bab i

8
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penyakit diare masih menjadi penyebab kematian balita (bayi dibawah lima tahun) terbesar di dunia. Menurut catatan Unicef, setiap detik satu balita meninggal karena diare. Diare seringkali dianggap sebagai penyakit sepele, padahal di tingkat global dan nasional fakta menunjukkan sebaliknya. Menurut catatan WHO, diare membunuh dua juta anak di dunia setiap tahun. Penyakit Diare di negara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan ekonomi masyarakat tetapi insiden diare infeksi tetap tinggi dan masih menjadi masalah kesehatan. Di Inggris 1 dari 5 orang menderita diare infeksi setiap tahunnya dan 1 dari 6 orang pasien yang berobat ke praktek umum menderita diare infeksi. Tingginya kejadian diare di negara Barat ini oleh karena foodborne infections dan waterborne infections yang disebabkan bakteri Salmonella spp, Campylobacter jejuni, Stafilococcus aureus, Bacillus cereus, Clostridium perfringens dan Enterohemorrhagic Escherichia coli (EHEC). Diare infeksi di negara berkembang, menyebabkan kematian sekitar 3 juta penduduk setiap tahun. Di Afrika anak anak terserang diare infeksi 7 kali setiap tahunnya di banding di negara berkembang lainnya mengalami serangan diare 3 kali setiap tahun.

Upload: dewi-resti-yuniar

Post on 07-Aug-2015

32 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Penyakit diare masih menjadi penyebab kematian balita (bayi dibawah lima

tahun) terbesar di dunia. Menurut catatan Unicef, setiap detik satu balita meninggal

karena diare. Diare seringkali dianggap sebagai penyakit sepele, padahal di tingkat

global dan nasional fakta menunjukkan sebaliknya.

Menurut catatan WHO, diare membunuh dua juta anak di dunia setiap tahun.

Penyakit Diare di negara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan

ekonomi masyarakat tetapi insiden diare infeksi tetap tinggi dan masih menjadi

masalah kesehatan. Di Inggris 1 dari 5 orang menderita diare infeksi setiap tahunnya

dan  1 dari 6 orang pasien yang berobat ke praktek umum menderita diare infeksi.

Tingginya kejadian diare di negara Barat ini oleh karena foodborne infections dan

waterborne infections yang disebabkan bakteri Salmonella spp, Campylobacter jejuni,

Stafilococcus aureus, Bacillus cereus, Clostridium perfringens dan

Enterohemorrhagic Escherichia coli (EHEC). Diare infeksi di negara berkembang,

menyebabkan kematian sekitar 3 juta penduduk setiap tahun. Di Afrika anak anak

terserang diare infeksi 7 kali setiap tahunnya di banding di negara berkembang

lainnya mengalami serangan diare 3 kali setiap tahun.

Sedangkan di Indonesia, menurut Surkesnas (2001) diare merupakan salah

satu penyebab kematian kedua terbesar pada balita. Di Indonesia, sekitar 162 ribu

balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita setiap harinya. Diare merupakan

penyebab kematian nomor 2 pada Balita dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi

semua umur. Setiap anak di Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1,6 – 2 kali

per tahun. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, diare

menempati urutan ke ketiga penyebab kematian bayi.

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak

lebih dari biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan

Page 2: BAB I

konsistensi tinja dari penderita. Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan

dalam golongan 6 besar yaitu karena Infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, immuno

defisiensi, dan penyebab lain, tetapi yang sering ditemukan di lapangan ataupun klinis

adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan. Adapun penyebab-penyebab

tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya keadaan gizi, kebiasaan

atau perilaku, sanitasi lingkungan, dan sebagainya. Pada tahun 2004, Diare

merupakan penyakit dengan frekuensi KLB kelima terbanyak setelah DBD, Campak,

Tetanus Neonatorium dan keracunan makanan.

Berdasarkan data dari Puskesmas Kabil penderita diare pada tahun 2011

sebanyak 1093 penderita dan diare pada balita sebanyak 600 penderita. Pada tahun

2012 sebanyak 714 penderita dengan jumlah diare pada balita sebanyak 368

penderita. Menurut wilayah cakupan puskesmas kabil, Danau Indah Punggur (DIP)

termasuk daerah dengan kejadian diare paling tinggi, sejak periode Juli sampai

Desember sebanyak 90 penderita pada tahun 2012.

Hal yang bisa menyebabkan balita mudah terserang penyakit diare adalah

perilaku hidup masyarakat yang kurang baik dan keadaan lingkungan yang buruk.

Diare dapat berakibat fatal apabila tidak ditangani secara serius karena tubuh balita

sebagian besar terdiri dari air, sehingga bila terjadi diare sangat mudah terkena

dehidrasi (Depkes, 2010).

Faktor-faktor yang meningkatkan resiko terjadinya diare adalah lingkungan,

praktik penyapihan yang buruk dan malnutrisi. Diare dapat menyebar melalui

praktik-praktik yang tidak higienis seperti menyiapkan makanan dengan tangan yang

belum dicuci, setelah buang air besar atau membersihkan tinja seorang anak serta

membiarkan seorang anak bermain di daerah dimana ada tinja yang terkontaminasi

bakteri penyebab diare (Depkes, 2010).

