bab i
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kimia merupakan salah satu cabang sains (Ilmu Pengetahuan Alam) selain
biologi dan fisika. Dalam bidang ilmu kimia mempelajari struktur, susunan, sifat,
perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Energi yang terlibat
dalam proses fisika dan kimia dipelajari dalam konsep termokimia.
Pengukuran dan perubahan kalor yang menyertai reaksi kimia, perubahan
fase, dan pembentukan larutan dipelajari dalam termokimia. Karena kalor tidak dapat
dilihat oleh mata, maka konsep termokimia merupakan konsep abstrak. Konsep
abstrak hanya dapat dipelajari dengan baik oleh siswa yang telah mengembangkan
kemampuan berpikir formal atau abstrak. Kemampuan berpikir formal belum dimiliki
oleh semua siswa yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam memahami
konsep termokimia.
Kajian tentang termokimia diajarkan di kelas XI SMA Negeri 1 Kuala
Pembuang dalam mata pelajaran kimia-03. SMA Negeri 1 Kuala Pembuang
menggunakan sistem Satuan Kredit Semester (SKS) seperti yang diterapkan di
perguruan tinggi. Sistem SKS memungkinkan siswa memilih mata pelajaran yang
akan diambil dalam satu semester. Terdapat 3 kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Kuala
Pembuang, yaitu XI-IPA1, XI-IPA2, dan XI-IPA3. Nilai ulangan harian termokimia
kelas XI-IPA2 memiliki rata-rata lebih rendah daripada siswa kelas XI-IPA3.
Sebanyak 51,3% siswa kelas XI-IPA2 mengalami kesulitan dalam memahami
termokimia.
Dalam bidang ilmu kimia konsep termokimia merupakan salah satu konsep
penting. Hal ini disebabkan karena konsep termokimia diperlukan untuk pengkajian
konsep reaksi kesetimbangan pada proses industri. Kesalahan penggunaan konsep
termokimia memungkinkan terjadi kesalahan konsep pada materi yang terkait.
Kesalahan konsep adalah kekonsistenan kesalahan menjawab soal pada konsep yang
sama (Berg dalam Effendy, 2002).
Beberapa penelitian tentang kesalahan konsep termiokimia telah dilakukan.
Purwaningtyas (2007) melakukan penelitian tentang analisis kesalahan konsep
termokimia pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Pahandut Kabupaten Sampit,
Kalimantan Tengah. Kesalahan-kesalahan konsep yang dialami siswa kelas XI yaitu
(1) Reaksi endotermik ditandai dengan terjadi kenaikan suhu pada waktu reaksi
berlangsung, (2) Reaksiendotermik ditandai dengan terjadi penurunan suhu , (3)
Reaksi endotermik adalah reaksi yang memiliki ∆H negatif. Nugroho (2011) dalam
penelitiannya melakukan analisis pemahaman siswa kelas XI IPA terhadap materi
termokimia di SMAN 1 Hanau Kabupaten Seruyan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa (1) Prestasi ketuntasan siswa masih rendah, (2) Prestasi penguasaan siswa
secara keseluruhan memiliki kriteria baik, (3) Pemahaman siswa secara keseluruhan
berkriteria baik, (4) Pemahaman siswa mendeskripsikan perubahan entalpi suatu
reaksi, reaksi eksotermik, dan reaksi endotermik berkriteria baik.
Berdasarkan latar belakang dan data hasil penelitian, maka muncul
pertanyaan: “Kesalahan konsep apa yang dialami siswa pada konsep termokimia?”.
Pertanyaan yang timbul mendorong untuk dilakukan penelitian berjudul “Analisis
Kesalahan Konsep Pokok Bahasan Termokimia Pada Siswa Kelas XI SMAN 1 Kuala
Pembuang
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah penelitian adalah:
1. Apa sajakah kesalahan konsep termokimia yang dialami siswa kelas XI-IPA2
SMAN 1 Kuala Pembuang berdasarkan persentase konsistensi jawaban salah
siswa (PK) lebih besar sama dengan 10%?
