bab i
DESCRIPTION
ASI beneficiacyTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan ASI Eksklusif adalah salah satu aspek dari kehidupan
masyarakat mutu hidup, produktivitas tenaga kerja, angka kesakitan dan
kematian yang tinggi pada bayi. Salah satu gizi yang paling utama pada saat
ini di Indonesia adalah kurang kaloro pasien. Terjadinya kerawanan gizi pada
bayi disebabkan karena kurangnya pemberian ASI yang banyak diganti
dengan susu botol dengan jumlah yang tidak memenuhi kebutuhan (Azrul
Anwar, 2008).
Dalam pembangunan bangsa, peningkatan kualitas manusia harus
dimulai sejak dini yaitu sejak masih bayi satu faktor yang memegang
peranan penting dalam peningkatan kualitas manusia adalah pemberian ASI.
Pemberian ASI semakin mungkin merupakan kegiatan penting dalam
pemeliharaan anak dan persiapan generasi penerus dimasa depan (Azrul
Anwar, 2008).
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2003 pencapaian ASI
Eksklusif (Pemberian ASI sejak lahir sampai usia 6 bulan) 50% atau rata-rata
lama ASI Eksklusif 2 bulan. Lebih rinci lagi ASI Eksklusif pada golongan usia 2
-3 bulan 44.3%, usia 6 -7 bulan 23,9% sedangkan Consensus International
Deklarasi Inncenti WHO-Unicef (1999) menetapkan tiap Negara akan
mengusahakan pencapaian semua bayi dalam 6 bulan pertama
mendapatkan ASI Eksklusif, berarti target tersebut menjadi berlaku untuk
tahun 2005 atau 2010.
Di kota besar sering dijumpai bayi diberi susu botol daripada disusui
ibunya, hasil Nutrition and Survey Ilancyb System (NSIS) yang merupakan
hasil kerja sama antara Balitbankes dan Hellen Keller International penelitian
dilakukan di perkotaan (Jakarta, Surabaya, Semarang dan Makassar) dan
pedesaan (Sumatra Barat, Lampung, Banten, Jawa, Barat, NTB, dan Sulawesi
Selatan). Menunjukkan pencapaian untuk daerah perkotaan yang paling
tinggi di bulan pertama kota Surabaya kurang lebih 45% dan paling rendah
Jakarta yaitu 25%, pencapaian 4-6 bulan yang paling tinggi Makassar kurang
lebih 13% dan paling rendah Jakarta 1% bahkan di Semarang hampir tidak
ditemukan (Depkes RI, 2003).
Salah satu program pemerintah dalam bidang kesehatan adalah
pentingnya ASI Eksklusif bagi kualitas hidup bayi melalui Surat Keputusan
(SK) Menkes RI nomor 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang Air Susu Ibu (ASI)
secara Eksklusif bayi di Indonesia. Dalam SK tersebut ditetapkan bahwa
pemberian ASI Eksklusif bagi bayi di Indonesia sejak bayi lahir sampai bayi
berusia 6 bulan (enam) bulan dan dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun
bagi yang ingin pemberian ASI secara sempurna.
Sejak diberlakukannya program pemberian ASI Eksklusif sejak tahun
2005, tingkat keberhasilan program tersebut masih jauh dari harapan. Hal ini
diduga dengan rendahnya peran serta masyarakat dan pemanfaatan Air Susu
Ibu (ASI) Eksklusif oleh ibu menyusui masih rendah. Rendahnya partisipasi
ibu menyusui dalam memberikan ASI Eksklusif dipicu dengan semakin
gencarnya promosi susu formula yang instant. Oleh karena itu diperlukan
peran seta dan partisipasi penuh dari seluruh lapisan masyarakat, khususnya
para bidan dan ibu menyusui.
Untuk masalah pemberian ASI Eksklusif dengan masih rendahnya
pemahaman ibu, keluarga dan masyarakat tentang ASI. Tidak ibu yang masih
membuang kolostrum kerena dianggap kotor sehingga perlu dibuang. Selain,
itu kebiasaan memberikan makanan atau minuman secara dini pada
sebagian masyarakat juga menjadi pemicu dari kekurangan berhasilnya
pemberian ASI Eksklusif. Ditambah lagi dengan kekurangannya rasa percaya
diri pada sebagian ibu untuk menyusui bayinya. Hal ini mendorong ibu untuk
lebih mudah menghentikan pemberian ASI dan menggantinya dengan susu
formula (Azwar 2003).
Upaya memasyarakatkan program pemberian ASI Eksklusif
perhubungan dengan pemberian ASI segera (kurang dari 30 menit setelah
lahir) sampai bayi berumur 6 bulan. ASI adalah makanan terbaik dan paling
ideal bagi bayi. ASI mengandung komposisi nutrisi yang paling lengkap dan
paling mudah dicerna oleh bayi. Selain itu ASI merupakan satu-satunya
sumber gizi yang berkontribusi terhadap sistem pencernaan dan
perkembangan system kekebalan tubuh.
Pemberian ASI pada bayi oleh ibu menyusui wajib hukumnya sesuai
dengan tuntutan agama Islam sebagaimana difirmankan Allah SWT dalam Al-
Qur’an bahwa “dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama 2
tahun penuh, bagi yang ingin menyusui sempurna”. Makna secara luas dari
firman Allah SWT tersebut adalah pada dasarnya ibu menyusui dapat
memberikan ASI bagi bayinya sampai usia dua tahun tanpa harus mengalami
ketakutan karena berkurangnya kandungan nutrisi atau anggapan bahwa
menyusui dalam waktu lama akan merusak keindahan payudara ibu
menyusui.
UNICEF menyebutkan bahwa ketidaktahuan ibu tentang pentingnya
ASI, cara pemberian ASI dengan benar, serta pemasaran susu formula yang
dilancarkan secara agresif oleh para produk susu formula merupakan
penghambat bagi terbentuknya kesadaran orang tua untuk memberikan ASI
secara Eksklusif pada bayinya.
Pemberian ASI dari awal kelahiran sampai 6 bulan akan menjadikan
sendi-sendi baginya kelak. ASI juga menjamin bayi tetap sehat dan memulai
kehidupannya dengan cara yang paling sehat. Karena ASI adalah makanan
terbaik di awal kehidupan bayi. Para ahli menemukan bahwa manfaat ASI
akan sangat meningkat bila gizi sesuai dengan lamanya pemberian ASI
Eksklusif akan lahir generasi baru yang sehat secara mental, emosional dan
sosial (Soetjiningsih, 1997).
