bab i

35
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan ASI Eksklusif adalah salah satu aspek dari kehidupan masyarakat mutu hidup, produktivitas tenaga kerja, angka kesakitan dan kematian yang tinggi pada bayi. Salah satu gizi yang paling utama pada saat ini di Indonesia adalah kurang kaloro pasien. Terjadinya kerawanan gizi pada bayi disebabkan karena kurangnya pemberian ASI yang banyak diganti dengan susu botol dengan jumlah yang tidak memenuhi kebutuhan (Azrul Anwar, 2008). Dalam pembangunan bangsa, peningkatan kualitas manusia harus dimulai sejak dini yaitu sejak masih bayi satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas manusia adalah pemberian ASI. Pemberian ASI semakin mungkin merupakan kegiatan penting dalam pemeliharaan anak dan persiapan generasi penerus dimasa depan (Azrul Anwar, 2008). Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2003 pencapaian ASI Eksklusif (Pemberian ASI sejak lahir sampai usia 6 bulan) 50% atau rata-rata lama ASI Eksklusif 2 bulan. Lebih rinci lagi ASI Eksklusif pada golongan usia 2 -3 bulan 44.3%, usia 6 -7 bulan 23,9% sedangkan Consensus International Deklarasi Inncenti WHO-Unicef (1999) menetapkan tiap Negara akan mengusahakan pencapaian semua bayi dalam 6 bulan pertama mendapatkan ASI Eksklusif, berarti target tersebut menjadi berlaku untuk tahun 2005 atau 2010. Di kota besar sering dijumpai bayi diberi susu botol daripada disusui ibunya, hasil Nutrition and Survey Ilancyb System (NSIS) yang merupakan hasil kerja sama antara Balitbankes dan Hellen Keller International penelitian dilakukan di perkotaan (Jakarta, Surabaya, Semarang dan Makassar) dan pedesaan (Sumatra

Upload: fajri-rasa-jeruk

Post on 26-Jul-2015

64 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ASI beneficiacy

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Kesehatan ASI Eksklusif adalah salah satu aspek dari kehidupan

masyarakat mutu hidup, produktivitas tenaga kerja, angka kesakitan dan

kematian yang tinggi pada bayi. Salah satu gizi yang paling utama pada saat

ini di Indonesia adalah kurang kaloro pasien. Terjadinya kerawanan gizi pada

bayi disebabkan karena kurangnya pemberian ASI yang banyak diganti

dengan susu botol dengan jumlah yang tidak memenuhi kebutuhan (Azrul

Anwar, 2008).

Dalam pembangunan bangsa, peningkatan kualitas manusia harus

dimulai sejak dini yaitu sejak masih bayi satu faktor yang memegang

peranan penting dalam peningkatan kualitas manusia adalah pemberian ASI.

Pemberian ASI semakin mungkin merupakan kegiatan penting dalam

pemeliharaan anak dan persiapan generasi penerus dimasa depan (Azrul

Anwar, 2008).

Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2003 pencapaian ASI

Eksklusif (Pemberian ASI sejak lahir sampai usia 6 bulan) 50% atau rata-rata

lama ASI Eksklusif 2 bulan. Lebih rinci lagi ASI Eksklusif pada golongan usia 2

-3 bulan 44.3%, usia 6 -7 bulan 23,9% sedangkan Consensus International

Deklarasi Inncenti WHO-Unicef (1999) menetapkan tiap Negara akan

mengusahakan pencapaian semua bayi dalam 6 bulan pertama

mendapatkan ASI Eksklusif, berarti target tersebut menjadi berlaku untuk

tahun 2005 atau 2010.

Di kota besar sering dijumpai bayi diberi susu botol daripada disusui

ibunya, hasil Nutrition and Survey Ilancyb System (NSIS) yang merupakan

hasil kerja sama antara Balitbankes dan Hellen Keller International penelitian

dilakukan di perkotaan (Jakarta, Surabaya, Semarang dan Makassar) dan

pedesaan (Sumatra Barat, Lampung, Banten, Jawa, Barat, NTB, dan Sulawesi

Selatan). Menunjukkan pencapaian untuk daerah perkotaan yang paling

Page 2: BAB I

tinggi di bulan pertama kota Surabaya kurang lebih 45% dan paling rendah

Jakarta yaitu 25%, pencapaian 4-6 bulan yang paling tinggi Makassar kurang

lebih 13% dan paling rendah Jakarta 1% bahkan di Semarang hampir tidak

ditemukan (Depkes RI, 2003).

Salah satu program pemerintah dalam bidang kesehatan adalah

pentingnya ASI Eksklusif bagi kualitas hidup bayi melalui Surat Keputusan

(SK) Menkes RI nomor 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang Air Susu Ibu (ASI)

secara Eksklusif bayi di Indonesia. Dalam SK tersebut ditetapkan bahwa

pemberian ASI Eksklusif bagi bayi di Indonesia sejak bayi lahir sampai bayi

berusia 6 bulan (enam) bulan dan dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun

bagi yang ingin pemberian ASI secara sempurna.

Sejak diberlakukannya program pemberian ASI Eksklusif sejak tahun

2005, tingkat keberhasilan program tersebut masih jauh dari harapan. Hal ini

diduga dengan rendahnya peran serta masyarakat dan pemanfaatan Air Susu

Ibu (ASI) Eksklusif oleh ibu menyusui masih rendah. Rendahnya partisipasi

ibu menyusui dalam memberikan ASI Eksklusif dipicu dengan semakin

gencarnya promosi susu formula yang instant. Oleh karena itu diperlukan

peran seta dan partisipasi penuh dari seluruh lapisan masyarakat, khususnya

para bidan dan ibu menyusui.

Untuk masalah pemberian ASI Eksklusif dengan masih rendahnya

pemahaman ibu, keluarga dan masyarakat tentang ASI. Tidak ibu yang masih

membuang kolostrum kerena dianggap kotor sehingga perlu dibuang. Selain,

itu kebiasaan memberikan makanan atau minuman secara dini pada

sebagian masyarakat juga menjadi pemicu dari kekurangan berhasilnya

pemberian ASI Eksklusif. Ditambah lagi dengan kekurangannya rasa percaya

diri pada sebagian ibu untuk menyusui bayinya. Hal ini mendorong ibu untuk

lebih mudah menghentikan pemberian ASI dan menggantinya dengan susu

formula (Azwar 2003).

Upaya memasyarakatkan program pemberian ASI Eksklusif

perhubungan dengan pemberian ASI segera (kurang dari 30 menit setelah

lahir) sampai bayi berumur 6 bulan. ASI adalah makanan terbaik dan paling

Page 3: BAB I

ideal bagi bayi. ASI mengandung komposisi nutrisi yang paling lengkap dan

paling mudah dicerna oleh bayi. Selain itu ASI merupakan satu-satunya

sumber gizi yang berkontribusi terhadap sistem pencernaan dan

perkembangan system kekebalan tubuh.

