bab i
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dari tahun ke tahun prevalensi penderita asma semakin meningkat. Di
Indonesia, penelitian pada anak sekolah usia 13-14 tahun dengan menggunakan
kuesioner ISAAC (International Study on Asthma and Allergy in Children) tahun
1995 menunjukkan, prevalensi asma masih 2,1%, dan meningkat tahun 2003
menjadi dua kali lipat lebih yakni 5,2%. Kenaikan prevalensi di Inggris dan di
Australia mencapai 20-30%. National Heart, Lung and Blood Institute
melaporkan bahwa asma diderita oleh 20 juta penduduk amerika.
Asma terbukti menurunkan kualitas hidup penderitanya. Dalam salah satu
laporan di Journal of Allergy and Clinical Immunology tahun 2003 dinyatakan
bahwa dari 3.207 kasus yang diteliti, 44-51% mengalami batuk malam dalam
sebulan terakhir. Bahkan 28,3% penderita mengaku terganggu tidurnya paling
tidak sekali dalam seminggu. Penderita yang mengaku mengalami keterbatasan
dalam berekreasi atau olahraga sebanyak 52,7%, aktivitas sosial 38%, aktivitas
fisik 44,1%, cara hidup 37,1%, pemilihan karier 37,9%, dan pekerjaan rumah
tangga 32,6%. Absen dari sekolah maupun pekerjaan dalam 12 bulan terakhir
dialami oleh 36,5% anak dan 26,5% orang dewasa. Selain itu, total biaya
pengobatan untuk asma di USA sekitar 10 milyar dollar per tahun dengan
pengeluaran terbesar untuk ruang emergensi dan perawatan di rumah sakit. Oleh
karena itu, terapi efektif untuk penderita asma berat sangat dibutuhkan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan asma?
2. Apa penyabab penyakit asma?
3. Apa tanda dan gejala penyakit asma?
1
4. Apa gejala penyakit asma?
5. Bagaimana prinsip terapi antiasma?
6. Bagaimana tujuan terapi penyakit asma?
7. Apa saja obat-obat antiasma dan bagaimana cara kerja serta efek obat
tersebut?
8. Bagaimana cara penanganan efek obat tersebut?
C. Tujuan
1. Mengetahu pengertian asma.
2. Mengetahui penyabab penyakit asma.
3. Mengetahui tanda dan gejala penyakit asma.
4. Mengetahui gejala penyakit asma.
5. Mengetahui prinsip terapi antiasma.
6. Mengetahui tujuan terapi penyakit asma.
7. Mengetahui apa saja obat-obat antiasma dan bagaimana cara kerja serta efek
obat tersebut.
8. Mengetahui bagaimana cara penanganan efek obat tersebut.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Asma
Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trachea dan
bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan
jalan napas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah, baik secara spontan
maupun sebagai hasil suatu pengobatan.
Asma merupakan penyakit inflamasi yang menyerang jalan napas yang kecil.
Keadaan ini tidak selalur eversible dan dapat berakibat fatal. Bronkokonstriksi
menimbulkan dispnea (sesak napas) pada saat ekspirasi dan mengi serta batuk.
B. Penyebab Asma
a. Faktor Ekstrinsik (asma imunologik / asma alergi)
Reaksiantigen-antibodi.
Inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang).
b. Faktor Intrinsik (asma non imunologi / asma non alergi)
Infeksi : parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasmal.
Fisik : cuaca dingin, perubahan temperature.
Iritan : kimia.
Polusi udara : CO, asap rokok, parfum.
Emosional : takut, cemas dan tegang.
Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.
C. Patofisiologis Asma
3
D. Tanda Penyakit Asma
Inflamasi
Edema
Infiltrasi eosinophil
Meningkatnya kepekaan saluran trakeobronkial terhadap berbagai
rangsangan.
Terjadi bronkospasme
Pembengkakan mukosa
Peningkatan sekresi saluran nafas, yang dapat hilang secara spontan atau
dengan pengobatan.
Produksi mucus berlebih dan dapat membentuk sumbatan yang akan
menimbulkan obstruksi jalan napas.
4
E. Gejala Penyakit Asma
Batuk
Sesak nafas
mengi (wheezing)
nyeri dada.