Namun, menurut para ahli saat ini banyak ibu-ibu yang memberikan
bayi mereka M-P ASI tetapi mereka menghentikannya lebih awal. Hal
tersebut terjadi karena banyak sekali hubungan pengetahuan ibu dengan
pemberian PASI. Seiring dengan perkembangan zaman, terjadi peningkatan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat. Ironisnya,
pengetahuan lama yang mendasar seperti pemberian ASI justru kadang
terlupakan. Pemberian ASI adalah suatu pengetahuan yang berjuta-juta
tahun mempunyai peran penting dalam mempertahankan kehidupan
manusia. Pengaruh kemajuan teknologi dan perubahan sosial budaya juga
mengakibatkan ibu-ibu di kota umumnya bekerja diluar rumah dan makin
meningkat. Ibu-ibu golongan ini menganggap lebih praktis membeli dan
memberikan susu botol dari pada menyusui, semakin meningkatnya jumlah
angkatan kerja wanita diberbagai sector, sehingga makin banyak ibu harus
meninggalkan bayinya sebelum berusia 4 bulan, setelah habis cuti bersalin.
Hal ini meningkatkan kendala tersendiri bagi kelangsungan pemberian ASI
Eksklusif dan adanya mitos-mitos yang menyesatkan juga sering
menghambat dalam pemberian ASI (Ebrahim, 1986).
Tingkat pengetahuan ibu yang berkurang tentang pemberian M-P ASI
mengakibatkan kita lebih sering melihat bayi susu botol dari pada disusui
ibunya, bahkan kita juga sering melihat bayi baru berusia 1 bulan sudah
diberi pisang atau nasi lembut sebagai tambahan ASI. pemberian susu
formula, makanan pada/tambahan yang terlalu dapat menggangu.
Pemberian ASI Eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi.
Selain itu tidak ditemukan bukti yang menyokong bahwa pemberian susu
formula, makanan pada/tambahan pada usia 4 dan 5 bulan lebih
menguntungkan. Bahkan sebaiknya, hal ini akan mempunyai dampak yang
negatif terhadap kesehatan bayi dan tidak ada dampak positif untuk
perkembangan pertumbuhan (Manuaba, 1989).
Suatu hal yang menggembirakan adalah hampir seluruh bayi yaitu
95,4% di perkotaan dan 96,7% di pedesaan perenah disusui dan terus
diberikan sampai anak berusia 23,9 bulan. Pencapaian 23,9 menurut criteria
(WHO) masuk dalam kategori baik. Gambaran ini menunjukan bahwa kita
perlu berkonsentrasi penuh untuk menyukseskan peningkatan pemberian ASI
sehingga target sebesar 80% sebagaimana yang ditetapkan oleh Depkes RI
sehingga target sebesar 80% sebagaimana yang ditetapkan oleh Depkes RI
dapat dipenuhi. Sementara di Sulawesi Tenggara tahun 2006, jumlah ibu
menyusui yang diberikan ASI Eksklusif pada bayi sampai dengan 6 bulan
adalah 65,93%. Angka ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yakni 56,6% dan kota Kendari menduduki urutan kedua tertinggi
dalam pemberian ASI Eksklusif dibandingkan dengan 9 kabupaten atau kota
lainnya di Propinsi Sulawesi Tenggara yakni 73,4% (Diknes Sultra, 2007).
Menurut data pendahuluan di kecamatan Kendari Barat Puskesmas
Benua-Benua yang tertinggi dari beberapa keluhan sasaran ASI Eksklusif
sebanyak 203 ibu yang mempunyai 0-6 bulan dan pencapaian ASI Eksklusif
sebanyak 180 ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan, pada periode (Januari –
Mei 2011), banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut salah satunya
karakteristik ibu yang berperan terhadap pemberian ASI Eksklusif.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Karakteristik Ibu yang Memberikan ASI Eksklusif
pada Bayi di Puskesmas Benu-Benua Kecamatan Kendari Barat Periode
Januari – Mei Tahun 2011”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalahnya
adalah “BagaimanaKarakteristik Ibu yang Memberikan ASI Eksklusif
pada Bayi di Puskesmas Benu-Benua Kecamatan Kendari Barat
Periode Januari – Mei Tahun 2011”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan Karakteristik Ibu yang memberikan ASI Eksklusif pada bayi
di Puskesmas Benu-Benua Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari periode
Januari – Maret 2011.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mendapatkan gambaran pemberian ASI Eksklusif pada Bayi
berdasarkan pendidikan ibu di Puskesmas Benu-Benua Kecamatan Kendari
Barat Kota Kendari Periode Januari – Mei Tahun 2011”
b. Untuk mendapatkan gambaran pemberian ASI Eksklusif pada Bayi
berdasarkan pekerjaan ibu di Puskesmas Benu-Benua Kecamatan Kendari
Barat Kota Kendari Periode Januari – Mei Tahun 2011”
c. Untuk mendapatkan gambaran pemberian ASI Eksklusif pada Bayi
berdasarkan umur ibu di Puskesmas Benu-Benua Kecamatan Kendari Barat
Kota Kendari Periode Januari – Mei Tahun 2011”
d. Untuk mendapatkan gambaran pemberian ASI Eksklusif pada Bayi
berdasarkan suku ibu di Puskesmas Benu-Benua Kecamatan Kendari Barat
Periode Kota Kendari Januari – Mei Tahun 2011”
D. Manfaat Penelitian
1. Untuk memberikan informasi kepada pihak petugas kesehatan yang berada
di Puskesmas Benu-Benua Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari tentang
karakteristik ibu yang memberikan ASI Eksklusif sehingga dapat
meningkatkan pencapaian target pemberian ASI eksklusif terhadap bayi.
2. Untuk memberikan informasi kepada ibu-ibu yang menyusui tentang
gambaran karakteristik pemberian ASI eksklusif.
3. Sebagai referensi untuk peneliti selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Karakteristik
Karakteristik adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan orang lain (Porwardiminata, 1990).