Pemberian ASI pada bayi oleh ibu menyusui wajib hukumnya sesuai

dengan tuntutan agama Islam sebagaimana difirmankan Allah SWT dalam Al-

Qur’an bahwa “dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama 2

tahun penuh, bagi yang ingin menyusui sempurna”. Makna secara luas dari

firman Allah SWT tersebut adalah pada dasarnya ibu menyusui dapat

memberikan ASI bagi bayinya sampai usia dua tahun tanpa harus mengalami

ketakutan karena berkurangnya kandungan nutrisi atau anggapan bahwa

menyusui dalam waktu lama akan merusak keindahan payudara ibu

menyusui.

UNICEF menyebutkan bahwa ketidaktahuan ibu tentang pentingnya

ASI, cara pemberian ASI dengan benar, serta pemasaran susu formula yang

dilancarkan secara agresif oleh para produk susu formula merupakan

penghambat bagi terbentuknya kesadaran orang tua untuk memberikan ASI

secara Eksklusif pada bayinya.

Pemberian ASI dari awal kelahiran sampai 6 bulan akan menjadikan

sendi-sendi baginya kelak. ASI juga menjamin bayi tetap sehat dan memulai

kehidupannya dengan cara yang paling sehat. Karena ASI adalah makanan

terbaik di awal kehidupan bayi. Para ahli menemukan bahwa manfaat ASI

akan sangat meningkat bila gizi sesuai dengan lamanya pemberian ASI

Eksklusif akan lahir generasi baru yang sehat secara mental, emosional dan

sosial (Soetjiningsih, 1997).

Namun, menurut para ahli saat ini banyak ibu-ibu yang memberikan

bayi mereka M-P ASI tetapi mereka menghentikannya lebih awal. Hal

tersebut terjadi karena banyak sekali hubungan pengetahuan ibu dengan

pemberian PASI. Seiring dengan perkembangan zaman, terjadi peningkatan

ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat. Ironisnya,

pengetahuan lama yang mendasar seperti pemberian ASI justru kadang

Page 4: BAB I

terlupakan. Pemberian ASI adalah suatu pengetahuan yang berjuta-juta

tahun mempunyai peran penting dalam mempertahankan kehidupan

manusia. Pengaruh kemajuan teknologi dan perubahan sosial budaya juga

mengakibatkan ibu-ibu di kota umumnya bekerja diluar rumah dan makin

meningkat. Ibu-ibu golongan ini menganggap lebih praktis membeli dan

memberikan susu botol dari pada menyusui, semakin meningkatnya jumlah

angkatan kerja wanita diberbagai sector, sehingga makin banyak ibu harus

meninggalkan bayinya sebelum berusia 4 bulan, setelah habis cuti bersalin.

Hal ini meningkatkan kendala tersendiri bagi kelangsungan pemberian ASI

Eksklusif dan adanya mitos-mitos yang menyesatkan juga sering

menghambat dalam pemberian ASI (Ebrahim, 1986).

Tingkat pengetahuan ibu yang berkurang tentang pemberian M-P ASI

mengakibatkan kita lebih sering melihat bayi susu botol dari pada disusui

ibunya, bahkan kita juga sering melihat bayi baru berusia 1 bulan sudah

diberi pisang atau nasi lembut sebagai tambahan ASI. pemberian susu

formula, makanan pada/tambahan yang terlalu dapat menggangu.

Pemberian ASI Eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi.

Selain itu tidak ditemukan bukti yang menyokong bahwa pemberian susu

formula, makanan pada/tambahan pada usia 4 dan 5 bulan lebih

menguntungkan. Bahkan sebaiknya, hal ini akan mempunyai dampak yang

negatif terhadap kesehatan bayi dan tidak ada dampak positif untuk

perkembangan pertumbuhan (Manuaba, 1989).

Suatu hal yang menggembirakan adalah hampir seluruh bayi yaitu

95,4% di perkotaan dan 96,7% di pedesaan perenah disusui dan terus

diberikan sampai anak berusia 23,9 bulan. Pencapaian 23,9 menurut criteria

(WHO) masuk dalam kategori baik. Gambaran ini menunjukan bahwa kita

perlu berkonsentrasi penuh untuk menyukseskan peningkatan pemberian ASI

sehingga target sebesar 80% sebagaimana yang ditetapkan oleh Depkes RI

sehingga target sebesar 80% sebagaimana yang ditetapkan oleh Depkes RI

dapat dipenuhi. Sementara di Sulawesi Tenggara tahun 2006, jumlah ibu

menyusui yang diberikan ASI Eksklusif pada bayi sampai dengan 6 bulan

Page 5: BAB I

adalah 65,93%. Angka ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun

sebelumnya yakni 56,6% dan kota Kendari menduduki urutan kedua tertinggi

dalam pemberian ASI Eksklusif dibandingkan dengan 9 kabupaten atau kota

lainnya di Propinsi Sulawesi Tenggara yakni 73,4% (Diknes Sultra, 2007).

Menurut data pendahuluan di kecamatan Kendari Barat Puskesmas

Benua-Benua yang tertinggi dari beberapa keluhan sasaran ASI Eksklusif

sebanyak 203 ibu yang mempunyai 0-6 bulan dan pencapaian ASI Eksklusif

sebanyak 180 ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan, pada periode (Januari –

Mei 2011), banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut salah satunya

karakteristik ibu yang berperan terhadap pemberian ASI Eksklusif.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Karakteristik Ibu yang Memberikan ASI Eksklusif

pada Bayi di Puskesmas Benu-Benua Kecamatan Kendari Barat Periode

Januari – Mei Tahun 2011”.

Page 6: BAB I

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalahnya

adalah “BagaimanaKarakteristik Ibu yang Memberikan ASI Eksklusif

pada Bayi di Puskesmas Benu-Benua Kecamatan Kendari Barat

Periode Januari – Mei Tahun 2011”

C.    Tujuan Penelitian

1.      Tujuan Umum

Mendeskripsikan Karakteristik Ibu yang memberikan ASI Eksklusif pada bayi

di Puskesmas Benu-Benua Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari periode

Januari – Maret 2011.

