bab i

55
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dari hari pertama haid terakhir kehamilan aterm ialah kehamilan antara 38-42 minggu dan ini merupakan periode dimana terjadi persalinan normal. Kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu lengkap, maka itu dinamakan kehamilan lewat waktu atau post term. Angka kejadian kehamilan lewat waktu kira-kira 10%, bervariasi antara 3,5 - 14%. Kekhawatiran dalam kehamilan lewat waktu dapat menjadi 3 kali dibandingkan kehamilan aterm (Winkjosastro.H.2006;317-3188). Resiko bagi ibu dengan kehamilan postterm dapat berupa perdarahan ataupun tindakan obstetrik yang meningkat. Berbeda dengan angka kematian ibu yang cenderung menurun, kematian perinatal tampaknya masih menunjukkan angka yang cukup tinggi, sehingga pemahaman dan penatalaksanaan yang tepat terhadap kehamilan postterm akan memberikan sumbangan besar dalam upaya menurunkan angka kematian, terutama kematian perinatal. Kehamilan postterm mempunyai hubungan erat dengan dengan mortalitas, morbiditas perinatal, ataupun makrosomia. Berdasarkan Survei Demografi dan

Upload: yenny-armayanti

Post on 04-Aug-2015

167 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dari hari

pertama haid terakhir kehamilan aterm ialah kehamilan antara 38-42 minggu

dan ini merupakan periode dimana terjadi persalinan normal. Kehamilan yang

melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu lengkap, maka itu dinamakan

kehamilan lewat waktu atau post term.

Angka kejadian kehamilan lewat waktu kira-kira 10%, bervariasi antara

3,5 - 14%. Kekhawatiran dalam kehamilan lewat waktu dapat menjadi 3 kali

dibandingkan kehamilan aterm (Winkjosastro.H.2006;317-3188).

Resiko bagi ibu dengan kehamilan postterm dapat berupa perdarahan

ataupun tindakan obstetrik yang meningkat. Berbeda dengan angka kematian

ibu yang cenderung menurun, kematian perinatal tampaknya masih

menunjukkan angka yang cukup tinggi, sehingga pemahaman dan

penatalaksanaan yang tepat terhadap kehamilan postterm akan memberikan

sumbangan besar dalam upaya menurunkan angka kematian, terutama

kematian perinatal.

Kehamilan postterm mempunyai hubungan erat dengan dengan mortalitas,

morbiditas perinatal, ataupun makrosomia. Berdasarkan Survei Demografi dan

Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, angka kematian bayi (AKB) masih

berada pada angka 26,9/1000 kelahiran hidup, walaupun telah terjadi

penurunan AKB menjadi 1,6/1000 kelahiran hidup. Dari data statistik

menunjukkan angka kematian dalam kehamilan lewat waktu lebih tinggi

dibandingkan dengan kehamilan cukup bulan. Data itu menunjukkan angka

kematian dalam kehamilan cukup bulan sekitar 1-2% sedangkan yang dalam

kehamilan lewat waktu mencapai 5-7%.

Melihat resiko yang ditimbulkan oleh kehamilan postterm cukup tinggi,

maka perlu dilakukan penaganan yang tepat untuk mengurangi resiko

morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi. Tenaga kesehatan khususnya

bidan harus memiliki kompetensi yang baik untuk dapat memberikan

pelayanan pada kasus postterm khususnya dalam hal deteksi dini komplikasi

Page 2: BAB I

dalam kehamilan, melakukan asuhan dan manajemen kebidanan pada

kehamilan postdate.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Agar penulis mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang nyata dari

teori yang diperoleh sehingga penulis mampu melakukan dan menerapkan

asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan postdate.

1.2.2 Tujuan Khusus

Dalam pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil, mahasiswa

diharapkan mampu :

a. Melakukan pengkajian data pada ibu hamil dengan postterm.

b.Mengidentifikasi diagnosa, masalah dan kebutuhan pada ibu hamil

dengan postterm.

c. Menentukan diagnosa dan masalah potensial.

d. Mengidentifikasi kebutuhan segera, kolaborasi dan rujukan.

e. Melakukan rencana asuhan kebidanan secara menyeluruh

f. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang

ditetapkan.

1.3 Metode Penulisan

1.3.1 Studi pustaka dengan mempelajari buku-buku ilmu kebidanan.

1.3.2 Studi kasus dengan data yang ada pada klien baik subjektif maupun

objektif.

1.4 Sistematika Penulisan

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang

1.2.Tujuan

Page 3: BAB I

1.3.Metode penulisan

1.4.Sistematika penulisan

BAB 2. TINJAUAN TEORI

2.1. Konsep teori

2.2. Konsep Manajemen Kebidanan pada Kehamilan Postterm

BAB 3. TINJAUAN KASUS

3.1. Pengkajian

3.2. Asasment / diagnosa

3.3. Diagnosa potensial

3.4. Tindakan segera

3.5. Intervensi

3.6. Implementasi

3.7. Evaluasi

BAB 5. PEMBAHASAN

BAB 4. PENUTUP

4.1. Kesimpulan

4.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: BAB I

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Teori

2.1.1 Kehamilan Postterm

2.1.1.1 Pengertian

Kehamilan postterm, disebut juga kehamilan serotinus, kehamilan lewat

waktu, kehamilan lewat bulan, prolonged pregnancy, extended pregnancy,

postdate/post datisme atau pascamaturitas, adalah: kehamilan sampai 42

minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari HPHT menurut rumus Naegele

dengan siklus haid rata-rata 28 hari.

2.1.1.2 Sebab Terjadinya Kehamilan Postterm

1. Teori Oksitosin

Rendahnya pelepasan oksitosin dari neurohipofisis Ibu hamil pada

kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu faktor penyebab terjadinya

kehamilan postterm.

2. Teori Kortisol/ACTH janin

Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai “pemberi tanda” untuk

dimulainya persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-

Page 5: BAB I

tiba kadar kortisol plasma janin. Kortisoljanin akan mempengaruhi

plasenta sehingga produksi progesteron berkurang dan memperbesar

sekresi estrogen, selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya

produksi prostaglandin. Pada cacat bawaan janin seperti anensefalus,

hipoplasia adrenal janin dan tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin

akan menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik

sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat bulan.

3. Teori saraf uterus

Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus frankenhauser akan

membangkitkan kontraksi uterus pada keadaan dimana tidak ada

tekanan pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusar pendek,

dan bagian bawah masih tinggi ke semuanya diduga sebagai penyebab

terjadinya kehamilan postterm.

4. Teori heriditer

Pengaruh heriditer terhadap insidensi kehamilan postterm telah

dibuktikan pada beberapa penelitian sebelumnya. Kitska et al (2007)

menyatakan dalam hasil penelitiannya, bahwa seorang ibu yang pernah

mengalami kehamilan postterm pada kehamilan berikutnya akan

memiliki resiko lebih tinggi untuk mengalami kehamilan postterm

pada kehamilan berikutnya. Hasil penelitian ini memunculkan

kemungkinan bahwa kehamilan postterm juga dipengaruhi faktor

genetik.

