bab i

12
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga sangat penting dalam menjalankan sebuah hidup dalam berumah tangga. Kesejahteraan keluarga merupakan output dari ketahanan keluarga. Dimana diketahui bahwa jika kesejahteraan keluarga kurang maka anak-anak kurang mendapatkan pendidikan dan gizi yang layak tersebut pada akhirnya akan menjadi calon-calon orangtua dengan tingkat pendidikan dan kesejahteraan rendah, yang kemudian akan menghasilkan anak-anak dengan tingkat pendidikan yang kesejahteraan yang rendah pula. Pada akhirnya, kelompok miskin tersebut akan tidak pernah lepas dari lingkaran kemiskinan. Cakupan pelayanan keluarga berencana bagi masyarakat miskin masih rendah, hal ini menunjukkan akses dan kualitas pelayanan KB bagi mereka masih juga rendah. Meskipun target peserta KB baru dan aktif setiap tahun relatif baik, kontribusi peserta KB baru miskin terhadap pertambahan peserta KB aktif miskin 1

Upload: jusup-debataraja

Post on 30-Jul-2015

88 views

Category:

Science


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keluarga sangat penting dalam menjalankan sebuah hidup dalam

berumah tangga. Kesejahteraan keluarga merupakan output dari

ketahanan keluarga. Dimana diketahui bahwa jika kesejahteraan keluarga

kurang maka anak-anak kurang mendapatkan pendidikan dan gizi yang

layak tersebut pada akhirnya akan menjadi calon-calon orangtua dengan

tingkat pendidikan dan kesejahteraan rendah, yang kemudian akan

menghasilkan anak-anak dengan tingkat pendidikan yang kesejahteraan

yang rendah pula. Pada akhirnya, kelompok miskin tersebut akan tidak

pernah lepas dari lingkaran kemiskinan.

Cakupan pelayanan keluarga berencana bagi masyarakat miskin

masih rendah, hal ini menunjukkan akses dan kualitas pelayanan KB bagi

mereka masih juga rendah. Meskipun target peserta KB baru dan aktif

setiap tahun relatif baik, kontribusi peserta KB baru miskin terhadap

pertambahan peserta KB aktif miskin diduga masih relatif kecil disebabkan

tingginya kegagalan pemakai kontrasepsi dan tingginya angka putus pakai

kontrasepsi pada akseptor KB miskin. Berdasarkan hal ini, maka

dilakukan analisis dan dirumuskan rekomendasi perbaikan untuk

meningkatkan kualitas pelayanan KB bagi masyarakat miskin, (Profil

Bappenas diakses 21 Maret 2014).

Program Keluarga berencana yang kita kenal seperti sekarang ini

adalah buah perjuangan yang cukup lama yang dilakukan tokoh-tokoh

1

Page 2: BAB I

2

atau pelopor di bidang itu, baik di dalam maupun diluar negeri. Diluar

negeri upaya keluarga berencana mula-mula timbul atas prakarsa

kelompok orang-orang yang menaruh perhatian pada masalah kesehatan

ibu, yaitu pada awal abad XIX di Inggris. Hal tersebut sejalan dengan

ditinggalkannya cara-cara mengatur kehamilan secara tradisional dan

mulai digunakannya alat-alat kontrasepsi yang memenuhi syarat medis,

maka dimulailah usaha-usaha keluarga berencana di abad modern,

dengan tujuan dan sasaran uang lebih luas, tidak terbatas pada upaya

mewujudkan kesehatan ibu dan anak dengan cara membatasi kehamilan

atau kelahiran saja, (Meilani N dkk, 2008).

Oleh Suratun, 2008 menurut WHO (World Helath Organisation),

(1970) keluarga berencana adalah tindakan yang membantu suami istri

untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan

kehamilan yang tidak diinginkan, mengatur interval antara lain, mengontrol

waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan suami istri serta

menentukan jumlah anak dalam keluarga, (Suratun, dkk, 2008).

Hasil survei pengetahuan keluarga menunjukkan bahwa jumlah

PUS mengalami peningkatan setiap tahunnya, dari sekitar 37,7 juta PUS

menjadi 43,6 juta PUS. PUS tersebut terbagi menjadi PUS yang ber-KB

karena berbagai alasan seperti hamil, keinginan mempunyai anak,

keinginan untuk menunda anak dan tidak ingin mempunyai anak lagi atau

disebut unmet need. Presentase PUS bukan peserta KB terlihat

menunjukkan penurunan, hal ini mengindikasikan perbaikan akses

Page 3: BAB I

3

pelayanan KB sehingga cakupan KB meningkat, (Profil Bappenas diakses

21 Maret 2014).

Menurut profil BKKBN jumlah peserta pengguna KB Di Indonesia

pada periode Agustus 2012 sebanyak 6.152.231 pengguna. Apabila dilihat

per mix kontrasepsi maka presentasenya adalah sebagai berikut, yang

menggunakan IUD 449.177 orang atau 7,46 %, MOW 87.079 orang atau

1,24 %, MOP 17.331 orang atau 0.28%, kondom 462.186 atau 7,51%,

implant 527.569 orang atau 8.58 %, suntikan 2.949.633 atau 47,94%, Pil

1.649.256 orang atau 26.81%, (Profil BKKBN Nasional, diakses pada

tanggal 21 Maret 2014).