2.      Tujuan Khusus

a.       Untuk mendapatkan gambaran pemberian ASI Eksklusif pada Bayi

berdasarkan pendidikan ibu di Puskesmas Benu-Benua Kecamatan Kendari

Barat Kota Kendari Periode Januari – Mei Tahun 2011”

b.      Untuk mendapatkan gambaran pemberian ASI Eksklusif pada Bayi

berdasarkan pekerjaan ibu di Puskesmas Benu-Benua Kecamatan Kendari

Barat Kota Kendari Periode Januari – Mei Tahun 2011”

c.       Untuk mendapatkan gambaran pemberian ASI Eksklusif pada Bayi

berdasarkan umur ibu di Puskesmas Benu-Benua Kecamatan Kendari Barat

Kota Kendari Periode Januari – Mei Tahun 2011”

d.      Untuk mendapatkan gambaran pemberian ASI Eksklusif pada Bayi

berdasarkan suku ibu di Puskesmas Benu-Benua Kecamatan Kendari Barat

Periode Kota Kendari Januari – Mei Tahun 2011”

D.    Manfaat Penelitian

1.      Untuk memberikan informasi kepada pihak petugas kesehatan yang berada

di Puskesmas Benu-Benua Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari tentang

karakteristik ibu yang memberikan ASI Eksklusif sehingga dapat

meningkatkan pencapaian target pemberian ASI eksklusif terhadap bayi.

2.      Untuk memberikan informasi kepada ibu-ibu yang menyusui tentang

gambaran karakteristik pemberian ASI eksklusif.

3.      Sebagai referensi untuk peneliti selanjutnya.

Page 7: BAB I

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.    Tinjauan Tentang Karakteristik

Karakteristik adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang

membedakan seseorang dengan orang lain (Porwardiminata, 1990).

Karakteristik adalah tabiat, watak, sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti

yang membedakan dengan yang lain (Kamus Umum Bahasa Indonesia).

Berdasarkan kedua pengertian di atas, kita dapat mengambil sebuah

kesimpulan bahwa karakter merupakan sifat-sifat batiniah seseorang yang

membedakan dengan orang lain. Karakter merupakan aktualisasi potensi dari

dalam internalisasi nilai-nilai moral dari luar menjadi bagian kepribadiannya.

Jenis karakteristik dapat didasarkan bermacam-macam, misalnya

tingkatan sosial ekonomi, umum dan lain sebagainya (Notoatmodjo, 2002).

Menurut Mathiue & Zajac (1990) menyatakan bahwa, karakteristik personal

(individu) mencakup usia, jenis kelamin, masa kerja, tingkat pendidikan, suku

bangsa, dan kepribadian.

Karakter merupakan nilai-nilai yang terpatri dalam diri kita malalui

pendidikan, pengalaman, percobaan, pengorbanan dan pengaruh lingkungan,

menjadi nilai intrinsik yang melandasi sikap dan perilaku kita. Jadi, karena

karakter harus diwujudkan melalui nilai-nilai moral yang dipatrikan untuk

menjadi semacam nilai instrinsik dalam diri kita, tentu karakter tidak datang

dengan sendirinya, melainkan harus kita bentuk, kita tumbuh kembangkan

dan kita bangun (Soedarsono, S. 2008).

B.     Tinjauan Umum Tentang ASI Eksklusif

1.      Pengertian ASI

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang paling cocok bagi bayi

serta mempunyai nilai yang paling tinggi bandingkan dengan makanan bayi

yang dibuat manusia ataupun susu hewan seperti susu sapi, susu kerbau,

dan lain-lainnya (Azrul Azwar, 2003).

Page 8: BAB I

ASI Eksklusif adalah bayi hanya diberikan ASI saja, tanpa diberikan

makanan lain seperti susu formula, madu, jeruk, air the, bahkan air putih

sekalipun. Pemberian ASI Eksklusif dianjurkan untuk diberikan sampai usia

enam bulan (Roesli, 2001).

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI (Air Susu Ibu) sedini mungkin

setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberikan makanan lain.

Walau hanya air putih, sampai bayi berumur 6 bulan.

Badriah (2007:49) ASI Eksklusif merupakan makanan utama bagi bayi

sampai umur 6 bulan karena mengandung banyak kalori berkomposisi

sempurna zat-zat gizi secara seimbang sehingga dapat menjamin kebutuhan

energi untuk energi untuk bayi. Proses menyusui bayi juga sangat baik untuk

membina rasa kasih sayang antara ibu dan anaknya.

Pemberian ASI saja (ASI Eksklusif) dianjurkan sampai bayi berumur 6

bulan kenyataannya di Indonesia hampir semua bayi mendapatkan ASI,

namun hanya sekitar 25% ibu memberikan ASI Eksklusif. Cakupan pemberian

ASI Eksklusif di Propinsi Lampung adalah 34,53% dari 57,208 (laporan

tahunan Promkes, 2005).

Riset medis mengatakan bahwa ASI Eksklusif membuat bayi

berkembang dengan baik pada 6 bulan pertama bahkan pada usia lebih dari

6 bulan. Kekebalan paling besar diterima bayi saat dia diberikan ASI

Eksklusif. Dan ASI memiliki kandungan 50% faktor imunisasi yang sudah

dikenal.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan, pemberian ASI

pertama kali dilakukan dalam 1 jam pertama setelah bayi lahir. ASI Eksklusif

adalah pemberian ASI tanpa tambahan makanan dan minuman apapun,

termasuk air putih, menyusui dilakukan sesuai keinginan bayi sesering

mungkin, serta diupayakan menghindari penggunaan susu botol.

Jakarta, Kompas ASI secara eksklusif selama 6 bulan merupakan

langkah awal pemberian makanan bagi bayi baru lahir. Sebab, ASI

merupakan nutrisi alamiah yang mampu melindungi tubuh dari infeksi dan

alergi.

Page 9: BAB I

2.      Komposisi ASI Eksklusif

Suhardjo (1992) menyatakan bahwa komposisi ASI adalah sebagai

berikut :

a.       Kolostrum

Segera setelah melahirkan Air Susu Ibu yang keluar berwarna

kekuning-kuningan, kental dan agak lengket. Air susu ini disebut kolostrum

dan ini diproduksi dalam masa kira-kira seminggu petama. Kemudian setelah

itu susu diproduksi berwarna putih. Kolostrum berbeda dengan air susu ibu

yang berwarna putih dalam hal kandungan zat gizi yaitu sebagai berikut :

1)      Lebih banyak protein

2)      Lebih banyak immunuglobulin A dan laktoferin dan juga sel-sel darah putih

yang berperan penting dalam mencegah timbulnya penyakit infeksi.

