bab i

20
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis volumetrik dikenal juga dengan titrimetri, dimana zat yang akan dianalisis dibiarkan bereaksi dengan zat lain yang mana konsentrasinya diketahui dan dialirkan dari buret dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang tidak diketahui (analit) kemudian dihitung. Mengukur volume larutan adalah jauh lebih cepat dibandingkan dengan menimbang suatu zat dengan suatu metode gravimetrik. Dengan akurasi yang sama dapat dihasilkan seseuatu dengan lebih cepat (Khopkar, 2007). Sebagai seorang pelajar yang sedang mempelajari ilmu teknik kimia tentu kita harus mampumenyelesaikan permasalah dengan cara dan waktu yang seefisien mungkin. Oleh karena itu, analisis volumetrik ini sangat perlu dipelajari khusunya titrasi asam-basa, karena dalam keilmuan teknik kimia, sering menggunakan asam maupun basa. Seperti vontoh halnya dalam pembuatan obat maag yang digunakan dalam bidang ilmu farmasi. Magnesium hidroksida (Mg(OH) 2 ) yang digunakan untuk menetralkan asam lambung. 1.2 Rumusan Masalah 1 Yusrina Ika Putri / 110405071 Laboratorium Kimia Analisa

Upload: yusrina-ika-putri

Post on 03-Aug-2015

130 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Analisis volumetrik dikenal juga dengan titrimetri, dimana zat yang akan

dianalisis dibiarkan bereaksi dengan zat lain yang mana konsentrasinya diketahui

dan dialirkan dari buret dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang tidak

diketahui (analit) kemudian dihitung.

Mengukur volume larutan adalah jauh lebih cepat dibandingkan dengan

menimbang suatu zat dengan suatu metode gravimetrik. Dengan akurasi yang

sama dapat dihasilkan seseuatu dengan lebih cepat (Khopkar, 2007). Sebagai

seorang pelajar yang sedang mempelajari ilmu teknik kimia tentu kita harus

mampumenyelesaikan permasalah dengan cara dan waktu yang seefisien

mungkin.

Oleh karena itu, analisis volumetrik ini sangat perlu dipelajari khusunya

titrasi asam-basa, karena dalam keilmuan teknik kimia, sering menggunakan

asam maupun basa. Seperti vontoh halnya dalam pembuatan obat maag yang

digunakan dalam bidang ilmu farmasi. Magnesium hidroksida (Mg(OH)2) yang

digunakan untuk menetralkan asam lambung.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, masalah dalam percobaan ini

yaitu bagaimana cara menstandarisasi suatu larutan, menentukan kadasr asam

asetat dengan menggunakan metode titrasi asidi-alkalimetri.

1.3 Tujuan Percobaan

Sesuai dengan perumusan masalah diatas, tujuan percobaan ini adalah

mempelajari titrasi aside-alkalimetri dalam penentuan kadar asam asetat.

1.4 Manfaat Percobaan

Manfaat yang dapat diambil dari percobaan asidi-alkalimetri antara lain:

a. dapat mengetahui dan memahami prinsip titrasi asidi-alkalimetri

1 Yusrina Ika Putri / 110405071Laboratorium Kimia Analisa

Page 2: BAB I

b. dapat menentukan kadar sape suatu larutan asam maupun basa sesuai

dengan prinsip titrasi asidi-alkalimetri

c. serta dapat diaplikasikan kedalam bidang lainnya, dalam kehidupan sehari-

hari

1.5 Ruang Lingkup Percobaan

Percobaan Ilmu Dasar Teknik Kimia 1 dengan modul percobaan Volumetri:

Titrasi, Asam-Basa ini dilakukan dilaboratorium Kimia Analisa, Departemen

Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, dengan estimasi

kondisi ruangan:

Temperatur : 30 ˚C

Tekanan Udara : 760 mmHg

Dilakukan didalam ruangan dengan menggunakan bahan-bahan antara lain

sampel asam cuka (cap bintang), natrium hidroksida (NaOH), hidrogen klorida

(HCl), dan indikator phenolphthalein (PP) dan aquades. Sedangkan untuk peralatan

yang digunakan antara lain seperti statif dan klem, buret, erlenmeyer, beaker glass,

pipet tetes, corong gelas, dan batang pengaduk.