2.1.1.3 Diagnosis

1. Riwayat haid

Sangat penting untuk memastikan bahwa kehamilan sebenarnya

postterm atau tidak. Idealnya, usia kehamilan yang akurat ditentukan

di awal kehamilan. Diagnosis kehamilan postterm tidak sulit untuk

ditegakkan bilamana HPHT diketahui secara pasti. Ditentukan

beberapa kriteria :

a. Penderita harus yakin betul dengan HPHT-nya

b. Siklus 28 hari dan teratur

c. Tidak minum pil antihamil setidaknya 3 bulan terakhir

Page 6: BAB I

Selanjutnya diagnosis ditentukan dengan menghitung menurut rumus

Naegele. Berdasarkan riwayat haid, seorang penderita yang ditetapkan

sebagai kehamila possterm kemungkinan adalah sebagai berikut :

a. Terjadi kesalahan dalam menentukan tanggal haid terakhir atau akibat

menstruasi abnormal

b. Tanggal haid terakhir diketahui jelas, tetapi terjadi kelambatan ovulasi

c. Tidak ada kesalahan menentukan haid terakhir dan kehamilan

memang berlangsung lewat bulan (keadaan ini sekitar 20-30% dari

seluruh penderita yang diduga kehamilan postterm)

2. Riwayat pemeriksaan Antenatal

a. Tes kehamilan. Bila pasien melakukan tes pemeriksaan tes

imunologik sesudah terlambat 2 minggu, maka dapat diperkirakan

kehamilan memang telah berlangsung 6 minggu.

b. Gerak janin. Gerak janin atau quickening pada umumnya dirasakan

Ibu pada pada umur kehamilan 18-20 minggu. Pada Primigravida

dirasakan sekitar umur kehamilan 18 minggu, sedangkan pada

Multigravida sekitar 16 minggu. Petunjuk umum untuk menentukan

persalinan adalah quickening ditamba 22 minggu pada Primigravida

atau ditambah 24 minggu pada multiparitas.

c. Denyut jantung janin (DJJ). Dengan stetoskop Leanec DJJ dapat

didengar mulai umur kehamilan 18-20 minggu, sedangkan dengan

Doppler dapat terdengar pada usia kehamilan 10-12 minggu.

Kehamilan dapat dinyatakan sebagai kehamilan postterm bila didapat

3 atau lebih dari kriteria hasil pemeriksaan sbb :

a. Telah lewat 36 minggu sejak tes kehamilan positif

b. Telah lewat 32 minggu sejak DJJ pertama terdengar dengan doppler

c. Telah lewat 24 minggu sejak dirasakan gerak janin pertama kali

d. Telah lewat 22 minggu sejak terdengarnya DJJ pertama kali dengan

stetoskop Leanec

Page 7: BAB I

3. Tinggi Fundus Uteri

Dalam trimester pertama pemerikasaan tinggi fundus uteri serial

dalam sentimeter dapat bermanfaat bila dilakukan pemeriksaan secara

berulang tiap bulan. Lebih dari 20 minggu, tinggi fundus uteri dapat

menentukan umur kehamilan secara kasar.

4. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)

Ketetapan usia gestasi sebaiknya mengacu pada hasil pemeriksaan

USG pada trimester pertama. Kesalahan perhitungan dengan rumus

Naegele dapat mencapai 20 %. Bila telah dilakukan pemeriksaan

Ultrasonografi serial terutama sejak trimester pertama, hampir dapat

dipastikan usia kehamilan. Pada trimester pertama, pemeriksaan panjang

kepala-tungging (crown-rump length/CRL) memberikan ketepatan kurang

lebih 4 hari dari taksiran persalinan.

Pada umur kehamilan sekitar 16-20 minggu, ukuran diameter

biparietal dan panjang femur memberikan ketepatan sekitar 7 hari dari

taksiran persalinan.

Selain CRL, diameter biparietal dan panjang femur, beberapa

parameter dalam pemeriksaan USG juga dapat dipakai seperti lingkar

perut, lingkar kepala, dan beberapa rumus yang merupakan perhitungan

dari beberapa hasil pemeriksaan parameter tersebut di atas. Sebaliknya,

pemeriksaan sesaat setelag trimester III dapat dipakai untuk menentukan

berat janin, keadaan air ketuban, ataupun keadaan plasenta yang sering

berkaitan dengan kehamilan postterm, tetapi sukar untuk memastikan usia

kehamilan.

5. Pemeriksaan Radiologi

Umur kehamilan ditentukan dengan melihat pusat penulangan.

Gambaran epifisis femur bagian distal paling dini dapat dilihat pada

kehamilan 32 minggu, epifisis tibia proksimal terlihat setelah umur

kehamilan 36 minggu, dan epifisis kuboid pada kehamilan 40 minggu.

Cara ini sekarang jarang dipakai selain karena dalam pengenalan pusat

penulangan seringkali sulit, juga pengaruh radiologik kurang baik terhadap

janin.

Page 8: BAB I

2.1.1.4 Permasalahan pada Kehamilan Postterm

1. Perubahan pada Plasenta

Disfungsi plasenta merupakan faktor penyebab terjadinya komplikasi

pada kehamilan postterm dan meningkatnya risiko pada janin. Penurunan

fungsi plasenta dapat dibuktikan dengan penurunan kadar estriol dan

plasental laktogen. Perubahan yang terjadi pada plasenta sebagai berikut:

a. Penimbunan kalsium.

b. Selaput vaskulosinsisial menjadi tambah tebal dan jumlahnya

berkurang. Keadaan ini dapat menurunkan mekanisme transpor

plasenta.

c. Terjadi proses degenerasi jaringan plasenta seperti edema, timbunan

fibrinoid, fibrosis, trombosis intervili, dan infark vili.

d. Perubahan Biokimia. Adanya insufisiensi plasenta menyebabkan

protein plasenta dan kadar DNA di bawah normal, sedangkan

konsentrasi RNA meningkat, transpor kalsium tidak terganggu, aliran

natrium, kalium dan glukosa menurun. Pengangkutan bahan dengan

berat molekul tinggi seperti asam amino, lemak, dan gama globulin

biasanya mengalami gangguan sehingga dapat mengakibatkan

gangguan pertumbuhan janin intrauterin.

