bab i
DESCRIPTION
bab 1TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada zaman sekarang ini bahan alam semakin banyak digunakan oleh masyarakat
Indonesia salah atunya yang sangat diminati oleh masyarakat adalah pertanian, holokultura,
namun semua ingin mengeluarkan modal yang sedikit dan menghasilkan hasil yang
sebanyak-banyaknya serta yang paling utama efisiensi waktu , namun untuk memperoleh hal
tersebut seseorang atau petani harus lebih banyak menanam benih yang bayak namun
mengingikan waktu yang sedikit. Namun tidak dapat dihindari juga bahwa suatu tanaman
yang memiliki manfaat untuk pengobatan juga terus menerus diambil dari alam. Akibatnya,
tanaman yang bermanfaat sebagai tanaman obat pun dapat menjadi punah. Penggunaan obat
bahan alam terbesar berasal dari tumbuhan jika dibandingkan dengan hewan, Hal ini
disebabkan adanya produksi metabolit sekunder dari tumbuhan, antara lain flavonoid,
saponin, alkaloid, terpenoid, minyak atsiri dan sebagainya, yang disintesis oleh berbagai
tumbuhan, yang memiliki kegunaan yang potensial dalam proses pengobatan.
Metabolit sekunder adalah golongan senyawa yang terkandung dalam tubuh
mikroorganisme, flora, dan fauna ynga terbentuk melalui proses metabolit sekunder. Salah
satu aspek yang semakin berkembang adalah pendekatan proses produksi metabolit sekunder
melalui kultur jaringan tanaman. Kultur jaringan tanaman adalah istilah untuk budidaya
secara in vitro dari semua bagian tanaman, misalnya sel tunggal, jaringan atau organ di
bawah kondisi lingkungan aseptik dan yang sesuai Penelitian banyak berkembang terutama
pada proses induksi kalus pada tanaman yang umum dikenal sebagai tanaman obat, seperti
tapak dara .
Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif.
Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian
tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media
buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang
tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi
tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman
dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan
di tempat steril.
2
Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman,
khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang
dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai
sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar
sehingga tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan
jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan
tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional.
Dalam mengkultur jaringan sangat diperlukan media. Media merupakan faktor penentu
dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung
dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari
garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti
agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi,
baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang
dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol
kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan
autoklaf.
Setiap pengerjaan kultur jaringan sangat disyaratkan keadaan yang steril menyangkut
peralatan kerja, media yang digunakan, ruang kerja, dan yang paling utama adalah sterilisasi
dari eksplan yang akan ditanam. Tahapan sterilisasi ini dilakukan untuk memperkecil
kemungkinan terjadinya kontaminasi saat proses inkubasi atau penumbuhan eksplan kultur
jaringan. Mikroorganisme meliputi jamur dan bakteri. Jika mikroorganisme ada, media
menjadi kurang steril sehingga pertumbuhan bakteri atau jamur akan melebihi dan
mengalahkan eksplan yang kita tumbuhkan.
Potensi pelestarian suatu tanaman yang dilakukan melalui kultur jaringan ini dapat
diukur dari kemampuannya untuk mempertahankan dan melestarikan sifat-sifat dari tanaman
induk terutama dalam menghasilkan senyawa kimia yang sama dengan tanaman induknya.
Dimana dalam analisis kandungan kimia dari tanaman hasil kultur dalam rangka potensi
pelestarian dapat dilakukan dengan membandingkan kromatogram dari ekstrak tanaman hasil
kultur dengan kromatogram ekstrak tanaman induknya.
3
1.2 Tujuan
1. Melatih praktikan agar dapat melakukan sterilisasi : lingkungan kerja.alat dan media serta
bahan tanaman.
2. Melatih praktikan untuk membuat larutan stok dan membuat media basal Murashige dan
Skoog (MS)
3. Melatih praktikan dalam melakukan penanaman eksplan secara in vitro.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jeruk merupakan komoditas pertanian yang penting saat ini dan menempati posisi
teratas dalam bidang agroindustri, baik sebagai buah segar maupun dalam bentuk olahan.
Menurut Jumin (1997) permintaan jeruk terus meningkat karena harganya yang ekonomis
dan banyak mengandung vitamin C, sehingga produksi jeruk belum mencukupi kebutuhan
konsumsi jeruk dalam negeri. Hal ini merupakan tantangan dan peluang yang baik bagi para
petani, pengusaha jeruk dalam meningkatkan produksi jeruk.
Manfaat tanaman jeruk sebagai makanan buah segar atau makanan olahan dimana
kandungan vitamin C yang cukup tinggi. Di beberapa negara telah ada diproduksi minyak
dari kulit dan biji jeruk, gula tetes, alkohol dan pektin dari buah jeruk yang terbuang. Minyak
kulit jeruk dipakai untuk membuat minyak wangi, sabun wangi, esens, minuman dan untuk
campuran kue dan dapat juga digunakan sebagai obat tradisional (Rukmana,2003).
Untuk meningkat produksi jeruk ini dibutuhkan bibit yang baik dan unggul untuk
mendapatkan bibit unggul ini dapat dilakukan dengan cara kultur jaringan. Dalam budidaya
tanaman dengan menggunakan teknik kultur jaringan, pemberian zat pengatur tumbuh dalam
media tanam dan pemilihan eksplan sebagai bahan inokulum awal yang ditanam dalam media
perlu diperhatikan karena mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan eksplan tersebut
menjadi bibit yang baru (Suryowinoto,1996).
Tapak dara adalah perdu tahunan yang berasal dari Madagaskar, namun telah menyebar
ke berbagai daerah tropika lainnya. Nama ilmiahnya Catharanthus roseus (L.) Don. Di
Indonesia tumbuhan hias pekarangan ini dikenal dengan bermacam-macam nama, seperti di
disebut sindapor (Sulawesi), kembang tembaga (bahasa Sunda), dan kembang tapak dårå
(bahasa Jawa). Orang Malaysia mengenalnya pula sebagai kemunting cina, pokok rumput
4
jalang, pokok kembang sari cina, atau pokok ros pantai. Di Filipina ia dikenal sebagai
tsitsirika, di Vietnam sebagai hoa hai dang, di Cina dikenal sebagai chang chun hua, di
Inggris sebagai rose periwinkle, dan di Belanda sebagai soldaten bloem.