Serangan asma umumnya berlangsung singkat dan akan berakhir dalam
beberapa menit sampai jam, dan setelah itu penderita kelihatan sembuh secara
klinis. Pada sebagian kecil kasus terjadi keadaan yang berat, yang mana penderita
tidak memberikan respon terhadap terapi (obatagonis beta dan teofilin).hal ini
disebut status asmatikus.
Pengaruh kehamilan terhadap timbulnya serangan asma pada setiap penderita
tidaklah sama, bahkan pada seorang penderita asma serangannya tidak sama pada
kehamilan pertama dan kehamilan berikutnya. Biasanya serangan akan timbul
mulai usai kehamilan 24 minggu sampai 36 minggu, dan akan berkurang pada
akhir kehamilan.
Keadaan hipoksia pada penyakit asma jika tidak segera diatasi akan
memberikan pengaruh buruk pada janin, antara lain :
abortus
persalinan prematur
berat janin yang tidak sesuai dengan umur kehamilan.
F. Tujuan Terapi
Tujuan pengobatan anti penyakit asma adalah membebaskan penderita dari
serangan penyakit asma. Hal ini dapat dicapai dengan jalan mengobati serangan
penyakit asma yang sedang terjadi atau mencegah serangan penyakit asma jangan
sampai terjadi.
5
Mengobati disini bukan berarti menyembuhkan penyakitnya, melainkan
menghilangkan gejala-gejala yang berupa sesak, batuk, atau mengi. Keadaan yang
sudah bebas gejala penyakit asma ini selanjutnya harus dipertahankan agar
serangan penyakit asma jangan dating kembali.
a. Terapi non-farmakologi
Terapi non-farmakologi meliputi 2 komponen utama, yaitu edukasi pada
pasien atau yang merawat mengenai berbagai hal tentang asma, dan kontrol
terhadap faktor-faktor pemicu serangan. Berbagai pemicu serangan antara lain
adalah debu, polusi, merokok, olah raga, perubahan temperatur secara
ekstrim, dll., termasuk penyakit-penyakit yang sering mempengaruhi kejadian
asma, seperti rinitis, sinusitis, gastro esophagal refluks disease (GERD), dan
infeksi virus. Selain itu juga dapat dilakukan fisioterapi napas (senam asma),
vibrasi dan atau perkusi toraks, dan batuk yang efisien.
b. Terapi Farmakologi
Asma merupakan penyakit kronis, sehingga membutuhkan pengobatan
yang perlu dilakukan secara teratur untuk mencegah kekambuhan.
Berdasarkan penggunaannya, maka obat asma terbagi dalam dua golongan
yaitu pengobatan jangka panjang untuk mengontrol gejala asma, dan
pengobatan cepat (quick-relief medication) untuk mengatasi serangan akut
asma. Beberapa obat yang digunakan untuk pengobatan jangka panjang antara
lain inhalasi steroid, beta2 agonis aksi panjang, sodium kromoglikat atau
kromolin, nedokromil, modifier leukotrien, dan golongan metil ksantin.
Sedangkan untuk pengobatan cepat sering digunakan suatu bronkodilator
(beta2 agonis aksi cepat, antikolinergik, metilksantin), dan kortikosteroid oral
(sistemik).
G. Prinsip Terapi
6
Sebelum memberikan pengobatan spesifik, beberapa prinsip umum pengobatan
harus ditegakkan terlebih dahulu, antara lain:
1. Asma adalah suatu keadaan menahun yang mengalami eksaserbasi.
Pengobatan yang diberikan harus berkesinambungan, mampu menghilangkan
keluhan, dan mencegah kekambuhan serta mampu menekan timbulnya proses
peradangan menahun pada saluran napas.
2. Mencegah timbulnya ekserbasi akut merupakan prinsip pengobatan yang amat
penting, menghindari factor pencetus bagi penderita yang alergi.
3. Pengobatan asma harus didasarkan pada mekanisme patofisiologis yang
menyebabkan timbulnya serangan asma, yang ditekankan pada bagaimana
timbulnya peradangan saluran pernapasan tersebut.
4. Keyakinan bahwa pengobatan tersebut dapat menyembuhkan seranagan
eksaserbi akut sehingga dapat menghindari penyempitan saluran pernapasan
lebih lanjut.