Karakteristik adalah tabiat, watak, sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti
yang membedakan dengan yang lain (Kamus Umum Bahasa Indonesia).
Berdasarkan kedua pengertian di atas, kita dapat mengambil sebuah
kesimpulan bahwa karakter merupakan sifat-sifat batiniah seseorang yang
membedakan dengan orang lain. Karakter merupakan aktualisasi potensi dari
dalam internalisasi nilai-nilai moral dari luar menjadi bagian kepribadiannya.
Jenis karakteristik dapat didasarkan bermacam-macam, misalnya
tingkatan sosial ekonomi, umum dan lain sebagainya (Notoatmodjo, 2002).
Menurut Mathiue & Zajac (1990) menyatakan bahwa, karakteristik personal
(individu) mencakup usia, jenis kelamin, masa kerja, tingkat pendidikan, suku
bangsa, dan kepribadian.
Karakter merupakan nilai-nilai yang terpatri dalam diri kita malalui
pendidikan, pengalaman, percobaan, pengorbanan dan pengaruh lingkungan,
menjadi nilai intrinsik yang melandasi sikap dan perilaku kita. Jadi, karena
karakter harus diwujudkan melalui nilai-nilai moral yang dipatrikan untuk
menjadi semacam nilai instrinsik dalam diri kita, tentu karakter tidak datang
dengan sendirinya, melainkan harus kita bentuk, kita tumbuh kembangkan
dan kita bangun (Soedarsono, S. 2008).
B. Tinjauan Umum Tentang ASI Eksklusif
1. Pengertian ASI
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang paling cocok bagi bayi
serta mempunyai nilai yang paling tinggi bandingkan dengan makanan bayi
yang dibuat manusia ataupun susu hewan seperti susu sapi, susu kerbau,
dan lain-lainnya (Azrul Azwar, 2003).
ASI Eksklusif adalah bayi hanya diberikan ASI saja, tanpa diberikan
makanan lain seperti susu formula, madu, jeruk, air the, bahkan air putih
sekalipun. Pemberian ASI Eksklusif dianjurkan untuk diberikan sampai usia
enam bulan (Roesli, 2001).
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI (Air Susu Ibu) sedini mungkin
setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberikan makanan lain.
Walau hanya air putih, sampai bayi berumur 6 bulan.
Badriah (2007:49) ASI Eksklusif merupakan makanan utama bagi bayi
sampai umur 6 bulan karena mengandung banyak kalori berkomposisi
sempurna zat-zat gizi secara seimbang sehingga dapat menjamin kebutuhan
energi untuk energi untuk bayi. Proses menyusui bayi juga sangat baik untuk
membina rasa kasih sayang antara ibu dan anaknya.
Pemberian ASI saja (ASI Eksklusif) dianjurkan sampai bayi berumur 6
bulan kenyataannya di Indonesia hampir semua bayi mendapatkan ASI,
namun hanya sekitar 25% ibu memberikan ASI Eksklusif. Cakupan pemberian
ASI Eksklusif di Propinsi Lampung adalah 34,53% dari 57,208 (laporan
tahunan Promkes, 2005).
Riset medis mengatakan bahwa ASI Eksklusif membuat bayi
berkembang dengan baik pada 6 bulan pertama bahkan pada usia lebih dari
6 bulan. Kekebalan paling besar diterima bayi saat dia diberikan ASI
Eksklusif. Dan ASI memiliki kandungan 50% faktor imunisasi yang sudah
dikenal.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan, pemberian ASI
pertama kali dilakukan dalam 1 jam pertama setelah bayi lahir. ASI Eksklusif
adalah pemberian ASI tanpa tambahan makanan dan minuman apapun,
termasuk air putih, menyusui dilakukan sesuai keinginan bayi sesering
mungkin, serta diupayakan menghindari penggunaan susu botol.
Jakarta, Kompas ASI secara eksklusif selama 6 bulan merupakan
langkah awal pemberian makanan bagi bayi baru lahir. Sebab, ASI
merupakan nutrisi alamiah yang mampu melindungi tubuh dari infeksi dan
alergi.
2. Komposisi ASI Eksklusif
Suhardjo (1992) menyatakan bahwa komposisi ASI adalah sebagai
berikut :
a. Kolostrum
Segera setelah melahirkan Air Susu Ibu yang keluar berwarna
kekuning-kuningan, kental dan agak lengket. Air susu ini disebut kolostrum
dan ini diproduksi dalam masa kira-kira seminggu petama. Kemudian setelah
itu susu diproduksi berwarna putih. Kolostrum berbeda dengan air susu ibu
yang berwarna putih dalam hal kandungan zat gizi yaitu sebagai berikut :
1) Lebih banyak protein
2) Lebih banyak immunuglobulin A dan laktoferin dan juga sel-sel darah putih
yang berperan penting dalam mencegah timbulnya penyakit infeksi.
3) Kurang dalam hal lemak dan lactose
4) Lebih banyak vitamin A
5) Lebih banyak natrium dan seng.
b. Protein
Kandungan protein susu sapi sekitar tiga kali ASI. hampir semua
protein dari susu sapi berupaya kasein dan hanya sedikit berupa “soluble
whey protein” porsi yang besar ini membentuk gumpalan liat dalam perut
bayi. Air susu ibu mengandung total protein rendah tetapi lebih banyak
“soluble whey protein”. Komposisi inilah yang membentuk gumpalan lebih
lunak yang mudah dicernakan dan diserap.
c. Lemak
Sekitar separuh dari energi susu ibu berasal dari lemak yang mudah
diserap dibandingkan susu sapi. Hal ini karena adanya enzim lipase dalam
ASI. kandungan lemak total ASI bervariasi antara ibu satu dengan lainnya
dari satu fase ke fase berikutnya.
d. Laktose
Zat gizi ini merupakan komponen utama karbohidrat dalam air ibu.
Jumlah Laktose dalam ASI tidak banyak bervariasi antara ibu-ibu menyusui.
Dibandingkan dengan susu sapi, kandungan Laktose dalam ASI lebih banyak.