Tanaman ini termasuk familia Apocynaceae. Tumbuhan ini banyak ditanam orang
sebagai tanaman hias. Dapat tumbuh di tempat terbuka atau terlindung pada bermacam-
macam iklim, sampai dengan ketinggian 800 meter di atas permukaan laut.
Biasanya tumbuhan ini dapat dikembangbiakkan melalui biji, setek batang, atau akar.
Tanaman herba yang satu ini mengandung komponen antikanker, yaitu alkaloid seperti
vincaleukoblastine, leurocristine, leurosin, vinkadiolin, leurosidin, katarantin. Alkaloid yang
berkhasiat hipoglikemik (menurunkan kadar gula darah) seperti leurosin, katarantin, locherin,
tetrahidroalstonin, vindolin, vindolinin. Akarnya mengandung alkaloid, saponin, flavonoid,
tanin
Namun karena manfaatya yang diketahui dapat digunakan sebagai bahan pengobatan
maka tanaman ini mulai dikembangkan menggunakan teknik kultur jaringan, dengan kultur
jaringan dapat mengultur bgian-bagian yang sangat dibutuhkan untuk kebutuhan masnusia itu
sendiri.
Dengan metode kultur jaringan dapat dihasilkan jumlah bibit tanaman dalam skala
besar dan dalam waktu relatif singkat sehingga lebih memiliki nilai ekonomis. Dari kelebihan
ini Anda dapat belajar cara mengkultur tanaman yang bernilai jual dengan benar sehingga
dapat dimanfaatkan sebagai sumber pendapatan.
Tahapan-tahapan dalam kultur jaringan
Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan
adalah:
1) Pembuatan media
2) Inisiasi
3) Sterilisasi
4) Multiplikasi
5) Pengakaran
6) Aklimatisasi
5
Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan.
Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas.
Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di
tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril.
Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan
secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga
harus steril.
Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam
eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk menghindari adanya
kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan. Tabung reaksi yang telah
ditanami ekplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu
kamar.
Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan
akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan
baik. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar
serta untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang
terkontaminasi akan menunjukkan gejala seperti berwarna putih atau biru (disebabkan jamur)
atau busuk (disebabkan bakteri).
Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke
bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan
sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama
penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan
udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara
bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama
dengan pemeliharaan bibit generatif.
Kultur jaringan secara umum dibagi menjadi 5 kelas berdasar atas bahan yang menjadi
eksplan:
1. kultur kalus. Merupakan kultur dari masa sel pada media agar dan dihasilkan dari
tanaman eksplan
2. kultur sel merupakan kultur sel dalam media cair dengan wadah yang diaerasi
dengan agitasi
3. kultur organ merupakan kultur aseptik dari embrio, serbuk sari,akar,tunas atau
organ tanaman yang lain pada media nutrisi
6
4. kultur meristem dan morfogenensis merupakan kultur aseptik dari meristem tunas
atau eksplan jaringan lainnya pada media nutrisi dengan tujuan untuk menumbuhkan tanaman
lengkap
5. kultur protoplas merupakan kultur dari sel-sel yang dinding selnya telah
dihilangkan atau dipisahkan (gamborg dan shyluk, 1981, plan tissue culture new york,
academic press)
Masalah (Gangguan) pada Kultur Jaringan
Gangguan kultur jaringan dapat menyebabkan kematian eksplan. Gangguan kultur
jaringan secara umum dapat muncul dari bahan yang ditanam, lingkungan kultur maupun
manusia yang melakukannya. Masalah yang muncul, antara lain :
a. Kontaminasi oleh bakteri, jamur, virus, dan lain-lain. Agar terhindar dari kontaminasi
maka langkah-langkah pelaksanaan-nya harus mengikuti prosedur yang benar dan dalam
keadaan steril.
b. Browning (pencoklatan), untuk mengatasinya dengan cara mengabsorbsi fenol
penyebab pencoklatan dengan arang aktif.
Kelebihan dan Kelemahan Teknik Kultur Jaringan
Perbanyakan tanaman secara kultur jaringan mempunyai kelebihan antara lain seperti
berikut.
a. Kultur jaringan merupakan suatu cara menghasilkan jumlah bibit tanaman yang
banyak dalam waktu singkat.
b. Kultur jaringan Tidak memerlukan tempat yang luas.
c. Kultur jaringan Tidak tergantung pada musim sehingga bisa dilaksanakan sepanjang
tahun.
d. Bibit yang dihasilkan Kultur jaringan lebih sehat.
e. Kultur jaringan Memungkinkan dilakukannya manipulasi genetik.
7
Selain mempunyai kelebihan, kultur jaringan ternyata juga mempunyai kekurangan,
seperti berikut.
a. Kultur jaringan Memerlukan biaya besar karena harus dilakukan di dalam
laboratorium dan menggunakan bahan kimia.
b. Kultur jaringan Memerlukan keahlian khusus.
c. Kultur jaringan Memerlukan aklimatisasi ke lingkungan eksternal karena tanaman
hasil kultur biasanya berukuran kecil dan bersifat aseptik serta sudah terbiasa berada di
tempat yang mempunyai kelembapan udara tinggi. Berdasarkan kelebihan dan kelemahan
tersebut, coba Anda simpulkan tentang manfaat dari kultur jaringan!
Sterilisasi
Problem yang sering mengganggu dalam pekerjaan in vitro adalah membuat dan
menjaga kondisi aseptic. Bakteri dan jamur merupakan kelompok kontaminan utama, karena
media kultur jaringan yang kaya akan nutrisi merupakan media pertumbuhan yang sangat
baik bagi bakteri dan jamur.