5. Pengobatan asma merupakan tindakan yang melibatkan banyak hal, antara
lain penyuluhan penderita, pengawasan lingkungan dan pemakaian obt-obatan
guna mengawasi secara objektif perjalanan penyakit tersebut.
H. Obat-obat anti asma beserta cara kerja dan efeknya
1. Antihistaminika
Semua antihistamin memberikan manfaat potensial pada terapi alergi
nasal, rhinitis alergik. Sifat antikolinergik pada kebanyakan antihistamiin
menyebabkan mulut kering dan pengurangan sekresi, membuat zat ini
berguna untuk mengobati rhinitis yang ditimbulkan oleh flu. Antihistamin
juga mengurangi rasa gatal pada hidung yang menyebabkan penderita bersin
banyak obat-obat flu yang dapat dibeli bebas mengandung antihistamin, yang
dapat menimbulkan rasa mengantuk.
Contoh obat antihistamin
7
Nama obat Dosis
Anti histamine
Difenhidramin
( Benadryl )
Kloerfenilamen
maleat
Fenotiasin
(aksi
antihistamin)
Prometazine
Timeprazine
Turunan
piperazine
(aksi
antihistamin)
Hydroxyzine
D : PO : 25-50 mg, setiap 4-6 jam
D : PO, IM, IV : 5 mg/kg/h dalam 4 dosis terbagi, tidak
lebih dari 300 mg/hari
D : IM:IV: 10-50 mg dosis tumggal
D: PO : 2-4 mg, setiap 4-6 jam
A: 6-12 thn: 2 mg, setiap 4-6 jam
A: 2-6 thn: PO, 1 mg, setiap 4-6 jam
D: PO: IM: 12,5-25 mg, setiap 4-6 jam
D: PO: 2,5 mg (4 x sehari)
A: 3-12 thn: O: 2,5 (3x sehari)
D: PO: 25-100 mg
A: (<6thn):>
Keterangan:
D: Dewasa, A: anak-anak, PO: per oral, IM: intramuscular, IV: intravena
2. Mukolitik
8
Mukolitik berkerja sebagai deterjen dengan mencairkan dan
mengencerkan secret mukosayang kental sehingga dapat dikeluarkan. Efek
samping yang paling sering terjadi adalah mual dan muntah, maka penderita
tukak lambung perlu waspada. Wanita hamil dan selama laktasi boleh
menggunakan obat ini.
Contoh obat : ambroxol, bromheksin.
Dosis:
a. Ambroksol:
Dewasa dan anak-anak >12 thn, sehari 3 x 30 mg untuk 2-3 hari
pertama. Kemudian sehari 3 x 15 mg.
Anak-anak 5-12 thn, sehari 2-3 x 15 mg.
Anak 2-5 thn, sehari 3 x 7,5 mg (2,5 ml sirop)
b. Bromheksin: oral 3-4 dd 8-16 mg (klorida)
Anak-anak 3 dd 1,6-8 mg.
c. Inhalasi
Inhalasi adalah suatu cara penggunaan adrenergika dan
korrtikosteroida yang memberikan beberapa keuntungan dibandingkan
pengobatan per oral. Efeknya lebih cepat, dosisnya jauh lebih rendah dan
tidak diresorpsi ke dalam darah sehingga resiko efek sampingnya ringan
sekali. Dalam sediaaninhalasi, obat dihisap sebagai aerosol (nebuhaler)
atau sebagai serbuk halusv (turbuhaler).
Inhalasi dilakukan 3-4 kali sehari 2 semprotan, sebaiknya pada saat-
saat tertentu, seperti sebelum atau sesudah mengelularkan ternaga, setelah
bersentuhan dengan zat-zat yang merangsang (asap rokok, kabut, alergan,
dan saat sesak napas).
Contoh obat :
Minyak angin (aromatis), Metaproterenol
dosis: isoproterenol atau isuprel: 10-20 mg setiap 6-8 jam (dewasa). 5-10
mg setiap 6-8 jam.
9
3. Kromoglikat
Kromoglikat sangat efektif sebagai obat pencegah serangan asma dan
bronchitis yang bersifat alergis, serta konjungtivitis atau rhinitis alergica dan
alergi akibat bahan makanan. Efek samping berupa rangsangan lokal pada
selaput lender tenggorok dan trachea, dengan gejala perasaan kering, batuk-
batuk, kadang-kadang kejang bronchi dan serangan asma selewat. Wanita
hamil dapat menggunakan obat ini.