Disamping merupakan sumber energi yang mudah dicerna, beberapa
Laktose diubah menjadi asam laktat. Asam ini membantu dalam penyerapan
kalsium dan mineral-mineral lainnya.
e. Kalori
Kalori ASI relatif rendah 77 kal/100 ml. ASI 90% dari karbohidrat dan
lemak 10% dari protein.
f. Air
Kira-kira 88% dari ASI terdiri dari air yang berguna melarutkan zat
yang ada didalamnya.
g. Vitamin
Vitamin dalam ASI dapat dikatakan lengkap yaitu A, D, C sedangkan B
riboflavin dan asam panttotehnik adalah kurang.
h. Mineral
Susu ibu mengandung sedikit kalsium dibandingkan dengan susu sapi,
tetapi karena kalsium ASI mudah diserap maka ASI cukup dapat memenuhi
kebutuhan bayi.
Dalam kedua air susu itu kandungan zat besinya rendah. Namun
sekitar 7-15% besi dalam ASI dapat diserap, sedangkan dari bahan makanan
lainnya hanya 5-10%. Selain itu simpanan besi pada bayi tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhannya selama bulan-bulan pertama dalam hidupnya. Air
susu juga mengandung, natrium, kalium, fosfor dan kalori yang lebih rendah
dibandingkan dengan susu sapi, tetapi dengan jumlah itu sudah cukup
rendah dibandingkan dengan susu sapi, tetapi dengan jumlah itu sudah
cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi.
i. Kandungan antibody dalam ASI
Bayi yang disusui ibu umumnya lebih terlindung dari serangan infeksi
penyakit terutama diare dan mempunyai peluang yang lebih besar untuk
hidup dari pada bayi yang diberi susu botol. Beberapa alasan yang dapat
dikemukakan antara lain :
1) Air Susu Ibu (ASI) bersih. Memang ASI tidak pernah steril karena putting
buah dada terkontaminasi setiap waktu namun bakteri yang mungkin
mencemarinya tidak sempat berkembang biak sebab air susu segera
diminum bayi.
2) ASI mengandung immunoglobulin terutama Ig A. antibody ini terdapat
banyak dalam kolostrum dan lebih rendah di dalam air susu berikutnya. Ig A
tidak diserap tetapi bekerja di usus dalam menahan bakteri tertentu
(misalnya E. Coli) dan virus.
3) ASI mengandung laktoferin. Zat ini adalah yang dapat mengikat besi
sehingga bakteri yang berbahaya yang terdapat dalam usus tidak
memperoleh mineral ini untuk pertumbuhannya. Oleh karena itu
suplementasi besi melalui mulut tidak boleh diberikan kepada bayi yang
disusui karena akan berpengaruh terhadap peran laktoferin tubuh.
4) ASI mengandung lisozim, yaitu suatu enzim yang terdapat cukup, banyak
lebih tinggi dibandingkan dengan susu sapi. Zat ini menghancurkan sejumlah
bakteri berbahaya dan berbagi virus.
5) ASI mengandung sel-sel darah putih. Selama dua minggu pertama, ASI
mengandung sampai 4000 sel/mL sel-sel ini mengeluarkan Ig A, laktoferin,
lisozim, dan interferon adalah suatu substansi yang dapat menghambat
aktivitas virus-virus tertentu.
6) ASI mengandung bifidus. Zat ini adalah karbohidrat yang mengandung
nitrogen yang diperlukan untuk pertumbuhan bakteri laktobksilus bifidus.
3. Manfaat ASI Eksklusif
Roesli (2001) menyatakan ASI eksklusif sangat banyak manfaatnya
antara lain :
a. Manfaat bagi bayi
1) Sebagai Nutrisi Bayi
Asi merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang
seimbang, karena dapat menyediakan zat gizi yang gizi yang berkualitas
tinggi dan mudah dicerna serta dimanfaatkan secara efisien karena
mengandung enzim lipat untuk mencerna lemak.
2) Meningkatkan Kecerdasan
ASI mengandung ikatan (DHA dan AA) yang merupakan komposisi
penting untuk mengkaltasis pembentukan selaput isolasi yang mengelilingi
serabut syaraf otak dapat meningkatkan kecerdasan bayi.
3) Meningkatkan Daya Tahan Tubuh
Bayi yang lahir secara alamiah mendapat immunoglobin (zat
kekebalan) dari ibunya melalui ari-ari, namun zat ini akan cepat sekali
menurun setelah lahir, pada saat kadar kekebalan bawaan menurun
sedangkan sistem kekebalan tubuh sebelum mampu membantu antibody
yang protektif dalam jumlah yang cukup. Pemberian ASI pada bayi akan
memberi kekebalan, karena ASI adalah cairan hidup yang mengandung
antibody yang akan melindungi bayi dari berbagai infeksi bakteri, virus,
parasit dan jamur. Kolostrum mengandung zat imunoglobin 10-17 kali dari
ASI matur.
4) Meningkatkan jalinan kasih sayang
5) Ikatan kasih sayang antara ibu bayi terjadi karena berbagai rangsangan
seperti sentuhan kulit (skin to skin contact) dan mencium aroma yang khas
antara ibu dan bayi. Apabila proses menyusui dilakukan dengan baik, akan
memberikan kepuasan pada ibu dan bayi. Bayi merasa aman dan puas
karena melalui sentuhan dapat merasakan kehangatan tubuh ibu dan dapat
mendengar denyut jantung ibu, yang sudah dikenalnya sejak bayi masih
dalam rahim.
b. Manfaat bagi Ibu Menyusui
1) Mengurangi perdarahan setelah melahirkan
Apabila bayi disusui setelah dilahirkan maka kemungkinan terjadinya
pendarahan setelah melahirkan (post partm) akan berkurang. Hal ini
disebabkan karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan oksitosin yang
berperan dalam memacu kontraksi otot rahim, sehingga mempercepat
keluarnya plasenta dan mengurangi pendarahan setelah melahirkan.
2) Menjarangkan kehamilan
Dengan menyusui secara eksklusif dapat memudahkan haid dan
kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah
sementara yang dikenal dengan Metode Amenorea Laktasi (MAL). MAL harus
memenuhi tiga kriteria yaitu : (1) tidak haid. (2) menyusui secara eksklusif
dan (3) umur bayi kurang dari enam bulan.
3) Mengecilkan rahim (involutsiaa uteri)
Kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat akan sangat membantu
mengecilkan rahim kembali ke ukuran semula sebelum hamil, proses
pengecilan ini akan lebih cepat dibandingkan dengan ibu yang tidak
menyusui bayinya.