Secara umum ada 4 macam sumber cemaran, yaitu:
1. Sumber tanaman yang digunakan baik yang bersifat internal dan eksternal.
2. Media yang digunakan tidak steril.
3. Udara
4. Pekerja atau peneliti yang kurang bersih
Media kultur merupakan bahan yang mengandung sumber nutrisi yang baik untuk
pertumbuhan jamur dan bakteri, sehingga diperlukan kondisi yang aseptis dalam melakukan
semua prosedur secara in vitro. Membuat dan menjaga kondisi aseptic merupakan problema
yang sering menganggu dalam pekerjaan in vitro, karena di lingkungan sekitar kita terdapat
banyak spora bakteri dan fungi yang sangat kecil dan ringan sehingga mudah diterbangkan
oleh aliran udara yang sangat lemah. Untuk itu diperlukan proses sterilisasi yang dilakukan
pada media, alat gelas dan alat-alat lain sebelum pekerjaan in vitro dilakukan. Juga perlu
untuk mengerjakan semua pekerjaan ddalam ruang bersih yang dirancang dan dipelihara
dengan baik (Wetherel, 1982).
8
Dalam proses sterilisasi, ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mensterilkan
alat gelas, alat bedah, cairan dan material tanaman. Beberapa teknik yang umum dilakukan,
diantaranya :
1. Pemanasan basah
teknik ini menggunakan tekanan dan uap air dengan alat otoklaf atau denngan pressure
cooker untuk mensterilkan cairan sampai volme satu liter diperlukan tekanan sebesar 103
kPa, suhu 121 oC selama 20 menit. Alat yang disterilkan dibungkus dengan kertas coklat,
bukan aluminium karena kertas aluminium bersifat tidak dapat ditembusi uap ( Dodds dan
Roberts, 1982 ). Sterilisasi media kultur, air dan larutan lain dengan autoklaf mempunyai satu
masalah, yaitubla tekanan dalam autoklaf diturunkan sampai tekanan udara luar sebelum suhu
dari cairan turun sampai 100 0c, cairan akan mendidih dan mungkin meluap dari wadah,
sehingga tidak dapat dipergunakan lagi. Untuk mengatasi masalah ini, penurunan tekanan
dalam autoklaf harus dilakukan secara perlahan-lahan. Bila mengunakan alat kecil, sebaiknya
alat tersebut disingkirkan terlebih dahulu dari sumber panas, dan dibiarkan dingin dalam
waktu 15-20 menit sebelum dibuka. Hendaklah selalu diperhatikan bahwa tekanan dipastikan
turun sampai 1 atm sebelum membuka autoklaf ( Wetherell, 1982 ).
2. Pemanasan kering
Metode ini hanya digunakan untuk alat gelas, alat logam dan alat lain yang tidak
hangus pada suhu tinggi. Obyek yang mengandung kapas, kertas atau plastik tidak dapat
disterilkan dengan metode ini. Pisau sklapel juga tidak boleh disteilka dengan metode ini
karena temperatur yang tinggi akan membuatnya menjadi tumpul. Alat yang digunakan
adalah oven. Temperatur untuk sterilisasi adalah sekitar 160 0c selama 4 jam. Alat yang
sisterilkan harus dibungkus denagn kertas alumunium sebelum dimasukkan ke dalam oven (
Dodds dan Roberts, 1982 ).
3. Ultrafiltrasi
Beberapa komponen media tidak tahan pemanasan, seperti vitamin, zat pengatur
tumbuh dan lainnya, sehingga harus disterilkan dengan ultrafiltrasi pada suhu kamar.
Ultrafiltrasi adalah teknik sterilisasi dengan menggunakan penyaring bakteri ( Dodds dan
Roberts, 1982 ).
4. Sterilisasi kimia
Tempat kerja secara umum disterilkan permukaannya dengan etanol 70 % v/v atau
isopropanol 70 % v/v. Meskipun alkohol yang diasamkan ( 70 % pH 2,0 ) mungkin lebih
efektif sebagai desinfektan, tetapi tidak digunakan secara umum karena bersifat korosif pada
9
alat logam. Alkohol 80 % juga sering digunakan, tetapi lebih mudah terbakar. Alat yang akan
dipakai sebaiknya dicelupkan dalam alkohol da dilewatkan lampu spritus ( Dodds dan
Roberts, 1982 ).
sterilisasi ekplan
Sterilisasi eksplan dapat dilaksanakn dengan dua cara, yaitu secara mekanik dan secara
kimia.
a. Sterilisasi eksplan secara mekanis
Cara ini digunakan untuk eksplan yang keras atau berdaging, yaitu dengan membakar
eksplan tersebut di atas lampu spiritus sebanyak 3 kali. Eksplan keras yang disterilisasi
dengan cara ini antara lain adalah tebu, biji salak, bung, bunga anggrek, kapulaga dsb.
Sedangkan eksplan yang berdaging antara lain adalah wortel, umbi, baeang putih dll.
b. Sterilisasi eksplan secara kimiawi
Sterilisasi secara kimiawi digunakan untuk eksplan yang lunak (jaringan muda) seperti
daun, tangkai daun dll. Beberapa jenis disinfektan yang umum digunakan pada kultur
jaringan tanaman:
Beberapa disinfektan yang biasa digunakan
Desinfektan Kadar Waktu sterilisasi
Na-
Hipoklorid**
0,5% – 5% 5 – 20 menit
Alkohol 75% - 80% Beberapa detik-
beberapa menit
Benzalkoniu
m khlorid
0,1% -
0,5%
5 – 20 menit
Hidrogen
peroksida
1% - 3% 15 – 30 menit
Sublimat 0,1% 20 – 30 menit
* Zat-zat tersebut beracun dan atau iritasi, pemakaian harus hati-hati
** Pemutih pakaian
, biasanya larutan Na hipoklrorid atau Chlorinated lime chlorid 5%
kalsium hipoklorid jug baik
*** Zephiran, BTC, Roccal
Sodium hipoklorit
10
Nama dagangnya adalh Clorox atau Bayclin. Konsentrasi untuk sterilisasi tergantung
dari kelunakan eksplan, dapat 5%-10%, dan waktunya antara 5-10 menit.