Contoh obat :
Natrium kromoglikat dipakai untuk pengobatan, pencegahan pada asma
bronchial dan tidak dipakai untuk serangan asma akut. Metode pemberiannya
adalah secara inhalasi dan obat ini dapat dipakai bersama dengan adrenergic
beta dan derivate santin. Obai ini tidak boleh dihentikan secara mendadak
karena dapat menimbulkan serangan asma.
4. Kortikosteroid
Kortikosteroid berkhasiat meniadakan efek mediator, seperti peradangan
dan gatal-gatal. Penggunaannya terutama bermanfaat pada serangan asma
akibat infeksi virus, selian itu juga pada infeksi bakteri untuk melawan reaksi
peradangan. Untuk mengurangi hiperreaktivitas bronchi, zat-zat ini dapat
diberikan per inhalasi atau peroral. Penggunaan oral untuk jangka waktu lama
hendaknya dihindari, karena dapat mengakibatkan:
gangguan proses penyembuhan luka
terhambatnya pertumbuhan anak-anak
hilangnya kalsium dari tulang
perdarahan lambung
katarak premature
peningkatan kadar gula darah
penambahan berat badan
kelaparan
kelainan mental
10
Contoh obat : hidrokortison, deksamethason, beklometason, budesonid.
5. Antiasma dan Bronkodilator
Contoh Obat:
a. Teofilin
Terdapat bersama kofein pada daun the dan memiliki sejumlah khasiat
antara lain spamolitis terhadap otot polos khususnya pada bronchi,
menstimuli jantung dan mendilatasinya serta menstimulasi SSP dan
pernapasan. Reabsorpsi nya di usus tidak teratur. Efek sampingnya yang
terpenting berupa mual dan muntah baik pada penggunaan oral maupun
parienteral. Pada overdosis terjadi efek sentral (sukar tidur, tremor, dan
kompulsi) serta gangguan pernapasan juga efek kardiovaskuler.
Dosis: 3-4 dd 125-250 mg microfine (retard)
Teofilin dapat diberikan dengan cara injeksi dalam bentuk aminofilin,
suatu campuran teofilin dengan etilendiamin.
Stimulan adrenoseptor, contoh obat salbutamol, terbutalin sulfat,
efedrin hidroklorida.
6. Agonis Reseptor Beta-2 Adrenergik
Merupakan obat terbaik untuk mengurangi serangan penyakit asma yang
terjadi secara tiba-tiba dan untuk mencegah serangan yang mungkin dipicu
oleh olahraga. Bronkodilator ini merangsang pelebaran saluran udara oleh
reseptor beta-adrenergik. Bronkodilator yang bekerja pada semua reseptor
beta-2 adrenergik (misalnya adrenalin), menyebabkan efek samping berupa
denyut jantung yang cepat, gelisah, sakit kepala dan tremor (gemetar) otot.
Bronkodilator yang hanya bekerja pada reseptor beta-2 adrenergik (yang
terutama ditemukan di dalam sel-sel di paru-paru), hanya memiliki sedikit
efek samping terhadap organ lainnya. Bronkodilator ini (misalnya albuterol),
menyebabkan lebih sedikit efek samping dibandingkan dengan bronkodilator
yang bekerja pada semua reseptor beta-2 adrenergik. Sebagian besar
11
bronkodilator bekerja dalam beberapa menit, tetapi efeknya hanya
berlangsung selama 4-6 jam. Bronkodilator yang lebih baru memiliki efek
yang lebih panjang, tetapi karena mula kerjanya lebih lambat, maka obat ini
lebih banyak digunakan untuk mencegah serangan. Bronkodilator tersedia
dalam bentuk tablet, suntikan atau inhaler (obat yang dihirup) dan sangat
efektif. Penghirupan bronkodilator akan mengendapkan obat langsung di
dalam saluran udara, sehingga mula kerjanya cepat, tetapi tidak dapat
menjangkau saluran udara yang mengalami penyumbatan berat
Bronkodilator per-oral (ditelan) dan suntikan dapat menjangkau daerah
tersebut, tetapi memiliki efek samping dan mula kerjanya cenderung lebih
lambat. Jenis bronkodilator lainnya adalah teofilin. Teofilin biasanya
diberikan per-oral (ditelan); tersedia dalam berbagai bentuk, mulai dari tablet
dan sirup short-acting sampai kapsul dan tablet long-acting.