3)      Kurang dalam hal lemak dan lactose

4)      Lebih banyak vitamin A

5)      Lebih banyak natrium dan seng.

b.      Protein

Kandungan protein susu sapi sekitar tiga kali ASI. hampir semua

protein dari susu sapi berupaya kasein dan hanya sedikit berupa “soluble

whey protein” porsi yang besar ini membentuk gumpalan liat dalam perut

bayi. Air susu ibu mengandung total protein rendah tetapi lebih banyak

“soluble whey protein”. Komposisi inilah yang membentuk gumpalan lebih

lunak yang mudah dicernakan dan diserap.

c.       Lemak

Sekitar separuh dari energi susu ibu berasal dari lemak yang mudah

diserap dibandingkan susu sapi. Hal ini karena adanya enzim lipase dalam

ASI. kandungan lemak total ASI bervariasi antara ibu satu dengan lainnya

dari satu fase ke fase berikutnya.

d.      Laktose

Zat gizi ini merupakan komponen utama karbohidrat dalam air ibu.

Jumlah Laktose dalam ASI tidak banyak bervariasi antara ibu-ibu menyusui.

Dibandingkan dengan susu sapi, kandungan Laktose dalam ASI lebih banyak.

Page 10: BAB I

Disamping merupakan sumber energi yang mudah dicerna, beberapa

Laktose diubah menjadi asam laktat. Asam ini membantu dalam penyerapan

kalsium dan mineral-mineral lainnya.

e.       Kalori

Kalori ASI relatif rendah 77 kal/100 ml. ASI 90% dari karbohidrat dan

lemak 10% dari protein.

f.       Air

Kira-kira 88% dari ASI terdiri dari air yang berguna melarutkan zat

yang ada didalamnya.

g.      Vitamin

Vitamin dalam ASI dapat dikatakan lengkap yaitu A, D, C sedangkan B

riboflavin dan asam panttotehnik adalah kurang.

h.      Mineral

Susu ibu mengandung sedikit kalsium dibandingkan dengan susu sapi,

tetapi karena kalsium ASI mudah diserap maka ASI cukup dapat memenuhi

kebutuhan bayi.

Dalam kedua air susu itu kandungan zat besinya rendah. Namun

sekitar 7-15% besi dalam ASI dapat diserap, sedangkan dari bahan makanan

lainnya hanya 5-10%. Selain itu simpanan besi pada bayi tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhannya selama bulan-bulan pertama dalam hidupnya. Air

susu juga mengandung, natrium, kalium, fosfor dan kalori yang lebih rendah

dibandingkan dengan susu sapi, tetapi dengan jumlah itu sudah cukup

rendah dibandingkan dengan susu sapi, tetapi dengan jumlah itu sudah

cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi.

i.        Kandungan antibody dalam ASI

Bayi yang disusui ibu umumnya lebih terlindung dari serangan infeksi

penyakit terutama diare dan mempunyai peluang yang lebih besar untuk

hidup dari pada bayi yang diberi susu botol. Beberapa alasan yang dapat

dikemukakan antara lain :

1)      Air Susu Ibu (ASI) bersih. Memang ASI tidak pernah steril karena putting

buah dada terkontaminasi setiap waktu namun bakteri yang mungkin

Page 11: BAB I

mencemarinya tidak sempat berkembang biak sebab air susu segera

diminum bayi.

2)      ASI mengandung immunoglobulin terutama Ig A. antibody ini terdapat

banyak dalam kolostrum dan lebih rendah di dalam air susu berikutnya. Ig A

tidak diserap tetapi bekerja di usus dalam menahan bakteri tertentu

(misalnya E. Coli) dan virus.

3)      ASI mengandung laktoferin. Zat ini adalah yang dapat mengikat besi

sehingga bakteri yang berbahaya yang terdapat dalam usus tidak

memperoleh mineral ini untuk pertumbuhannya. Oleh karena itu

suplementasi besi melalui mulut tidak boleh diberikan kepada bayi yang

disusui karena akan berpengaruh terhadap peran laktoferin tubuh.

4)      ASI mengandung lisozim, yaitu suatu enzim yang terdapat cukup, banyak

lebih tinggi dibandingkan dengan susu sapi. Zat ini menghancurkan sejumlah

bakteri berbahaya dan berbagi virus.

5)      ASI mengandung sel-sel darah putih. Selama dua minggu pertama, ASI

mengandung sampai 4000 sel/mL sel-sel ini mengeluarkan Ig A, laktoferin,

lisozim, dan interferon adalah suatu substansi yang dapat menghambat

aktivitas virus-virus tertentu.

6)      ASI mengandung bifidus. Zat ini adalah karbohidrat yang mengandung

nitrogen yang diperlukan untuk pertumbuhan bakteri laktobksilus bifidus.

3.      Manfaat ASI Eksklusif

Roesli (2001) menyatakan ASI eksklusif sangat banyak manfaatnya

antara lain :

a.      Manfaat bagi bayi

1)      Sebagai Nutrisi Bayi

Asi merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang

seimbang, karena dapat menyediakan zat gizi yang gizi yang berkualitas

tinggi dan mudah dicerna serta dimanfaatkan secara efisien karena

mengandung enzim lipat untuk mencerna lemak.

Page 12: BAB I

2)      Meningkatkan Kecerdasan

ASI mengandung ikatan (DHA dan AA) yang merupakan komposisi

penting untuk mengkaltasis pembentukan selaput isolasi yang mengelilingi

serabut syaraf otak dapat meningkatkan kecerdasan bayi.

3)      Meningkatkan Daya Tahan Tubuh

Bayi yang lahir secara alamiah mendapat immunoglobin (zat

kekebalan) dari ibunya melalui ari-ari, namun zat ini akan cepat sekali

menurun setelah lahir, pada saat kadar kekebalan bawaan menurun

sedangkan sistem kekebalan tubuh sebelum mampu membantu antibody

yang protektif dalam jumlah yang cukup. Pemberian ASI pada bayi akan

memberi kekebalan, karena ASI adalah cairan hidup yang mengandung

antibody yang akan melindungi bayi dari berbagai infeksi bakteri, virus,

parasit dan jamur. Kolostrum mengandung zat imunoglobin 10-17 kali dari

ASI matur.

4)      Meningkatkan jalinan kasih sayang

5)      Ikatan kasih sayang antara ibu bayi terjadi karena berbagai rangsangan

seperti sentuhan kulit (skin to skin contact) dan mencium aroma yang khas

antara ibu dan bayi. Apabila proses menyusui dilakukan dengan baik, akan

memberikan kepuasan pada ibu dan bayi. Bayi merasa aman dan puas

karena melalui sentuhan dapat merasakan kehangatan tubuh ibu dan dapat

mendengar denyut jantung ibu, yang sudah dikenalnya sejak bayi masih

dalam rahim.

b.      Manfaat bagi Ibu Menyusui

1)      Mengurangi perdarahan setelah melahirkan

Apabila bayi disusui setelah dilahirkan maka kemungkinan terjadinya

pendarahan setelah melahirkan (post partm) akan berkurang. Hal ini

disebabkan karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan oksitosin yang

berperan dalam memacu kontraksi otot rahim, sehingga mempercepat

keluarnya plasenta dan mengurangi pendarahan setelah melahirkan.