2. Pengaruh pada janin

Pengaruh kehamilan postterm terhadap janin sampai saat ini masih

diperdebatkan. Beberapa ahli menyatakan bahwa kehamilan postterm

menambah bahaya pada janin, sedangkan beberapa ahli lainnya

menyatakan bahwa bahaya kehamilan postterm terhadap janin terlalu

dilebihkan. Kiranya kebenaran terletak di antara keduanya. Fungsi

Plasenta mencapai puncak pada kehamilan 38 minggu. Dan kemudian

mulai menurun terutama setelah 42 minggu. Hal ini dapat dibuktikan

dengan penurunan kadar estriol dan plasental laktogen. Rendahnya

fungsi Plasenta berkaitan dengan peningkatan kejadian gawat janin

resiko 3 kali. Akibat dari proses penuaan plasenta, pemasokan

makanan dan oksigen akan menurun di samping adanya spasme arteri

spiralis. Sirkulasi utero plasenter akan berkurang dengan 50 %

Page 9: BAB I

menjadi hanya 250 ml/menit. Beberapa pengaruh kehamilan postterm

terhadap janin antara lain sebagai berikut :

a. Berat Janin. Bila terjadi perubahan anatomik yang besar pada

plasenta, maka terjadi penurunan berat janin. Dari penelitian

vorherr tampak bahwa sesudah umur kehamilan 36 minggu grafik

rata-rata pertumbuhan janin mendatar dan tampak adanya enurunan

sesudah 42 minggu. Namun, seringkali pula plasenta masih dapat

berfungsi dengan baik sehingga berat janin bertambah terus sesuai

dengan bertambahnya umur kehamilan. Zwerdling menyatakan

bahwa rata-rata berat janin >3.600 gram sebesar 44,5 % pada

kehamilan postterm, sedangkan pada kehamilan genap bulan (term)

sebesar 30,6 %. Resiko persalinan bayi dengan berat lebih dari

4000 gram pada kehamilan postterm tingkat dua sampai 4 kali lebih

besar dari kehamilan term.

b. Sindroma postmaturitas. Dapat dikenali pada neonatus dengan

ditemukannya beberapa tanda seperti gangguan pertumbuhan,

dehidrasi, kulit kering, keriput seperti kertas, atau hilangnya lemak

subkutan, kuku tangan dan kaki panjang, tulang tengkorak lebih

keras, hilangnya verniks kasiosa dan lanugo, maserasi kulit

terutama daerah lipat paha dan genital luar, warna coklat kehijauan

atau kekuningan pada kulit dan tali pusat, muka tampak menderita

dan rambut kepala banyak atau tebal. Tidak seluruh nenonatus

kehamilan postterm menunjukkan tanda postmaturitas tergantung

fungsi plasenta. Umumnya didapat sekitar 12-20 % neonatus

dengan tanda postmaturitas pada kehamilan postterm.

3. Gawat janin atau kematian perinatal. Menunjukkan angka

meningkat setelah kehamilan 42 minggu atau lebih, sebagian besar

terjadi intrapartum. Umumnya disebabkan oleh :

a. makrosomia yang dapat menyebabkan terjadinya distosia pada

persalinan, fraktur klavikula, palsi Erb-Duchene, sampai kematian

bayi.

Page 10: BAB I

b. Insufisiensi plasenta yang berakibat :PJT, Oligohidramnion,

Hipoksia janin, aspirasi mekonium, cacat bawaan.

4. Pengaruh Pada Ibu

Morbiditas atau mortalitas Ibu : dapat meningkat sebagai akibat

dari makrosomia janin dan tulang tengkorak menjadi lebih keras yang

menyebabkan terjadi distosia persalinan, incoordinate uterine action,

partus lama, meningkatkan tindakan obstetrik dan persalinan

traumatis/perdarahan postpartum akibat bayi besar.

2.1.1.5 Pengelolaan Kehamilan Postterm

Pengelolaan aktif : dengan melakukan persalinan anjuran pada usia

kehamilan 41 atau 42 minggu untuk memperkecil risiko terhadap janin.

Pengelolaan pasif/menunggu/ekspektatif : didasarkan pandangan bahwa

persalinan anjuran yang dilakukan semata-mata atas dasar postter

mempunya resiko/komplikasi cukup besar terutama risiko persalinan

operatif sehingga menganjurkan untuk dilakukan pengawasan terus

menerus terhadap kesejahteraan janin, baik secara biofisik maupun

biokimia sampai persalinan berlangsung dengan sendirinya atau timbul

indikasi untuk mengakhiri kehamilan.

Sebelum mengambil langkah, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

pengelolaan kehamila postterm adalah sebagai berikut :

1. Menentukan apakah kehamilan memang telah berlangsung lewat bulan

(postterm) atau bukan. Dengan demikian, penatalaksanaan ditujukan

kepada dua versi dari postterm ini.

2. Identifikasi kondisi janin dan keadaan yang membahayakan janin.

o Pemeriksaan Kardiotokografi seperti nonstress test (NST) dan

cintraction stress test dapat mengetahui kesejahteraan janin sebagai

reaksi terhadap gerak janin atau kontraksi uterus. Bila didapat 

hasil reaktif, maka nilai spesifitas 98,8 % menunjukkan

kemungkinan besar janin baik. Pemeriksaan ultrasonografi untuk

menentukan besar janin,  denyut jantung janin, gangguan

Page 11: BAB I

pertumbuhan janin, keadaan dan derajat kematangan plasenta,

jumlah (indeks cairan amnion) dan kualitas air ketuban.

o Beberapa pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan seperti

pemeriksaan kadar Estriol.

o Gerakan janin dapat ditentukan secara subjektif (normal rata-rata 7

kali/20 menit) atau secara objektif dengan tokografi (normal 10/20

menit).

o Amnioskopi. Bila ditemukan air ketuban yang banyak dan jernih

mungkin keadaan janin masih baik. Sebaliknya, air ketuban sedikit

dan mengandung mekonium akan mengamali risiko 33 % asfiksia.

o Periksa kematangan serviks dengan skor Bishop. Kematangan

serviks ini memegang peranan penting dalam pengelolaan

kehamilan postterm. Sebagian besar kepustakaan sepakat bahwa

induksi persalinan dapat segera dilaksanakan baik pada usia 41

maupun 42 minggu bilamana serviks telah matang.

Pada umumnya penatalaksanaan sudah dimulai sejak umur kehamilan

mencapai 41 minggu dengan melihat kematangan serviks, mengingat

dengan bertambahnya umur kehamilan, maka dapat terjadi keadaan yang

kurang menguntungkan, seperti janin tumbuh makin besar atau sebaliknya,

terjadi kemunduran fungsi plasenta dan oligohidramnion. Kematian janin

neonatus meningkat 5-7 % pada persalinan 42 minggu atau lebih.

Bila serviks telah matang (dengan nilai bishop >5) dilakukan induksi

persalinan dan dilakukan pengawasan intrapartum terhadap jalannya

persalinan dan keadaan janin. Induksi pada serviks yang telah matang akan

menurunkan risiko kegagalan ataupun persalinan tindakan titik.

Bila serviks belum matang, perlu dinilai keadaan janin ebih lanjut apabila

kehamilan tidak diakhiri :

o NST dan penilaian volume kantong amnion, bila keduanya normal,

kehamilan dapat dibiarkan berlanjut dan penilaian janin dilanjutkan

seminggu 2 kali.