2 Yusrina Ika Putri / 110405071Laboratorium Kimia Analisa

Page 3: BAB I

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asidi-Alkalimetri

Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan

baku basa, sedangkan alkalimetri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan

menggunakan larutan baku asam. Oleh sebab itu, keduanya disebut juga sebagai

titrasi asam-basa. Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat

dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya

sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan perkataan lain untuk mengukur volume

titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen adalah saat yang

menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di dalam prakteknya titik

ekivalen sukar diamati, karena hanya meruapakan titik akhir teoritis atau titik akhir

stoikometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam-basa yang membantu

sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi meruapakan keadaan di

mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan menyebabkan perubahan

warna indikator (Adisty, 2012).

Asidi-alkalimetri adalah teknik analisis kimia berupa titrasi yang menyangkut

asam dan basa atau sering disebut titrasi asam-basa. Reaksi dijalankan dengan titrasi,

yaitu suatu larutan ditambahkan dari buret sedikit demi sedikit sampai jumlah zat-zat

yang direksikan tepat menjadi ekuivalen (telah tepat banyaknya untuk

menghabiskan zat yang direaksikan) satu sama lain. Larutan yang ditambahkan dari

buret disebut titran, sedangkan larutan yang ditambah titrandisebut titrat (dalam hal

ini titran dan titrat berupa asam dan basa atau sebaliknya). Pada saat ekuivalen,

penambahan titran harus dihentikan, saat ini dinamakan titik akhir titrasi. Untuk

mengetahui keadaan ekuivalen dalam proses asidi-alkalimetri ini, diperlukan suatu

zat yang dinamakan indikator asam-basa. Indikator asam-basa adalah zat yang dapat

berubah warna apabila pH lingkungannya berubah. Asidi-alkalimetri menyangkut

reaksi antara asam kuat-basa kuat, asam kuat-basa lemah, asam lemah-basa kuat,

asam kuat-garam dari asam lemah, dan basa kuat-garam dari basa lemah (Harjadi,

1986).

3 Yusrina Ika Putri / 110405071Laboratorium Kimia Analisa

Page 4: BAB I

2.2 Titrasi Asam Basa

2.2.1 Pengertian Titrasi Asam Basa

Titrasi merupakan cara penentuan konsentrasi suatu larutan dengan

menggunakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi dengan

menggunakan reaksi asam basa (penetralan) disebut titrasi asam basa. Larutan yang

konsentrasinya sudah diketahui disebut larutan baku. Titik ekuivalen adalah titik

ketika asam dan basa tepat habis bereaksi dengan disertai perubahan warna

indikatornya. Titik akhir titrasi adalah saat terjadinya warna indikator (Maria, 2010)

Reaksi yang dapat digunakan dalam metode volumetri adalah reaksi-reaksi

kimia yang sesuai dengan persyaratan berikut:

a. reaksi harus berlangsung cepat

b. tida terdapat reaksi samping

c. reaksi harus stokiometri, yaitu diketahui dengan pasti reaktan dan produk

serta perbandingan mol/ koefisien reaksinya

d. terdapat zat yang dapat digunakan untuk mengetahui titrasi harus dihentikan

(titik akhir titrasi) yang disebut zat indikator (Widiarto, 2009)

Larutan titran haruslah diketahui komposisi dan konsentrasinya. Idealnya

kita harus memulai dengan larutan standar primer. Larutan standar primer dibuat

dengan melarutkan zat dengan kemurnian yang tinggi (standar primer) yang

diketahui dengan tepat beratnya dalam suatu larutan yang diketahui dengan tepat

volumnya. Apabila titran tidak cukup murni, maka perlu distandardisasi dengan

standar primer. Standar yang tidak termasuk standar primer dikelompokkan sebagai

standar sekunder, contohnya NaOH; karena NaOH tidak cukup murni (mengandung

air, natrium karbonat dan logam-logam tertentu) untuk digunakan sebagai larutan

standar secara langsung, maka perlu distandardisai dengan asam yang merupakan

standar primer misal: kalium hidrogen ftalat (KHP)