2.
C. Kegunaan Penelitian
Kegunaaan dari penelitian yang diharapkan adalah sebagai:
1. Bahan pertimbangan bagi guru untuk merencanakan proses belajar mengajar
materi termokimia dengan strategi pembelajaran, evaluasi dan media pembelajaran
yang tepat untuk meminimalisasi atau mencegah terjadi kesalahan konsep
termokimia.
2. Pemberi informasi kepada guru tentang kesalahan konsep termokimia yang
dialami siswa dan dapat digunakan sebagai dasar alternatif pelaksanaan
pembelajaran termokimia di SMA dan Perguruan Tinggi.
3. Latar belakang penelitian lebih lanjut tentang strategi pembelajaran termokimia di
SMA.
4. Bahan penelitian lebih lanjut tentang identifikasi kesalahan konsep sebagai upaya
pemahaman konsep kimia yang lainnya dengan benar di sekolah lain.
D. Asumsi Penelitian
Penelitian dilakukan berdasarkan asumsi berikut:
1. Buku kimia tentang termokimia yang digunakan oleh siswa dan guru dianggap
benar.
2. Guru memahami dan mengajarkan konsep termokimia dengan benar.
3. Siswa yang dijadikan subyek penelitian mengerjakan semua soal dengan sungguh-
sungguh. Sehingga, jawaban yang diperoleh benar-benar mencerminkan
kemampuan siswa dalam memahami konsep termokimia dan belum pernah
mengerjakan soal serupa.
E. Definisi Operasional
Untuk meghindari terjadi perbedaan penafsiran istilah dalam penelitian,
maka perlu diberikan sejumlah arti istilah sebagai berikut:
1. Kesalahan konsep adalah kekonsistenan kesalahan menjawab soal pada konsep
yang sama (Berg dalam Effendy, 2002).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilakukan termasuk dalam jenis penelitian deskriptif
kuantitatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan berbagai kondisi
tentang kesalahan konsep yang dialami siswa pada materi termokimia
yaitu: sistem; lingkungan; eksotermik; endotermik; perubahan entalpi; jenis-jenis
perubahan entalpi meliputi entalpi pembentukan, entalpi penguraian, dan entalpi
pembakaran yang sesuai dengan kisi-kisi yang dibuat.
B. Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian adalah siswa kelas XI-IPA2 SMA
Negeri 1 Kuala Pembuang. Jenis pemilihan sampel yang digunakan adalah
komprehensif, yaitu seluruh anggota populasi dijadikan sampel. Siswa yang dijadikan
subjek penelitian sebanyak 35 siswa. Kapasitas peneliti dalam penelitian sebagai
observer atau pengamat.
C. Instrumen Penelitian
Penelitian menggunakan instrumen berbentuk tes diagnostik tertulis berupa tes
objektif dengan 5 pilihan jawaban dan pemberian alasan pemilihan jawaban. Tes
dirancang dengan pilihan jawaban yang sesuai dengan indikator dan kisi-kisi soal
sehingga dapat digunakan untuk mengetahui kesalahan konsep termokimia yang
terjadi pada siswa. Langkah-langkah yang dilakukan untuk menyusun tes adalah
sebagai berikut:
1. Penyusunan Kisi-Kisi Soal
Pokok bahasan dalam kajian termokimia meliputi: sistem, lingkungan,
eksotermik, endotermik, perubahan entalpi (∆H), dan jenis-jenis perubahan entalpi
yang mencakup entalpi pembentukan , entalpi penguraian, dan entalpi pembakaran.
Dari pokok bahasan tersebut penetapan jumlah soal disusun pada kisi-kisi soal.
Penyusunan kisi-kisi soal dimulai pada bulan November 2011. Kisi-kisi dijadikan
pedoman dalam menulis soal.
