bab i
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Analisis volumetrik dikenal juga dengan titrimetri, dimana zat yang akan
dianalisis dibiarkan bereaksi dengan zat lain yang mana konsentrasinya diketahui
dan dialirkan dari buret dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang tidak
diketahui (analit) kemudian dihitung.
Mengukur volume larutan adalah jauh lebih cepat dibandingkan dengan
menimbang suatu zat dengan suatu metode gravimetrik. Dengan akurasi yang
sama dapat dihasilkan seseuatu dengan lebih cepat (Khopkar, 2007). Sebagai
seorang pelajar yang sedang mempelajari ilmu teknik kimia tentu kita harus
mampumenyelesaikan permasalah dengan cara dan waktu yang seefisien
mungkin.
Oleh karena itu, analisis volumetrik ini sangat perlu dipelajari khusunya
titrasi asam-basa, karena dalam keilmuan teknik kimia, sering menggunakan
asam maupun basa. Seperti vontoh halnya dalam pembuatan obat maag yang
digunakan dalam bidang ilmu farmasi. Magnesium hidroksida (Mg(OH)2) yang
digunakan untuk menetralkan asam lambung.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, masalah dalam percobaan ini
yaitu bagaimana cara menstandarisasi suatu larutan, menentukan kadasr asam
asetat dengan menggunakan metode titrasi asidi-alkalimetri.
1.3 Tujuan Percobaan
Sesuai dengan perumusan masalah diatas, tujuan percobaan ini adalah
mempelajari titrasi aside-alkalimetri dalam penentuan kadar asam asetat.
1.4 Manfaat Percobaan
Manfaat yang dapat diambil dari percobaan asidi-alkalimetri antara lain:
a. dapat mengetahui dan memahami prinsip titrasi asidi-alkalimetri
1 Yusrina Ika Putri / 110405071Laboratorium Kimia Analisa
b. dapat menentukan kadar sape suatu larutan asam maupun basa sesuai
dengan prinsip titrasi asidi-alkalimetri
c. serta dapat diaplikasikan kedalam bidang lainnya, dalam kehidupan sehari-
hari
1.5 Ruang Lingkup Percobaan
Percobaan Ilmu Dasar Teknik Kimia 1 dengan modul percobaan Volumetri:
Titrasi, Asam-Basa ini dilakukan dilaboratorium Kimia Analisa, Departemen
Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, dengan estimasi
kondisi ruangan:
Temperatur : 30 ˚C
Tekanan Udara : 760 mmHg
Dilakukan didalam ruangan dengan menggunakan bahan-bahan antara lain
sampel asam cuka (cap bintang), natrium hidroksida (NaOH), hidrogen klorida
(HCl), dan indikator phenolphthalein (PP) dan aquades. Sedangkan untuk peralatan
yang digunakan antara lain seperti statif dan klem, buret, erlenmeyer, beaker glass,
pipet tetes, corong gelas, dan batang pengaduk.
2 Yusrina Ika Putri / 110405071Laboratorium Kimia Analisa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asidi-Alkalimetri
Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan
baku basa, sedangkan alkalimetri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan
menggunakan larutan baku asam. Oleh sebab itu, keduanya disebut juga sebagai
titrasi asam-basa. Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat
dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya
sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan perkataan lain untuk mengukur volume
titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen adalah saat yang
menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di dalam prakteknya titik
ekivalen sukar diamati, karena hanya meruapakan titik akhir teoritis atau titik akhir
stoikometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam-basa yang membantu
sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi meruapakan keadaan di
mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan menyebabkan perubahan
warna indikator (Adisty, 2012).