Mercuri klorit
Nama dagangnya adalah Sublimat 0,05%. Penggunaan bahan kimia ini harus hati-hati
karena bersifat racun. Cara perlakuan sterilisasi dengan sublimat sama dengan sterilisasi
dengan Clorox, hanya waktunya lebih pendek karena sublimat bersifat keras. Bila sterilisasi
terlalu lama dapat menyebabkan kerusakan pada eksplan (berwarna coklat) sehingga eksplan
tersebut tidak akan mapu tumbuh. Konsentrasi yang digunakan 0,05%-0,1% dan waktu
sterilisasi 5-10 menit.
Alkohol 70%
Alkohol lebih banyak diperdagangkan dalam bentuk alkohol 95%. Jamur biasanya mati
dengan alkohol 70%, sedangkan dengan alkohol 95% masih tetap hidup. Oleh karena itu,
alkohol 95% perlu diencerkan menjadi alkohol 70%.
(Hendaryono dan Wijayani, 1994).
Biasanya lapisan luar tanaman berlapis lilin, maka larutan desinfektan perlu ditambah
sedikit deterjen atau bahan pembasah (wetting agent) yaitu tween 20 atau tween 80. bila
memakai salkonium klorida sebagai desinfektan tidak diperlukan penambahan deterjen
karena desinfektan ini sudah bisa bersifat sebagaio deterjen (Wetherell, 1982)
5. Media Kultur
Media kultur yang memenuhi syarat adalah media yang mengandung nutrien makro dan
mikro, sumber tenaga umumnya digunakan sukrosa, seringkali juga mengandung 1 atau 2
macam vitamin dan zat perangsang pertumbuhan. Kadang-kadang diperlukan penambahan
zat lain seperti yeast, ekstrak malt (Wetherell, 1982).
Komposisi media kultur jaringan adalah:
1. Garam-garam anorganik
Zat kimia anorganik terdiri dari makronutrien dan mikronutrien. Makronutrien
dibutuhkan dalam jumlah lebih dari 0,5 mmol/L, sedangkan mikronutrien dibutuhkan dalam
jumlah kurang dari 0,5 μmol/L. Yang termasuk dalam makronutrien adalah N, K, P, Ca, S
dan Mg. Elemen mikronutrien adalah Fe, Mn, Zn, B, Cu dan Mo (Gamborg dan Shyluk,
1981)
Menurut Sutarni Moeso (1989), kegunaan tiap-tiap unsur tersebut adalah sebagai
berikut:
Nitrogen (N)
11
Kegunaan nitrogen bagi tanaman adalah untuk menyuburkan tanaman, sebab unsur N
dapat membentuk protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik yang lain. yang paling
penting dalam hal ini adalah pembentukan protein. Jadi unsur N dipergunakan terutama untuk
pertumbuhan vegetatif tanaman. Selain itu unsur N juga berperan dalam pembentukan hijau
daun untuk melaksanakan proses fotosintesis yang nantinya akan menghasilkan karbohidrat.
Fosfor (P)
Unsur P terutama dibutuhkan tanaman untuk pembentukan karbohidrat. Maka unsur P
ini dibutuhkan secara besar-besaran pada waktu pertumbuhan benih, pembungaan,
pemasakan buah dan biji.
Kalium (K)
Unsur K berfungsi memperkuat tubuh tanaman, karena unsur ini dapat menguatkan
serabut-serabut akar sehingga daun, bunga dan buah tidak mudah gugur. Di samping itu,
unsur K juga berfungsi memperlancar metabolisme dan mempengaruhi penyerapan makanan.
Sulfur (S)
Unsur S merupakan unsur yang penting untuk pembentukan beberapa jenis protein,
seperti asam amino dan vitamin B1. Unsur S juga berperan penting dalam pembentukan
bintil-bintil akar juga membantu pembentukan anakan sehingga pertumbuhan dan ketahanan
tanaman terjamin.
Kalsium (Ca)
Unsur Ca terdapat pada batang dan daun tanaman. Unsur Ca ini bertugas merangsang
pembentukan bulu-bulu akar, mengeraskan batang dan merangsang pembentukan biji karena
unsur Ca bersama-sama dengan unsur Mg akan memproduksi cadangan makanan.
Magnesium (Mg)
Dengan menambahkan unsur Mg maka kandungan fosfat dalam tanaman dapat
meningkat. Sedangkan kegunaan dari fosfat sendiri adalah sebagai bahan mentah untuk
pembentukan sejumlah protein. Dengan terbentuknya sejumlah protein ini, maka
pertumbuhan daun menjadi hijau sempurna dan terbentuk karbohidrat, lemak serta minyak-
minyak.
Besi (Fe)
Unsur Fe dibutuhkan sedikit lebih banyak daripada unsur mikro lainnya. Unsur Fe biasa
diberikan dalam bentuk FeSO4.7H2O dan Na2.EDTA.2H2O. Di dalam kultur jaringan ,
pemberian unsur Fe juga berfungsi sebagai penyangga (chelatin agent) yang sangat penting
untuk menyangga kestabilan pH media selama digunakan untuk menumbuhkan jaringan
tanaman. Pada tanaman, unsur Fe berfungsi untuk pernapasan dan pembentukan hijau daun.
12
6. Zat-zat organik
a. Sukrosa, glukosa, fruktosa
Sukrosa sering ditambahkan pada medium kultur jariingan sebagai sumber energi yang
diperlukan untuk induksi kalus. Sukrosa dengan konsentrasi 2% - 5% merupakan sumber
karbon. Penggunaan sukrosa diatas kadar 3% meyebakan terjadinya penebalan dinding sel.