Pada serangan penyakit asma yang berat, bias diberikan secara intravena
(melalui pembuluh darah). Jumlah teofilin di dalam darah bias diukur di
laboratorium dan harus dipantau secara ketat, karena jumlah yang terlalu
sedikit tidak akan memberikan efek, sedangkan jumlah yang terlalu banyak
bisa menyebabkan irama jantung abnormal atau kejang. Pada saat pertama
kali mengkonsumsi teofilin, penderita bias merasakan sedikit mual atau
gelisah. Kedu efek samping tersebut, biasanya hilang saat tubuh dapat
menyesuaikan diri dengan obat.
Pada dosis yang lebih besar, penderita bias merasakan denyut jantung
yang cepat atau palpitasi (jantung berdebar). Juga bias terjadi insomnia (sulit
tidur), agitasi (kecemasan, ketakuatan), muntah, dan kejang.
7. Cromolin dan Nedocromil
12
Kedua obat tersebut diduga mesnghalangi pelepasan bahan peradangan
dari sel mast dan menyebabkan berkurangnya kemungkinan pengkerutan
saluran udara. Obat ini digunakan untuk mencegah terjadinya serangan, bukan
untuk mengobati serangan.
Obat ini terutama efektif untuk anak-anak dan untuk penyakit asma karena
olah raga. Obat ini sangat aman, tetapi relative mahal dan harus diminum
secara teratur meskipun penderita bebas gejala.
8. Obat Anti kolinergik
Obat ini bekerja dengan menghalangi kontraksi otot polos dan
pembentukan lendir yang berlebihan di dalam bronkus oleh asetilkolin. Lebih
jauh lagi, obat ini akan menyebabkan pelebaran saluran udara pada penderita
yang sebelumnya telah mengkonsumsi agonisreseptor beta2-adrenergik.
Contoh obat ini yaitu atropine dan ipratropium bromida.
9. Obat-obat methylxanthine
Tiga methylxanthine penting adalah theophylline, theobromine, dan
caffein. Pada konsentrasi tinggi obat-obat tersebut dibuktikan dapat
menghambat enzim fosfodiesterase in vitro. Fosfodiesterase menghidrolis
cyclic nucleotide sehingga menghasilkan peningkatan konsentrasi cAMP
intraseluler. Efek tersebut dapat menjelaskan terjadinya stimulasi kardiak dan
relaksasi otot polos yang disebabkan oleh obat-obat yang di maksud dimuka.
Mekanisme kerja lain yang diusulkan adalah terjadinya hambatan pada
reseptor permukaan sel untuk adenosine. Reseptor tersebut memodulasi
aktivitas adenylyl cyclase dan adenosine, yang telah terbukti dapat
menyebabkan kontraksi otot polon jalan napas terpisah dan menyebabkan rilis
histamine dari sel-sel mast jalan napas.
Selain itu methylxanthine mempunyai efek pada sistem saraf pusat, ginjal,
otot rangka, dan otot jantung seperti pula pada otot polos.
13
a. Efek pada sistem saraf pusat
Pada dosis rendah dan sedang, methylxanthine khususnya caffein
menyebabkan sedikit cortical aurosal dengan peningkatan kewaspadaan
dan penguranagan rasa lelah. Pada dosis tinggi dapat terjadi stimulasi
medular dan kejang kegelisahan dan tremor merupakan efek samping
utma pada pasien yang menggunakan aminophylline dosis tinggi untuk
asma.
b. Efek kardiovaskuler
Methylxanthine memiliki efek kronotropik dan inotropik positif
langsung pada jantung. Pada konsentrasi rendah, efek tersebut diduga
terjadi karena peningkatan rilis catecholamine yang disebabkan oleh
hambatan reseptor adenosine prasinap. Pada konsentrasi yang sangat
tinggi, pemisahan kalsium oleh retikulum sarkoplasmik dihambat. Dalam
dosis tinggi obat-obat tersebut dapat menyebabkan relaksaksi otot polos
vaskuler kecuali pembuluh darah otak, yang berbeda dengan otot polos
lainnya malahan menyebabkan kontraksi.
c. Efek pada saluran cerna
Methylxantine menstilmulasi sekresi baik asam lambung maupun
enzim pencernaan. Kopi yang telah dibuang caffeinnya mempunyai efek
stimulasi kuat pada sekresi asam lambung maupun enzim pencernaan yang
bermakna bahwa secretagogue utama didalam kopi bukanlah caffein.
d. Efek pada ginjal
Methylxanthine khususnya theophylline merupakan diuretiak lemah.