Asidi-alkalimetri adalah teknik analisis kimia berupa titrasi yang menyangkut
asam dan basa atau sering disebut titrasi asam-basa. Reaksi dijalankan dengan titrasi,
yaitu suatu larutan ditambahkan dari buret sedikit demi sedikit sampai jumlah zat-zat
yang direksikan tepat menjadi ekuivalen (telah tepat banyaknya untuk
menghabiskan zat yang direaksikan) satu sama lain. Larutan yang ditambahkan dari
buret disebut titran, sedangkan larutan yang ditambah titrandisebut titrat (dalam hal
ini titran dan titrat berupa asam dan basa atau sebaliknya). Pada saat ekuivalen,
penambahan titran harus dihentikan, saat ini dinamakan titik akhir titrasi. Untuk
mengetahui keadaan ekuivalen dalam proses asidi-alkalimetri ini, diperlukan suatu
zat yang dinamakan indikator asam-basa. Indikator asam-basa adalah zat yang dapat
berubah warna apabila pH lingkungannya berubah. Asidi-alkalimetri menyangkut
reaksi antara asam kuat-basa kuat, asam kuat-basa lemah, asam lemah-basa kuat,
asam kuat-garam dari asam lemah, dan basa kuat-garam dari basa lemah (Harjadi,
1986).
3 Yusrina Ika Putri / 110405071Laboratorium Kimia Analisa
2.2 Titrasi Asam Basa
2.2.1 Pengertian Titrasi Asam Basa
Titrasi merupakan cara penentuan konsentrasi suatu larutan dengan
menggunakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi dengan
menggunakan reaksi asam basa (penetralan) disebut titrasi asam basa. Larutan yang
konsentrasinya sudah diketahui disebut larutan baku. Titik ekuivalen adalah titik
ketika asam dan basa tepat habis bereaksi dengan disertai perubahan warna
indikatornya. Titik akhir titrasi adalah saat terjadinya warna indikator (Maria, 2010)
Reaksi yang dapat digunakan dalam metode volumetri adalah reaksi-reaksi
kimia yang sesuai dengan persyaratan berikut:
a. reaksi harus berlangsung cepat
b. tida terdapat reaksi samping
c. reaksi harus stokiometri, yaitu diketahui dengan pasti reaktan dan produk
serta perbandingan mol/ koefisien reaksinya
d. terdapat zat yang dapat digunakan untuk mengetahui titrasi harus dihentikan
(titik akhir titrasi) yang disebut zat indikator (Widiarto, 2009)
Larutan titran haruslah diketahui komposisi dan konsentrasinya. Idealnya
kita harus memulai dengan larutan standar primer. Larutan standar primer dibuat
dengan melarutkan zat dengan kemurnian yang tinggi (standar primer) yang
diketahui dengan tepat beratnya dalam suatu larutan yang diketahui dengan tepat
volumnya. Apabila titran tidak cukup murni, maka perlu distandardisasi dengan
standar primer. Standar yang tidak termasuk standar primer dikelompokkan sebagai
standar sekunder, contohnya NaOH; karena NaOH tidak cukup murni (mengandung
air, natrium karbonat dan logam-logam tertentu) untuk digunakan sebagai larutan
standar secara langsung, maka perlu distandardisai dengan asam yang merupakan
standar primer misal: kalium hidrogen ftalat (KHP)
Persyaratan standar primer
1. Kemurnian tinggi
2. Bukan kelompok hidrat
3. Tersedia dengan mudah
4. Cukup mudah larut
5. Berat molekul cukup besar
4 Yusrina Ika Putri / 110405071Laboratorium Kimia Analisa
Keakuratan hasil metode titrasi amat bergantung pada keakuratan penentuan
konsentrasi larutan standar. Untuk menentukan konsentrasi suatu larutan standar
dapat digunakan 2 cara :
1. Dengan cara langsung, menimbang dengan tepat standar primer,
melarutkannya dalam pelarut hingga volume tertentu
1. Dengan standarisasi, yaitu titran yang akan ditentukan konsentrasinya
digunakan untuk mentitrasi standar primer/sekunder yang telah diketahui
beratnya
Terkadang suatu reaksi berlangsung lambat dan tidak dapat diperoleh titik akhir
yang tegas. Untuk itu metoda titrasi balik dapat digunakan untuk mengatasinya.