4) Mengurangi kemungkinan menderita kanker.
5) Pada ibu yang menderita ASI resiko menderita penyakit kanker payudara
dan indung telur berkurang. Sampai bayi berumur dua tahun atau lebih maka
resiko kanker payudara dan indung telur berkurang sampai 20-25%.
c. Manfaat bagi keluarga
1) Tidak merepotkan dan hemat waktu
ASI dapat segera diberikan tanpa harus menyiapkan atau memasak air,
juga tanpa harus mencuci botol dan tanpa menunggu agar susu tidak terlalu
panas, pemberian susu botol akan merepotkan terutama pada malam hari.
Apabila persalinan susu habis pada malam hari akan repot mencarinya.
2) Lebih ekonomis/murah
3) Dengan memberikan ASI pada bayi secara kualitas dan kuantitas dapat
membuat perkembangan otak pada bayi secara optimal, dari hasil penelitian
bahwa bayi yang mendapat ASI mempunyai IQ (Intelegence Oution) lebih
tinggi depan point dibandingkan bayi yang tidak mendapat ASI.
4. Keuntungan Pemberian ASI
Adapun keuntungan ASI menurut Roesli (2001) antara lain :
a. Tidak mudah tercemar
ASI steril dan tidak mudah tercemar, sedangkan susu formula mudah
dan sering tercemar bakteri, terutama bila ibu kurang mengetahui cara
pembuatan susu formula yang benar dan baik. Bila botol tidak bersih, maka
bakteri akan cepat tumbuh. Selain itu, susu sudah berbahaya bagi bayi
walaupun belum tercium basi.
b. Melindungi bayi dari infeksi
ASI mengandung berbagai antibody terhadap penyakit yang
disebabkan virus, jamur dan parasit yang menyerang manusia. Susu sapi
tidak mengandung antibody terhadap penyakit manusia, sehingga bayi susu
formula lebih sering terserang muntah-berak dan batuk-pilek dan infeksi
saluran pernapasan.
c. Mengandung vitamin yang cukup
Vitamin, mineral dan zat besi yang terdapat dalam ASI akan diserap
dengan baik oleh usus bayi, sedangkan pada susu sapi zat-zat tersebut
hanya sebagian saja yang diserap oleh usus bayi.
d. Lebih murah/ekonomis
Memberikan ASI jauh lebih murah dibanding memberikan susu formula.
Ibu tidak perlu membeli susu kaleng dan peralatan susu botol. Ibu tidak perlu
mengeluarkan dana untuk membeli susu kaleng dan masak air untuk susu
dan peralatan membuat susu.
Ibu dari kelompok ekonomi lemah yang tidak mampu membeli susu
formula untuk bayi sering kali mengencerkan takaran susu formula sehingga
bayi mereka sering menderita kekurangan gizi.
e. Mencegah anemia akibat kekurangan gizi
Zat basi dari susu sapi tidak diserap secara sempurna, sehingga bayi
susu formula sering menderita anemia karena kekurangan zat besi.
Penelitian membuktikan, bahwa tingkat kecerdasan pada bayi atau anak
yang kekurangan zat besi akan menurun.
f. Mudah dicerna
ASI mudah dicerna, sedangkan susu sapi sulit dicerna karena tidak
mengandung enzim pencernaan. Selain itu, komponen kasein yang banyak
terdapat pada susu formula membentuk gumpalan susu tebal sehingga sukar
dicerna. Akibatnya akan terdapat banyak zat sisa yang tidak dicerna oleh
bayi. Selain itu bayi akan menderita sembelit (sukar air besar).
g. Menghindarkan bayi dari alergi
Bayi yang diberi susu sapi terlalu dini mungkin menderita terlalu
banyak alergi, misalnya asam dan eksim.
Suhardjo (1992) mengemukakan pemberian ASI sebagai berikut :
a. Air susu ibu mengandung antibody yang dapat melindungi bayi dari
serangan penyakit infeksi.
b. Air susu ibu merupakan makanan bayi yang komplit dan sempurnah mampu
mencukupi kebutuhan bayi sampai umur 6 bulan.
c. Air susu ibu lebih murah dari pada susu formula. Makanan tambahan yang
diperlukan oleh ibu biayanya lebih kecil dibandingkan dengan biaya susu
formula.
d. Ibu memberi air susunya biasanya merupakan tidak subur lebih panjang
dibandingkan dengan ibu yang tidak mendekati bayimya.
e. Bayi yang susui resiko menderita diare, kolik, alergi lebih rendah
dibandingkan dengan bayi yang diberi susu botol.
f. Menyusui bayi segera setelah melahirkan mempunyai kontraksi uterus dan
membantu memulihkan kondisi ibu lebih cepat.
5. Langkah Menyusui yang Benar
1) Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir
2) Ibu duduk dengan santai kaki tidak boleh menggantung
3) Perah sedikit ASI dan oleskan ke putting dan areoca sekitarnya. Manfaatnya
adalah sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban putting susu
4) Posisikan bayi dengan benar
- Bayi dipegang dengan satu lengan. Kepala bayi diletakkan dekan lingkungan
siku ibu, bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.
- Perut bayi menempel ke tubuh ibu.
- Mulut bayi berada di depan putting ibu.
- Lengan yang dibawah merangkul tubuh ibu. Jangan berada di antara tubuh
ibu dan bayi. Tangan yang di atas boleh dipegang ibu atau diletakkan di atas
dada ibu.
- Telinga dan lengan yang diatas berada dalam satu garis lurus
5) Bibir bayi dirangsang dengan ibu dan akan membuka lebar, kemudian
dengan cepat kepada bayi didekatkan ke payudara ibu dan putting serta
aerola di masukkan ke dalam mulut bayi.
6) Cek apakah perlekatan sudah benar.