Efek tersebut diduga terjadi dengan meliatkan baik peningkatan filtrasi
glomerular dan penurunan reabsorbsi natrium di tubular. Efek diuresis
tersebut tidak cukup untuk digunakan sebagai terapi.
14
e. Efek pada otot polos
Bronkodilatasi merupakan efek utama methylxanthine dalam
pengobatan. Tadak terjadi toleransi, tetapi efek yang tiak diinginkan
khususnya pada sistem saraf pusat, membatasi dosis pada penggunaannya.
Sebagai tambahan efek langsungnya di otot polos jalan napas, obat-obat
tersebut pada konsentrasi yang cukup dapat menghambat rilis histamine
dari jaringan paru pada induksi antigen.
f. Efek pada otot rangka
Efek terapi methylxanthine diduga tidak hanya terbatas pada jalan
napas, sebab mereka memperkuat kontraksi otot rangka terpisah pada
penelitian in vitro, dan mempunyai efek kuat baik daam memperbaiki
kontraktilitas maupun dalam memperbaiki kepenatan diafragma pada
pasien dengan penyakit paru obstruksi kronis.
10. Pengubah Leukotrien
Merupakan obat terbaru untuk membantu mengendalikan penyakit asma.
Obat ini mencegah aksi atau pembentukan leukotrien (bahan kimia yang
dibuat oleh tubuh yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala penyakit asma).
Contohnya montelucas, zafirlucas dan zileuton.
11. Obat-obat simpatomimetik
Agronis adrenoseptor memiliki beberapa aksi farmakologik yang penting
dalam pengobatan asma. Mereka dapat menyebabkan relaksasi otot polos
jalan napas dan menghambat rilis dari beberapa substansi penyebab
bronkokonstriksi dari sel mast. Mereka diduga dapat menghambat kebocoran
mikrovaskular dan meningkatkan transpor mukosiliar dengan meningkatkan
aktivitas siliar atau dengan mempengaruhi komposisi sekresi mukus.
15
Obat simpatomimetik yang telah dipakai secara luas dalam pengobatan
asma adalah epinephrine, ephedrine, isoproteranol, dan sejumlah obat β2-
selektif.
a. Epinephrine
Adalah suatu bronkodilator yang efektif dan mempunyai mula kerja
yang cept pada pemberian subkutan atau sebagai mikroaerosol per inhalasi
dari pressurized canister. Epinephrine merupakan agen aktif pada banyak
obat per inhalasi yang tidak diresepkan.
b. Ephedrine
Diduga mempunyai sejarah paling panjang dari obat-obat yang
digunakan pada pengobatan asma, karena obat ini telah digunakan di Cina
lebih dari 2000 tahun sebelum diperkenalkan pada pengobatan Barat pada
tahun 1924. Dibandingkan dengan epinephrine, ephedrine memiliki masa
kerja yang lebih panjang, aktif pada pemberian oral, efek pusat yang lebih
nyata, dan kekuatan yang jauh lebih rendah.
c. Isoproteranol
Adalah bronkodilator yang kuat, ketika dihirup sebagai mikroaerosol
dari pressurized canister dapat menyebabkan bronkodilasi maksimum
dalam menit.
d. Obat-obat β2-selektif
Obat-obat agonis adrenoseptor β2-selektif merupakan simpatomimetik
yangpaling banyak digunakan untuk pengobatan asma pada saat ini. Obat
tersebut mempunyai struktur berbeda dari epinephrine dengan memiliki
substitusi yang lebih besar dari gugus amino dan pada posisi gugus
hidroksil pada cincin aromatik. Albuterol, terbutaline, metaproterenol,
pirbuterol, dan bitolterol tersedia dalam inhaler berkalibrasi. Diberikan
16
perinhalasi obat-obat tersebut dapat menyebabkan bronkodilatasi setara
dengan isoproterenol.
e. Toksisitas
Penggunaan obat simpatomimetik per inhalasi pada awalnya
menimbulkan rasa khawatir akan terjadinya takifilaksis atau toleran
terhadap agronis β, aritmia jantung dan hipoksemia.