Caranya dengan menambahkan titran secara berlebih, setelah reaksi dengan analit
berjalan sempurna, kelebihan titran ditentukan dengan menitrasi dengan larutan
standar lainnya. Dengan mengetahui mmol titran dan menghitung mmol yang tak
bereaksi, akan diperoleh mmol titran yang bereaksi dengan analit (Widiarto, 2009)
2.3 Prinsip Titrasi Asam-Basa
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titran.
Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan
dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titran ditambahkan titer sedikit
demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara stoikiometri titran
dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”.
Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita
mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan
menggunakan data volume titran, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa
menghitung kadar titran.
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa,
antara lain:
1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi
dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titran untuk
memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik
ekuivalen”.
5 Yusrina Ika Putri / 110405071Laboratorium Kimia Analisa
2. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan dua hingga tiga
tetes (sedikit mungkin) pada titran sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini
akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi dihentikan.
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan
warnanya dipengaruhi oleh pH.
Pada umumnya cara kedua lebih dipilih karena kemudahan dalam
pengamatan, tidak diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis, walaupun tidak
seakurat dengan pH meter.
2.3.1 Kurva Titrasi Asam Basa
Pada titrasi asam dengan basa, maka kurva titrasinya merupakan hubungan
antara volume basa sebagai penitrasi (sumbu X) dengan pH (sumby Y) seperti pada
gambar 2.1a dengan bertambahnya basa sebagai penitrasi maka pH larutan yang
dititrasi akan meningkat. Sedangkan pada titrasi basa dengan asam, maka kurva
titrasinya merupakan hubungan antara volume asam sebagai penitrasi (sumbu X)
dengan pH (sumby Y) seperti pada Gambar 2.1b, dengan bertambahnya asam
sebagai penitrasi maka pH larutan yang dititrasi akan menurun.
Gambar 2.1 Kurva titrasi asam kuat dengan basa kuat(a) dan kurva titrasi basa kuat
dengan asam kuat(b)
Dari pH titik ekivalen tersebut dapat dipilih indikator untuk titrasi asam basa
yang mempunyai harga kisaran pH tertentu.
6 Yusrina Ika Putri / 110405071Laboratorium Kimia Analisa
Tabel 2.1 Harga pH Titik Ekivalen Titrasi Asam Basa
Jenis Asam Jenis Basa pH titik ekivalen (TE)Asam Kuat
Contoh : HClBasa Kuat
Contoh : NaOH= 7
Asam KuatContoh
Basa LemahContoh : NaOH
< 7 (Asam)
Asam LemahContoh : CH3COOH
Basa KuatContoh : NH4OH
> 7 (Basa)
Asam LemahContoh: CH3COOH
Basa LemahContoh : NH4OH Ka>Kb, pH TE< 7
Ka<Kb , pH TE > 7Ka=Kb, pH TE=7
(Wiryawan, 2011)
2.4 Faktor yang mempengaruhi Asam-Basa
Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa asam basa itu dibedakan menjadi
asam kuat dan asam lemah, serta basa kuat dan basa lemah. Ada beberapa hal yang
dapat menyebabkan hal ini terjadi, yaitu :
2.4.1 Derajat kebebasan
Derajat kebebasan menyatakan banyak sedikitnya zat elektrolit yang terion dalam
larutan. Derajat ionisasi ini dapat ditentukan dengan cara membandingkan jumlah zat
yang mengion dengan jumlah zat yang dilarutkan. Derajat Ionisasi dapat diketahui
dengan menggunakan rumus di bawah ini :
α =jumlah zat yang mengionkanjumlah zat yang dilarutkan
Jika zat terionisasi sempurna, maka derajat ionisasinya bernilai satu (α=1).
