bab i
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan masalah
1. Apa definisi dari variable epidemiologi?
2. apa maksud dari variable orang?
3. Apa maksud dari variable tempat?
4. Apa maksud dari variable waktu?
Tujuan
Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
I Definisi variabel epidemiologi
Variabel epidemiologi adalah segala factor yang dapat menimbulkan penyakit epidemic, baik
penyakit infeksi maupun penyakit non infeksi yang terjadi pada masyarakat. Variabel
epidemiologi tersebut dikelompokan menurut: orang (person), tempat (place) dan waktu (time)
D. Variabel epidemiologi (epidemiologi deskriptif)
Berdasarkan peranannya epedimiologi terbagi atas epidemiologi deskriptif dan analitik. Peranan
epidemiologi deskriptif adalah membandingkan kelompok-kelompok menurut waktu, tempat dan
orang yang sering disebut dengan variabel epidemiologi. Variabel Epidemiologi :
1. Variabel Waktu/Time:
Kejadian penyakit menurut waktu seperti jam, hari, minggu dan bulan serta tahun. Tujuan
mengetahui waktu adalah untuk dapat memperkirakan sumber penyakit dengan melihat masa
inkubasi penyakit, perkiraan terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) dan melihat penurunan kasus
karena program kesehatan tertentu, misalnya penurunan penyakit TB selama dicanangkan
program imunisasi atau penurunan penularan DBD setelah pencanangan 3M Plus. Variabel
waktu meliputi : jam, hari, bulan, tahun, tanggal, Musim penghujan, kemarau, Terus menerus,
berkala, insidentil, Musim buah, perayaan, upacara
Jenis penyebaran masalah kesehatan yang ketiga yang perlu dipelajari dalam study
epidemiologi adalah Penyebaran Menurut Karakteristik Waktu. Manfaat mempelajari
penyebaran masalah kesehatan menurut Waktu adalah untuk mengetahui :
a) Kecepatan Perjalanan Penyakit Apabila suatu penyakit dalam waktu yang singkat
menyebar dengan pesat, hal ini berarti perjalanan penyakit tersebut berlangsung dengan
cepat.
b) Lama Terjangkitnya Suatu Penyakit. Lama terjangkitnya suatu penyakit dapat diketahui
dari penyebaran penyakit menurut waktu, yaitu dengan memanfaatkan keterangan tentang
waktu terjangkitnya penyakit dan keterangan tentang hilangnya penyakit tersebut
(Setyawan, 2008).
Faktor – faktor yang mempengaruhi penyebaran masalah kesehatan menurut waktu
antara lain :
a) Sifat Penyakit Yang Ditemukan, Hal yang berperan di sini adalah sifat bibit penyakit yang
ditemukan, yang dibedakan atas :
a) Potogenesiti / Patogenitas Kemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan reaksi pada
penjamu sehingga timbul penyakit (Disease Stimulus)
b) Virulensi Ukuran keg anasan penyakit atau derjat kerusakan yang ditimbulkan oleh bibit
penyakit
c) Antigenesiti / Antigenitas Kemampuan bibit penyakit untuk merangsang timbulnya
mekanisme pertahanan tubuh (pembentukan Antigen) pada diri penjamu.
d) Infektiviti / Infektifitas Kemampuan bibit penyakit mengadakan invasi dan menyesuaikan
diri, bertempat tinggal dan berkembang biak dalam diri penjamu.
2. Variabel Templat/ Place:
Maksudnya adalah perkotaan, pedesaan, pemukiman domestik asing dan sebagainya.
Hubungan penyakit dengan tempat menunjukkan adanya faktor-faktor yang mempunyai arti
penting sebagai penyebab timbulnya penyakit antara penghuni dengan tempat yang
dihuni.Meliputi: alamat, RT, RW, dusun, desa, kecamatan, kabupaten, propinsi, pulau, negara.