- Dagu menempel ke payudara ibu
- Mulut terbuka lebar
6. Pemberian ASI Eksklusif
ASI merupakan satu-satunya makanan terbaik bayi sampai umur 6
bulan. Pemberian ASI sampai umur 6 bulan dikenal dengan istilah ASI
Eksklusif. Memperoleh ASI secara Eksklusif selama 6 bulan pertama
merupakan hak tiap anak, untuk itu setelah bayi lahir dianjurkan agar segera
diberi ASI. selama 6 bulan pertama, bayi secara eksklusif mendapatkan ASI
yang diberikan seiring mungkin tanpa perlu memakai jadwal. Pemberian
makanan lain selain ASI akan menyebabkan bayi kenyang dan minat
menyusui berkurang, organ-organ pencernaannya juga belum sepenuhnya
siap mencerna makanan lain selain ASI (Manuaba, 2002).
ASI sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
kecerdasan anak. Berdasarkan penelitian, anak-anak yang tidak diberi ASI
Eksklusif mempunyai IQ (Intelektual Quotient) lebih rendah 7-8 poin
dibandingkan dengan anak-anak yang diberi ASI Eksklusif juga lebih diabetes
setelah dewasa, serta kemungkinan menderita kurang gizi dan mengalami
kegemukan juga lebih besar (Nelson, 1999).
Pemberian ASI dianjurkan sebagai berikut :
1) ASI Eksklusif selama 6 bulan karena ASI saja dapat memenuhi 100%
kebutuhan bayi.
2) Dari 6 – 12 bulan ASI masih merupakan makanan utama bayi karena dapat
memenuhi 60 – 70% kebutuhan bayi dan perlu lunak dengan usia bayi.
3) Diatas 12 bulan ASI hanya memenuhi sekitar 30% kebutuhan bayi dan
makanan padat sudah menjadi makanan utama. Namun, ASI tetap dianjurkan
pemberiannya sampai paling kurang 2 tahun untuk manfaat lainnya
(Prawirohardjo, 2008).
C. Tinjauan Tentang Karakteristik Pemberian ASI Eksklusif
1. Pendidikan
Pendidikan terbagi atas dua yaitu pendidikan formal dan non formal.
Pendidikan formal adalah pendidikan yang berstruktur mempunyai
jenjang/tingkat dalam periode waktu-waktu tertentu, berlangsung dari
sekolah dasar sampai ke Universitas dan tercakup disamping studi akademik
umum juga berbagai program khususnya dan lembaga untuk latihan tehnis
dan profesional, sedangkan pendidikan non formal adalah merupakan
pendidikan pada umumnya pendidikan formal dalam aspek-aspek tertentu
seperti pendidikan dasar atau keterampilan latihan khusus (Mulyana, 2000).
Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor internal yang
mempengaruhi seseorang dalam pola hidup terutama dalam memotivasi
untuk sikap berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Makin tinggi
tingkat pendidikan seseorang, makin mudah menafsirkan informasi sehingga
menciptakan suatu hal yang baik, sebaiknya pendidikan yang kurang akan
menghambat penafsiran informasi seseorang terhadap objek-ebjek baru
diperkenalkan (Mulyana, 2000).
2. Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupan seseorang dan kehidupan keluarga (Nursalam, 2000).
Hampir semua ibu rumah tangga melaksanakan aktifitas pekerjaan
utamanya yaitu pekerjaan dalam mengasuh anak, membersihkan rumah dan
melaksanakan pekerjaan rumah tangga lainnya yang menjadi tanggung
jawab sebagai ibu rumah tangga. Jenis pekerjaan yang seperti ini tidak terlalu
melelahkan tenaga dan pikiran ibu sehingga proses menyusui pun dapat
berjalan dengan baik (Supriyadi, 2002).
Untuk banyak hal seperti perekonomian keluarga yang tidak stabil atau
karena dorongan emosional untuk meningkatkan ekonomi yang lebih baik,
ibu-ibu disamping melaksanakan tugas-tugasnya sebagai ibu rumah tangga,
juga mencari pekerjaan tambahan baik itu sebagai pegawai negeri sipil
maupun berwiraswasta sehingga menyampingkan tugas-tugas dalam
menyusui bayi atau pemberian ASI pada bayi dan digantikan dengan MP.ASI
(Supriyadi, 2002).
Menurut Ruslina Suradi (1991), bahwa ibu yang bekerja ternyata juga
mempengaruhi produksi ASI walaupun ibu telah dianjurkan bagaimana
mempertahankan produksi ASI yaitu dengan memompa pada saat bekerja
dan malam hari lebih sering menyusui, ternyata jumlah ibu yang ASI-nya
masih cukup pada usia 6 bulan lebih sedikit, dibandingkan dengan ibu yang
tidak dapat dipertahankan produksinya ASI-nya. Ibu bekerja ternyata lebih
cepat memberikan susu botol / formula, alasan yang dipakai adalah supaya
membiasakan bayi menyusui dari botol bila ditinggal kerja (Soehardjo, 1996).
3. Umur
Umur adalah lamanya seseorang hidup yang dihitung berdasarkan
ulang tahun terakhir (Nursalam, 2000). Umur berkembang sejalan dengan
perkembangan biologis alat-alat tubuh dan kematangan intelektual.
<20 tahun : Merupakan masa reproduksi pra produktif
20 – 30 tahun : Merupakan masa reproduksi produktif dan merupakan kurun reproduksi
sehat
31 – 45 tahun : Merupakan masa reproduksi post produktif
(Prawirohardjo, 1999).
Di mana dengan bertambahnya umur seseorang biasanya diringi
dengan berbagai macam pengalaman hidup yang dapat juga berupa dalam
pemilihan makanan pada bayi berumur kurang dari 6 bulan. Menurut E. B.
Hurclok (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang akan berpikir dan bekerja, sehingga semakin
tinggi umur ibu semakin tinggi pula pengetahuannya. Ibu dengan umur yang
terlalu muda akan memiliki pengalaman dan pengetahuan yang kurang
sehingga sering membuat seorang ibu cepat merasa ASI-nya kurang dan
tetap merasa khawatir apakah bayinya sudah mendapat cukup ASI atau
belum. Dengan tersedianya susu formula yang mudah diperoleh dan mudah
memantau jumlah yang diminum bayi, maka para ibu memilih susu formula
(Soehardjo, 1996).
4. Paritas
Paritas adalah jumlah keseluruhan yang telah lahir. Paritas ini dapat
dibagi menjadi :
a. Paritas I : Anak yang telah lahir berjumlah 1 orang
b. Paritas II : Anak yang telah lahir berjumlah 2 orang
c. Paritas III : Anak yang telah lahir berjumlah 3 orang
d. Data seterusnya.