Jika zat tidak dapat terionisasi, maka derajat ionisasinya bernilai nol (α=0).
Sedangkan zat yang terionisasi sebagian, maka derajat ionisasinya kurang dari satu,
sangat kecil (α<1). Asam dapat dikelompokkan berdasarkan kekuatannya, yaitu :
a. Asam kuat, yaitu asam yang derajat ionisasinya = 1 atau mengalami ionisasi
sempurna.Misalnya : HCl, HBr, HI, HNO3, dan HClO4
b. Asam lemah, yaitu asam yang derajat ionisasinya < 1 atau mengalami ionisasi
sebagian. Misalnya : HCOOH, H2CO3, dan HCN
Sedangkan Basa dapat dikelompokkan berdasarkan kekuatannya, yaitu :
7 Yusrina Ika Putri / 110405071Laboratorium Kimia Analisa
a. Basa kuat, yaitu basa yang derajat ionisasinya = 1 atau mengalami ionisasi
sempurna. Misalnya : NaOH, KOH
b. Basa lemah, yaitu basa yang derajat ionisasinya < 1 atau mengalami ionisasi
sebagian. Misalnya : amonia
(Desy, 2009)
2.4.2 pH
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan
sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion
hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada
perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap
sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan
internasional. pH didefinisikan sebagai minus logaritma dari aktivitas ion
hidrogen dalam larutan berpelarut air. pH merupakan kuantitas tak berdimensi.
pH= - log101
Ha
dengan aH adalah aktivitas ion hidrogen. Alasan penggunaan definisi ini adalah
bahwa aH dapat diukur secara eksperimental menggunakan elektrode ion selektif
yang merespon terhadap aktivitas ion hidrogen ion. pH umumnya diukur
menggunakan elektrode gelas yang mengukur perbedaan potensial E antara elektrode
yang sensitif dengan aktivitas ion hidrogen dengan elektrode referensi. Perbedaan
potensial pada elektrode gelas ini idealnya mengikuti persamaan Nernst:
E= E0 + RTnF
loge ( Ha ) pH=E0 -E2,303RT/F
dengan E adalah potensial terukur, E0 potensial elektrode standar, R tetapan
gas, T temperatur dalam kelvin, F tetapan Faraday, dan nadalah jumlah elektron yang
ditransfer. Potensial elektrode E berbanding lurus dengan logartima aktivitas ion
hidrogen.
8 Yusrina Ika Putri / 110405071Laboratorium Kimia Analisa
Definisi ini pada dasarnya tidak praktis karena aktivitas ion hidrogen
merupakan hasil kali dari konsentrasi dengan koefisien aktivitas. Koefisien aktivitas
ion hidrogen tunggal tidak dapat dihitung secara eksperimen. Untuk mengatasinya,
elektrode dikalibrasi dengan larutan yang aktivitasnya diketahui.
Definisi operasional pH secara resmi didefinisikan oleh Standar
Internasional ISO 31-8 sebagai berikut: Untuk suatu larutan X, pertama-tama ukur
gaya elektromotif EX sel galvani elektrode referensi konsentrasi larutan KCl larutan
X, H2, Pt dan kemudian ukur gaya elektromotif ES sel galvani yang berbeda hanya
pada penggantian larutan X yang pHnya tidak diketahui dengan larutan S yang pH-
nya (standar) diketahui pH(S). pH larutan X oleh karenanya
pH (X )- pH (S ) =Es- Ex
2,203 RT/F
Perbedaan antara pH larutan X dengan pH larutan standar bergantung hanya
pada perbedaan dua potensial yang terukur. Sehingga, pH didapatkan dari
pengukuran potensial dengan elektrode yang dikalibrasikan terhadap satu atau lebih
pH standar. Suatu pH meter diatur sedemikiannya pembacaan meteran untuk suatu
larutan standar adalah sama dengan nilai pH(S). Nilai pH(S) untuk berbagai larutan
standar S diberikan oleh rekomendasi IUPAC. Larutan standar yang digunakan
sering kali merupakan larutan penyangga standar. Dalam prakteknya, adalah lebih
baik untuk menggunakan dua atau lebih larutan penyangga standar untuk
mengijinkan adanya penyimpangan kecil dari hukum Nerst ideal pada elektrode
sebenarnya. Oleh karena variabel temperatur muncul pada persamaan di atas, pH
suatu larutan bergantung juga pada temperaturnya.