Glukosa dan fruktosa dapat digunakan untuk mengganti sukrosa karena dapat merangsang
pertumbuhan beberapa jaringan.
b. Mio-inositol
Penambahan mio-inositol pada medium bertujuan untuk membantu diferensiasi dan
pertumbuhan sejumlah jaringan. Bila myo-inositol diberikan bersama dengan auksin, kinetin
dan vitamin, maka dapat mendorong pertumbuhan jaringan kalus.
c. Vitamin
Vitamin-vitamin yang sering digunakan dalam media kultur jaringan antara lain adalah
Tiamin(vitamin B1), Piridoksin (vitamin B6) dan asam nikotinat. Fungsi tiamin untuk
mempercepat pembelahan sel pada meristem akar, juga berperan sebagai koenzim dalam
reaksi yang menghasilkan energi dari karbohidrat dan memindahkan energi. Asam nikotinat
juga penting dalam reaksi-reaksi enzimatik, disamping berperan sebagai prekursor dari
beberapa alkaloid. Pemberian vitamin C biasanya bertujuan untuk mencegah terjadinya
pencoklatan pada permukaan irisan jaringan.
d. Asam-asam amino
Asam-asam amino berperan penting untuk pertumbuhan dan diferensiasi kalus.
Kebutuhan asam amino untuk setiap tanaman berbeda-beda. Asparagin dan Glutamin
berperan dalam metabolisme asam amin, karena dapat menjadi pembawa dan sumber amonia
untuk sintesis asam-asam aminobaru dalam jaringan.
e. Zat pengatur tumbuh (phytohormon)
Zat pengatur tumbuh pada tanaman adalah senyawa organik bukan hara, yang dalam
jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat dan dapat mengubah proses fisiologi
tumbuhan. Zat pengatur tumbuh yang digunakan dalam praktikum ini adalah auksin berupa
2,4 D dan sitokinin berupa kinetin.
Auksin
Zat pengatur tumbuh tersebut aktif dalam menstimulasi pertumbuhan kemudian
berubah menjadi IAA. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi IAA adalah sintesis
auksin, pemecahan auksin, inaktifnya IAA sebagai akibat proses pemecahan molekul.
13
Pemecahan molkul terjadi karena adanya photo oksidasi dan enzim. Pigmen yang menyerap
cahaya (mengoksidasi IAA) dan merupakan penyebab inaktifnya IAA adalah riboflavin dan ß
karoten. 2,4 D merupakan zat pengatur tumbuh yang dikelompokkan ke dalam auksin.
Menurut Koeffli, Thimann dan Went (1966) aktivitas auksin ditentukan oleh adanya struktur
yang jenuh, adanya rantai keasaman (acid chain), pemisaan carboxyl group (-COOH) dari
struktur cincin, dan adanya pengaturan ruangan antara struktur cincin dengan rantai
keasaman. Posisi dan panjang rantai keasaman berpengaruh tehadap aktivias auksin rantai
karboxyl group dipisahkan oleh carbon / carbon dan oksigen akan memberikan aktivitas yang
optimal. Oleh karena itu, IAA dan 2,4 D mempunyai aktivias yang cukup tinggi karena
persyaratan di atas terpenuhi.
Arti sebagai salah satu hormon pertumbuhan mempunyai pranan terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman dari segi fisiologi, hormon ini berpengaruh
terhadap: pengembangan sel, phototropisme, geotropisma, apical dominasi, pertumbuhan
akar (root initiation), partenocharpy, absission, pembentukan kalus (callus formation), dan
respirasi.
Dari studi tentang pengaruh auksin terhadap perkembangan sel membuktikan bahwa
auksin dapat menaikkan tekanan osmotik, menaikkan permeabilitas sel terhadap air,
menyebabkan pengurangan tekanan pada dinding sel, menaikkan sintesis protein, menaikkan
plastisitas, dan pengembangan dinding sel. Apabila ujung batang mengalami hambatan dalam
pertumbuhannya (dipotong), maka pertumbuhannya akan tumbuh ke arah samping yang
disebut tunas lateral (tumbuh tunas pada ketiak daun), fenomena ini disebut apical
dominance.
Sitokinin
Sitokinin merupakan suatu zat pengatur tumbuh yang ditemukan pada
tanaman. Zat pengatur tumbuh ini mempunyai peranan dalam proses pembelahan sel.
Menurut Miller et al (1955, 1956) dalam Weafer (1972), senyawa yang aktif dalam
pertumbuhan adalah kinetin (6-furfuryl amino purin). Namun peneliian yang lain pun
menyebutkan bahwa purine adenine pun sangat efektif.
Bentuk dasar dari struktur kimia sitokinin adalah adenine (6-amino purine). Adenine
merupakan bentuk dasar untuk menentukan aktivitas dari sitokinin. Panjang rantai dan
hadirnya suatu double bond dalam rantai tersebut akan menaikkan aktivitas zat pengatur
tumbuh ini.
Pembelahan sel dalam kultur jaringan tanaman yang disebabkan oleh kinetin telah
banyak dilakukan oleh para peneliti. Namun tidak ada suatu unsure yang dapat berdiri
14
sendiri, kesemuanya berinteraksi antara satu sama lain sehingga terbnuklah suatu system.
Penelitian terhadap kinetin dan IAA terhadap Tobacco pith culture telah membuktikan bahwa
ada peranan dari kedua zat ini terhadap pertumbuhan. Aplikasi auksin dan sitokinin dalam
berbagai perbandingan menghasilkan pertumbuhan yang berbeda. Jika perbandingan
konsentrasi sitokin lebih besar daripada auksin maka akan menghasilkan tunas dan daun. Jika
perbandingan konsentrasi sitokinin lebih kecil daripada auksin maka akan menghasilkan akar.
Jika perbandingan konsentrasi sitokinin berimbang dengan auksin maka akan menghasilkan
akar dan tunas. Jika konsentrasi sitokinin adalah intermediet (sedang) dan konsentrasi auksin
yang rendah maka akan menghasilkan kalus.
Kultur jaringan dapat dilakukan pada media padat atau cair. Bahan pendukung untuk
media padat adalah agar-agar dengan kadar 0,6%-1%. Penggunaan agar pada kadar yang
lebih tinggi pada media akan membuat media menjadi keras sehingga menghambat difusi zat
makanan ke dalam jaringan. Kultur cair tidak memerlukan agar, suplai O2 diberikan dengan
jalan penggojokan untuk membantu aerasi (Wetherel, 1982).