Page 12: BAB I

o Bila ditemukan oligohidramnion (< 2 cm pada kantong yang

vertikal atau indeks  cairan amnion < 5) atau dijumpai deselerasi

variabel pada NST, maka dilakukan induksi persalinan.

o Bila volume cairan amnion normal dan NST tidak reaktif, tes pada

kontraksi ( CST ) harus dilakukan. Bila hasil CST positif, terjadi

deselerasi lambat berulang, variabilitas abnormal (<5/20 menit )

menunjukkan penurunan fungsi plasenta janin, mendorong agar

janin segera dilahirkan sengan mempertimbangkan bedah sesar.

Sementara itu, bila CST negatif, kehamilan dapat dibiarkan

berlangsung dan penilaian janin dilakukan lagi 3 hari kemudian.

o Keadaan serviks ( skor bishop ) harus dinilai ulang setiap

kunjungan pasien dan kehamilan dapat diakhiri bila serviks

matang.

o Kehamilan lebih dari 42 minggu diupayakan diakhiri.

2.1.2 Kalsifikasi Plasenta

Kalsifikasi plasenta merupakan tanda menuanya plasenta, yang

biasanya mulai kehamilan trimester III. Kalsifikasi secara USG akan

terlihat sebagai bintik putih. Semakin tua kehamilan, maka jumlahnya

semakin banyak. Tetapi bisa juga terjadi kalsifikasi yang dini, yang akan

menurunkan jumlah nutrisi dan oksigen pada bayi.

Kalsifikasi plasenta sebetulnya adalah deposit kalsium pada

plasenta. Deposit ini menyebabkan bagian plasenta yang ditempatinya

nekrosis. Deposit ini bisa menyebabkan jaringan plasenta yang

ditempatinya menjadi jaringan ikat. Deposit ini juga bisa menyumbat

pembuluh darah di plasenta.

Tetapi plasenta memiliki permukaan yang luas. Dibutuhkan

kalsifikasi yang luar biasa banyak sekali untuk bisa membahayakan bayi.

Kalsifikasi plasenta sendiri secara USG dikategorikan menjadi 4 grade.

Grade 0 tidak ditemukan kalsifikasi, grade 1 terlihat sedikit gambaran

kalsifikasi, grade 2 ditemukan dengan mudah kalsifikasi setengah

lingkaran dan grade 3 banyak ditemukan kalsifikasi berbentuk lingkaran.

Page 13: BAB I

Jika terjadi kalsifikasi plasenta grade 3 terjadi pada trimester II,

maka hal ini perlu mendapat perhatian . Biasanya untuk kasus seperti ini

dilakukan pemantauan secara berkala pertumbuhan bayi untuk memastikan

tidak adanya gangguan pertumbuhan.

Penyebab pastinya belum diketahui, beberapa penelitian

mendapatkan faktor penyebabnya adalah bumil yang merokok, sedangkan

untuk menetralkan efeknya dengan mengkonsumsi makanan yang banyak

mengandung antioksidan.

2.2 KONSEP MANAJEMEN KEBIDANAN PADA KEHAMILAN

POSTTERM

2.2.1 langkah I : Pengumpulan Data Dasar.

1) Data Subjektif

a) Identitas ibu dan suami yang perlu dikaji adalah nama, umur,

agama, suku/bangsa, pendidikan , pekerjaan, nomor telepon dan

alamat. Bertujuan untuk menetapkan identitas pasien karena

mungkin memiliki nama yang sama dengan alamat dan nomor

telepon yang berbeda serta untuk mengetahui faktor resiko yang

mungkin terjadi.

b) Keluhan utama , merupakan alasan utama klien untuk datang ke

pelayanan kesehatan. Kemungkinan yang ditemui pada kasus

kehamilan postterm ini adalah ibu mengeluhkan bahwa

kehamilannya telah lewat dari taksiran persalinannya.

c) Riwayat menstruasi yang dikaji adalah menarche, siklus haid,

lamanya, banyaknya dan adanya dismenorrhoe saat haid yang

bertujuan untuk membantu menegakkan diagnosis persalinan

postterm dari siklus haidnya.

d) Riwayat kehamilan sekarang yang dikaji yaitu HPHT, riwayat

hamil muda dan tua, frekuensi pemeriksaan ANC yang bertujuan

untuk mengetahui taksiran persalinan dan resiko yang akan terjadi

dari adanya riwayat pada kehamilan muda maupun tua yang pernah

dialami.

Page 14: BAB I

e) Riwayat penyakit dahulu yang dikaji adalah apakah ibu ada

menderita penyakit jantung, DM, ipertensi, ginjal, asma, TBC,

epilepsi dan PMS serta ada tidaknya ibu alergi baik terhadap obat-

obatan ataupun makanan dan pernah transfusi darah ,atau operasi,

serta ada tidaknya kelainan jiwa.

f) Riwayat penyakit keluarga yang dikaji yaitu ada tidaknya keluarga

ibu maupun suami yang menderita penyakit jantung, DM,

hipertensi, ginjal, asma, dan riwayat keturunan kembar yang

bertujuan agar dapat mewaspadai apakah ibu juga berkemungkinan

menderita penyakit tersebut.

g) Riwayat perkawinan yang dikaji yaitu umur berapa ibu kawin dan

lamanya ibu baru hamil setelah kawin, yang bertujuan untuk

mengetahui apakah ibu memiliki faktor resiko.

h) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu yang dikaji

adalah fisiologi jarak kehamilan dengan persalinan yang minimal 2

tahun, usia kehamilan aterm 37-40 minggu atau apakah ibu ada

mempunyai riwayat persalinan postterm, jenis persalinan yang

bertujuan untuk menentukan ukuran panggul dan adanya riwayat

persalinan dengan tindakan, sehingga menunjukkan bahwa 3P telah

bekerja sama dengan baik, penyulit yang bertujuan untuk

mengetahui penyulit persalinan yang pernah dialami ibu, nifas yang

lalu kemungkinan adanya keadaan lochea, laktasi berjalan dengan

normal atau tidak serta keadaan anak sekarang.

i) Riwayat keluarga berencana, kemungkinan ibu pernah

menggunakan alat –alat kontrasepsi atau tidak.

j) Makan terkhir bertujuan untuk mengetahui persiapan tenaga ibu

untuk persalinan.

k) BAK dan BAB terakhir bertujuan untuk mengetahui apakah ada

penghambat saat proses persalinan berlangsung.

2) Data Objektif

a) Pemeriksaan umum

Page 15: BAB I

Secara umum ditemukan gambaran kesadaran umum, dimana

kesadaran pasien sangat penting dinilai dengan melakukan

anamnesa. Selain itu pasien sadar akan menunjukkan tidak adanya

kelainan psikologis dan kesadaran umum juga mencakup

pemeriksaan tanda-tanda vital, berat badan, tinggi badan , lingkar

lengan atas yang bertujuan untuk mengetahui keadaan gizi pasien.

b) Pemeriksaan khusus

Inspeksi

Periksa pandang yang terpenting adalah mata (konjungtiva

dan sklera) untuk menentukan apakah ibu anemia atau tidak,

muka (edema), leher apakah terdapat pembesaran kelenjar

baik kelenjar tiroid maupun limfe sedangkan untuk dada

bagaimana keadaan putting susu, ada tidaknya teraba massa

atau tumor, tanda-tanda kehamilan (cloasma gravidarum,

aerola mamae, calostrum), serta dilihat pembesaran perut yang

sesuai dengan usia kehamilan, luka bekas operasi, dan

inspeksi genitalia bagian luar serta pengeluaran pervaginam

dan ekstremitas atas maupun bawah serta HIS.