2. Penyusunan Indikator
Penyusunan indikator digunakan untuk mengetahui tingkat pencapaian
kompetensi. Indikator dikembangkan dari kompetensi dasar dengan menggunakan
kata kerja operasional. Kompetensi dasar pokok bahasan termokimia adalah
mendeskripsikan perubahan entalpi suatu reaksi, reaksi eksotermik, dan reaksi
endotermik. Indikator disusun pada bulan November 2011.
3. Penyusunan Butir Soal
Butir soal disusun berdasarkan indikator dan jenjang soal pada kisi-kisi soal.
Jenis soal adalah pilihan ganda dengan 5 pilihan jawaban. Soal berupa tes diagnostik.
Penulisan butir soal memenuhi kaidah berikut.
• Sesuai dengan indikator, dan jenjang pada kisi-kisi soal
• Pokok soal dirumuskan dengan jelas
• Pokok soal tidak boleh memberi petunjuk ke arah jawaban benar
• Pokok soal tidak boleh mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda
• Gambar, grafik, tabel, dan diagram harus berfungsi
• Pilihan jawaban harus berfungsi yaitu tidak boleh kosong, sama sekali tidak dipilih
siswa
• Setiap pengecoh mengukur 1 konsep dan 1 indikator
• Butir soal harus mempunyai satu jawaban yang paling benar
• Butir soal tidak boleh berkait dengan butir soal lainnya
Pengecoh disusun agar mewakili tiap pokok bahasan yang terdapat pada kisi-
kisi soal, sehingga dari konsistensi pengecoh yang dipilih oleh siswa dapat
diidentifikasi kesalahan konsepnya. Butir soal disusun pada bulan November 2011
sampai April 2012.
D. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen yang berupa tes
diagnostik tertulis. Sebelum penelitian, instrumen diuji validitas isi untuk mengetahui
kevalidan soal. Kriteria valid yaitu soal yang dibuat sudah mencakup konsep yang
diukur. Langkah-langkah yang digunakan untuk mengumpulkan data:
1. Validitas Isi
Validitas isi diuji dengan membandingkan isi instrumen dengan konsep yang
diteliti. Validitas isi butir soal ditetapkan berdasarkan penilaian dan pertimbangan
dari dua orang dosen kimia Universitas Negeri Malang. Pada proses validasi, setiap
validator diminta memberikan penilaian terhadap 2 hal, yaitu penilaian terhadap butir
soal yang ditekankan pada kesesuaian dengan indikator dan peta konsep yang diteliti
dan penggunaan kalimat yang komunikatif. Setiap validator diminta untuk
memberikan penilaian pada lembar validasi dengan ketentuan: (i) skor 2 jika butir
soal telah sesuai dengan indikator dan kalimat yang digunakan komunikatif, (ii) skor
1 jika butir soal telah sesuai dengan indikator tetapi kalimatnya belum komunikatif
atau sebaliknya. Validator juga diminta untuk memberi saran perbaikan secara
langsung. Selanjutnya, skor yang diberikan oleh validator dinyatakan dalam bentuk
persentase sehingga diperoleh validitas isi tiap butir soal. Validitas isi tiap butir soal
dihitung menggunakan rumus:
%VsX= Jumlah skor validator
Jumlah skor maksimum (Azwar dalam Winarsih, 2010:28)
Keterangan:
%VsX = validitas butir soal tes ke-X
Tingkat validitas instrumen diinterpretasikan berdasarkan kriteria berikut:
Bila %VsXantara
81-100 = sangat tinggi
61-80 = tinggi
41-60 = cukup
21-40 = rendah
0-20 = sangat rendah
Hasil validasi isi instrumen dirangkum pada Tabel 3.1. Rata-rata 30% soal
mendapat skor 1 dan 70% soal mendapat skor 2.
Tabel 3.1. Hasil Validitas Isi Instrumen
ValidatorSkor (%)
1 212
Rata-rata (%)
273330
736770
Berdasarkan hasil penilaian dari validator, tingkat validitas isi instrumen
sebesar 70% yang berarti tinggi. Soal tes diagnostik telah dinyatakan valid dan
disetujui oleh dua dosen kimia FMIPA Universitas Negeri Malang sebagai
validator yang ditunjukkan pada Tabel 3.1.