Hal yang perlu diperhatian dalam pembuatan media antara lain pH. Sel-sel tanaman
yang ditumbuhkan secara kultur jaringan mempunyai rentang pH yang sangat sempit dengan
titik optimum 5,5-5,8. selama kultur, pH media akan berubah. Pada awal pertumbuhan pH
media kultur akan bergeser untuk mencapai 6,0 atau lebih tinggi lagi bila nutrient habis
digunakan (Gamborg dan Shyluk,1981).
BAB III
METODE
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1) Laminar Air Flow (LAF)
Alat ini merupakan ruang yang selalu dalam keadaan steril dan digunakan sebagai alat
untuk tahap perlakuan tanaman yang akan dikultur.
2) Autoklaf
Autoklaf digunakan untuk sterilisasi alat dan medium kultur jaringan tanaman
3) Timbangan analitik
Alat ini berfungsi untuk menimbang bahan-bahan kimia yang digunakan untuk kultur
jaringan. Timbangan ini dapat menimbang sampai satuan yang sangat kecil
4) Erlenmeyer
15
Alat ini digunakan untuk menuangkan aquades maupun untuk tempat media
5) Beker glass
Alat ini digunakan untuk menuangkan atau mempersiapkan bahan kimia dan akuades
6) Petridish
Digunakan untuk tempat peletakan potongan eksplan di LAF sebelum dilakukan
penanaman
7) Gelas ukur
Alat ini digunakan untuk menakar akuades dan bahan kimia yang digunakan
8) Pinset
Pinset digunakan untuk memegang dan mengambil irisan eksplan atau untuk menanam
eksplan
9) Skalpel
Skalpel digunakan untuk memotong eksplan
10) Lampu spiritus
Digunakan untuk sterilisasi (memanaskan alat-alat yang akan digunakan dalam
penanaman eksplan khususnya seperti pinset dan pisau di dalam laminar air flow pada
saat mengerjakan penanaman atau subkultur
11) Botol-botol kultur
Digunakan untuk tempat menanam eksplan
12) Hot plate merupakan alat yang digunakan untuk memanaskan media
13) Alumunium foil
Alumunium foil digunakan untuk menutup botol kultur maupun untuk melindungi larutan
stok dari cahaya matahari secara langsung
14) Rak kultur
Berfungsi untuk menempatkan botol-botol kultur untuk menumbuhkan eksplan
15) pH meter
16) Berfungsi untuk mengukur pH media yang akan digunakan untuk menanam eksplan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah biji jeruk, tunas jeruk dan
anggrek, daun Catharanthus roseus, Media Murashige dan Skoog (MS), hormon auksin 24-
D, aquades, alkohol 70% dan larutan betadine.
16
Sterilisasi Alat
Alat-alat seperti cawan petri, botol kultur, Erlenmeyer dan gelas beaker dicuci terlebih
dahulu dengan detergen kemudian dikeringan dan dibungkus dengan plastik. Selanjutnya
disterilisasi dengan autoklaf dengan suhu 121oC.
Pembuatan Media
Ditimbang MS sebanyak 13,29 gr, sukrosa 30 gr dan agar 8 gr
Dimasukkan dalam 1 liter air diaduk hingga rata
Dipanaskan diatas Hot Plate sambil diaduk-aduk menggunakan pengaduk hingga
mendidih kemudian ukur pH ( pH=5)
Dimasukkan kedalam botol kultur yang telah di sediakan
Botol kultur ditutup dengan kertas aluminium foil dan plastik, kemudian diikat
dengan karet gelang
Setelah itu disterilisasi didalam autoklaf pada tekanan 15 ppm suhu mencapai
121 0C dipertahankan selama 15 menit
Di sterilisasi kembali kedalam inkubator pada suhu 23 0C
Penanaman Eksplan
Disediakan semua alat dan bahan yang telah steril dengan menyemprotkan alkohol 70
%
LAF disterilkan dengan alkohol
Alat dan bahan yang akan digunakan seperti pinset, petridish, skalpel, erlenmeyer,
lampu spiritus, media tanam, eksplan, akuades dan betadine, disterilkan dengan
disemprot alkohol 70 % kemudian dimasukkan kedalam LAF
Sebelum bekerja, kedua tangan juga disterikan dengan menyemprotkan alkohol 70 %
Setelah alkohol kering, lampu spiritus dihidupkan
Kulit biji jeruk dikupas didalam petridish yang berisi akuades, kemudian embrionya
direndam sesaat didalam larutan betadine, setelah itu ditanam kedalam botol kultur
yang telah berisi media
Disimpan pada ruang penyimpanan kultur
Pekerjaan didalam LAF dilakukan didekat lampu spiritus untuk menjaga kesterilan
bahan dan alat serta mencegah terjadinya kontaminasi pada hasil pertumbuhan
eksplan.
17
Subkultur
Alat dan bahan yang akan digunakan disterikan dengan alkohol kemudian
dimasukkan kedalam LAF
Kedua tangan disterilkan dengan alkohol 70 % sebelum bekerja
Lampu spiritus dihidupkan. Pekerjaan dilakukan didekat lampu spiritus untuk
menjaga kesterilan alat dan bahan serta mencegah terjadinya kontaminasi
Eksplan tunas jeruk diambil dari planlet yang sudah tersedia menggunakan pinset
steril, kemudian eksplan disterilkan dengan betadine dan dicuci dengan akuades
Eksplan ditanam kedalam botol kultur yang telah berisi media
Multiplikasi
Digunakan daun Catharanthus roseus sebagai sumber eksplan. Tahap-tahap
multiplikasi eksplan secara in vitro adalah sebagai berikut.
Eksplan dibersihkan menggunakan air mengalir
Eksplan direndam dalam deterjen selama 5 menit
Eksplan dibilas dengan aquades steril
Eksplan direndam dalam alkohol selama 5 menit
Eksplan dibilas lagi dengan aquades steril
Eksplan direndam dalam bayklin selama 10 menit dengan dua kali ulangan
Eksplan dibilas kembali dengan aquades steril
Eksplan dipotong pada kedua ujungnya dengan skalpel steril sehingga dihasilkan
potongan daun berbentuk persegi panjang.