12. Antagonis antimuskarinik
Obat antimuskarinik merupakan bronkodilator yang efektif. Pada
pemberian intravena, atropine, prototipe antagonismuskarinik menyebabkan
bronkodilatasi pada dosis rendah daripada yang diperlukan untuk
menyebabkan peningkatan pada kecepatan perubhan kontraksi jantung.
I. Obat lain untuk pengobatan asma
a. Antibodi monokional anti-IgE
Uji klinis membuktikan bahwa pembetian berulang secara intravena
atau subkutan anti-IgE MAb dapat menurunkan keparahan asma,
mengurangi kebutuhan corticosteroid pada pasien dengan penyakit tingkat
menengah hingga parah, dan dapat memperbaiki gejala nasal dan
konjungtival pada pasien yang menderita rinitis alergika menahun atau
musiman.
b. Penyekat kanal kalsium (Ca)
Penyakat kanal kalsium tidak mempunyai efek pada diameter jalan
napas dasar tetapi secara bermakna menghambat penyempitan jalan napas
yang disebabkan oleh berbagai stimulus. Pada pasien, baik nifedipine
maupun verapamil per inhalasi, secara bermakna menghambat
bronkokonstriksi yang disebabkan olahraga, hiperventilasi, atau inhalasi
17
histamine aerosol, methacholine atau antigen, tetapi sangat kurang efektif
bila dibandingkan dengan albuterol perinhalasi.
c. Donor nitric oxide
Obat yang sangat lipofilik ini dapat dihirup seperti gas pada asma akut
dan dapat melebarkan pembuluh darah paru dan juga otot polos jalan
napas. Walaupun nitric oxide sendiri terbukti bermanfaat pada asma akut
yang parah, tetapi nampaknya kan lebih banyak digunakan pada hipertensi
paru.
d. Pembuka kanal kalium (potassium)
Cromakalim adalah obat dalam penelitian dengan efek vasodilator
yang diduga sebagian berasal dari penyakatan adrenoseptor-alfa dan
sebagian berasal dari terjadinya hiperpolarissi langsung sel-sel otot polos
oleh aktivitas kanal kalium.
J. Cara Penanganan Efek Samping Obat
Karena penggunaan obat antiasma mempunyai beberapa efek samping, maka
dapat dilakukan alternaif lain dengan menggunakan bahan-bahan alami yaitu dari
tumbuhan-tumbuhan seperti kunyit, jahe, sambiloto dan lain-lain, yang di ekstrak
dan dijadikan menjadi berbentuk serbuk.
Metode penyembuhan ini sudah banyak digunakan oleh para penderita asma
baik yang non kronis maupun kronis karena aman dan tingkat kesembuhan
mencapai 90% – 100%. Ini dibuktikan dengan konsumen kami dari berbagai
propinsi bahkan luar negeri yang sudah mencoba herbal ini.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Obat-obat pernafasan terdiri dari Antihistaminika, Mukolitik, Inhalasi,
Kromoglikat, Kortikosteroid, Antiasma dan Bronkodilator, Obat-obat batuk, Zat-
zat sentral SSP, Zat-zat perifer di luar SSP.
Kami menyimpulkan obat-obat tersebut diatas sangat berperan penting bagi
kesehatan saluran pernapasan kita karena dapat menyembuhkan berbagai macam
penyakit yang mengganggu saluran pernapasan kita.
B. Saran
Jagalah kesehatan organ pernafasan terutama pada paru-paru dan organ sistem
pernafasan lainnya.
19
DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/ACER/Downloads/New%20folder/penyebab-asma-dan-obat-
asma-anti-asma.html
file:///C:/Users/ACER/Downloads/New%20folder/pengobatan_asma.php.htm
file:///C:/Users/ACER/Downloads/New%20folder/antiasma.html
file:///C:/Users/ACER/Downloads/asma%20%C2%AB%20Zullies%20Ikawati
%27s%20Weblog.htm
20