Kota, desa, pantai, pegunungan, hutan, rawa, Pasar, mal, jalan raya, stasiun, tempat wisata, hotel.
3. Variabel Orang/ Person:
Meliputi: umur, jenis kelamin, kelas sosial, pekerjaan, etnik/suku, status perkawinan,
besarnya keluarga, paritas
. Variabel Orang : Orang sebagai individu mempunyai Variabel yang tak terhingga banyaknya,
sehingga untuk mengadakan pengamatan terhadap semua variabel tersebut sangat tidak mungkin.
Beberapa Variabel Utama yang dapat digunakan sebagai indikator untuk mengidentifikasi
seseorang, diantaranya adalah : Umur, Jenis Kelamin, Suku Bangsa/Etnis, Pendidikan, Status
Perkawinan, Status Ekonomi, Status Marital, dsb.
1) Umur, adalah variabel yang sangat penting dan selalu diperhatikan dalam penyelidikan –
penyelidikan epidemiologi karena :
a) Ada kaitannya dengan Daya Tahan Tubuh. Pada umumnya daya tahan tubuh orang dewasa
jauh lebih kuat daripada daya tahan bayi atau anak – anak.
b) Ada kaitannya dengan ancaman terhadap kesehatan. Orang dewasa yang karena pekerjaannya
ada kemungkinan menghadapi ancaman penyakit lebih besar daripada anak – anak.
c) Ada kaitannya dengan kebiasaan hidup. Dibandingkan dengan anak – anak, maka orang
dewasa lebih besar kemungkinan terpapar dengan berbagai sumber masalah kesehatan atau
penyakit. Perbedaan pengalaman terhadap penyakit menurut umur sangat mempunyai
pengaruh /kemaknaan yang berhubungan dengan perbedaan tingkat keterpaparan dan kerentanan
menurut umur, perbedaan dalam proses Pathogenesis, dan perbedaan dalam hal pengalaman
terhadap penyakit tertentu (Setyawan, 2008).
2) Golongan etnik, Penyebaran masalah kesehatan juga tergantung dari golongan etnik yang
miliki. Yang dimaksud Golongan Etnik adalah : Sekelompok manusia dalam suatu populasi yang
memiliki kebiasaan hidup atau sifat biologis dan genetis yang sama. Golongan Etnik dibedakan
atas :
a) Ras (Race) Pengelompokan menurut Ras, lebih didasarkan pada Warna Kulit dan Bentuk
Tubuh. Dikenal 3 Ras utama yaitu Caucasoid (Kulit Putih), Negroid (Kulit Hitam), dan
Mongoloid (Kulit Kuning/Sawo Matang). Adanya penyakit tertentu yang secara genetik
berhubungan erat dengan Ras, yaitu Sicklecell Anemia.
b) Etnik / Suku Bangsa (Tribe) Pengelompokan dalam Suku Bangsa didasarkan pada tempat
tinggal, adat – istiadat, kebiasaan hidup, keadaan sosial – ekonomi ataupun susunan
makanannya. Timbulnya perbedaan frekuensi penyakit atau kematian mungkin disebabkan oleh
perbedaan tempat tinggal, adat – istiadat, kebiasaan hidup, keadaan sosial – ekonomi ataupun
susunan makanannya. Contohnya adalah perbedaan pengalaman penyakit Malaria ataupun
Filaria bagi penduduk Jawa dan Irian Jaya (Setyawan, 2008).
3) Status perkawinan yang dimaksud dengan Status Perkawinan disini adalah Persekutuan
antara Dua Jenis Kelamin yang berbeda dalam bentuk Keluarga yang diakui secara sah oleh
peraturan perundang – undangan yang berlaku baik sipil maupun agama. Ditinjau dari sudut
pandang Epidemiologi, status perkawinan ini ternyata mempengaruhi penyebaran masalah
kesehatan, karena : Pola Perilaku kalangan yang belum menikah berbeda dengan kalangan yang
sudah menikah.