2)      Menjarangkan kehamilan

Page 13: BAB I

Dengan menyusui secara eksklusif dapat memudahkan haid dan

kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah

sementara yang dikenal dengan Metode Amenorea Laktasi (MAL). MAL harus

memenuhi tiga kriteria yaitu : (1) tidak haid. (2) menyusui secara eksklusif

dan (3) umur bayi kurang dari enam bulan.

3)      Mengecilkan rahim (involutsiaa uteri)

Kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat akan sangat membantu

mengecilkan rahim kembali ke ukuran semula sebelum hamil, proses

pengecilan ini akan lebih cepat dibandingkan dengan ibu yang tidak

menyusui bayinya.

4)      Mengurangi kemungkinan menderita kanker.

5)      Pada ibu yang menderita ASI resiko menderita penyakit kanker payudara

dan indung telur berkurang. Sampai bayi berumur dua tahun atau lebih maka

resiko kanker payudara dan indung telur berkurang sampai 20-25%.

c.       Manfaat bagi keluarga

1)      Tidak merepotkan dan hemat waktu

ASI dapat segera diberikan tanpa harus menyiapkan atau memasak air,

juga tanpa harus mencuci botol dan tanpa menunggu agar susu tidak terlalu

panas, pemberian susu botol akan merepotkan terutama pada malam hari.

Apabila persalinan susu habis pada malam hari akan repot mencarinya.

2)      Lebih ekonomis/murah

3)      Dengan memberikan ASI pada bayi secara kualitas dan kuantitas dapat

membuat perkembangan otak pada bayi secara optimal, dari hasil penelitian

bahwa bayi yang mendapat ASI mempunyai IQ (Intelegence Oution) lebih

tinggi depan point dibandingkan bayi yang tidak mendapat ASI.

4.      Keuntungan Pemberian ASI

 Adapun keuntungan ASI menurut Roesli (2001) antara lain :

a.       Tidak mudah tercemar

ASI steril dan tidak mudah tercemar, sedangkan susu formula mudah

dan sering tercemar bakteri, terutama bila ibu kurang mengetahui cara

pembuatan susu formula yang benar dan baik. Bila botol tidak bersih, maka

Page 14: BAB I

bakteri akan cepat tumbuh. Selain itu, susu sudah berbahaya bagi bayi

walaupun belum tercium basi.

b.      Melindungi bayi dari infeksi

ASI mengandung berbagai antibody terhadap penyakit yang

disebabkan virus, jamur dan parasit yang menyerang manusia. Susu sapi

tidak mengandung antibody terhadap penyakit manusia, sehingga bayi susu

formula lebih sering terserang muntah-berak dan batuk-pilek dan infeksi

saluran pernapasan.

c.       Mengandung vitamin yang cukup

Vitamin, mineral dan zat besi yang terdapat dalam ASI akan diserap

dengan baik oleh usus bayi, sedangkan pada susu sapi zat-zat tersebut

hanya sebagian saja yang diserap oleh usus bayi.

d.      Lebih murah/ekonomis

Memberikan ASI jauh lebih murah dibanding memberikan susu formula.

Ibu tidak perlu membeli susu kaleng dan peralatan susu botol. Ibu tidak perlu

mengeluarkan dana untuk membeli susu kaleng dan masak air untuk susu

dan peralatan membuat susu.

Ibu dari kelompok ekonomi lemah yang tidak mampu membeli susu

formula untuk bayi sering kali mengencerkan takaran susu formula sehingga

bayi mereka sering menderita kekurangan gizi.

Page 15: BAB I

e.       Mencegah anemia akibat kekurangan gizi

Zat basi dari susu sapi tidak diserap secara sempurna, sehingga bayi

susu formula sering menderita anemia karena kekurangan zat besi.

Penelitian membuktikan, bahwa tingkat kecerdasan pada bayi atau anak

yang kekurangan zat besi akan menurun.

f.       Mudah dicerna

ASI mudah dicerna, sedangkan susu sapi sulit dicerna karena tidak

mengandung enzim pencernaan. Selain itu, komponen kasein yang banyak

terdapat pada susu formula membentuk gumpalan susu tebal sehingga sukar

dicerna. Akibatnya akan terdapat banyak zat sisa yang tidak dicerna oleh

bayi. Selain itu bayi akan menderita sembelit (sukar air besar).

g.      Menghindarkan bayi dari alergi

Bayi yang diberi susu sapi terlalu dini mungkin menderita terlalu

banyak alergi, misalnya asam dan eksim.

Suhardjo (1992) mengemukakan pemberian ASI sebagai berikut :

a.       Air susu ibu mengandung antibody yang dapat melindungi bayi dari

serangan penyakit infeksi.

b.      Air susu ibu merupakan makanan bayi yang komplit dan sempurnah mampu

mencukupi kebutuhan bayi sampai umur 6 bulan.

c.       Air susu ibu lebih murah dari pada susu formula. Makanan tambahan yang

diperlukan oleh ibu biayanya lebih kecil dibandingkan dengan biaya susu

formula.

d.      Ibu memberi air susunya biasanya merupakan tidak subur lebih panjang

dibandingkan dengan ibu yang tidak mendekati bayimya.

e.       Bayi yang susui resiko menderita diare, kolik, alergi lebih rendah

dibandingkan dengan bayi yang diberi susu botol.

f.       Menyusui bayi segera setelah melahirkan mempunyai kontraksi uterus dan

membantu memulihkan kondisi ibu lebih cepat.

5.      Langkah Menyusui yang Benar

1)      Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir

2)      Ibu duduk dengan santai kaki tidak boleh menggantung

Page 16: BAB I

3)      Perah sedikit ASI dan oleskan ke putting dan areoca sekitarnya. Manfaatnya

adalah sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban putting susu

4)      Posisikan bayi dengan benar

-          Bayi dipegang dengan satu lengan. Kepala bayi diletakkan dekan lingkungan

siku ibu, bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.

-          Perut bayi menempel ke tubuh ibu.

-          Mulut bayi berada di depan putting ibu.

-          Lengan yang dibawah merangkul tubuh ibu. Jangan berada di antara tubuh

ibu dan bayi. Tangan yang di atas boleh dipegang ibu atau diletakkan di atas

dada ibu.

-          Telinga dan lengan yang diatas berada dalam satu garis lurus

5)      Bibir bayi dirangsang dengan ibu dan akan membuka lebar, kemudian

dengan cepat kepada bayi didekatkan ke payudara ibu dan putting serta

aerola di masukkan ke dalam mulut bayi.

6)      Cek apakah perlekatan sudah benar.