Dari data diatas dapat kita lihat ketahui bahwa sebagian besar

masyarakat Indonesia yang menggunakan alat kontrasepsi memilih

metode non kontrasepsi jangka panjang atau dapat dikatakan mereka

memilih alat kontrasepsi Yang memiliki reaksi jangka pendek. Total

pengguna alat kontrasepsi jangka pendek mencapai 83,33%, sementara

penggunaan kontrasepsi jangka panjang hanya sebesar 16,67%. Metode

kontrasepsi yang meyoritas dipilih oleh masyarakat yaitu metode suntikan

dengan presentase 47,94%, sementara metode yang paling tidak diminati

oleh masyarakat Indonesia adalah metode persentase 47,94%, sementara

metode yang paling tidak diminati oleh masyarakat Indonesia adalah

metode MOP dengan presentase hanya 0,51%.

Page 4: BAB I

4

Menurut penelitian Jansiun Sinaga, dkk, bahwa jumlah akseptor

KB yang ada di Kelurahan Simarimbun Kota Pematang Siantar tahun

2009 yaitu sebanyak 927 akseptor.Analisa data dilakukan secara deskritif

dengan melihat persentasi data frekuensi yang telah terkumpul dan

disajikan dalam tabel silang, dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa

mayoritas responden mempunyai pengetahuan baik sebanyak 139 orang

(49,8%), diantaranya yang memakai IUD sebanyak 20 orang (7,2%),

Implant sebanyak 19 orang (6,8%), Suntik sebanyak 45 orang (16,1%),

kondom sebanyak 3 orang (1,1%), Pil sebanyak 29 orang (10,4%), MOW

sebanyak 23 orang (8,2%), dan paling sedikit mempunyai pengetahuan

kurang yaitu sebanyak 48 orang (17,2%). Dari 48 tersebut yang memakai

IUD 2 orang, suntik sebanyak 25 orang, kondom sebanyak 8 orang, Pil

sebanyak 13 orang. Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi rendahnya pengguna berbagai macam kontrasepsi . Dari

hasil penelitian tersebut diketahui bahwa semakin baik pendapatan

mereka maka semakin baik juga alat kontrasepsi yang mereka gunakan,

(Jurnal Jansiun Sinaga, 2010, diakses tanggal 1 April 2014).

Menurut pelitian jurnal Yanti.N.H, dkk, jumlah PUS di Kabupaten

Deli Serdang sampai tahun 2010 sebanyak 300.133 jiwa, dengan capaian

Akseptor KB baru sebesar 14,98%, peserta KB aktif sebesar 73.06%.

Akseptor yang menggunakan MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka

Panjang) seperti: IUD sebesar 11,11%, MOP/MOW sebesar 5,74%,

implant sebesar 8,035%. Non MKJP yaitu memakai kondom sebesar

Page 5: BAB I

5

8,23%, suntik sebesar 31,45% dan pil sebesar 35,41%. Jumlah PUS

sampai bulan Juni tahun 2011 di Kecamatan Pantai Labu sebanyak 7.472

jiwa, ada peningkatan dibandingkan tahun 2009 sebanyak 7.221.

Partisipasi masyarakat sebagai Peserta KB Aktif tahun 2011 sebesar

5.453 yakni 72,98% dari jumlah total PUS, capaian KB baru 47% dari

Permintaan Pemakaian Masyarakat (PPM) sebanyak 1.032. Dari jumlah

tersebut distribusi peserta KB menurut alat adalah: IUD dengan PPM

sebanyak 621 dan PA sebesar 1,89%, MOW/MOP PPM sebanyak 338

dan PA 3,08%, implant PPM sebanyak 416 dan PA 7,99%, kondom PPM

sebanyak 474 dan PA 10,28%, suntik PPM sebanyak 2.016 dan PA

30,64%, dan pil PPM sebanyak 2.400 dan PA 43,90%. Meskipun

masyarakat telah mengalami perubahan bersamaan dengan proses

modernisasi, aspek sosio-kultural masih melekat dalam kehidupan sehari-

hari sehingga mempengaruhi penerimaan dan pelaksanaan program KB

di Indonesia, ( Jurnl Yanti.N.H,dkk, 2011, diakses tanggal 1 April 2014).