Persyaratan standar primer

1. Kemurnian tinggi

2. Bukan kelompok hidrat

3. Tersedia dengan mudah

4. Cukup mudah larut

5. Berat molekul cukup besar

4 Yusrina Ika Putri / 110405071Laboratorium Kimia Analisa

Page 5: BAB I

Keakuratan hasil metode titrasi amat bergantung pada keakuratan penentuan

konsentrasi larutan standar. Untuk menentukan konsentrasi suatu larutan standar

dapat digunakan 2 cara :

1. Dengan cara langsung, menimbang dengan tepat standar primer,

melarutkannya dalam pelarut hingga volume tertentu

1. Dengan standarisasi, yaitu titran yang akan ditentukan konsentrasinya

digunakan untuk mentitrasi standar primer/sekunder yang telah diketahui

beratnya

Terkadang suatu reaksi berlangsung lambat dan tidak dapat diperoleh titik akhir

yang tegas. Untuk itu metoda titrasi balik dapat digunakan untuk mengatasinya.

Caranya dengan menambahkan titran secara berlebih, setelah reaksi dengan analit

berjalan sempurna, kelebihan titran ditentukan dengan menitrasi dengan larutan

standar lainnya. Dengan mengetahui mmol titran dan menghitung mmol yang tak

bereaksi, akan diperoleh mmol titran yang bereaksi dengan analit (Widiarto, 2009)

2.3 Prinsip Titrasi Asam-Basa

Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titran.

Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan

dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titran ditambahkan titer sedikit

demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara stoikiometri titran

dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”.

Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita

mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan

menggunakan data volume titran, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa

menghitung kadar titran.

Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa,

antara lain:

1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi

dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titran untuk

memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik

ekuivalen”.

5 Yusrina Ika Putri / 110405071Laboratorium Kimia Analisa

Page 6: BAB I

2.  Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan dua hingga tiga

tetes (sedikit mungkin) pada titran sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini

akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi dihentikan.

Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan

warnanya dipengaruhi oleh pH.

Pada umumnya cara kedua lebih dipilih karena kemudahan dalam

pengamatan, tidak diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis, walaupun tidak

seakurat dengan pH meter.

2.3.1 Kurva Titrasi Asam Basa

Pada titrasi asam dengan basa, maka kurva titrasinya merupakan hubungan

antara volume basa sebagai penitrasi (sumbu X) dengan pH (sumby Y) seperti pada

gambar 2.1a dengan bertambahnya basa sebagai penitrasi maka pH larutan yang

dititrasi akan meningkat. Sedangkan pada titrasi basa dengan asam, maka kurva

titrasinya merupakan hubungan antara volume asam sebagai penitrasi (sumbu X)

dengan pH (sumby Y) seperti pada Gambar 2.1b, dengan bertambahnya asam

sebagai penitrasi maka pH larutan yang dititrasi akan menurun.

Gambar 2.1 Kurva titrasi asam kuat dengan basa kuat(a) dan kurva titrasi basa kuat

dengan asam kuat(b)

Dari pH titik ekivalen tersebut dapat dipilih indikator untuk titrasi asam basa

yang mempunyai harga kisaran pH tertentu.

6 Yusrina Ika Putri / 110405071Laboratorium Kimia Analisa

Page 7: BAB I

Tabel 2.1 Harga pH Titik Ekivalen Titrasi Asam Basa

Jenis Asam Jenis Basa pH titik ekivalen (TE)Asam Kuat

Contoh : HClBasa Kuat

Contoh : NaOH= 7

Asam KuatContoh

Basa LemahContoh : NaOH

< 7 (Asam)

Asam LemahContoh : CH3COOH

Basa KuatContoh : NH4OH

> 7 (Basa)

Asam LemahContoh: CH3COOH

Basa LemahContoh : NH4OH Ka>Kb, pH TE< 7

Ka<Kb , pH TE > 7Ka=Kb, pH TE=7

(Wiryawan, 2011)

2.4 Faktor yang mempengaruhi Asam-Basa

Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa asam basa itu dibedakan menjadi

asam kuat dan asam lemah, serta basa kuat dan basa lemah. Ada beberapa hal yang

dapat menyebabkan hal ini terjadi, yaitu :

2.4.1 Derajat kebebasan

Derajat kebebasan menyatakan banyak sedikitnya zat elektrolit yang terion dalam

larutan. Derajat ionisasi ini dapat ditentukan dengan cara membandingkan jumlah zat

yang mengion dengan jumlah zat yang dilarutkan. Derajat Ionisasi dapat diketahui

dengan menggunakan rumus di bawah ini : 

α =jumlah zat yang mengionkanjumlah zat yang dilarutkan

Jika zat terionisasi sempurna, maka derajat ionisasinya bernilai satu (α=1).