(Rochjati, 2003).
Pada Paritas yang tinggi yaitu ibu pernah melahirkan anak 4 kali atau
lebih akan menimbulkan resiko atau bahaya pada ibu dan bayi. Pada ibu
misalnya anemia, maka dengan keadaan ibu yang anemia produksi ASI yang
akan dihasilkan juga berkurang, sehingga untuk memenuhi kebutuhan
makanan bayi (Rochjati, 2003).
5. Sosial Budaya
Anggapan semua orang, menyusui merupakan suatu hal yang sangat
sederhana. Bukan merupakan suatu naluri tetapi merupakan suatu
seni/budaya yang diwariskan ibu untuk anaknya perempuannya. Sosial
budaya sanagat mempengaruhi pemberian ASI, banyak budaya yang
menganggap bahwa pemberian ASI tidak cukup untuk keperluan makanan
bayi sehingga memberikan makanan tambahan seperti bubur pisang.
Kebiasaan tersebut sangat mudah dihilangkan (Azrul Azwar, 2008).
Pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia kita biasa melihat
konsepsi budaya yang terwujud dalam perilaku berkaitan dengan pola
pemberian makan pada bayi yang berbeda dengan konsepsi kesehatan
modern ataupun medis dianjurkan selama 2 (dua) tahun dan pemberian
makanan tambahan berupa makanan pada sebaiknya dimulai sesudah
berumur 4 tahun. Namun pada suku sasak di Lombok, ibu yang baru bersalin
selain memberikan nasi palpak (nasi yang telah dikunyah oleh ibunya
terlebih dahulu) kepada bayinya agar bayinya tumbuh sehat dan kuat.
Mereka percaya bahwa apa yang keluar dari mulut ibu merupakan yang
terbaik untuk bayi. Sementara pada masyarakat Kerinci di Sumatra Barat,
pada usia sebulan bayi sudah diberi bubut tepung, bubur nasi, pisang dll.
Adapun kebiasaan memberi roti, pisang, nasi, yang sudah dilumatkan
ataupun madu, the manis kepada bayi baru lahir sebelum ASI keluar.
Demikian pula halnya dengan pembuangan colostrums (ASI yang pertama
kali keluar). Di beberapa masyarakat tradisional, colostrums ini dianggap
sebagai susu yang sudah rusak dan tidak baik diberikan pada bayi karena
warnanya yang kekuning-kuningan. Selain itu, ada yang menganggap bahwa
colostrums ini dapat menyebabkan diare, muntah dan masuk angin pada
bayi. Sementara colostrums sangat berperan dalam menambah kekebalan
tubuh (Reddy, 1990).
6. Suku
Suku atau budaya seseorang pada suatu tempat atau wilayah tempat
tinggal seseorang yang selalu dipengaruhi adat istiadat setempat terutama
kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari seperti salam satu faktor secara
langsung dapat mempengaruhi kondisi kesehatan bayi adalah makanan
tambahan yang diberikan dalam bentuk makanan padat yaitu bubut tepung,
bubur nasi, pisang dan lain-lain (Reddy, 1990).
D. Tinjauan Umum Tentang Bayi
1. Pengertian Bayi
Masa bayi adalah usia 0-1 tahun masa dibagi menjadi 2 tahap yaitu :
a. Masa Neonatal yaitu usia 0-28 hari, yang dibedakan atas :
1. Masa Neonatal Dini : 0 – 7 Hari
2. Masa Neonatal Lanjut : 8 – 28 Hari
b. Masa pasca Neonatal yaitu usia 29 hari – 1 tahun
(Soetjiningsih, 2002).
2. Bayi Baru Lahir Normal
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari umur kehamilan 37-
42 minggu dan berat badan lahir 2500-4000 gram. Bayi baru lahir sering
terjadi perubahan-perubahan terutama perubahan karbohidrat, perubahan
suhu tubuh, perubahan pernapasan, perubahan sirkulasi, perubahan alat
pencernaan, hati, ginjal, dan alat-alat tubuh lainnya (Prawidjohardjo, 2005).
Bayi baru lahir normal adalah bayi baru dari kehamilan yang atem (37-
42 minggu) dengan berat badan lahir 2500-4000 gram. Asupan bayi baru
lahir adalah asupan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah
kelahiran (Safiuddin, 2002).
Ciri-ciri bayi normal antara lain sebagai berikut :
1. Barat badan 2500 - 4000 gram.
2. Panjang badan 48 – 52 cm.
3. Lingkaran badan 30 – 38 cm.
4. Lingkaran kepala 33 – 35 cm.
5. Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180x/menit kemudian menurun
sampai 120 – 160x/menit.
6. Pernapasan pada menit pertama kira-kira 80x/menit kemudian turun sampai
40x/menit.
7. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan terbentuk dan
diliputi verniks caeseosa.
8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut tampak sempurnah.
9. Kuku agak panjang dan lemas
10. Testis sudah turun (pada laki-laki), genetalia labio mayora telah menutupi
labia minora (pada anak perempuan).
11. Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
12. Refleks moro sudah baik, bayi dikagetkan akan memperlihatkan gerakan
tangan seperti memeluk.
13. Graff refleks sudah baik, bila diletakkan suhu benda ke telapak tangan maka
akan menggenggam.
14. Eliminasi, urin dan mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama.
15. Mekonium berwarna kecoklatan.
3. Pola Pemberian Makan pada Bayi
Makanan yang paling sesuai untuk bayi adalah ASI, karena ASI
memang diperuntukkan untuk bayi dan khasiatnya sebagai makanan pokok.
Pola makan bayi 0 – 12 bulan adalah sebagai berikut :
a. Umur 0 – 6 bulan : ASI saja.
Umur >6 bulan : ASI dan makanan tambahan lainnya seperti biskuit, bubur, susu, dan lain-
lain.
BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
A. Dasar Pemikiran Penelitian
ASI Eksklusif adalah bayi yang hanya diberikan ASI saja tanpa diberikan
makanan lain seperti formula, made, jeruk, air teh, bahkan air putih
sekalipun. Pemberian ASI Eksklusif dianjurkan umur jangka 0 – 6 bulan
(Roesli, 2005)
Dalam penelitian ini akan dilakukan pengamatan terhadap pemberian
ASI Eksklusif dalam konteks tatanan keluarga yang bertolak dari indikator
tersebut. Pekerjaan dalam mengasuh anak, tingkat pendidikan dalam
mengasuh akan serta pendidikan seseorang akan dapat memperoleh
pengetahuan dalam pemberian ASI Eksklusif.