Palpasi

Dengan menggunakan cara leopold:

Leopold I :

Untuk menentukan TFU dan apa yang terdapat dibagian

fundus (TFU dalam cm) dan kemungkinan teraba kepala atau

bokong lainnya, normal pada fundus teraba bulat, tidak

melenting, lunak yang kemungkinan adalah bokong janin

Leopold II:

Untuk menentukan dimana letaknya punggung janin dan

bagian-bagian kecilnya. Pada dinding perut klien sebelah kiri

maupun kanan kemungkinan teraba, punggung, anggota

gerak, bokong atau kepala.

Leopold III:

Page 16: BAB I

Untuk menentukan apa yang yang terdapat dibagian bawah

perut ibu dan apakah BTJ sudah terpegang oleh PAP, dan

normalnya pada bagian bawah perut ibu adalah kepala.

Leopold IV:

Untuk menentukan seberapa jauh masuknya BTJ ke dalam

rongga panggul dan dilakukan perlimaan untuk menentukan

seberapa masuknya ke PAP.

Auskultasi

Untuk mendengar DJJ dengan frekuensi normal 120-160

kali/menit, irama teratur atau tidak, intensitas kuat, sedang

atau lemah. Apabila persalinan disertai gawat janin, maka DJJ

bisa kurang dari 110 kali/menit atau lebih dari 160 kali/menit

dengan irama tidak teratur.

Perkusi

Pemeriksaan reflek patella kiri dan kanan yang berkaitan

dengan kekurangan vitamin B atau penyakit saraf, intoksikasi

magnesium sulfat.

Penghitungan TBBJ

Dengan menggunakan rumus (TFU dalam cm – 13) x 155

yang bertujuan untuk mengetahui taksiran berat badan janin

dan dalam persalinan postterm biasanya berat badan janin

terjadi penurunan karena terjadi perubahan anatomik yang

besar pada plasenta atau sebaliknya berat janin terus

bertambah karena plasenta masih berfungsi.

Pemeriksaan Dalam

Yang dinilai adalah keadaan servik, pembukaan, keadaan

ketuban, presentasi dan posisi, adanya caput atau moulage,

bagian menumbung atau terkemuka, dan kapasitas panggul

(bentuk promontorium, linea innominata, sacrum, dinding

samping panggul, spina ischiadica, coksigis dan arcus pubis >

90 derajat).

Pemeriksaan Penunjang

Page 17: BAB I

Pemeriksaan USG

2.2.2 Langkah II: Interprestasi Data

Data dasar di interprestasikan menjadi masalah atau diagnosa spesifik

yang sudah di identifikasikan. Di dalam interprestasi data, terdapat tiga

komponen penting di dalamnya yaitu:

1) Diagnosa

Diagnosa ditetapkan bertujuan untuk mengetahui apakah ada

penyimpangan. Untuk kehamilan postterm dapat ditegakkan dengan

mengetahui HPHT serta menetukan taksiran persalinan dan mengetahui

gerakan janin pertama kali dirasakan dan riwayat pemeriksaan ANC

lainnya.

2) Masalah

Dapat berupa keluhan utama atau keadaan psikologis ibu, keadaan janin

yang memburuk karena terjadi gawat janin.

3) Kebutuhan

Di sesuaikan dengan adanya masalah,seperti:

a) Berikan ibu dukungan psikologis.

2.2.3 Langkah III: Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial

Kemungkinan masalah potensial yang timbul adalah: terjadinya gawat

janin, distosia bahu, perdarahan, atonia uteri

2.2.4 Langkah IV : Identifikasi Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan

Segera.

Adapun tindakan segera yang dilakukan adalah: melakukan kolaborasi

dengan dokter untuk tindakan selanjutnya

2.2.5 Langkah V:Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan sehingga dapat direncanakan

asuhan sesuai dengan kebutuhan yaitu:

1) Informasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga

2) Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk tindakan selanjutnya

3) Berikan dukungan psikologis pada ibu

2.2.6 Langkah V:Melaksanakan Perencanaan

Page 18: BAB I

Perencanaan bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian oleh klien

bahkan anggota kesehatan lainnya yang mana bidan berkolaborasi. Bidan

juga bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan yang telah

di rencanakan.

2.2.7 Langkah VII:Evaluasi

Merupakan langkah akhir dari proses asuhan kebidanan persalinan,dari

hasil pelaksanaan perencanaan dapat diketahui keefektifan dari asuhan

yang telah diberikan dan menunjukkan perbaikan kondisi apabila banyi

ataupun ibu sempat mengalami masalah yang harus segera ditangani.

BAB III

TINJAUAN KASUS

2.3 Pengkajian Data

2.3.1 Data Subyektif

Tanggal : 06 November 2012 Jam : 10.00 WIB

3.1.1.1 Identitas Klien

Nama : Ny Sofiyah Nama :Tn M. Kloli

Umur :33 tahun Umur :35 tahun

Bangsa/suku :Jawa Bangsa/suku :Jawa

Agama :Islam Agama :Islam

Pendidikan :SLTA Pendidikan :S 1

Pekerjaan :IRT Pekerjaan :Guru

Alamat :Glanggang Beji Alamat :Glangggang Beji

Page 19: BAB I

3.1.1.2 Alasan kunjungan saat ini/keluhan utama :

Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya karena waktu

persalinannya sudah melewati dari perkirakan

3.1.1.3 Riwayat Kesehatan

3.1.1.3.1 Riwayat penyakit yang pernah/sedang di derita.

Ibu mengatakan bahwa ia tidak pernah/sedang menderita

penyakit seperti DM, jantung, hipertensi, asma, dll tapi

Ibu pernah sakit biasa sepreti panas, batuk, dan flu.

3.1.1.3.2 Riwayat penyakit keluarga/keturunan

Ibu mengatakan bahwa dalam keluarga tidak memiliki

riwayat penyakit menurun, menular dan menahun seperti

DM, hipertensi, asma, jantung, TBC, dll.

3.1.1.3.3 Perilaku kesehatan

Ibu mengatakan bahwa ia tidak pernah minum-minuman

beralkohol, tidak merokok, tidak mengkonsumsi obat-

obatan dan juga tidak memiliki binatang peliharaan.