Perilaku ibu dalam menjaga kebersihan dan mengolah makanan sangat

dipengaruhi oleh pengetahuan tentang cara pengolahan dan penyiapan makanan

yang sehat dan bersih. Pengetahuan dan kesadaran orang tua terhadap masalah

kesehatan balitanya tentu sangat penting agar anak selalu dalam keadaan sehat dan

terhindar dari berbagai penyakit, sedangkan yang mengalami diare tidak jatuh pada

kondisi yang lebih buruk. Sebagian besar angka kematian diare ini diduga karena

Page 3: BAB I

kurangnya pengetahauan masyarakat terutama ibu, mengenai upaya pencegahan dan

penanggulangan diare (Wijaya, 2002).

Kurangnya pengetahuan bisa mempengaruhi perilaku seseorang termasuk

perilaku di bidang kesehatan sehingga bisa menjadi penyebab tingginya angka

penyebaran suatu penyakit termasuk penyakit diare yang mempunyai resiko

penularan dan penyebaran cukup tinggi. Penyakit diare yang merupakan penyakit

berbasis lingkungan juga dipengaruhi oleh keadaan kebersihan baik perorangan

(personal hygiene) maupun kebersihan lingkungan perumahan, sanitasi yang baik

dan memenuhi syarat kesehatan serta didukung oleh personal hygiene yang baik

akan bisa mengurangi resiko munculnya suatu penyakit termasuk diantaranya

penyakit diare. Personal hygiene dan sanitasi lingkungan perumahan yang baik bisa

terwujud apabila didukung oleh perilaku masyarakat yang baik atau perilaku yang

mendukung terhadap program-program pembangunan kesehatan termasuk program

pemberantasan dan program penanggulangan penyakit diare.

Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan kejadian diare yaitu tidak

memadainya penyediaan air bersih, air tercemar oleh tinja, kekurangan sarana

kebersihan, pembuangan tinja yang tidak higienis, kebersihan perorangan dan

lingkungan yang jelek, serta pengolahan dan penyimpanan makanan yang tidak

semestinya. Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat

menjadi faktor pendorong terjadinya diare, terdiri dari faktor agent penjamu,

lingkungan dan perilaku. Faktor penjamu yang menyebabkan meningkatnya

kerentanan terhadap diare, diantaranya tidak memberikan ASI selama 2 tahun,

kurang gizi, penyakit campak, dan imunodefisiensi. Faktor lingkungan yang paling

dominan yaitu sarana penyediaan air bersih dan pembuangan tinja, kedua faktor ini

akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak

sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia

yang tidak sehat pula, maka penularan diare dengan mudah dapat terjadi (Depkes,

2005).

Puskesmas Kabil melalui Program Pemberantasan Penyakit Menular, secara

intensif terus berupaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat

termasuk di dalamnya program penanggulangan penyakit diare baik secara promotif,

preventif maupun kuratif. Kegiatan yang telah dan selalu dilaksanakan adalah

Page 4: BAB I

penyuluhan tentang penyakit diare di berbagai kelompok masyarakat, baik melalui

kegiatan Posyandu, pertemuan Kader, kelompok arisan dan kegiatan-kegiatan

masyarakat yang lain baik yang bersifat formal maupun non formal,

Berdasarkan uraian di atas maka penulis merasa perlu untuk mengadakan

penelitian mengenai hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang PHBS terhadap

kejadian diare pada balita di Dusun DIP Puskesmas Kabil Kecamatan Nongsa Kota

Batam.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang pengetahuan dan perilaku

hidup bersih dan sehat (PHBS) terhadap kejadian diare pada balita di Dusun DIP

wilayah kerja Puskesmas Kabil kecamatan Nongsa ?

1.3. TUJUAN

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah: mengetahui hubungan tingkat

pengetahuan ibu tentang pengetahuan dan perilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS) terhadap kejadian diare pada balita di wilayah DIP Puskesmas Kabil

Kabupaten Nongsa.

1.3.2. Tujuan Khusus

1) Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang penyakit diare.

2) Mengidentifikasi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

3) Mengidentifikasi kejadian diare pada balita.

4) Menganalisis hubungan pengetahuan dengan kejadian diare pada balita.

5) Menganalisis perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian diare

pada balita.

1.4. Manfaat Penelitian

Page 5: BAB I

Penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat khususnya bagi peneliti dan pihak-pihak

terkait baik secara teoritis maupun praktis.

1.4.1.  Manfaat secara teoritis

Sebagai salah satu sumber informasi tentang hubungan antara pengetahuan

dan Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian dan upaya

pencegahan penyakit diare pada balita.

1.4.2.  Manfaat secara praktis

1)      Bagi Instansi terkait (Puskesmas dan Dinas Kesehatan)

a. Memberikan masukan dalam membuat kebijakan untuk

neningkatkan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada

masyarakat khususnya dalam mengatasi masalah diare.

b. Sebagai masukan dalam merencanakan program untuk upaya

pencegahan penyakit diare di masyarakat.

2)      Bagi masyarakat / keluarga

Menimbulkan kesadaran pada keluarga atau masyarakat akan

pentingnya upaya pencegahan penyakit diare, serta kecepatan dan

ketepatan dalam memberikan pertolongan baik secara mandiri maupun

dengan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia.

1.5. RUANG LINGKUP

Penelitian ini dilakukan di wilayah Danau Indah pungur Kecamatan Nongsa

Kota Batam. Penelitian akan dilaksanakan pada tanggal 31 Desember sampai

dengan 19 Januari 2012. Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah seluruh

ibu yang memiliki balita yang pernah menderita diare dengan sampel penelitian 88

responden menurut jumlah populasi.