Menurut penelitian Santa Siahaan Di Desa Dolok Margu

Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2012,

bahwa 28 orang responden berpengetahuan baik berdasarkan kelompok

umur 20-25 mayoritas berpengetahuan kurang sebanyak 21 orang (75%),

berdasarkan pendidikan SMA mayoritas berpengetahuan kurang

sebanyak 11 orang (39,9%) berdasarkan pekerjaan petani mayoritas

berpengetahuan kurang sebanyak 16 orang (57,1%), (Jurnal Santa M

Siahaan,2012).

Page 6: BAB I

6

Menurut profil Humbang Hasundutan jumlah penduduk menurut

jenis kelamin perempuan sebanyak 87.996 jiwa dan menurut jenis

kelamin laki-laki sebanyak 86.769 jiwa dan menurut jumplah PUS

sebanyak 23.033, yang menjadi peserta KB Baru sebanyak 7.645

(33,19%) dan yang menjadi peserta KB aktif sebanyak 15.637 jiwa

(67,89%). Yang menggunakan KB Baru menurut metode KB, IUD

sebanyak 1.144 jiwa (14,96%), MOP sebanyak 15 jiwa (0,20%), MOW

sebanyak 143 jiwa (1,87%), Kondom sebanyak 994 jiwa (13,00%), implant

sebanyak 1.668 jiwa (21,82%), Suntikan sebanyak 2.394 jiwa (31,31%),

dan yang menggunakan metode Pil sebanyak 1.287 jiwa (16,83%).Dan

yang menjadi peserta KB Aktif yang menggunakan metode IUD sebanyak

2.435 jiwa (15,57%), MOW sebanyak 1.711 jiwa (10,94%), MOP sebanyak

39 jiwa (0,25 %), kondom sebanyak, 1.747 jiwa (11,17%), Implan

sebanyak 1.799 jiwa (11,50%), Suntikan sebanyak 4.480 jiwa (28,65), Pil

sebanyak 3.426 jiwa (21,91%), (Profil Humbang, 2012).

Pada observasi pendahuluan pada tanggal 27 Maret di Poskesdes

Sosor Tambok terlihat Pasangan Usia Subur sebanyak 60 KK, yang

menggunakan metode kondom sebanyak 1 orang, yang menggunakan

metode Implant 8 sebanyak orang, yang menggunakan metode Suntik

sebanyak 10 orang, yang menggunakan metode Pil sebanyak 3 orang,

yang menggunakan metode KB IUD sebanyak 4 orang, yang

menggunakan metode MOW sebanyak 4 orang dan metode KB MOP

Page 7: BAB I

7

tidak ada yang menggunakan. Dari data yang diambil yang paling banyak

digunakan adalah metode Suntik.

Melihat dari latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul Pengaruh Pengetahuan Pasangan Usia Subur

(PUS) Terhadap Penggunaan KB Di Poskesdes Bidan M. Tambunan

Desa Sosor Tambok Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang

Hasundutan Tahun 2014.

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka penulis membuat rumusan

masalah penelitian adalah :“Bagaimana pengaruh pengetahuan

Pasangan Usia Subur terhadap rendahnya pengguna KB di

Poskesdes Bidan M. Tambunan Desa Sosor Tambok Kecamatan

Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2014”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan PUS dengan rendahnya

pengguna KB di Poskesdes Bidan M. Tambunan Desa Sosor Tambok

Kecamatan Doloksanggul Kebupaten Humbang Hasundutan Tahun 2014.

1.3.2 Tujuan Khusus

a) Untuk mengetahui pengaruh PUS terhadap rendahnya pengguna

KB berdasarkan pendidikan.

b) Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan PUS terhadap

rendahnya pengguna KB berdasarkan pekerjaan.

Page 8: BAB I

8

c) Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan PUS terhadap

rendahnya pengguna KB berdasarkan sumber informasi.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi PUS (Pasangan Usia Subur)

Dapat meningkatkan pengetahuan terhadap program KB yang

sudah ada dilaksanakan.

1.4.2 Bagi Masyarakat

Sebagai bahan informasi untuk masyarakat terutama Pasangan

Usia Subur (PUS) terhadap program KB.

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan

a. Sebagai sumber refrensi, sumber bahan bacaan, dan bahan

pengajaran terutama yang berkaitan dengan gambaran

pengetahuan PUS terhadap program KB.

b. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang

penelitian serta penerapan ilmu yang didapat selama studi.

1.4.4 Bagi Peneliti

a. Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program

D-III Kebidanan Kesehatan Baru Doloksanggul.

b. Sebagai aplikasi ilmu yang telah didapat selama perkulihaan di

Akademi Kebidanan Kesehatan Baru Doloksanggul.