-          Dagu menempel ke payudara ibu

-          Mulut terbuka lebar

6.      Pemberian ASI Eksklusif

ASI merupakan satu-satunya makanan terbaik bayi sampai umur 6

bulan. Pemberian ASI sampai umur 6 bulan dikenal dengan istilah ASI

Eksklusif. Memperoleh ASI secara Eksklusif selama 6 bulan pertama

merupakan hak tiap anak, untuk itu setelah bayi lahir dianjurkan agar segera

diberi ASI. selama 6 bulan pertama, bayi secara eksklusif mendapatkan ASI

yang diberikan seiring mungkin tanpa perlu memakai jadwal. Pemberian

makanan lain selain ASI akan menyebabkan bayi kenyang dan minat

menyusui berkurang, organ-organ pencernaannya juga belum sepenuhnya

siap mencerna makanan lain selain ASI (Manuaba, 2002).

ASI sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan

kecerdasan anak. Berdasarkan penelitian, anak-anak yang tidak diberi ASI

Eksklusif mempunyai IQ (Intelektual Quotient) lebih rendah 7-8 poin

dibandingkan dengan anak-anak yang diberi ASI Eksklusif juga lebih diabetes

Page 17: BAB I

setelah dewasa, serta kemungkinan menderita kurang gizi dan mengalami

kegemukan juga lebih besar (Nelson, 1999).

Pemberian ASI dianjurkan sebagai berikut :

1)      ASI Eksklusif selama 6 bulan karena ASI saja dapat memenuhi 100%

kebutuhan bayi.

2)      Dari 6 – 12 bulan ASI masih merupakan makanan utama bayi karena dapat

memenuhi 60 – 70% kebutuhan bayi dan perlu lunak dengan usia bayi.

3)      Diatas 12 bulan ASI hanya memenuhi sekitar 30% kebutuhan bayi dan

makanan padat sudah menjadi makanan utama. Namun, ASI tetap dianjurkan

pemberiannya sampai paling kurang 2 tahun untuk manfaat lainnya

(Prawirohardjo, 2008).

C.    Tinjauan Tentang Karakteristik Pemberian ASI Eksklusif

1.      Pendidikan

Pendidikan terbagi atas dua yaitu pendidikan formal dan non formal.

Pendidikan formal adalah pendidikan yang berstruktur mempunyai

jenjang/tingkat dalam periode waktu-waktu tertentu, berlangsung dari

sekolah dasar sampai ke Universitas dan tercakup disamping studi akademik

umum juga berbagai program khususnya dan lembaga untuk latihan tehnis

dan profesional, sedangkan pendidikan non formal adalah merupakan

pendidikan pada umumnya pendidikan formal dalam aspek-aspek tertentu

seperti pendidikan dasar atau keterampilan latihan khusus (Mulyana, 2000).

Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor internal yang

mempengaruhi seseorang dalam pola hidup terutama dalam memotivasi

untuk sikap berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Makin tinggi

tingkat pendidikan seseorang, makin mudah menafsirkan informasi sehingga

menciptakan suatu hal yang baik, sebaiknya pendidikan yang kurang akan

menghambat penafsiran informasi seseorang terhadap objek-ebjek baru

diperkenalkan (Mulyana, 2000).

2.      Pekerjaan

Pekerjaan adalah suatu yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupan seseorang dan kehidupan keluarga (Nursalam, 2000).

Page 18: BAB I

Hampir semua ibu rumah tangga melaksanakan aktifitas pekerjaan

utamanya yaitu pekerjaan dalam mengasuh anak, membersihkan rumah dan

melaksanakan pekerjaan rumah tangga lainnya yang menjadi tanggung

jawab sebagai ibu rumah tangga. Jenis pekerjaan yang seperti ini tidak terlalu

melelahkan tenaga dan pikiran ibu sehingga proses menyusui pun dapat

berjalan dengan baik (Supriyadi, 2002).

Untuk banyak hal seperti perekonomian keluarga yang tidak stabil atau

karena dorongan emosional untuk meningkatkan ekonomi yang lebih baik,

ibu-ibu disamping melaksanakan tugas-tugasnya sebagai ibu rumah tangga,

juga mencari pekerjaan tambahan baik itu sebagai pegawai negeri sipil

maupun berwiraswasta sehingga menyampingkan tugas-tugas dalam

menyusui bayi atau pemberian ASI pada bayi dan digantikan dengan MP.ASI

(Supriyadi, 2002).

Menurut Ruslina Suradi (1991), bahwa ibu yang bekerja ternyata juga

mempengaruhi produksi ASI walaupun ibu telah dianjurkan bagaimana

mempertahankan produksi ASI yaitu dengan memompa pada saat bekerja

dan malam hari lebih sering menyusui, ternyata jumlah ibu yang ASI-nya

masih cukup pada usia 6 bulan lebih sedikit, dibandingkan dengan ibu yang

tidak dapat dipertahankan produksinya ASI-nya. Ibu bekerja ternyata lebih

cepat memberikan susu botol / formula, alasan yang dipakai adalah supaya

membiasakan bayi menyusui dari botol bila ditinggal kerja (Soehardjo, 1996).

3.      Umur

Umur adalah lamanya seseorang hidup yang dihitung berdasarkan

ulang tahun terakhir (Nursalam, 2000). Umur berkembang sejalan dengan

perkembangan biologis alat-alat tubuh dan kematangan intelektual.

<20 tahun             :     Merupakan masa reproduksi pra produktif

20 – 30 tahun        :     Merupakan masa reproduksi produktif dan merupakan kurun reproduksi

sehat

31 – 45 tahun        :     Merupakan masa reproduksi post produktif

(Prawirohardjo, 1999).

Page 19: BAB I

Di mana dengan bertambahnya umur seseorang biasanya diringi

dengan berbagai macam pengalaman hidup yang dapat juga berupa dalam

pemilihan makanan pada bayi berumur kurang dari 6 bulan. Menurut E. B.

Hurclok (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang akan berpikir dan bekerja, sehingga semakin

tinggi umur ibu semakin tinggi pula pengetahuannya. Ibu dengan umur yang

terlalu muda akan memiliki pengalaman dan pengetahuan yang kurang

sehingga sering membuat seorang ibu cepat merasa ASI-nya kurang dan

tetap merasa khawatir apakah bayinya sudah mendapat cukup ASI atau

belum. Dengan tersedianya susu formula yang mudah diperoleh dan mudah

memantau jumlah yang diminum bayi, maka para ibu memilih susu formula

(Soehardjo, 1996).

4.      Paritas

Paritas adalah jumlah keseluruhan yang telah lahir. Paritas ini dapat

dibagi menjadi :

a.       Paritas I     :  Anak yang telah lahir berjumlah 1 orang

b.      Paritas II   :  Anak yang telah lahir berjumlah 2 orang

c.       Paritas III  :  Anak yang telah lahir berjumlah 3 orang

d.      Data seterusnya.

