bab i

11
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Akar singkong merupakan bahan baku utama untuk pembuatan produk sorbitol, starch, dan starch sweeteners. Akar singkong diproses lebih lanjut menjadi tepung tapioka kemudian akan mnghasilkan sorbitol dan produk starch sweeteners lainnya. Sorbitol dan produk derivatif lainnya tersebut menjadi salah satu bahan baku pembuatan produk makanan dan minuman, kosmetik, dan farmasi. (Sorini Agro Asia Corporindo, 2010) Gambar I.1. Wilayah penghasil singkong di Asia tahun 1999 Pada tahun 2003 sekitar 54% singkong dihasilkan di Afrika, 29% di Asia, dan 14% di Amerika Latin. Thailand merupakan negara pengekspor singkong, sedangkan China merupakan negara pengimpor singkong dalam jumlah besar. Di

Upload: ade-sonya

Post on 07-Aug-2015

24 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Akar singkong merupakan bahan baku utama untuk pembuatan produk sorbitol,

starch, dan starch sweeteners. Akar singkong diproses lebih lanjut menjadi tepung tapioka

kemudian akan mnghasilkan sorbitol dan produk starch sweeteners lainnya. Sorbitol dan

produk derivatif lainnya tersebut menjadi salah satu bahan baku pembuatan produk

makanan dan minuman, kosmetik, dan farmasi.

(Sorini Agro Asia Corporindo, 2010)

Gambar I.1. Wilayah penghasil singkong di Asia tahun 1999

Pada tahun 2003 sekitar 54% singkong dihasilkan di Afrika, 29% di Asia, dan 14%

di Amerika Latin. Thailand merupakan negara pengekspor singkong, sedangkan China

merupakan negara pengimpor singkong dalam jumlah besar. Di Indonesia, singkong

sebagian besar digunakan untuk bahan baku makannan, diolah menjadi tepung atau produk

lain seperti pemanis dan sebagainya. Tetapi di India, Filipina dan Vietnam proporsi

pengolahan singkong menjadi bahan makanan lebih tinggi dibanding di Indonesia. Di

China, sebagian besar singkong dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Di Thailand, sebagian

besar digunakan sebagai bahan makanan, terutama sebagai bahan baku MSG. Residu dari

industry tepung dikemas dalam bentuk pellet untuk diekspor, sebagian digunakan sebagai

pakan ternak dan dijadikan sebagai kompos untuk budidaya jamur.

Page 2: BAB I

Tabel I.1. Wilayah penghasil singkong, area dan yield di seluruh dunia

dan beberapa negara di Asia

Wilayah Produksi

(‘000 tonnes)

Area

(‘000 ha)

Yield

(t/ha)

World 189.100 17.570 10,76

Afrika 101.916 (54%) 11.536 8,83

Amerika Latin 31.479 (14%) 2.555 12,32

Asia 55.527 (29%) 3.463 16,03

China 3.901 240 16,25

India 7.100 270 26,30

Indonesia 18.474 1.240 14,90

Malaysia 370 38 9.74

Filipina 1.400 180 7,78

Thailand 18.430 1.050 17,55

Vietnam 5.228 372 14,07

Singkong sangat potensial untuk diolah menjadi produk – produk yang bernilai

ekonomis, sehingga diversifikasi produk dari singkong sedang marak dikembangkan.

Berikut ini adalah beberapa pemanfaatan singkong dan produk – produk turunannya.

a. Singkong sebagai sumber bahan makanan

b. Chips dan pellet sebagai pakan ternak

c. Tepung untuk bahan baku makanan dan industri

d. Tepung modifikasi

e. Tepung sebagai bahan baku pemanis buatan

f. Pemanis buatan hidrogenasi

g. Ethanol

h. Plastik terdegradasi

i. Asam organik

j. Monosodium Glutamate (MSG) dan Lysine

(Howeler,2005)

I-2

Page 3: BAB I

Gambar I.2. Bagan produk hasil olahan akar singkong

I.2 Produksi Bahan Baku

Singkong (Manihot esculenta Crantz) berasal dari Amerika Latin yang

dikembangkan oleh suku asli Indian lebih dari 4.000 tahun yang lalu. Setelah

ditemukannya Benua Amerika, pedagang Eropa membawanya ke Afrika sebagai tanaman

pangan yang potensial, kemudian juga dibawa ke Asia untuk dikembangkan sebagai

tanaman pangan cadangan dan diekstrak menjadi tepung. Pada abad ke-19, singkong

menjadi tanaman pangan yang penting di India bagian selatan, sama seperti di Pulau Jawa,

Indonesia, dan juga di Filipina bagian selatan, sedangkan di Malaysia dan sebagian

Indonesia, singkong juga diekstrak menjadi tepung. Setelah Perang Dunia II, di Thailand

singkong juga diolah untuk kepentingan industri, terutama dalam hal produksi tepung

untuk kosnsumsi lokal, dan dried chip dan pellets untuk mempercepat pertumbuhan pasar

makanan ternak di Eropa. Di Indonesia hasil singkong terutama digunakan sebagai bahan

makanan, diolah menjadi berbagai macam olahan makanan, tetapi di Sumatra bagian

selatan saat ini banyak dikembangkan untuk diekstrak menjadi tepung.