3.1.1.4 Riwayat haid

Siklus menstruasi : teratur 28 hari Fluor albus :Tidak ada

Lama : 7 hari Menarche : 10 tahun

Warna : merah HPHT : 14 januari

2012

Bau : Amis TP : 21 Oktober

2012

3.1.1.5 Riwayat Kehamilan sekarang

HPHT 14 januari 2012 (TP 21 Oktober 2012). Ibu ANC 4 kali di

bidan. Gerakan janin dirasakan sejak usia kehamilan empat bulan.

Ibu tidak pernah mengalami tanda-tanda bahaya kehamilan seperti

air ketuban keluar sebelum waktunya, perdarahan pervaginam pada

hamil muda maupun tua, bengkak pada kaki tangan dan wajah,

demam tinggi, mata berkunang-kunang. Suplemen yang pernh

diminum penambah darah vitamin dan asam folat. Ibu tidak pernah

Page 20: BAB I

mengkonsumsi minuman keras, rokok, jamu, dan obat-obatan diluar

resep dokter. Ibu sudah mendapat imunisasi TT lengkap.

3.1.1.6 Riwayat Obstetri yang lalu

No SuamiUK Jenis

PersalinanPenolong

BB/PB

Lahir

JK (L/P)

Meneteki

Umur Anak

1.

2.

3.

I

I

I

9 bln

9 bln

Hamil ini

Spontan B

Spontan B

Bidan

Bidan

3000 gram/ 48 cm

3200 gram/49

L

L

Ya

Ya

9 thn

6 thn

3.1.1.7 Riwayat KB

Ibu mengatakan menggunakan KB Pil Kombinasi. Penggunaan

selama 4 tahun. Tidak ada keluhan yang dialami selama

menggunakan KB Pil.

3.1.1.8 Pola kehidupan sehari-hari termasuk seksual

3.1.1.8.1 Pola nutrisi

Sebelum hamil : Ibu makan 3x/hari dengan porsi sedang : 1

piring nasi, lauk sayur + buah, minum ± 8 gelas/hari.

Selama hamil : ibu makan 3x/hari dengan porsi kecil tapi

sering : 1 piring nasi, lauk, sayur, buah, dan roti kering.

Minum ± 8 gelas/hari + susu + teh manis.

3.1.1.8.2 Pola eliminasi

Sebelum hamil : Ibu BAB 1-2x/hari dengan konsistensi

lunak, warna : kuning tengguli, bau : khas, BAK, 4-5x/hari :

konsisitensi cair, warna : kuning jernih, bau ; khas

Page 21: BAB I

Selama hamil : Ibu BAB 1x/hari konsistensi :lunak, warna :

kuning tengguli,bau : khas, BAK : 5-6x/hari,konsistensi :

cair, warna : kuning jernih,bau : khas.

3.1.1.8.3 Pola istirahat / tidur

Sebelum hamil : Ibu istirahat siang ± 1 jam dan malam : ± 7

jam

Selama hamil : Ibu istirahat siang ± 2 jam dan malam : ± 8

jam

3.1.1.8.4 Pola aktivitas

Sebelum hamil : Ibu mengatakan ia dapat melakukan

pekerjaan rumah tangga, seperti : berbelanja, mencuci,

menyapu, mengurus suami, dll.

Selama hamil : Ibu mengatakan hanya dapat melakukan

pekerjaan rumah tangga ringan, seperti : menyapu, mengurus

suami.

3.1.1.8.5 Personal hygiene

Sebelum hamil : Ibu mandi 2x/hari, gosok gigi 3x/hari, ganti

bahu dan celana dalam 2x/hari

Selama hamil : Ibu mandi 2x/hari, gosok gigi 3x/hari, ganti

baju dan celana dalam 2x/hari

3.1.1.8.6 Pola seksual

Sebelum hamil : Ibu mangatakan melakukan hubungan

seksual 3 – 4x/mgg

Selama hamil : Ibu mengatakan melakukan hubungan

seksual 1 x/ mgg

3.1.1.9 Data psikologis, sosial, spiritual

Ibu mengatakan bahwa kehamilan ini diharapkan dan seluruh

keluarga sangat tenang dan mendukung kehamilannya ini. Akan

tetapi ibu dan keluarga merasa khawatir karena belum juga

melahirkan. Pengambilan keputusan dilakukan oleh ibu dan suami.

Selama kehamilan ibu selalu beribadah dan mendoakan

kehamilannya.

Page 22: BAB I

3.1.2 Data Obyektif

3.1.2.1 Pemeriksaan Fisik

3.1.2.2 Keadaan umum : Baik

3.1.2.3 Kesadaran umum : Composmentis

3.1.2.4 TTV : TD : 120/80 mmHg

N : 84 x/m

S : 36,5 C

RR : 20 x/m

TB/ BB : 155 cm / 59 kg

3.1.2.5 Inspeksi

Rambut : bersih, tidak ada ketombe, tidak rontok.

Muka : tidak odema, tidak ada chloasma gravidarum.

Mata : konjungtiva : tidak anemis

sklera : tidak ikterus

hidung : bersih, tidak ada polip.

Mulut : bersih, tidak cyanosis,tidak pecah-pecah, gigi tidak

caries.

Telinga : simetris, tidak ada serumen.

Leher : Pembesaran getah bening : tidak ada

Struma : tidak ada

Pembesaran vena jugularis : tidak ada

Pembesaran kelenjaran : tidak ada

Dada : simetris, tidak ada ronkhi, tidak ada whezing

Payudara : Bentuk : simetris

Puting susu : menonjol

Areola : ada hiperpigmentasi

Striae : tidak ada

Keluaran : tidak ada

Perut : Striae : livide

Page 23: BAB I

Linea : nigra

Pembesaran : sesuai dengan usia kehamilan

Luka parut : tidak ada

Genetalia : keluaran : tidak ada

Varises : tidak ada

Oedema : tidak ada

Condiloma acuminata : tidak ada

Condilomatalata : tidak ada

Anus : heamoroid : tidak ada

Varises : tidak ada

Extrimitas : Atas : tidak odema, tidak varises

Bawah : tidak odema, tidak varises

3.1.2.6 Palpasi

Leher : tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid

Payudara : tidak teraba benjolan abnormal

Abdomen :

Leopold I : TFU pertengahan Px dengan pusat (32 cm) Pada

fundus teraba lunak,kurang bulat,kurang

melenting di perkirakan bokong janin.

Leopold II : Pada bagian kanan perut ibu teraba keras,

memanjang seperti papan di perkirakan

punggung janin dan bagian kiri perut ibu teraba

bagian terkecil janin.

Leopold III : Pada bagian bawa perut ibu teraba keras, bulat,

melenting,dan dapat di goyangkan di

perkirakan kepala janin.

Leopold IV : Kedua tangan pemeriksa bertemu

(konvergen).bagian terendah dari janin belum masuk PAP

3.1.2.7 Auskultasi

DJJ 132 x/mnt teratur

Page 24: BAB I

3.1.2.8 Perkusi.

Refleks Patella positif pada kedua tungkai

3.1.2.9 Periksa Dalam: Portio kaku, tidak ada pembukaan servix

3.1.2.10 Pemeriksaan Penunjang

Dilakukan pemeriksaan USG dengan hasil EFW: 2778 gram.