Secara umum, pengaruh tersebut dapat dibedakan dalam 3 hal, yaitu :
a) Pengaruh Terhadap Pola Penyakit Pola penyakit yang ditemukan pada kelompok orang yang
belum menikah berbeda dengan pola penyakit yang ditemukan pada kelompok orang yang sudah
menikah. Misalnya Penyakit Kelamin yang ternyata lebih banyak ditemukan pada kelompok
orang yang belum pernah menikah. Hal yang sama juga ditemukan pada penyakit akibat
kecelakaan yang lebih banyak terjadi pada kelompok orang yang belum menikah.
b) Pengaruh Terhadap Resiko Terkena Penyakit Resiko terkena penyakit TB Paru misalnya, akan
lebih besar terjadi pada istri atau suami yang pasangannya menderita penyakit TBC Paru.
c) Pengaruh Terhadap Penatalaksanaan - Penanggulangan Penyakit Pada kelompok orang yang
belum menikah yang menderita penyakit akan mendapat perawatan yang kurang dibandingkan
dengan mereka yang telah berkeluarga karena memang kurangnya anggota keluarga yang turut
membantu mengatasi penyakit (Setyawan, 2008).
4) Pekerjaan Hubungan antara Pekerjaan dengan masalah kesehatan lebih banyak dilihat
dari kemungkinan keterpaparan khusus dan derajat keterpaparan serta sifat pekerjaan. Hal – hal
yang berkaitan dengan pekerjaan yang dapat menimbulkan penyakit antara lain :
a) Adanya Faktor – faktor lingkunan yang langsung dapat menimbulkan kesakitan, seperti bahan
– bahan kimia, gas beracun, radiasi, benda – benda fisik yang dapat menimbulkan kecelakaan,
b) Situasi pekerjaan yang penuh dengan Stress, yang merupakan faktor penyebab terjadinya
Hypertensi.
c) Karena ruangan tempat kerja yang terlalu sempit, sehingga memungkinkan proses penularan
penyakit antar pekerja (Setyawan, 2008).
5) Struktur keluarga Struktur keluarga dapat mempunyai pengaruh terhadap kesakitan
dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Suatu keluarga besar, karena besarnya tanggungan
secara relatif, mungkin harus tinggal berdesak – desakan dalam rumah yang luasnya terbatas
sehingga memudahkan penularan penyakit. Dan karena besarnya tanggungan keluarga, mungkin
pula tidak dapat membeli cukup makanan yang bernilai gizi baik atau tidak dapat memanfaatkan
pelayanan kesehatan yang tersedia (Setyawan, 2008).
6) Status sosial ekonomi dalam kehidupan sehari – hari, sering ditemukan beberapa masalah
kesehatan tertentu misalnya penyakit infeksi dan gangguan gizi yang lebih banyak diderita oleh
masyarakat dengan status sosial ekonomi yang rendah dan sebaliknya beberapa penyakit
kardiovaskuler lebih banyak dijumpai pada penderita dengan status sosial ekonomi tinggi
(Setyawan, 2008).
7) Variabel Tempat : Faktor Tempat atau Distribusi Geografis memegang peranan yang sangat
penting dalam penelitian, karena pada geografis yang berbeda akan berbeda pula pola
permasalahan yang dihadapai. Penyebaran masalah kesehatan menurut tempat terjadinya
masalah kesehatan tersebut amat penting, karena dari keterangan yang diperoleh akan dapat
diketahui :
a) Jumlah dan Jenis Masalah Kesehatan yang Ditemukan Suatu Daerah. Dengan diketahuinya
penyebaran penyakit disuatu daerah, maka dapat diketahui dengan tepat masalah – masalah
kesehatan yang ada di daerah tersebut. Dengan demikian dapat diidentifkasikan kebutuhan
kesehatan masyarakat setempat.
b) Hal – Hal Yang Perlu Dilakukan Untuk Mengatasi Masalah Kesehatan Di Suatu Daerah.