B. Kerangka Pikir Penelitian
: variabel yang diteliti
: variabel yang tidak diteliti
Pemberian ASI Eksklusif
C. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terjadi dua variabel yaitu :
1. Variabel Independen (variabel bebas) adalah variabel yang mempengaruhi
variabel dependent (variabel terikat), yang mana dalam penelitian ini
variabel independent yaitu karakteristik ibu yang berperan terhadap
pemberian ASI Eksklusif Bayi berusia 0 – 6 bulan yang meliputi pendidikan,
pekerjaan, umur, dan suku.
2. Variabel Dependent (variabel terikat), variabel yang dipengaruhi oleh
variabel Independent (variabel bebas) yang mana variabel Dependent dalam
penelitian ini yaitu pemberian Asi Eksklusif.
D. Defenisi Operasional
Defenisi operasional variabel adalah rumusan pengertian variabel-
variabel yang di amati, diteliti dan diberi batasan (Notoatmoadjo, 2002).
1. ASI Eksklusif
ASI Eksklusif adalah bayi yang hanya diberikan ASI saja tanpa diberikan
makanan lain seperti susu formula, madu, jeruk, air teh, bahkan air putih
sekalipun.
2. Pendidikan
Pendidikan adalah proses belajar yang bertujuan untuk meningkatkan
pematangan intelektual.
Kriteria Objektif :
a. Pendidikan rendah (SD, SMP)
b. Pendidikan menengah (tamat SMA)
c. Pendidikan tinggi (tamant PT)
3. Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang
kehidupan seseorang dan kehidupan keluarganya.
Kriteria Objektif :
a. Petani
b. Nelayan
c. Wiraswasta
d. Swasta
e. PNS
f. Ibu Rumah Tangga
4. Umur
Umur dalam penelitian ini adalah pengalaman hidup seseorang yang dapat
memilih makanan bayi yang berumur kurang dari 6 bulan. Ibu dengan umur
yang terlalu muda akan memiliki pengalaman dan pengetahuan yang kurang
sehingga sering membuat seorang ibu cepat merasa ASI-nya kurang dan
tetap merasa khawatir apakah bayinya sudah mendapat cukup ASI atau
belum (Soehardjo, 1996).
Kriteria Objektif :
a. < 20 tahun (sehari sebelum berulang tahun ke – 20)
b. 20 – 30 tahun
c. 31 – 45 tahun
(Prawirohardjo, 1999).
5. Suku
Suku adalah simbol komunikasi yang digunakan setiap daerah atau adat-
istiadat suatu daerah yang dimiliki orang.
Kriteria Objektif :
a. Suku Buton
b. Suku Muna
c. Suku Tolaki
d. Suku Bugis
e. Dan lain-lain
(Ardiansyah, 2010).
BAB VI
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk
mendapatkan gambaran tentang karakteristik ibu yang memberi Asi Eksklusif
pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Benua-Benua Kecamatan Kendari Barat
Kota Kendari Periode Januari – Mei 2011.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Benu-Benua
Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
`populasi pada penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi berusia di atas
6 bulan yang di berikan Asi Eksklusif di Puskesmas Benu-Benua Kecamatan
Kendari Kota Kendari Periode Januari – Mei sebanyak 180 ibu.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini yaitu ibu yang mempunyai bayi umur 7 – 12
bulan yang diberikan Asi Eksklusif di Puskesmas
D. Jenis dan Cara Pengambilan Data
1. Jenis Data
Jenis data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data
primer.
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden, yaitu
data tentang pendidikan, pekerjaan, umur dan suku.
2. Cara Pengambilan Data
Adapun cara pengambilan data dalam penelitian ini yaitu dengan
menggunakan lembar seklist dengan mengambil data primer melalui
responden yang datang berkunjung di Posyandu Benu-Benua Kecamatan
Kendari Barat Kota Kendari Periode Januari – Mei 2011.
E. Pengolahan Data
1. Koding yaitu memberikan kode pada data yang diperoleh dari hasil lembar
ceklist menurut jenisnya.
2. Editing yaitu mengoreksi kembali data sehingga tidak terjadi kesalahan, baik
dalam penempatan maupun penjumlahan.
3. Scoring yaitu memberikan skor pada setiap hasil jawaban lembar ceklist dari
respondent.
4. Tabulating yaitu menyusun data-data ke dalam tabel sesuai dengan kategori
untuk selanjutnya di analisis.
F. Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif frekuensi dengan
menggunakan tabel untuk memberi gambaran tentang variabel-veriabel
yang diteliti dan selanjutnya rumus yang digunakan dalam analisis ini
adalah :
Keterangan
f : frekuensi variabel yang diamati
n : jumlah sampel yang diteliti
k : konstanta (100%)
X : presentase yang dicapai
G. Penyajian Data
Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan narasi.
Untuk dapat memberikan gambaran tentang karakteristik yang meliputi
pendidikan, pekerjaan, umur dan suku.
DAFTAR PUSTAKA
Amran, 1996. Air Susu Ibu, Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi. Semarang Universitas Diponegoro.
Ardinsyah, 2010. http://google.com. Macam-Macam Suku di Indonesia. Diakses tgl, 12-08-2011.
Arikunto, 2003. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta : Penerbit Rineka Cipta.
Azrul Azwar, 2007. http://google.com/susu. Faktor Menghambat Pemberian Asi Eksklusif. Diakses tgl, 12-06-2011.
Buraerah, 2002. Metode Penelitian, ,Makassar : FMM Unhas.
Huberti, 2004. Kecakupan Gizi yang Dianjurkan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Manuaba, IBG. 2000. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : Arcun
Mathiue & Zajac 1990. http://repsository.google.com. Tinjauan tentang Karakter. Diakses tgl, 14-07-2011.
Mulyana, 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : Penerbit PT. Remaja Rosdakarya.
Nelson, 1999. Ilmu Kesehatan Anak volume I. Jakarta