Jika zat tidak dapat terionisasi, maka derajat ionisasinya bernilai nol (α=0).

Sedangkan zat yang terionisasi sebagian, maka derajat ionisasinya kurang dari satu,

sangat kecil (α<1). Asam dapat dikelompokkan berdasarkan kekuatannya, yaitu :

a. Asam kuat, yaitu asam yang derajat ionisasinya = 1 atau mengalami ionisasi

sempurna.Misalnya : HCl, HBr, HI, HNO3, dan HClO4

b. Asam lemah, yaitu asam yang derajat ionisasinya < 1 atau mengalami ionisasi

sebagian. Misalnya : HCOOH, H2CO3, dan HCN

 Sedangkan  Basa dapat dikelompokkan berdasarkan kekuatannya, yaitu :

7 Yusrina Ika Putri / 110405071Laboratorium Kimia Analisa

Page 8: BAB I

a. Basa kuat, yaitu basa yang derajat ionisasinya = 1 atau mengalami ionisasi

sempurna. Misalnya : NaOH, KOH

b. Basa lemah, yaitu basa yang derajat ionisasinya < 1 atau mengalami ionisasi

sebagian. Misalnya : amonia

(Desy, 2009)

2.4.2 pH

pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat

keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan

sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion

hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada

perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap

sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan

internasional. pH didefinisikan sebagai minus logaritma dari aktivitas ion

hidrogen dalam larutan berpelarut air. pH merupakan kuantitas tak berdimensi.

pH= - log101

Ha

dengan aH adalah aktivitas ion hidrogen. Alasan penggunaan definisi ini adalah

bahwa aH dapat diukur secara eksperimental menggunakan elektrode ion selektif

yang merespon terhadap aktivitas ion hidrogen ion. pH umumnya diukur

menggunakan elektrode gelas yang mengukur perbedaan potensial E antara elektrode

yang sensitif dengan aktivitas ion hidrogen dengan elektrode referensi. Perbedaan

potensial pada elektrode gelas ini idealnya mengikuti persamaan Nernst:

E= E0 + RTnF

loge ( Ha ) pH=E0 -E2,303RT/F

dengan E adalah potensial terukur, E0 potensial elektrode standar, R tetapan

gas, T temperatur dalam kelvin, F tetapan Faraday, dan nadalah jumlah elektron yang

ditransfer. Potensial elektrode E berbanding lurus dengan logartima aktivitas ion

hidrogen.

8 Yusrina Ika Putri / 110405071Laboratorium Kimia Analisa

Page 9: BAB I

Definisi ini pada dasarnya tidak praktis karena aktivitas ion hidrogen

merupakan hasil kali dari konsentrasi dengan koefisien aktivitas. Koefisien aktivitas

ion hidrogen tunggal tidak dapat dihitung secara eksperimen. Untuk mengatasinya,

elektrode dikalibrasi dengan larutan yang aktivitasnya diketahui.

Definisi operasional pH secara resmi didefinisikan oleh Standar

Internasional ISO 31-8 sebagai berikut:  Untuk suatu larutan X, pertama-tama ukur

gaya elektromotif EX sel galvani elektrode referensi konsentrasi larutan KCl larutan