Apabila telah diketahui Jumlah dan Jenis masalah kesehatan, dapat disusun program kesehatan
yang tepat untuk daerah tersebut. Hasil akhir yan diharapkan adalah masalah kesehatan dapat
diatasi dengan lebih Efektif dan pemakaian sumber daya yang ada tidak akan sia – sia sehingga
lebih Efisien.
c) Keterangan Tentang Faktor Penyebab Timbulnya Masalah Kesehatan Di Suatu Daerah.
Keterangan tentang penyebab masalah kesehatan ini dapat diperoleh dengan membandingkan hal
– hal khusus yang ada dan yang tidak ada pada suatu daerah. Perbedan tentang hal – hal khusus
tersebut, mungkin merupakan Penyebab timbulnya masalah kesehatan yang dimaksud. Keadaan
– keadaan khusus yang merupakan karakteristik Tempat yang berhubungan dengan masalah
kesehatan, antara lain dapat berupa :
(1) Keadaan Geografis, Berupa : letak wilayah, struktur tanah, curah hujan, sinar matahari,
angin, kelembaban udara, suhu udara, daerah pegunungan, pantai, daratan. (Lingkungan Fisis,
Kemis dan Biologis ).
(2) Keadaan Demografis, Perbedaan keadaan penduduk (Demografi) sangat menentukan
perbedaan penyebab penyakit menurut tempat. Keadan Demografis yang dimasud dapat berupa :
Jumlah dan Kepadatan Penduduk, Konstitusi genetis an etnis, variasi cultural.
(3) Keadaan Pelayanan Kesehatan, Dalam hal ini, menyangkut Jumlah dan Cakupan Pelayanan
Kesehatan, Mutu Layanan Kesehatan yang dselenggarakan serta Program Higiene dan Sanitasi
(Setyawan, 2008).
Berdasarkan luasnya daerah yang terserang suatu masalah kesehatan, penyebaan menurut
karakteristik Tempat ini secara umum dapat dibedaan menjadi 5 macam, yaitu :
a) Penyebaran pada Satu Wilayah (Setempat / Lokal ) Disini masalah kesehatan hanya
ditemukan pada satu wilayah saja. Batasan wilayah yang dimaksudkan tergantung dari sistem
pemerintahan yang dianut, misalnya pada satu kelurahan saja, satu kecamatan saja dsb.
Pembagian menurut wilayah yang sering digunakan adalah Desa dan Kota, karena masing –
masing mempunyai ciri tersendiri yang khas sehingga mempunyai gambaran penyakit yang
berbeda – beda.
b) Penyebaran Beberapa Wilayah Pengertian penyebaran beberapa wilayah juga tergantung dari
sistem pemerintahan yang dianut, misalnya beberapa kelurahan, beberapa kecamatan dsb.
c) Penyebaran Satu Negara (Nasional) Pada penyebaran Satu Negara, masalah kesehatan
tersebut ditemukan di semua wilayah yang ada dalam negara tersebut. Tergantung dari keadaan
geografis dan luasnya suatu negara, masalah yang ditimbulkannya akan berbeda pula.
d) Penyebaran Beberapa Negara (Regional) Masalah kesehatan juga dapat menyebar ke
beberapa negara. Masuk tidaknya suatu penyakit ke suatu negara, dipengaruhi oleh faktor –
faktor :
(1) Kedaaan geografis suatu negara, Dalam arti apakah ditemukan keadaan – keadaan geografis
tertentu yang menyebabkan suatu penyakit dapat terjangkit atau tidak di negara tersebut.