(Rochjati, 2003).

Pada Paritas yang tinggi yaitu ibu pernah melahirkan anak 4 kali atau

lebih akan menimbulkan resiko atau bahaya pada ibu dan bayi. Pada ibu

misalnya anemia, maka dengan keadaan ibu yang anemia produksi ASI yang

akan dihasilkan juga berkurang, sehingga untuk memenuhi kebutuhan

makanan bayi (Rochjati, 2003).

Page 20: BAB I

5.      Sosial Budaya

Anggapan semua orang, menyusui merupakan suatu hal yang sangat

sederhana. Bukan merupakan suatu naluri tetapi merupakan suatu

seni/budaya yang diwariskan ibu untuk anaknya perempuannya. Sosial

budaya sanagat mempengaruhi pemberian ASI, banyak budaya yang

menganggap bahwa pemberian ASI tidak cukup untuk keperluan makanan

bayi sehingga memberikan makanan tambahan seperti bubur pisang.

Kebiasaan tersebut sangat mudah dihilangkan (Azrul Azwar, 2008).

Pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia kita biasa melihat

konsepsi budaya yang terwujud dalam perilaku berkaitan dengan pola

pemberian makan pada bayi yang berbeda dengan konsepsi kesehatan

modern ataupun medis dianjurkan selama 2 (dua) tahun dan pemberian

makanan tambahan berupa makanan pada sebaiknya dimulai sesudah

berumur 4 tahun. Namun pada suku sasak di Lombok, ibu yang baru bersalin

selain memberikan nasi palpak (nasi yang telah dikunyah oleh ibunya

terlebih dahulu) kepada bayinya agar bayinya tumbuh sehat dan kuat.

Mereka percaya bahwa apa yang keluar dari mulut ibu merupakan yang

terbaik untuk bayi. Sementara pada masyarakat Kerinci di Sumatra Barat,

pada usia sebulan bayi sudah diberi bubut tepung, bubur nasi, pisang dll.

Adapun kebiasaan memberi roti, pisang, nasi, yang sudah dilumatkan

ataupun madu, the manis kepada bayi baru lahir sebelum ASI keluar.

Demikian pula halnya dengan pembuangan colostrums (ASI yang pertama

kali keluar). Di beberapa masyarakat tradisional, colostrums ini dianggap

sebagai susu yang sudah rusak dan tidak baik diberikan pada bayi karena

warnanya yang kekuning-kuningan. Selain itu, ada yang menganggap bahwa

colostrums ini dapat menyebabkan diare, muntah dan masuk angin pada

bayi. Sementara colostrums sangat berperan dalam menambah kekebalan

tubuh (Reddy, 1990).

6.      Suku

Suku atau budaya seseorang pada suatu tempat atau wilayah tempat

tinggal seseorang yang selalu dipengaruhi adat istiadat setempat terutama

Page 21: BAB I

kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari seperti salam satu faktor secara

langsung dapat mempengaruhi kondisi kesehatan bayi adalah makanan

tambahan yang diberikan dalam bentuk makanan padat yaitu bubut tepung,

bubur nasi, pisang dan lain-lain (Reddy, 1990).

D.    Tinjauan Umum Tentang Bayi

1.      Pengertian Bayi

Masa bayi adalah usia 0-1 tahun masa dibagi menjadi 2 tahap yaitu :

a.       Masa Neonatal yaitu usia 0-28 hari, yang dibedakan atas :

1.      Masa Neonatal Dini    :  0 – 7 Hari

2.      Masa Neonatal Lanjut :  8 – 28 Hari

b.      Masa pasca Neonatal yaitu usia 29 hari – 1 tahun

(Soetjiningsih, 2002).

Page 22: BAB I

2.      Bayi Baru Lahir Normal

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari umur kehamilan 37-

42 minggu dan berat badan lahir 2500-4000 gram. Bayi baru lahir sering

terjadi perubahan-perubahan terutama perubahan karbohidrat, perubahan

suhu tubuh, perubahan pernapasan, perubahan sirkulasi, perubahan alat

pencernaan, hati, ginjal, dan alat-alat tubuh lainnya (Prawidjohardjo, 2005).

Bayi baru lahir normal adalah bayi baru dari kehamilan yang atem (37-

42 minggu) dengan berat badan lahir 2500-4000 gram. Asupan bayi baru

lahir adalah asupan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah

kelahiran (Safiuddin, 2002).

Ciri-ciri bayi normal antara lain sebagai berikut :

1.      Barat badan 2500 - 4000 gram.

2.      Panjang badan 48 – 52 cm.

3.      Lingkaran badan 30 – 38 cm.

4.      Lingkaran kepala 33 – 35 cm.

5.      Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180x/menit kemudian menurun

sampai 120 – 160x/menit.

6.      Pernapasan pada menit pertama kira-kira 80x/menit kemudian turun sampai

40x/menit.

7.      Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan terbentuk dan

diliputi verniks caeseosa.

8.      Rambut lanugo tidak terlihat, rambut tampak sempurnah.

9.      Kuku agak panjang dan lemas

10.  Testis sudah turun (pada laki-laki), genetalia labio mayora telah menutupi

labia minora (pada anak perempuan).

11.  Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.

12.  Refleks moro sudah baik, bayi dikagetkan akan memperlihatkan gerakan

tangan seperti memeluk.

13.  Graff refleks sudah baik, bila diletakkan suhu benda ke telapak tangan maka

akan menggenggam.

14.  Eliminasi, urin dan mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama.

Page 23: BAB I

15.  Mekonium berwarna kecoklatan.

3.      Pola Pemberian Makan pada Bayi

Makanan yang paling sesuai untuk bayi adalah ASI, karena ASI

memang diperuntukkan untuk bayi dan khasiatnya sebagai makanan pokok.

Pola makan bayi 0 – 12 bulan adalah sebagai berikut :

a.       Umur 0 – 6 bulan  :  ASI saja.

Umur >6 bulan     : ASI dan makanan tambahan lainnya seperti biskuit, bubur, susu, dan lain-

lain.

Page 24: BAB I

BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A.    Dasar Pemikiran Penelitian

ASI Eksklusif adalah bayi yang hanya diberikan ASI saja tanpa diberikan

makanan lain seperti formula, made, jeruk, air teh, bahkan air putih

sekalipun. Pemberian ASI Eksklusif dianjurkan umur jangka 0 – 6 bulan

(Roesli, 2005)

Dalam penelitian ini akan dilakukan pengamatan terhadap pemberian

ASI Eksklusif dalam konteks tatanan keluarga yang bertolak dari indikator

tersebut. Pekerjaan dalam mengasuh anak, tingkat pendidikan dalam

mengasuh akan serta pendidikan seseorang akan dapat memperoleh

pengetahuan dalam pemberian ASI Eksklusif.