X, H2, Pt dan kemudian ukur gaya elektromotif ES sel galvani yang berbeda hanya

pada penggantian larutan X yang pHnya tidak diketahui dengan larutan S yang pH-

nya (standar) diketahui pH(S). pH larutan X oleh karenanya

pH (X )- pH (S ) =Es- Ex

2,203 RT/F

Perbedaan antara pH larutan X dengan pH larutan standar bergantung hanya

pada perbedaan dua potensial yang terukur. Sehingga, pH didapatkan dari

pengukuran potensial dengan elektrode yang dikalibrasikan terhadap satu atau lebih

pH standar. Suatu pH meter diatur sedemikiannya pembacaan meteran untuk suatu

larutan standar adalah sama dengan nilai pH(S). Nilai pH(S) untuk berbagai larutan

standar S diberikan oleh rekomendasi IUPAC. Larutan standar yang digunakan

sering kali merupakan larutan penyangga standar. Dalam prakteknya, adalah lebih

baik untuk menggunakan dua atau lebih larutan penyangga standar untuk

mengijinkan adanya penyimpangan kecil dari hukum Nerst ideal pada elektrode

sebenarnya. Oleh karena variabel temperatur muncul pada persamaan di atas, pH

suatu larutan bergantung juga pada temperaturnya.

Pengukuran nilai pH yang sangat rendah, misalnya pada air tambang yang

sangat asam, memerlukan prosedur khusus. Kalibrasi elektrode pada kasus ini dapat

digunakan menggunakan larutan standar asam sulfat pekat yang nilai pH-nya

dihitung menggunakan parameter Pitzer untuk menghitung koefisien aktivitas.

pH merupakan salah satu contoh fungsi keasaman. Konsentrasi ion hidrogen

dapat diukur dalam larutan non-akuatik, namun perhitungannya akan menggunakan

fungsi keasaman yang berbeda. pH superasam biasanya dihitung

menggunakan fungsi keasaman Hammett, H0. Umumnya indikator asam-

9 Yusrina Ika Putri / 110405071Laboratorium Kimia Analisa

Page 10: BAB I

basa sederhana yang digunakan adalah kertas lakmus yang berubah menjadi merah

bila keasamannya tinggi dan biru bila keasamannya rendah pOH kadang-kadang

digunakan sebagai satuan ukuran konsentrasi ion hidroksida OH−. pOH tidaklah

diukur secara independen, namun diturunkan dari pH. Konsentrasi ion hidroksida

dalam air berhubungan dengan konsentrasi ion hidrogen berdasarkan persamaan

[OH−] = KW /[H+]

dengan KW adalah tetapan swaionisasi air. Dengan menerapkan kologaritma:

pOH = pKW − pH.

(Anonim, 2012e)

2.5 Indikator Titrasi

2.5.1 Indikator Asam-Basa

Indikator asam basa adalah zat yang berubah warnanya atau bentuk fluoresen

atau kekeruhan pada suatu range (trayek) pH tertentu. Indikator asam-basa terletak

pada titik ekuivalen dan ukuran dari pH. Zat-zat indikator dapat berupa asam atau

basa, larut, stabil, dan menunjukkan perubahan warna yang kuat serta biasanya

merupakan zat organik. Indikator asam-basa secara garis besar dapat diklasifikasi

dalam tiga golongan:

a. Indikator ftalein dan indikator sulfoftalein

Dibuat dengan kondensasi anhidrida ftalein dengan fenol, yaitu, fenolftalein.

Indikator sulfoftalein dibuat dari kondensasi anhidrida ftalein dan sulfonat, misalnya

chlorofenolred

b. Indikator azo

Diperoleh dari reaksi amina romatik dengan garam dizonium misalnya

methylyellow. Perubahan warna terjadi pada larutan asam kuat. Metal-orange tidak

larut dalam air

c. Indikator Trifenilmetana

2.5.2 Indikator Fluoresen

Indikator asam-basa tidak dapat digunakan pada larutan yang warnanya pekat

atau larutan keruh. Untuk larutan tersebut biasanya digunakan indikator yang

10 Yusrina Ika Putri / 110405071Laboratorium Kimia Analisa

Page 11: BAB I

menunjukkan pendar-fluor(fluoroscene), misalnya α-naftilamin. Kelebihan indikator

ini adalah pengamatan titik akhir titrasi sangat mudah meskipun warna titrannya

sendiri cukup kuat. (Khopkar, 2007)

2.6 Aplikasi Asidi-Alkalimetri

2.6.1 Reaksi Analisa Protein

Analisis protein dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu ; Secara kualitatif

terdiri atas ; reaksi Xantoprotein, reaksi Hopkins-Cole, reaksi Millon, reaksi

Nitroprusida , dan reaksi Sakaguchi. Secara kuantitatif terdiri dari ; metode Kjeldahl,

metode titrasi formol, metode Lowry, metode spektrofotometri visible (Biuret), dan

metode spektrofotometri UV.