(2) Hubungan komunikasi yang dimiliki, Dalam arti, apakah letak negara tersebut berdekatan
dengan negara yang terjangkit penyakit, bagaiman sistem transportasi antar negara, bagaimana
hubungan antar penduduk, apakah negara tersebut terbuka untuk penduduk yang berkunjung dan
menetap, dsb. (3) Peraturan perundang – undangan yang berlaku. Hal ini berkaitan dengan
peraturan yang berkaitan dengan bidang kesehatan.
e) Penyebaran Banyak Negara (Internasional). Di sini masalah kesehatan telah ditemukan di
banyak negara, yang pada era sekarang ini dengan kemajuan sistem komunikasi dan transportasi
sangat mungkin terjadi (Setyawan, 2008).
Variabel orang adalah ciri-ciri yang didapat sejak lahir ataupun sesudah lahir. Jenis kelamin,
umur, ras, status kekebalan, perkawinan, pekerjaan, sosial ekonomi dan lingkungan. Pentingnya
variabel orang misalnya umur adalah untuk mengetahui :
a. Potensi mereka untuk terpapar dengan sumber infeksi
b. Tingkat imunisasi mereka
c. Aktifitas fisiologi.
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
A. Pendahuluan
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang distribusi penyakit dan determinannya pada
manusia. Distribusi penyakit dapat dideskripsikan menurut orang (usia, jenis kelamin, ras),
tempat (penyebaran geografis) dan waktu, sedangkan pengkajian determinan penyakit mencakup
penjelasan pola distribusi penyakit tersebut menurut faktor-faktor penyebabnya. Dengan
demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada 3 komponen penting yang ada dalam epidemiologi
sebagai berikut :
1. Frekuensi masalah kesehatan Untuk mengetahui frekuensi suatu masalah kesehatan terlebih
dahulu harus dilakukan 2 hal pokok yaitu menemukan atau mengidentifikasi dan mengukur
2. Penyebaran masalah kesehatan. Menunjuk pada keadaan masalah kesehatan yang
dikelompokan berdasarkan orang (man), tempat (place), dan waktu (time).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan atau factor determinan.
Terdapat 3 langkah pokok yang harus dilakukan yaitu merumuskan hipotesa tentang penyebab
suatu masalah kesehatan, uji hipotesa, dan menarik kesimpulan (Setyawan, 2008).
Studi epidemiologi dibedakan menjadi dua kategori: (1) epidemiologi deskriptif; dan (2)
epidemiologi analitik (Gambar 1)
B. Desain Studi Epidemiologi Deskriptif.
1. Pengertian
Epidemiologi deskriptif mendeskripsikan distribusi penyakit pada populasi, berdasarkan
karakteristik dasar individu, seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, kelas sosial, status
perkawinan, tempat tinggal dan sebagainya, serta waktu. Epidemiologi deskriptif juga dapat
digunakan untuk mempelajari perjalanan alamiah penyakit (Murti,1997). Dari komponen penting
yang ada dalam epidemiologi yang termasuk kedalam desain studi epidemiologi deskriptif yaitu
frekuensi masalah Penyebaran masalah kesehatan (Setyawan, 2008).
2. Tujuan
Tujuan epidemiologi deskriptif: (1) Memberikan informasi tentang distribusi penyakit, besarnya
beban penyakit, dan kecenderungan penyakit pada populasi, yang berguna dalam perencanaan
dan alokasi sumber daya untuk intervensi kesehatan; (2) Memberikan pengetahuan tentang
riwayat alamiah penyakit; (3) Merumuskan hipotesis tentang paparan sebagai faktor risiko/ kausa
penyakit (Murti, 1997).
3. Ciri-ciri
a. Hanya ada 1 kelompok studi
b. Mnegukur insidensi atau prevalensi
c. Menggambarkan distribusi penyakit menurut variabel tempat, orang dan waktu.
d. Tidak ada kesimpulan tentang hubungan antara ekposure dan outcome
e. Informasi yang diperoleh dapat mengarahkan suatu eksposure dengan outcome tertentu.
f. Penyajian dilakukan dengan grafik, tabel, spot-map dan sebagainya (Pramono, 2011).