Pengukuran nilai pH yang sangat rendah, misalnya pada air tambang yang
sangat asam, memerlukan prosedur khusus. Kalibrasi elektrode pada kasus ini dapat
digunakan menggunakan larutan standar asam sulfat pekat yang nilai pH-nya
dihitung menggunakan parameter Pitzer untuk menghitung koefisien aktivitas.
pH merupakan salah satu contoh fungsi keasaman. Konsentrasi ion hidrogen
dapat diukur dalam larutan non-akuatik, namun perhitungannya akan menggunakan
fungsi keasaman yang berbeda. pH superasam biasanya dihitung
menggunakan fungsi keasaman Hammett, H0. Umumnya indikator asam-
9 Yusrina Ika Putri / 110405071Laboratorium Kimia Analisa
basa sederhana yang digunakan adalah kertas lakmus yang berubah menjadi merah
bila keasamannya tinggi dan biru bila keasamannya rendah pOH kadang-kadang
digunakan sebagai satuan ukuran konsentrasi ion hidroksida OH−. pOH tidaklah
diukur secara independen, namun diturunkan dari pH. Konsentrasi ion hidroksida
dalam air berhubungan dengan konsentrasi ion hidrogen berdasarkan persamaan
[OH−] = KW /[H+]
dengan KW adalah tetapan swaionisasi air. Dengan menerapkan kologaritma:
pOH = pKW − pH.
(Anonim, 2012e)
2.5 Indikator Titrasi
2.5.1 Indikator Asam-Basa
Indikator asam basa adalah zat yang berubah warnanya atau bentuk fluoresen
atau kekeruhan pada suatu range (trayek) pH tertentu. Indikator asam-basa terletak
pada titik ekuivalen dan ukuran dari pH. Zat-zat indikator dapat berupa asam atau
basa, larut, stabil, dan menunjukkan perubahan warna yang kuat serta biasanya
merupakan zat organik. Indikator asam-basa secara garis besar dapat diklasifikasi
dalam tiga golongan:
a. Indikator ftalein dan indikator sulfoftalein
Dibuat dengan kondensasi anhidrida ftalein dengan fenol, yaitu, fenolftalein.
Indikator sulfoftalein dibuat dari kondensasi anhidrida ftalein dan sulfonat, misalnya
chlorofenolred
b. Indikator azo
Diperoleh dari reaksi amina romatik dengan garam dizonium misalnya
methylyellow. Perubahan warna terjadi pada larutan asam kuat. Metal-orange tidak
larut dalam air
c. Indikator Trifenilmetana
2.5.2 Indikator Fluoresen
Indikator asam-basa tidak dapat digunakan pada larutan yang warnanya pekat
atau larutan keruh. Untuk larutan tersebut biasanya digunakan indikator yang
10 Yusrina Ika Putri / 110405071Laboratorium Kimia Analisa
menunjukkan pendar-fluor(fluoroscene), misalnya α-naftilamin. Kelebihan indikator
ini adalah pengamatan titik akhir titrasi sangat mudah meskipun warna titrannya
sendiri cukup kuat. (Khopkar, 2007)
2.6 Aplikasi Asidi-Alkalimetri
2.6.1 Reaksi Analisa Protein
Analisis protein dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu ; Secara kualitatif
terdiri atas ; reaksi Xantoprotein, reaksi Hopkins-Cole, reaksi Millon, reaksi
Nitroprusida , dan reaksi Sakaguchi. Secara kuantitatif terdiri dari ; metode Kjeldahl,
metode titrasi formol, metode Lowry, metode spektrofotometri visible (Biuret), dan
metode spektrofotometri UV.