Page 25: BAB I

B.     Kerangka Pikir Penelitian 

                                                                        :  variabel yang diteliti

                                                                        :  variabel yang tidak diteliti

Pemberian ASI Eksklusif 

 

Page 26: BAB I

C.    Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terjadi dua variabel yaitu :

1.      Variabel Independen (variabel bebas) adalah variabel yang mempengaruhi

variabel dependent (variabel terikat), yang mana dalam penelitian ini

variabel independent yaitu karakteristik ibu yang berperan terhadap

pemberian ASI Eksklusif Bayi berusia 0 – 6 bulan yang meliputi pendidikan,

pekerjaan, umur, dan suku.

2.      Variabel Dependent (variabel terikat), variabel yang dipengaruhi oleh

variabel Independent (variabel bebas) yang mana variabel Dependent dalam

penelitian ini yaitu pemberian Asi Eksklusif.

D.    Defenisi Operasional

Defenisi operasional variabel adalah rumusan pengertian variabel-

variabel yang di amati, diteliti dan diberi batasan (Notoatmoadjo, 2002).

1.      ASI Eksklusif

ASI Eksklusif adalah bayi yang hanya diberikan ASI saja tanpa diberikan

makanan lain seperti susu formula, madu, jeruk, air teh, bahkan air putih

sekalipun.

2.      Pendidikan

Pendidikan adalah proses belajar yang bertujuan untuk meningkatkan

pematangan intelektual.

Kriteria Objektif :

a.       Pendidikan rendah (SD, SMP)

b.      Pendidikan menengah (tamat SMA)

c.       Pendidikan tinggi (tamant PT)

3.      Pekerjaan

Pekerjaan adalah suatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang

kehidupan seseorang dan kehidupan keluarganya.

Kriteria Objektif :

a.       Petani

b.      Nelayan

c.       Wiraswasta

Page 27: BAB I

d.      Swasta

e.       PNS

f.       Ibu Rumah Tangga

4.      Umur

Umur dalam penelitian ini adalah pengalaman hidup seseorang yang dapat

memilih makanan bayi yang berumur kurang dari 6 bulan. Ibu dengan umur

yang terlalu muda akan memiliki pengalaman dan pengetahuan yang kurang

sehingga sering membuat seorang ibu cepat merasa ASI-nya kurang dan

tetap merasa khawatir apakah bayinya sudah mendapat cukup ASI atau

belum (Soehardjo, 1996).

Kriteria Objektif :

a.       < 20 tahun (sehari sebelum berulang tahun ke – 20)

b.      20 – 30 tahun

c.       31 – 45 tahun

(Prawirohardjo, 1999).

5.      Suku

Suku adalah simbol komunikasi yang digunakan setiap daerah atau adat-

istiadat suatu daerah yang dimiliki orang.

Kriteria Objektif :

a.       Suku Buton

b.      Suku Muna

c.       Suku Tolaki

d.      Suku Bugis

e.       Dan lain-lain

(Ardiansyah, 2010).

Page 28: BAB I

BAB VI

METODE PENELITIAN

A.    Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk

mendapatkan gambaran tentang karakteristik ibu yang memberi Asi Eksklusif

pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Benua-Benua Kecamatan Kendari Barat

Kota Kendari Periode Januari – Mei 2011.

B.     Tempat dan Waktu Penelitian

1.      Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Benu-Benua

Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari

2.      Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan

C.    Populasi dan Sampel

1.      Populasi

`populasi pada penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi berusia di atas

6 bulan yang di berikan Asi Eksklusif di Puskesmas Benu-Benua Kecamatan

Kendari Kota Kendari  Periode Januari – Mei sebanyak 180 ibu.

2.      Sampel

Sampel dalam penelitian ini yaitu ibu yang mempunyai bayi umur 7 – 12

bulan yang diberikan Asi Eksklusif di Puskesmas

D.    Jenis dan Cara Pengambilan Data

1.      Jenis Data

Jenis data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data

primer.

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden, yaitu

data tentang pendidikan, pekerjaan, umur dan suku.

2.      Cara Pengambilan Data

Adapun cara pengambilan data dalam penelitian ini yaitu dengan

menggunakan lembar seklist dengan mengambil data primer melalui

Page 29: BAB I

responden yang datang berkunjung di Posyandu Benu-Benua Kecamatan

Kendari Barat Kota Kendari Periode Januari – Mei 2011.

E.     Pengolahan Data

1.      Koding yaitu memberikan kode pada data yang diperoleh dari hasil lembar

ceklist menurut jenisnya.

2.      Editing yaitu mengoreksi kembali data sehingga tidak terjadi kesalahan, baik

dalam penempatan maupun penjumlahan.

3.      Scoring yaitu memberikan skor pada setiap hasil jawaban lembar ceklist dari

respondent.

4.      Tabulating yaitu menyusun data-data ke dalam tabel sesuai dengan kategori

untuk selanjutnya di analisis.

Page 30: BAB I

F.     Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif frekuensi dengan

menggunakan tabel untuk memberi gambaran tentang variabel-veriabel

yang diteliti dan selanjutnya rumus yang digunakan dalam analisis ini

adalah : 

Keterangan

f                 :  frekuensi variabel yang diamati

n                :  jumlah sampel yang diteliti

k                :  konstanta (100%)

X               :  presentase yang dicapai

G.    Penyajian Data

Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan narasi.

Untuk dapat memberikan gambaran tentang karakteristik yang meliputi

pendidikan, pekerjaan, umur dan suku.

Page 31: BAB I

DAFTAR PUSTAKA

Amran, 1996. Air Susu Ibu, Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi. Semarang Universitas Diponegoro.

Ardinsyah, 2010. http://google.com. Macam-Macam Suku di Indonesia. Diakses tgl, 12-08-2011.

Arikunto, 2003. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta : Penerbit Rineka Cipta.

Azrul Azwar, 2007. http://google.com/susu. Faktor Menghambat Pemberian Asi Eksklusif. Diakses tgl, 12-06-2011.

Buraerah, 2002. Metode Penelitian,  ,Makassar : FMM Unhas.

Huberti, 2004. Kecakupan Gizi yang Dianjurkan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Manuaba, IBG. 2000. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : Arcun

Mathiue & Zajac 1990. http://repsository.google.com. Tinjauan tentang Karakter. Diakses tgl, 14-07-2011.

Mulyana, 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : Penerbit PT. Remaja Rosdakarya.

Nelson, 1999. Ilmu Kesehatan Anak volume I. Jakarta