2. Uji Coba Instrumen
Setelah instrumen divalidasi, dilakukan uji coba kepada siswa kelas XI-IPA1
SMA Negeri 2 Kuala Pembuang, Seruyan Kalimantan Tengah. Uji coba dilaksanakan
pada hari selasa tanggal 8 Mei 2012. Setelah uji coba, dilakukan analisis hasil uji
coba instrumen yang meliputi: taraf kesukaran, daya beda, validitas, dan reliabilitas.
a. Taraf Kesukaran Butir Soal
Taraf kesukaran bertujuan untuk mengetahui tingkat kesukaran butir soal.
Rumus yang digunakan:
P= BJs
(Arikunto, 2009:208)
Keterangan:
P = Indeks kesukaran
B = jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar
Js = jumlah seluruh siswa
Indeks kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut:
Pantara 0,00-0,30 termasuk soal sukar
Pantara 0,31-0,70 termasuk soal sedang
Pantara 0,71-1,00 termasuk soal mudah
b. Daya Beda Butir Soal
Daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara
siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai
(berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkan besar daya beda disebut indeks
deskriminasi, disingkat D. Rumus untuk menentukan indeks deskriminasi adalah:
D= BAJA
- BBBb
= PA (Arikunto, 2009: 213)
Keterangan:
J = jumlah peserta tes
JA = jumlah peserta kelompok atas
JB = jumlah peserta kelompok bawah
BA = jumlah peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB = jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
PA = proporsi kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar
Klasifikasi daya beda adalah sebagai berikut:
D antara 0,00-0,20 termasuk jelek (poor)
D antara 0,20-0,40 termasuk cukup (satisfactory)
D antara 0,40-0,70 termasuk baik (good)
D antara 0,70-1,00 termasuk baik sekali (excellent)
c. Validitas Butir Soal
Validitas merupakan suatu ukuranyang digunakan untuk menunjukkan
tingkat kevalidan atau keabsahan suatu instrumen. Teknik yang digunakan untuk
mengetahui validitas adalah teknik korelasi product momentyang dikemukakan
oleh Pearson, yaitu:
ᵧXY = N∑ XY−(∑ X )(∑Y )
√ {N ∑ x 2−(∑ x ) 2}{N ∑Y 2} (Arikunto,
2009:72)
Keterangan :
ᵧ = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
N = jumlah siswa
X = skor tiap nomor
Y = skor total
Koefisien korelasi diinterpretasikan sebagai berikut:
• 0,80 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi
• 0,60 sampai dengan 0,80 : tinggi
• 0,40 sampai dengan 0,60 : cukup
• 0,20 sampai dengan 0,40 : rendah
• 0,00 sampai dengan 0,20 : sangat rendah
d. Reliabilitas Soal Tes
Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang
sama. Instrumen yang baik adalah instrumen yang dapat dengan ajeg memberikan
data yang sesuai kenyataan. Dalam penelitian realibilitas soal dihitung dengan
menggunakan pembelahan ganjil-genap dan pengkorelasian kedua belahan dengan
korelasi product moment Pearson. Reliabilitas seluruh tes dicari menggunakan
rumus Spearman-Brown dengan rumus:
r11 = (Arikunto, 2009: 93)
Di mana:
r11 = koefisien reliabilitas
rXY = koefisien korelasi antara variabel x dan y
x = skor item ganjil
y = skor item genap
Kriteria reliabilitas soaladalah sebagai berikut:
r11 0,80 – 1,00 adalah sangat tinggi
r11 0,60 – 0,79 adalah tinggi
r110,40 – 0,59 adalah cukup
r11 0,20 – 0,39 adalah rendah
r11 0,00 – 0,19 adalah sangat rendah
Perhitungan realibilitas dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows.