Analisa KuantitatifAnalisis protein dapat digolongkan menjadi dua metode,

yaitu: Metode konvensional, yaitu metode Kjeldahl (terdiri dari destruksi, destilasi,

titrasi), titrasi formol. Digunakan untuk protein tidak terlarut.Metode modern, yaitu

metode Lowry, metode spektrofotometri visible, metode spektrofotometri UV.

Digunakan untuk protein terlarut

Metode Kjeldahl merupakan metode yang sederhana untuk penetapan

nitrogen total pada asam amino, protein, dan senyawa yang mengandung nitrogen.

Sampel didestruksi dengan asam sulfat dan dikatalisis dengan katalisator yang sesuai

sehingga akan menghasilkan amonium sulfat. Setelah pembebasan alkali dengan

kuat, amonia yang terbentuk disuling uap secara kuantitatif ke dalam larutan

penyerap dan ditetapkan secara titrasi.

Prosedur :

1. Timbang 1 g bahan yang telah dihaluskan, masukkan dalam labu Kjeldahl

(kalau kandungan protein tinggi, misal kedelai gunakan bahan kurang dari

1 g).

2. Kemudian ditambahkan 7,5 g kalium sulfat dan 0,35 g raksa (II) oksida

dan 15 ml asam sulfat pekat.

3. Panaskan semua bahan dalam labu Kjeldahl dalam lemari asam sampai

berhenti berasap dan teruskan pemanasan sampai mendidih dan cairan

sudah menjadi jernih. Tambahkan pemanasan kurang lebih 30 menit,

matikan pemanasan dan biarkan sampai dingin.

11 Yusrina Ika Putri / 110405071Laboratorium Kimia Analisa

Page 12: BAB I

4. Selanjutnya tambahkan 100 ml aquadest dalam labu Kjeldahl yang

didinginkan dalam air es dan beberapa lempeng Zn, tambahkan 15 ml

larutan kalium sulfat 4% (dalam air) dan akhirnya tambahkan perlahan-

lahan larutan natrium hidroksida 50% sebanyak 50 ml yang telah

didinginkan dalam lemari es.

5. Pasanglah labu Kjeldahl dengan segera pada alat destilasi. Panaskan labu

Kjeldahl perlahan-lahan sampai dua lapis cairan tercampur, kemudian

panaskan dengan cepat sampai mendidih.

Destilasi ditampung dalam Erlenmeyer yang telah diisi dengan larutan baku

asam klorida 0,1N sebanyak 50 ml dan indicator merah metil 0,1% b/v (dalam etanol

95%) sebanyak 5 tetes, ujung pipa kaca destilator dipastikan masuk ke dalam larutan

asam klorida 0,1N.

Proses destilasi selesai jika destilat yang ditampung lebih kurang 75 ml. Sisa

larutan asam klorida 0,1N yang tidak bereaksi dengan destilat dititrasi dengan larutan

baku natrium hidroksida 0,1N. Titik akhir titrasi tercapai jika terjadi perubahan

warna larutan dari merah menjadi kuning. Lakukan titrasi blanko (Achmad, 2009).

12 Yusrina Ika Putri / 110405071Laboratorium Kimia Analisa

Page 13: BAB I

2.6.2 Flowchart Analisa Protein

=

13 Yusrina Ika Putri / 110405071Laboratorium Kimia Analisa

Dimasukkan bahan kedalam labu Kjeldahl

Dipanaskan

Ditambahkan HgO

Ditambahkan K2SO4

Ditambahkan H2SO4

pekat

Ditambahkan aquadest

Ditambahkan K2SO4

Ditambahkan NaOH

Dipasang labu Kjeldahl pada alat destilasi

Dipanaskan

Dilakukan titrasi blanko

Selesai