AFI 9,8, kalsifikasi placenta grade III.

3.2 Interpretasi Data Dasar

No Tgl/Jam Data dasar DxMslh/Keb

1 6-11-2012

10.15 WIB

DS:

- Ibu mengatakan ini adalah kehamilan

yang ketiga, tidak pernah keguguran ,

jumlah anak hidup 2 orang usia 9 dan 6

tahun tahun (bersalin normal)

- HPHT : 14-1-2012

- Ibu mengatakan belum melahirkan

juga, sedangkan tanggal tafsiran

persalinan sudah lewat 2 minggu.

DO :

TP : 21-10-2012

KU : Baik

Kesadaran : composmetis

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 84 x/menit

RR : 20 x/menit

- Inspeksi :

Mata: Konjungtiva merah muda ki/ka

Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar

tyroid dan tidak ada pembesaran vena

jugularis.

Abdomen : pembesaran (+), tidak ada

G3P2002 Ab000 UK

42-43 minggu

preskep U Puka

T/H dengan

postterm dan

kalsifikasi placenta

grade III

Page 25: BAB I

bekas luka parut, linea nigra (+)

Genetalia: tidak ada pengeluaran. Tidak

ada varises,tidak ada benjolan abnormal

- Palpasi :Leher : tidak teraba pembesaran

kelenjar tyroid

Payudara : tidak teraba benjolan

abnormal

Abdomen :

Leopold I : TFU pertengahan Px dengan

pusat (32 cm) Pada fundus teraba

lunak,kurang bulat,kurang melenting di

perkirakan bokong janin.

Leopold II : Pada bagian kanan perut

ibu teraba keras, memanjang seperti

papan di perkirakan punggung janin dan

bagian kiri perut ibu teraba bagian

terkecil janin.

Leopold III : Pada bagian bawa perut

ibu teraba keras, bulat, melenting,dan

dapat di goyangkan di perkirakan kepala

janin.

Leopold IV : Kedua tangan pemeriksa

bertemu (konvergen).bagian terendah

dari janin belum masuk PAP

- Auskultasi

DJJ 132 x/mnt teratur

- Perkusi

Refleks Patella positif pada kedua

tungkai

- Periksa dalam: Po kaku, tidak ada

pembukaan servix .

Page 26: BAB I

2

- Pemeriksaan Penunjang

Dilakukan pemeriksaan USG dengan

hasil EFW: 2778 gram. AFI 9,8,

kalsifikasi placenta grade III.

DS:

- Ibu mengatakan merasa cemas akan

kondisi dirinya dan bayinya saat ini.

DO :

Inspeksi :

Muka : pucat (-), ekspresi wajah ibu

sedikit tegang.

Cemas terkait

dengan kondisi

kehamilannya

3.3 Identifikasi Diagnosis dan Masalah Potensial

Diagnosa Potensial : gawat janin dan pertumbuhan janin terhambat

3.4 Identifikasi dan Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera

3.4.1 dukungan psokologis

3.4.2 kolaborasi dengan dokter untuk tindakan selanjutnya

3.5 Perencanaan

No Tgl/Jam Dx/Mslh/Keb Intervensi Rasional

1. 6-11-2012

10.20

G3P2002 Ab000

UK 42-43

minggu

preskep U

Puka T/H

dengan

postterm dan

kalsifikasi

Tujuan

- Ibu mengerti akan

kondisinya saat ini

- Ibu bersedia untuk

dilakukan tindakan

terminasi kehamilan

Kriteria Hasil:

Page 27: BAB I

placenta grade

III

- KU ibu dan janin baik

- Ibu memahami tentang

kondisinya saat ini

- Ibu kooperatif dengan

tindakan yang akan

diberikan

INTERVENSI:

1. Jalin Komunikasi

terapeutik dengan

pasien

2. Jelaskan pada ibu hasil

pemeriksaan yang telah

dilakukan.

3. Jelaskan pada ibu

dampak negatif baik bagi

ibu dan bayi apabila bayi

tidak segera dilahirkan.

1. Komunikasi

akan membuat

ibu menjadi

lebih tenang

2. Penjelasan

yang tepat

kepada ibu dan

suami membuat

ibu dan suami

lebih mengerti

akan kondisi

kehamilan saat

ini dan menjadi

lebih kooperatif

3. penjelasan

tentang

resiko yang

mungkin

dialami,

akan

membuat

ibu dan

suami

Page 28: BAB I

2.

Cemas terkait

dengan

kondisi

kehamilannya

4. Kolaborasi dengan

dokter SpOG untuk

pemberian terapi

selanjutnya:

- Pasien dirawat di

ruang bersalin

dengan ripening

dengan misoprostol

50 mcg observasi 6

jam sampai dengan

pelvic skor > 6,

lanjut oksitosin drip

Tujuan :

Kecemasan pada ibu

teratasi

KH :

-Ekspresi wajah ibu

tampak tenang

INTERVENSI :

1. Beri dukungan secara emosional serta spiritual pada ibu.

2. Anjurkan pada keluarga untuk

kooperatif

pada saat

dilakukan

tindakan.

4. Kolaborasi

dengan dokter

memungkinka

n ibu

mendapat

penanganan

yang tepat

1. Dukungan dapat membuat ibu tenang dan lebih sabar dalam menghadapi kondisinya.

2. Keluarga membuat ibu nyaman dan

Page 29: BAB I

menemani ibu. tenang

3.6 Implementasi

No Tgl/jam Dx/mslh/Keb Implementasi

1. 6-11-2012

10.22 wita

G3P2002 Ab000 UK

42-43 minggu

preskep U Puka

T/H dengan

postterm dan

kalsifikasi placenta

grade III

Cemas terkait

1. Menjalin Komunikasi terapeutik

dengan pasien.

2. Menginformasikan hasil

pemeriksaan kepada ibu dan

suami bahwa kehamilan sudah

melewati rentang waktu normal,

kondisi janin dan ibu baik. Dari

hasil USG ditemukan adanya

pengapuran pada ari-ari.

3. Menjelaskan pada ibu resiko

apabila kehamilan ini terus

berlanjut adalah bayi bisa

kekurangan oksigen, dan resiko

pada ibu adalah persalinan lama,

dan perdarahan.

4. Melakukan Kolaborasi dengan

dokter untuk tindakan

selanjutnya.

5. Menjelaskan pada ibu bahwa ibu

harus dirawat di rumah sakit.

Tindakan yang dilakukan pada

ibu adalah rangsangan persalinan

dengan memberikan obat untuk

merangsang kontraksi rahim.

6. Memberikan dukungan emosional

Page 30: BAB I

2

6-11-2012 dengan kondisi

kehamilannya

serta spiritual kepada ibu.

Menyarankan ibu berdoa agar

semuanya berjalan dengan lancar.

7. Menganjurkan keluarga untuk

selalu menemani ibu selama

proses persalinan berlangsung.