Pada tahun 2003 produksi singkong seluruh dunia mencapai 189.100.000 ton dari

luas area penanaman 17.570.000 ha. Sebanyak 54% dihasilkan di Afrika, 29% di Asia dan

sisanya tersebar di seluruh dunia.

(Howeler, 2002)

Tepung singkong dibagi menjadi 2, yaitu tepung murni dan tepung modifikasi.

Produksi tepung murni relatif sederhana, dapat dilakukan pada berbagai skala, seperti di

I-3

Page 4: BAB I

skala rumah tangga yang banyak dijumpai di beberapa desa di Vietnam bagian utara,

Kamboja, dan di Pulau Jawa Indonesia. Sedangkan skala besarnya bisa dijumpai di

Thailand, Vietnam bagian selatan dan di Provinsi Lampung.

(Howeler, 2002)

Industri tapioka yang terdapat di Provinsi Lampung, terutama yang berada di

Kabupaten Lampung Timur pada tahun 2003 memiliki 38,964 hektar lahan penanaman

singkong yang menghasilkam 592.358 ton singkong dan memiliki 31 perusahaan

menengah besar yang terdaftar di dinas pertanian disamping puluhan perusahaan

menengah kecil yang merupakan industri tapioka rakyat.

Singkong merupakan bahan baku utama industri tapioka. Di Propinsi Lampung,

pabrik tapioka dapat mengolah sekitar 4.000-5.000 ton per hari. Pada tahun 2005, jumlah

perusahaan tepung tapioka yang tercatat pada Dinas Pertanian sebanyak 31 perusahaan

dengan kapasitas 56.927,08 ton.

Tepung tapioka Indonesia sangat berpeluang untuk dikembangkan. Ketersediaan

lahan dan bahan baku serta tenaga yang murah menyebabkan produk Indonesia mampu

bersaing dalam harga. Dengan ini diharapkan bisa menyuplai bahan baku untuk pembuatan

sorbitol secara kontinyu.

I.3 Marketing Aspek

Produksi sorbitol dalam negeri selain untuk kebutuhan domestik juga sebagian

besar untuk diekspor. Produsen terbesar di Asia Pasifik adalah PT. Sorini Argo Asia

Corporindo, yang juga merupakan produsen sorbitol terbesar kedua di dunia setelah

Roquette Freres, Perancis. PT. Sorini mendsitribusikan produknya ke MNC seperti

Unilever, P&G, dan Colgate-Palmolive, mampu mendistribusikan produknya sebesar 45%

untuk pangsa pasar Asia Pasifik (kecuali Jepang), 30% di Jepang, 10% di Afrika, 7%

Timur Tengah dan Eropa, dan 8% di Jepang.

(Sorini Agro Asia Corporindo, 2010)

Meski produsen memprioritaskan kebutuhan domestik dibandingkan kebutuhan

ekspor, akan tetapi sorbitol impor masih menjadi ancaman yang serius bagi kedudukan

sorbitol lokal di pasar domestik karena permintaan lokal meningkat pesat. Hal ini dapat

dilihat dari meningkatnya impor sorbitol di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan

domestik. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pangsa pasar sorbitol kebutuhan

domestik maupun impor masih terbuka lebar.

I-4

Page 5: BAB I

I.4 Prospek Sorbitol

Meski pertumbuhan ekonomi secara global bergerak lambat yang disebabkan oleh

adanya krisis keuangan di Benua Eropa dan belum stabilnya perekonomian Amerika

Serikat, namun perekonomian di kawasan Asia tetap tumbuh. Katalis utama pertumbuhan

ekonomi Asia adalah besarnya konsumsi. Konsumsi Asia tumbuh 6 kali lebih besar

dibandingkan Amerika Serikat. Hal serupa pun terjadi di Indonesia, pertumbuhan ekonomi

terus berlangsung yang dipicu oleh peningkatan konsumsi masyarakat karena adanya

penambahan populasi penduduk. Pada tahun 2009, populasi Asia sebesar 4,177 M dan

diperkirakan pada tahun 2050 meningkat 33% menjadi 5,461 M penduduk.

Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia akan terus meningkat. Hal ini ditopang

oleh besarnya konsumsi masyarakat Asia. Masyarakat akan tetap mengkonsumsi

kebutuhan sehari – hari seperti pasta gigi, vitamin C, sereal, permen, dan lain–lain karena

merupakan kebutuhan dasar. Dengan semakin tinggi tingkat konsumsi masyarakat maka

akan berdampak pada peningkatan permintaan produk sorbitol dan turunan lainnya.

Produk sorbitol, starch, dan starch sweeteners merupakan salah satu bahan baku

dalam pembuatan produk kebutuhan sehari-hari. Baik untuk produk makanan ataupun

bukan makanan.sehingga dengan peningkatan populasi akan meningkatkan permintaan

produk – produk tersebut untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat.

Pabrik sorbitol dari tepung tapioka dengan proses hidrogenasi katalitik ini didirikan

untuk memberi peluang kerja untuk peningkatan komoditas sorbitol di Indonesia baik

untuk kebutuhan nasional maupun ekspor.

I.5 Penggunaan Sorbitol

Sorbitol merupakan pemanis yang melepaskan kalori rendah selama asupan, yang

disarikan melalui proses tekanan tinggi hidrogenasi katalitik. Dengan rasa manis yang

ringan dan menyegarkan, sorbitol sering digunakan sebagai pemanis alternatif dari gula

dan juga sebagai moisture control agent. Produk ini juga melakukan sintesis vitamin serta

menyerap asam amino dan mineral dalam tubuh manusia.

(Sorini Agro Asri Corporindo, 2010)

I-5

Page 6: BAB I

Bidang makanan

Sorbitol umumnya ditambahkan pada makanan untuk memberikan ketahanan mutu

dasar yang dimiliki makanan tersebut selama dalam proses penyimpanan. Pada

perusahaan produsen permen, sorbitol diproses bersama gula agar permen yang

dihasilkan menjadi tahan lama.

Bidang Farmasi

Sorbitol merupakan salah satu bahan baku vitamin C. Selain itu sorbitol berfungsi

sebagai pemanis, sehingga sering digunakan sebagai bahan baku dasar obat berbentuk

syrup. Bagi penderita diabetes, sorbitol dapat dipakai sebagai bahan pemanis

pengganti glukosa, fruktosa, maltosa dan sukrosa. Untuk produk makanan dan

minuman diet, sorbitol memberikan rasa manis yang sejuk di mulut.

Bidang Kosmetik dan Pasta gigi

Penggunaan sorbitol sangat luas di bidang kosmetika, diantaranya digunakan sebagai

pelembab berbentuk krim untuk mencegah penguapan air dan dapat memperlicin

kulit.Untuk pasta gigi, sorbitol dapat dipergunakan sebagai penyegar atau obat pencuci

mulut, dapat mencegah kerusakan gigi dan memperlambat terbentuknya caries gigi.

Kegunaan lain

Pada industri tekstil, kulit, kertas dan semir sepatu, sorbitol digunakan sebagai bahan

pelunak dan stabilisator emulsi.Sedangkan pada industri rokok sorbitol digunakan

sebagai stabilisator kelembaban, penambah aroma dan menambah rasa sejuk.

(Ullmann, 2003)

45%

20%

15%

5%5% 10%

Kegunaan Sorbitol pada Beberapa Produk

toothpaste

vitamin C

food and beverage

pharmacy

chemical industry

others

Gambar I.3. Kegunaan sorbitol pada beberapa produk

I-6

Sumber: Sorini Agro Asia Corporindo, 2008

Page 7: BAB I

I.6 Konsumsi

Produksi sorbitol dunia tahun 1992 diestimasi sekitar 650.000 MT dimana 55%

(357.000 MT) penjualan berupa larutan sorbitol. Pasar sorbitol dunia menunjukkan

kenaikan rata – rata 3% per tahun-nya.

(Ullmann, 2003)

Sorbitol sirup adalah pemanis biang yang melepas kalori rendah selama asupan,

dan disempurnakan melalui proses hidrogenasi katalitik bertekanan tinggi. Dengan rasa

manis yang ringan dan menyegarkan, Sorbitol sering digunakan sebagai pemanis alternatif

untuk gula dan sebagai agen pengontrol kelembaban. Sirup ini juga merangsang sintesis

vitamin dan penyerapan asam amino dan mineral dalam tubuh. Sorbitol sirup adalah bahan

utama yang digunakan dalam pasta gigi, vitamin C, permen karet, peralatan mandi, dan

produk makanan dietatik dan diabetik.

(Sorini Agro Asia Corporindo, 2010)

I-7