Teknik pengumpulan data penelitian dilakukan dengan menyelenggarakan tes
objektif tertulis dan wawancara. Tes objektif dilakukan untuk mengidentifikasi
kesalahan konsep siswa. Data tersebut diperoleh dari jawaban dan alasan siswa
memilih pengecoh. Tes tertulis dilaksanakan pada hari Senin, 28 Mei 2012.
Wawancara dilakukan untuk mendukung dan mengkonfirmasi pemilihan jawaban
oleh siswa. Selain itu, hasil wawancara juga dipakai untuk data tambahan dalam
menegaskan kesalahan konsep yang dialami siswa. Wawancara dilaksanakan pada
hari Kamis, 31 Mei 2012.
E. Analisis Data
Data yang diperoleh, dari hasil tes diagnostik, dianalisis untuk mengetahui
kesalahan konsep yang dimiliki siswa dalam memahami konsep termokimia.
Langkah-langkah analisis data adalah sebagai berikut:
1. Pemberian Skor
Pemberian skor dilakukan setelah tes diagnostik dilaksanakan. Butir soal yang
dijawab benar diberi skor 1 dan bila dijawab salah diberi skor 0 pada masing-masing
siswa.
2. Pengelompokan Butir Soal Sesuai Konsep pada Kisi-Kisi Soal
Setiap butir soal dikelompokkan sesuai konsep pada kisi-kisi soal.
Pengelompokan dilakukan untuk mempermudah pembahasan dan memfokuskan pada
konsep sukar dan kesalahan konsep yang muncul.
3. Menghitung Persentase Siswa yang Memilih Jawaban Salah (Pengecoh)
Untuk setiap jawaban salah pada butirsoal, dihitung persentase pengecoh agar
dapat diketahui jumlah siswa yang mengalami kesukaran pada konsep yang diwakili
oleh pengecoh tersebut. Persentase yang menyatakan jumlah siswa yang memilih
jawaban salah menggunakan rumus:
Px = BxN
x (Anjarwati, 2008)
Keterangan:
Px = persentase siswa yang memilih pengecoh
Bx = jumlah siswa yang memilih pengecoh
N = jumlah siswa yang mengikuti tes
x = pilihan jawaban yang disediakanatau alternatif jawaban salah (pengecoh) yang
diberikan siswa (A, B, C, D, atau E)
4. Penentuan Kesalahan Konsep Siswa
Soal dianalisis Px-nya untuk menentukan salah konsep yang dialami siswa.
Kesalahan konsep ditentukan berdasarkan PK pada soal yang merupakan konsep
sukar pada kisi-kisi soal, dan diverifikasi dengan kekonsistenan jawaban salah
yang sama konsepnya pada soal berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Anjarwati, N. L. 2008. Identifikasi Konsep Sukar dan Kesalahan Konsep Stoikiometri pada Siswa SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang.
Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Effendy. 2002. Upaya untuk Mengatasi Kesalahan Konsep dalam Pengajaran Kimia dengan Menggunakan Strategi Konflik Kognitif. Media Komunikasi Kimia, 6 (2): 1-22.
Nugroho, F. 2011. Analisis Pemahaman Siswa Kelas XI IPA terhadap Materi Termokimia di SMAN 1 Hanau Kabupaten Seruyan. Skripsi tidak diterbitkan. Palangkaraya: Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Palangkaraya.
Purwaningtyas, W. 2007. Analisis Kesalahan Konsep Termokimia pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Pahandut Kabupaten Sampit serta Upaya Menguranginya dengan Strategi Konflik Kognitif. Skripsi tidak diterbitkan. Palangkaraya: Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Palangkaraya.
Winarsih, H. 20010. Identifikasi Konsep Sukar dan Kesalahan Konsep Tatanama Senyawa Biner dan Ion Poliatomik Siswa SMA Negeri 1 Malang Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan kimia FMIPA Universitas Negeri Malang.