bab i

10
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pemakaian kosmetika di masyarakat sebagai media untuk mempercantik diri dalam masa sekarang sedang maraknya di kalangan remaja bahkan yang sudah berumur. Namun seiring perkembangan jaman banyak produsen yang tidak memikirkan dampak negatif dari komposisi yang mereka gunakan contohnya senyawa kimia. Pada saat ini penggunaan bahan pengawet sintetis tidak direkomendasikan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) karena diduga dapat menimbulkan penyakit kanker (carcinogen agent). Karena itu perlu dicari alternatif lain yaitu bahan pengawet alami yang bersumber dari bahan alam. Bahan pengawet alami ini hampir terdapat pada semua tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan tersebar di seluruh tanah air (Barus, 2009).

Upload: dite-raditya-agustika

Post on 06-Aug-2015

55 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Pemakaian kosmetika di masyarakat sebagai media untuk mempercantik diri

dalam masa sekarang sedang maraknya di kalangan remaja bahkan yang sudah

berumur. Namun seiring perkembangan jaman banyak produsen yang tidak

memikirkan dampak negatif dari komposisi yang mereka gunakan contohnya

senyawa kimia. Pada saat ini penggunaan bahan pengawet sintetis tidak

direkomendasikan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) karena

diduga dapat menimbulkan penyakit kanker (carcinogen agent). Karena itu perlu

dicari alternatif lain yaitu bahan pengawet alami yang bersumber dari bahan alam.

Bahan pengawet alami ini hampir terdapat pada semua tumbuh-tumbuhan dan

buah-buahan tersebar di seluruh tanah air (Barus, 2009).

Bagi kebanyakan orang sekarang jerawat bisa menjadi faktor yang dapat

menurunkan kepercayaan diri seseorang karena mengurangi kecantikan dari kulit

wajah. Jerawat adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh inflamasi kronik dari

unit pilosebasea yang ditandai oleh pembentukan komedo, papul, pustul, nodul,

dan pada beberapa kasus disertai jaringan parut, dengan predileksi di wajah, leher,

lengan atas, dada dan punggung. (Soetjiningsih, 2004; 107) 

Pengetahuan tentang penggunaan bahan-bahan alami di Indonesia sebagai

bahan dalam kosmetik dan sebagai anti jerawat masih minim karena jarangnya

edukasi tentang manfaat penggunaannya bagi kecantikan kulit. Apalagi didukung

Page 2: BAB I

dengan banyaknya jenis tanaman di Indonesia. Salah satunya adalah kecombrang

(Etlingera elatior), yang merupakan tanaman rempah asli Indonesia termasuk

keluarga tanaman Zingiberaceae, yang secara tradisional telah lama digunakan

masyarakat sebagai salah satu jenis sayuran dan juga digunakan sebagai pengobat

luka dan penghilang bau badan (Hidayat dan Hutapea, 1991).

B. Perumusan Masalah

Pemanfaatan bahan-bahan alam yang minim untuk kecantikan diri dimana

bahan alam tersebut memiliki efek anti bakteri jerawat namun dengan efek

samping yang kecil khususnya untuk ekstrak daun kecombrang.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah ekstrak air daun kecombrang memiliki efek anti

bakteri untuk bakteri penyebab jerawat dalam sediaan salep.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun kecombrang

terhadap bakteri penyebab jerawat.

b. Untuk mengetahui stabilitas formulasi salep anti jerawat.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat

Membuat sediaan salep anti jerawat dari bahan alami dimana memiliki

efek samping kecil untuk kulit dan dapat menyembuhkan jerawat.

Page 3: BAB I

2. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Dari hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah informasi tentang

formulasi salep pada ekstrak air daun kecombrang dan efek terapi untuk

jerawat pada bakteri penyebab jerawat.

Page 4: BAB I

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Tinjauan Botani Tanaman Kecombrang

Tinjauan botani mengenai tanaman Kecombrang (Etlingera elatior)

meliputi beberapa aspek, yaitu klasifikasi tumbuhan, morfologi tumbuhan,

ekologi penyebaran, kandungan kimia dan manfaat daun kecombrang.

a. Klasifikasi Tanaman Kecombrang

Klasifikasi tanaman Kecombrang adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Bangsa : Zingiberales

Suku : Zingiberaceae

Marga : Etlingera

Jenis : Etlingera elatior (Jack) R. M. Sm.