Eksplan ditanam kedalam botol kultur menggunakan pinset steril
Eksplan diinkubasi diruangan kultur selama beberapa minggu sampai tumbuh kalus.
Aklimatisasi
Disediakan media tanah dengan komposisi tanah, compos, fungisida, aquades steril
dimasukan didalam polybag
Diambil planlet utuh tanaman jeruk dari botol kultur kemudian dipindahkan kedalam
polybag berisi media yang telah dsediakan
Ditutup dengan plastik transparan sebagai sungkup hingga tertutupi seluruh bagian
planlet
Sebelum diikat rapat dengan karet gelang disemprotkan akuades steril kedalam
sungkup
Diletakkan diruang penyimpanan selama 2 hari
18
Dipindahkan ke lingkungan luar
Dibiarkan beradaptasi, sungkup dilepaskan secara bertahap
Dilakukan pemeliharaan seperti pemeliharaan bibit pada umumnya
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
DATA KELAS
NAMA
PRAKTIKAN
PPENGAMATAN
induksi
tunas
Sub kultur kultur daun aklimatisasi
anggrek jeruk
Anggi Swita Tumbuh kontam
kontam tumbuh
Heria Nova Tumbuh
kontam kontam tumbuh
Indang Julita Tumbuh
kontam kontam tumbuh
Nice Masculen kontam kontam
kontam tumbuh
Okyarni Nuzila Tumbuh kontam
kontam tumbuh
Puji Astuti kontam kontam
kontam tumbuh
Ria Yuni R kontam kontam
kontam tumbuh
Risna mandasari kontam kontam
kontam tumbuh
Septri Wahyudi tumbuh kontam
kontam tumbuh
Suci Riska
Wahyuni tumbuh
kontam kontam tumbuh
Susiyani tumbuh
kontam kontam tumbuh
Wulandari tumbuh
tumbuh kontam tumbuh
Widianti tumbuh
tumbuh kontam tumbuh
DATA KELOMPOK
Tabel 1. kultur Biji
Perlakuan Parameter Ulangan
1 2 3 4 5
Biji tidak
dikupas
Panjang tunas - - - - -
Jumlah daun - - - - -
Biji dikupas Panjang tunas 5 - - 1.5 2
Jumlah daun 8 - - 4 3
19
tabel 2. hasil Pengamatan subkultur tunas jeruk dan anggrek
Ulangan
Perlakuan
Jeruk Anggrek
1
Kontam
2
Kontam
3
Kontam
4 Tumbuh
5 Tumbuh
*media kontam
PEMBAHASAN
Berdasarkan percobaan ini medium yang digunakan adalah medium MS dimana
komposisi medium MS telah memenuhi syarat – syarat nutrisi untuk merangsang
pertumbuhan sehingga eksplan dapat hidup dan tumbuh. menyatakan bahwa medium MS
merupakan medium dasar yang mengandung unsur hara esensial sebagai sumber energi dan
vitamin yang dapat digunakan untuk semua jenis kultur jaringan
Dari hasil praktikum diatas biji yang memberikan respon cepat
terhadap pertumbuhan adalah biji yang dibersihkan kulit
bijinya. Hal ini terjadi karena biji yang dibersihkan kulit bijinya
lebih maksimal dalam menyerap nutrisi yang tersedia sehingga
pertumbuhan dan perkembangan kalusnya akan baik dan dapat
dengan cepat terjadinya organogenesis dari kalus ini. Pada biji
yang masih terdapat kulit bijinya tidak tampak terjadinya
perkembangan. Hal ini terjadi karena kulit biji dapat menghambat masuknya zat – zat hara
mineral yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Selain itu adanya kulit biji merupakan salah
satu factor dormansi biji. Dormansi pada biji yaitu suatu penundaan pertumbuhan selama
periode tertentu yang mana ketidakmampuan tumbuh ini salah satunya disebabkan oleh
kondisi luarnya yang tidak sesuai. Dormansi juga dapat terjadi karena faktor lingkungan
seperti air, cahaya dan temperatur dan faktor dalam seperti adanya senyawa-senyawa
tertenatu pada kulit biji yang bersifat sebagai penghambat dalam hal ini termasuk.
20
Dari tabel kelompok yang diperoleh bahwa persentasi keberhasilan dalam
mengkulturkan biji jeruk lebih besar di bandingkan dengan yang tidak berhasil atau
kontaminasi. Hal ini dapat dilihat didalam tabel hasil kelompok , sedangkan pada kultur daun
tapak dara tingkat keberkasilannya 0%, ini diakibatkan oleh kurangnya ketelitian dalam
meletakan eksplan daun kedalam media atau botol kultur, dan kemungkinan dapat juga
berasal dari eksplan itu sendiri.
Dalam melakukan kegiatan kultur jaringan, tidak sedikit masalah-masalah yang
muncul sebagai pengganggu dan bahkan menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan kegiatan
kultur yang dilakukan. Gangguan kultur secara umum dapat muncul dari bahan yang ditanam,
dari lingkungan kultur, maupun dari manusianya sendiri.
Ini juga dapat dilihat dari pengerjaan subkultur yang telah dilakukan pada eksplan
angrek dan jeruk, pada pengerjaanya keberhasilan dari 13 subkultur hanya berhasil 2
subkultur. Ini bisa diakibatkan oleh kurangnya ketelitian dalam memidahkan eksplan dari
satu botol ke botol media yang satu, serta dapat akibatkan oleh kurang sterilnya alat dan
ruang yang digunakan untuk pemindahan tersebut,Karena kondisi yang steril akan
menentukan berhasil tidaknya suatu kegiatan kultur jaringan. Karena jika kondisinya tidak
steril, maka akan mudah terkena kontaminasi sehingga kemampuan totipotensi sel akan
terhambat.
