan banyaknya eksplan maupun media tanam yang

terkontaminasi

Keberhasilan praktian dalam membuat media cukup berhasil ini dapat dillihat

eksplan yang diletakan dalam media tanam dapat tumbuh.

biji yang memberikan respon cepat terhadap pertumbuhan adalah biji yang

dibersihkan kulit bijinya. Hal ini terjadi karena biji yang dibersihkan kulit

bijinya lebih maksimal dalam menyerap nutrisi yang tersedia

saran

perlunya perbaikan sarana Laboratorium Riset agar pratikum yang dilakukan

menjadi aman, nyaman.

Pada praktikan disarankan agar lebih hati – hati dalam melakukan penanaman

serta sesuai dengan petunujuk agar tidak terjadi kontaminan yang dapat

mengakibatkan kegagalan dari praktikum.