Gambar 2.1 Pohon Kecombrang

Page 5: BAB I

b. Morfologi Pohon Kecombrang

Kecombran berwarna kemerahan seperti jenis tanaman hias pisang

pisangan. Jika batangnya sudah tua, bentuk tanamannya

mirip jahe atau lengkuas, dengan tinggi mencapai 5 m. (Ardita, Ferdi

1978)

Batang semu bulat gilig, membesar di pangkalnya; tumbuh tegak

dan banyak, berdekat-dekatan, membentuk rumpun jarang, keluar

dari rimpang yang menjalar di bawah tanah. Rimpangnya tebal, berwarna

krem, kemerah-jambuan ketika masih muda. Daun 15-30 helai tersusun

dalam dua baris, berseling, di batang semu; helaian daun jorong lonjong,

20-90 cm × 10-20 cm, dengan pangkal membulat atau bentuk jantung, tepi

bergelombang, dan ujung meruncing pendek, gundul namun dengan

bintik-bintik halus dan rapat, hijau mengkilap, sering dengan sisi bawah

yang keunguan ketika muda(Ibrahim, H. and F.M. Setyowati. 1999)

Bunga dalam karangan berbentuk gasing, bertangkai panjang 0,5-

2,5 m × 1,5-2,5 cm, dengan daun pelindung bentuk jorong, 7-18 cm × 1-7

cm, merah jambu hingga merah terang, berdaging, melengkung membalik

jika mekar. Kelopak bentuk tabung, panjang 3-3,5 cm, bertaju 3, terbelah.

Mahkota bentuk tabung, merah jambu, hingga 4 cm. Labellum

serupa sudip, sekitar 4 cm panjangnya, merah terang dengan tepian putih

atau kuning.( Ibrahim, H. and F.M. Setyowati. 1999)

Buah berjejalan dalam bongkol hampir bulat berdiameter 10-20

cm; masing-masing butir 2-2,5 cm besarnya, berambut halus pendek di

Page 6: BAB I

luarnya, hijau dan menjadi merah ketika masak. Berbiji banyak, coklat

kehitaman, diselubungi salut biji (arilus) putih bening atau kemerahan

yang berasa masam

c. Ekologi dan Penyebarannya

Penyebaran kecombrang di Indonesia sangat luas, sehingga

tumbuhan ini mempnyai banyak nama daerah misalnya : Kala (Gayo),

Honje (Sunda) Kincung (Sumatera), petikala (Ternate), sikala (Bangka),

bongkot (Bali) (Depkes, 2000).

d. Kandungan Ilmiah Daun Kecombrang

Daun kecombrang mengandung senyawa minyak atsiri, flavonoid,

tanin, dan steroid/triterpenoid (Depkes, 1995).

e. Manfaat Daun Kecombrang

Pelepah daun yang menyatu menjadi batang semu, pada masa lalu

juga dimanfaatkan sebagai bahan anyam-anyaman; yaitu setelah diolah

melalui pengeringan dan perendaman beberapa kali selama beberapa hari.

Batang semu juga merupakan bahan dasar kertas yang cukup baik.( Heyne,

K. 1987)

2. Metode Ekstraksi Daun Kecombrang

a. Ekstraksi

Ekstraksi adalah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan

mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih, sehingga zat yang

diinginkan larut. Sistem pelarut yang digunakan dalam ekstraksi harus

dipilih berdasarkan kemampuannya dalam melakukan jumlah yang

maksimum dari zat aktif dan seminimum mungkin bagi unsur yang tidak

Page 7: BAB I

diinginkan. Proses ekstraksi mengumpulkan zat aktif dari bahan mentah

obat dan mengeluarkannya dari bahan-bahan samping yang tidak

diperlukan (Ansel, 1989:616-619)

Proses ekstraksi pada dasarnya dibedakan menjadi dua fase yaitu

fase pencucian dan fase ekstraksi. Fase pencucian adalah fase rusaknyasel-

sel dengan operasi penghalusan langsung kontak dengan bahan pelarut.

komponen