4. Variabel Penelitian
Penelitian Deskriptif dilakukan dengan memusatkan perhatian kepada aspek-aspek tertentu dan
sering menunjukkan hubungan atara berbagai variabel. Rancangan Penelitian Deskriptif
bertujuan untuk menerangkan atau menggambarkan masalah penelitian yang terjadi berdasarkan
karakteristik Orang, Tempat dan Waktu.
a
8) Variabel Waktu :
5. Jenis Studi Jenis studi deskriptif dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Studi Populasi terdiri dari studi ekologis yang merupakan studi awal dengan seluruh populasi
sebagai unit. Contoh menghubungkan konsumsi garam dengan kanker oesophagus di cina
(Samsudrajat, 2011).
b. Studi individu terdiri dari :
1) Case series merupakan studi epidemiologi deskriptif tentang serangkaian kasus, yang berguna
untuk mendeskripsikan spektrum penyakit, manifestasi klinis, perjalanan klinis, dan prognosis
kasus. Case series banyak dijumpai dalam literatur kedokteran klinik. Tetapi desain studi ini
lemah untuk memberi-kan bukti kausal, sebab pada Case Series tidak dilakukan perbandingan
kasus dengan non-kasus. Case series dapat digunakan untuk merumuskan hipotesis yang akan
diuji dengan desain studi analitik.
2) Case report (laporan kasus) merupakan studi kasus yang bertujuan mendeskripsikan
manifestasi klinis, perjalanan klinis, dan prognosis kasus. Case report mendeskripsikan cara
klinisi mendiagnosis dan memberi terapi kepada kasus, dan hasil klinis yang diperoleh. Selain
tidak terdapat kasus pembanding, hasil klinis yang diperoleh mencerminkan variasi biologis yang
lebar dari sebuah kasus, sehingga Case Report kurang andal (reliabel) untuk memberikan bukti
empiris tentang gambaran klinis penyakit
3) Studi potong-lintang (cross-sectional study, studi prevalensi, survei) berguna untuk
mendeskripsikan penyakit dan paparan pada populasi pada satu titik waktu tertentu. Data yang
dihasilkan dari studi potong-lintang adalah data prevalensi. Tetapi studi potong-lintang dapat
juga digunakan untuk meneliti hubungan paparan-penyakit, meskipun bukti yang dihasilkan
tidak kuat untuk menarik kesimpulan kausal antara paparan dan penyakit, karena tidak dengan
desain studi ini tidak dapat dipastikan bahwa paparan mendahului penyakit (Murti, 1997).
6. Contoh Penelitian Deskriptif
a. Kasus diare di kecamatan Manyaran kabupaten wonogiri
b. Prevalensi BBLR di Kabupaten Magelang
c. Distribusi kematian akibat gempa di Kabupaten Bantul Provinsi DIY tahun 2006
d. Insidensi penyakit DBD di Kabupaten Sleman Provinsi DIY
DAFTAR PUSTAKA
Murti, B. 1997. Prinsip dan Metodologi Riset Epidemiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Pramono, D. 2011. Rancangan Penelitian di Bidang Kesehatan.
http://www.kmpk.ugm.ac.id/images/Semester_1/Epidemiologi
/Rancangan_Penelitian_Epidemiologi.pdf. di akses tanggal 21 November 2011.
Samsudrajat, A. 2011. Ruang Lingkup dan Pengertian Epidemiologi.
http://agus34drajat.filespdf/2011/03/ruang-lingkup-dan-pengertian-epidemiologi1.pdf. Di akses
tanggal 21 November 2011.
Seyawan D. 2008. Macam-macam Epidemiologi.
http://www.aditya-edu4all.zoomshare.com/files/EPIDEMIOLOGI/Macammacam_Epidemiolo
gi.pdf. di akses tanggal 21 November 2011.