bab i
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Pemakaian kosmetika di masyarakat sebagai media untuk mempercantik diri
dalam masa sekarang sedang maraknya di kalangan remaja bahkan yang sudah
berumur. Namun seiring perkembangan jaman banyak produsen yang tidak
memikirkan dampak negatif dari komposisi yang mereka gunakan contohnya
senyawa kimia. Pada saat ini penggunaan bahan pengawet sintetis tidak
direkomendasikan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) karena
diduga dapat menimbulkan penyakit kanker (carcinogen agent). Karena itu perlu
dicari alternatif lain yaitu bahan pengawet alami yang bersumber dari bahan alam.
Bahan pengawet alami ini hampir terdapat pada semua tumbuh-tumbuhan dan
buah-buahan tersebar di seluruh tanah air (Barus, 2009).
Bagi kebanyakan orang sekarang jerawat bisa menjadi faktor yang dapat
menurunkan kepercayaan diri seseorang karena mengurangi kecantikan dari kulit
wajah. Jerawat adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh inflamasi kronik dari
unit pilosebasea yang ditandai oleh pembentukan komedo, papul, pustul, nodul,
dan pada beberapa kasus disertai jaringan parut, dengan predileksi di wajah, leher,
lengan atas, dada dan punggung. (Soetjiningsih, 2004; 107)
Pengetahuan tentang penggunaan bahan-bahan alami di Indonesia sebagai
bahan dalam kosmetik dan sebagai anti jerawat masih minim karena jarangnya
edukasi tentang manfaat penggunaannya bagi kecantikan kulit. Apalagi didukung
dengan banyaknya jenis tanaman di Indonesia. Salah satunya adalah kecombrang
(Etlingera elatior), yang merupakan tanaman rempah asli Indonesia termasuk
keluarga tanaman Zingiberaceae, yang secara tradisional telah lama digunakan
masyarakat sebagai salah satu jenis sayuran dan juga digunakan sebagai pengobat
luka dan penghilang bau badan (Hidayat dan Hutapea, 1991).
B. Perumusan Masalah
Pemanfaatan bahan-bahan alam yang minim untuk kecantikan diri dimana
bahan alam tersebut memiliki efek anti bakteri jerawat namun dengan efek
samping yang kecil khususnya untuk ekstrak daun kecombrang.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui apakah ekstrak air daun kecombrang memiliki efek anti
bakteri untuk bakteri penyebab jerawat dalam sediaan salep.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun kecombrang
terhadap bakteri penyebab jerawat.
b. Untuk mengetahui stabilitas formulasi salep anti jerawat.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat
Membuat sediaan salep anti jerawat dari bahan alami dimana memiliki
efek samping kecil untuk kulit dan dapat menyembuhkan jerawat.
2. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Dari hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah informasi tentang
formulasi salep pada ekstrak air daun kecombrang dan efek terapi untuk
jerawat pada bakteri penyebab jerawat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan Botani Tanaman Kecombrang
Tinjauan botani mengenai tanaman Kecombrang (Etlingera elatior)
meliputi beberapa aspek, yaitu klasifikasi tumbuhan, morfologi tumbuhan,
ekologi penyebaran, kandungan kimia dan manfaat daun kecombrang.
a. Klasifikasi Tanaman Kecombrang
Klasifikasi tanaman Kecombrang adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Etlingera
Jenis : Etlingera elatior (Jack) R. M. Sm.
Gambar 2.1 Pohon Kecombrang
b. Morfologi Pohon Kecombrang
Kecombran berwarna kemerahan seperti jenis tanaman hias pisang
pisangan. Jika batangnya sudah tua, bentuk tanamannya
mirip jahe atau lengkuas, dengan tinggi mencapai 5 m. (Ardita, Ferdi
1978)
Batang semu bulat gilig, membesar di pangkalnya; tumbuh tegak
dan banyak, berdekat-dekatan, membentuk rumpun jarang, keluar
dari rimpang yang menjalar di bawah tanah. Rimpangnya tebal, berwarna
krem, kemerah-jambuan ketika masih muda. Daun 15-30 helai tersusun
dalam dua baris, berseling, di batang semu; helaian daun jorong lonjong,
20-90 cm × 10-20 cm, dengan pangkal membulat atau bentuk jantung, tepi
bergelombang, dan ujung meruncing pendek, gundul namun dengan
bintik-bintik halus dan rapat, hijau mengkilap, sering dengan sisi bawah
yang keunguan ketika muda(Ibrahim, H. and F.M. Setyowati. 1999)
Bunga dalam karangan berbentuk gasing, bertangkai panjang 0,5-
2,5 m × 1,5-2,5 cm, dengan daun pelindung bentuk jorong, 7-18 cm × 1-7
cm, merah jambu hingga merah terang, berdaging, melengkung membalik
jika mekar. Kelopak bentuk tabung, panjang 3-3,5 cm, bertaju 3, terbelah.
Mahkota bentuk tabung, merah jambu, hingga 4 cm. Labellum
serupa sudip, sekitar 4 cm panjangnya, merah terang dengan tepian putih
atau kuning.( Ibrahim, H. and F.M. Setyowati. 1999)
Buah berjejalan dalam bongkol hampir bulat berdiameter 10-20
cm; masing-masing butir 2-2,5 cm besarnya, berambut halus pendek di
luarnya, hijau dan menjadi merah ketika masak. Berbiji banyak, coklat
kehitaman, diselubungi salut biji (arilus) putih bening atau kemerahan
yang berasa masam
c. Ekologi dan Penyebarannya
Penyebaran kecombrang di Indonesia sangat luas, sehingga
tumbuhan ini mempnyai banyak nama daerah misalnya : Kala (Gayo),
Honje (Sunda) Kincung (Sumatera), petikala (Ternate), sikala (Bangka),
bongkot (Bali) (Depkes, 2000).
d. Kandungan Ilmiah Daun Kecombrang
Daun kecombrang mengandung senyawa minyak atsiri, flavonoid,
tanin, dan steroid/triterpenoid (Depkes, 1995).
e. Manfaat Daun Kecombrang
Pelepah daun yang menyatu menjadi batang semu, pada masa lalu
juga dimanfaatkan sebagai bahan anyam-anyaman; yaitu setelah diolah
melalui pengeringan dan perendaman beberapa kali selama beberapa hari.
Batang semu juga merupakan bahan dasar kertas yang cukup baik.( Heyne,
K. 1987)
2. Metode Ekstraksi Daun Kecombrang
a. Ekstraksi
Ekstraksi adalah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan
mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih, sehingga zat yang
diinginkan larut. Sistem pelarut yang digunakan dalam ekstraksi harus
dipilih berdasarkan kemampuannya dalam melakukan jumlah yang
maksimum dari zat aktif dan seminimum mungkin bagi unsur yang tidak
diinginkan. Proses ekstraksi mengumpulkan zat aktif dari bahan mentah
obat dan mengeluarkannya dari bahan-bahan samping yang tidak
diperlukan (Ansel, 1989:616-619)
Proses ekstraksi pada dasarnya dibedakan menjadi dua fase yaitu
fase pencucian dan fase ekstraksi. Fase pencucian adalah fase rusaknyasel-
sel dengan operasi penghalusan langsung kontak dengan bahan pelarut.
komponen