Keberhasilan Pembuatan Media serta Sterilisasi Alat dan Media
Pembuatan media kultur sangat menentukan keberhasilan dalam penumbuhan kultur ke
depannya. Oleh sebab itu, dalam pembuatan media harus benar-benar sesuai dengan petunjuk
yang sudah ditentukan dan terjaga sterilitasnya. Karena jika komposisi bahan penyusun tidak
tepat akan mempengaruhi pertumbuhan dari eksplan tersebut, sehingga perhitungan harus
benar-benar diperhatikan. Selain itu, sterilitas dari alat dan tempat yang digunakan juga harus
selalu diperhatikan, karena jika media sudah mengalami kontaminasi terlebih dahulu sebelum
digunakan untuk menanam eksplan, maka ke depannya kultur yang dihasilkan pun juga akan
mengalami kontaminasi.
Dari hasil sterilisasi alat dan media dapat diketahui bahwa proses sterilisasi dibilang
kurang berhasil, karena alat dan tempat yang digunakan sebelumnya harus mengalami proses
sterilisasi terlebih dahulu sebelum digunakan untuk bekerja. Alat yang digunakan harus
dimasukkan ke dalam autoklaf dahulu selama 20 menit pada suhu 120 oC agar mikroba yang
terdapat dalam alat tersebut mati. Sedangkan tempat yang digunakan untuk penanaman (
21
kotak entkast ) juga harus disterilisasi terlebih dahulu, yaitu dengan cara menyalakan lampu
UV yang ada dalam kotak tersebut selama 2 jam sebelum digunakan untuk mematikan
mikroba yang ada, dan setiap akan bekerja tempat dan tangan dari praktikan harus selalu
disemprot menggunakan alkohol 70 % sebelum bekerja. Namun dalam pengerjaan seperti
lampu UV tidak ada di Laboratorium Riset Biologi, sterilisasi ruang kultur secara itensif
tidak selalu dilakukan. Hal ini juga dapat diakibatkan karena praktikan yang banyak keluar
masuk diruang kultur dalam keadaan tidak seteril.
Faktor-faktor yang menyebabkan ekspalan terkontaminasi atau tidak tumbuh
o Kontaminasi yang terjadi dapat berasal dari bahan eksplan yang digunakan itu sendiri
sehingga proses kultur yang dilakukan tidak berhasil
o kurang telitinya praktikan dalam pengerjaan sterilisasi eksplan, mengupas kulit biji
jeruk. Maupun kurang ketelitian memilih media yang tidak sengaja telah
terkontaminasi.
o Kurang memperhatian pengerjaan dalam meletakan ekspaln dalam botol kultul,
seperti lampu spritus jauh dari botol, danya asesoris yang terbawa saat pengerjaan.
o Selain itu tidak terlepas dari sterilisasi alat-alat yang digunakan maupun sterilisasai
lingkungan kerja sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan dari eksplan tersebut
Ruang dalam kultur jaringan yang sangat diperhatikan yaitu seperti:
1. Ruang Kultur
Ruang kultur merupakan suatu ruangan untuk menempatkan botol-botol kultur yang
sudah terdapat eksplan maupun botol yang berisi media kosong. Botol-botol tersebut
ditempatkan pada rak-rak kultur yang di lengkapi dengan lampu.Ruangan ini
dilengkapi pula dengan AC untuk mendapatkan suhu udara yang dikehendaki. Ruang
keltur hendaknya memiliki suhu yang konstan baik pada siang maupun pada lam hari.
tujuannya adalah untuk mempercepat pertumbuhan dan morfogenesis eksplan.
2. Ruang Aklimatisasi
Ruang aklimatisasi adalah ruangan untuk menempatkan tanaman – tanaman mini (
planlet) hasil perbanyakan melalui kultur jaringan sebelum dipindah ke lapangan.
Pada ruangan ini suhu diusahakan lebih rendah daripada keadaan lapangan,namun
22
tidak lebih tinggi dari keadaan invitro,sedangkan kelembapan udara diatur diantara
80-90%.
Dari table pengamatan aklimatisasi diatas dapat dilihat bahwa persentase hidup dari
eksplan hasil kultur biji jeruk yang dipindahkan ke media tanah dalam polobec mencapai
100%. Hal ini menunjukkan bahwa eksplan memiliki kemampuan untuk melakukan
peyesuain yang tinggi dengan lingkungan baru dengan komposisi yang terdiri dari aquades
streril, tanah, kompos(sebagai nutrisi), fungisida(sebagai peneteril bahan) eksplan mampu
untuk hidup. Keberhasilan pertumbuhan pada aklimatisasi juga tidak terhindar dari parlakuan-
perlakuan yang dilakukan menurut prosedur aklimatisasi sebagai petunjuk, misalnya saja
setelah melakukan pemindahan eksplan ke dalam ppolibec, eksplan diletakan terlenih dahulu
didalam ruang dengan suhu dan kelembaban relatif selama 2 hari,ini bertujuan agar tanaman
dapat menyesuaikan teerlebih dahulu dengan lingkungan baru, kemudian barulah tanaman
dapat diletakkan diluar ruangan namun tidak dengan pencahayaan langsung, melainkan
diletakkan dirumah kasa terlebih dahulu begitu pula selanjutnya dilakukan penyinaran
bertahap, ini bertujuan agar tanaman tidak mengalami stress lingkungan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dalam melakukan sterilisasi masih dianggap gagal sebab dapat dilihat hasil
praktikum yang telah dilakukan banyaknya eksplan maupun media tanam yang
terkontaminasi
Keberhasilan praktian dalam membuat media cukup berhasil ini dapat dillihat
eksplan yang diletakan dalam media tanam dapat tumbuh.
biji yang memberikan respon cepat terhadap pertumbuhan adalah biji yang
dibersihkan kulit bijinya. Hal ini terjadi karena biji yang dibersihkan kulit
bijinya lebih maksimal dalam menyerap nutrisi yang tersedia
saran
perlunya perbaikan sarana Laboratorium Riset agar pratikum yang dilakukan
menjadi aman, nyaman.
Pada praktikan disarankan agar lebih hati – hati dalam melakukan penanaman
serta sesuai dengan petunujuk agar tidak terjadi kontaminan yang dapat
mengakibatkan kegagalan dari praktikum.