Analisa KuantitatifAnalisis protein dapat digolongkan menjadi dua metode,
yaitu: Metode konvensional, yaitu metode Kjeldahl (terdiri dari destruksi, destilasi,
titrasi), titrasi formol. Digunakan untuk protein tidak terlarut.Metode modern, yaitu
metode Lowry, metode spektrofotometri visible, metode spektrofotometri UV.
Digunakan untuk protein terlarut
Metode Kjeldahl merupakan metode yang sederhana untuk penetapan
nitrogen total pada asam amino, protein, dan senyawa yang mengandung nitrogen.
Sampel didestruksi dengan asam sulfat dan dikatalisis dengan katalisator yang sesuai
sehingga akan menghasilkan amonium sulfat. Setelah pembebasan alkali dengan
kuat, amonia yang terbentuk disuling uap secara kuantitatif ke dalam larutan
penyerap dan ditetapkan secara titrasi.
Prosedur :
1. Timbang 1 g bahan yang telah dihaluskan, masukkan dalam labu Kjeldahl
(kalau kandungan protein tinggi, misal kedelai gunakan bahan kurang dari
1 g).
2. Kemudian ditambahkan 7,5 g kalium sulfat dan 0,35 g raksa (II) oksida
dan 15 ml asam sulfat pekat.
3. Panaskan semua bahan dalam labu Kjeldahl dalam lemari asam sampai
berhenti berasap dan teruskan pemanasan sampai mendidih dan cairan
sudah menjadi jernih. Tambahkan pemanasan kurang lebih 30 menit,
matikan pemanasan dan biarkan sampai dingin.
11 Yusrina Ika Putri / 110405071Laboratorium Kimia Analisa
4. Selanjutnya tambahkan 100 ml aquadest dalam labu Kjeldahl yang
didinginkan dalam air es dan beberapa lempeng Zn, tambahkan 15 ml
larutan kalium sulfat 4% (dalam air) dan akhirnya tambahkan perlahan-
lahan larutan natrium hidroksida 50% sebanyak 50 ml yang telah
didinginkan dalam lemari es.
5. Pasanglah labu Kjeldahl dengan segera pada alat destilasi. Panaskan labu
Kjeldahl perlahan-lahan sampai dua lapis cairan tercampur, kemudian
panaskan dengan cepat sampai mendidih.
Destilasi ditampung dalam Erlenmeyer yang telah diisi dengan larutan baku
asam klorida 0,1N sebanyak 50 ml dan indicator merah metil 0,1% b/v (dalam etanol
95%) sebanyak 5 tetes, ujung pipa kaca destilator dipastikan masuk ke dalam larutan
asam klorida 0,1N.
Proses destilasi selesai jika destilat yang ditampung lebih kurang 75 ml. Sisa
larutan asam klorida 0,1N yang tidak bereaksi dengan destilat dititrasi dengan larutan
baku natrium hidroksida 0,1N. Titik akhir titrasi tercapai jika terjadi perubahan
warna larutan dari merah menjadi kuning. Lakukan titrasi blanko (Achmad, 2009).
12 Yusrina Ika Putri / 110405071Laboratorium Kimia Analisa
2.6.2 Flowchart Analisa Protein
=
13 Yusrina Ika Putri / 110405071Laboratorium Kimia Analisa
Dimasukkan bahan kedalam labu Kjeldahl
Dipanaskan
Ditambahkan HgO
Ditambahkan K2SO4
Ditambahkan H2SO4
pekat
Ditambahkan aquadest
Ditambahkan K2SO4
Ditambahkan NaOH
Dipasang labu Kjeldahl pada alat destilasi
Dipanaskan
Dilakukan titrasi blanko
Selesai