3.7 Evaluasi

S : Ibu mengatakan telah memahami penjelasan yang diberikan dan ibu setuju untuk MRS.

O: Ibu dapat mengulangi penjelasan yang diberikan dengan bahasanya sendiri

A : G3P2002 Ab000 UK 42-43 minggu preskep U Puka T/H dengan postterm dan

kalsifikasi placenta grade III

P : mengantar ibu ke ruang bersalin.

S : Ibu mengatakan sudah tidak merasa cemas lagi karena telah mengerti

tentang penjelasan yang diberikan petugas.

O : Ekspresi wajah ibu menunjukkan sikap tenang dan ibu dapat tersenyum.

A : Masalah teratasi

P : -

Page 31: BAB I

BAB IV

PEMBAHASAN

Ny ”SF” umur 33 tahun, datang ke Poliklinik Kandungan dan Kebidanan

pada tanggal 6 November 2012 pukul 10.00 wita dengan dengan keluhan

kehamilan lewat waktu ( postterm). Data fokus subyektif yang dikaji untuk

membantu menegakkan diagnosa adalah HPHT ibu yaitu 14 januari 2012 ( TP 21

Oktober 2012). Pengkajian data subyektif ibu “KM” menunjukkan hasil yang

normal.

Hasil pengkajian data obyektif yaitu hasil pemeriksaan USG menunjukkan

bahwa ibu, pengapuran pada plasenta, dan kepala janin masih melayang ( floating

head ) . Umur kehamilan ibu “SF” pada saat datang ke Poliklinik Kandungan dan

Kebidanan adalah 42-43 minggu. Pada umur kehamilan 40 minggu, rata-rata

volume air ketuban yang normal adalah 800cc.

Kalsifikasi plasenta merupakan tanda menuanya plasenta, terutama terjadi

pada umur kehamilan TW III akhir. Kalsifikasi plasenta merupakan deposit

kalsium yang menutupi jaringan plasenta yang menyebabkan jaringan plasenta

menjadi nekrosis. Matinya jaringan plasenta menyebabkan terhambatnya sirkulasi

uteroplasenta. Hal ini dapat menyebabkan gawat janin dan bahkan kematian janin

intrauterin yang dapat meningkat sampai 2-4 kali lipat. Faktor predisposisi

terjadinya kalsifikasi plasenta pada ibu “SF” adalah umur kehamilan ibu yang

postterm sehingga plasenta sudah menjadi tua dan timbunan kalsium plasenta

yang meningkat sesuai progresivitas degenerasi plasenta.

Penatalaksanaan untuk kasus Ibu “SF” dengan postterm dan kalsifikasi

plasenta grade III adalah terminasi kehamilan. Terminasi kehamilan dilakukan

dengan partus tindakan induksi persalinan atas pertimbangan dokter dan

persetujuan dari keluarga. Hal ini harus segera dilakukan untuk mencegah

terjadinya gawat janin dan kematian janin intrauterin.

Page 32: BAB I

BAB 5

PENUTUP

5.1 SimpulanKehamilan postterm adalah kehamilan sampai 42 minggu (294 hari)

atau lebih, dihitung dari HPHT menurut rumus Naegele dengan siklus

haid rata-rata 28 hari. Kehamilan postterm memiliki beberapa resiko

baik untuk ibu maupun bayinya. Resiko pada ibu diantaranya

incoordinate uterus action, partus lama, meningkatkan tindakan

obstetrik dan persalinan traumatis. Resiko pada bayi diantaranya

pertumbuhan janin terhambat, hipoksia hingga kematian janin. Untuk

mengurangi resiko kehamilan posterm maka harus segera dilakukan

terminasi kehamilan atas indikasi yang ada.

5.2 Saran

Diharapkan kepada para calon bidan meningkatkan kemampuan yang

dimiliki agar dapat meberikan asuhan yang komprehensif pada klien

Page 33: BAB I

DAFTAR PUSTAKA

Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran :EGC

Prawiroharjo, Sarwono.2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawiroharjo.

_____. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan

Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:

Yayasan Bina Pustaka

Varney, Helen Dkk.2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan ed.4 vo1.

Jakarta.EGC

Wiknjosastro. 2000. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawiroharjo.

APN. 2008. Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar. Jakarta:

Institusi DEPKES RI

Page 34: BAB I

ASUHAN KEBIDANAN

PADA NY “SF” UMUR 33 TAHUN G1P0000AB000 UK 42 43 MINGGU

PRESKEP U PUKA T/H DENGAN POSTTERM

DAN KALSIFIKASI PLACENTA GRADE III

Disusun Oleh:

LUH YENNY ARMAYANTI

NIM. 1202420009

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN KLINIK

Page 35: BAB I

TAHUN 2012

LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Kehamilan

Ny “SF” G3P2002 Ab000 UK 42-43 minggu preskep U Puka T/H dengan postterm

dan kalsifikasi placenta grade III

di Poli Kandungan RSUD Bangil

Kabupaten Pasuruan

Pembimbing Institusi,

Jenny JS Sondakh, SST, M.ClinNIP.

Mahasiswa,

Luh yenny Armayanti NIM. 1202420004

Mengetahui,

Kaprodi DIV Kebidanan Klinik

Sri Rahayu, S.Kep.Ns.,M.KesNIP.19671010 199003 2 002

Pembimbing Klinik

Inmiatik, Amd.Keb NIP.

Page 36: BAB I

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena

dengan limpahan rahmat dan hidayahNya menejemen asuhan kebidanan pada

kasus kehamilan dengan postterm ini dapat terselesaikan dengan baik.

Adapun tujuan penulisan menejemen asuhan kebidanan ini adalah untuk

memenuhi tugas kompetensi D-IV Kebidanan Klinik. Selain itu, untuk

memperluas dan memperdalam pengetahuan penulis tentang kasus kehamilan

khususnya pada kehamilan postterm.

Dalam kesempatan ini, dengan segala ketulusan dan keikhlasan disampaikan

banyak terima kasih kepada :

1. Direktur RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan

2. Ibu Temu Budiarti, S.ST, M.Pd selaku Kajur Kebidanan Politeknik Kesehatan

Kemenkes Malang

3. Ibu Sri Rahayu, S.Kep.,Ns.,M.Kes. selaku Kaprodi D-IV Kebidanan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang

4. Ibu Jenny JS Sondakh, SST selaku pembimbing institusi

5. Ibu Inmiatik, Amd.Keb selaku pembimbing klinik di Poli Kandungan RSUD

Bangil Kabupaten Pasuruan

6. Dan pihak-pihak terkait yang telah membantu proses pembuatan manajemen

asuhan kebidanan ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa menejemen kebidanan komprehensif ini

masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati

penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi

kesempurnaan dan kelengkapan tugas selanjutnya. Penulis berharap Asuhan

Komprehensif ini dapat memberikan manfaat dan dapat digunakan sebagaimana

mestinya.

Page 37: BAB I