bab i

24
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa internasional yang dipakai oleh sebagian besar penduduk dunia. Oleh karena itu, banyak hasil penemuan – penemuan baik ilmu pengetahuan maupun teknologi yang ditulis dalam bahasa ini. Dan untuk mengakses informasi tersebut, dibutuhkan sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi berbahasa Inggris yang memadai pula, baik secara lisan ataupun tulisan. Untuk menciptakan sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi yang dibutuhkan tersebut, dibutuhkan pula pendidikan yang baik dengan kurikulum yang baik dan tepat. Kurikulum yang berlaku sekarang di dunia pendidikan adalah KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), yaitu suatu kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing –

Upload: hesty-wulandari

Post on 25-Jul-2015

90 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

mind-mapping

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa internasional yang

dipakai oleh sebagian besar penduduk dunia. Oleh karena itu, banyak hasil

penemuan – penemuan baik ilmu pengetahuan maupun teknologi yang

ditulis dalam bahasa ini. Dan untuk mengakses informasi tersebut,

dibutuhkan sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi berbahasa

Inggris yang memadai pula, baik secara lisan ataupun tulisan. Untuk

menciptakan sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi yang

dibutuhkan tersebut, dibutuhkan pula pendidikan yang baik dengan

kurikulum yang baik dan tepat. Kurikulum yang berlaku sekarang di dunia

pendidikan adalah KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), yaitu

suatu kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing –

masing satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar

kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan

Standar Nasional Pendidikan (BSNP).1 Dan untuk menjamin tujuan

pendidikan nasional, KTSP harus tetap mengacu pada standar nasional

pendidikan; dimana salah satunya adalah standar isi dan standar

1 Peraturan Pemerintah No.19 (2005) pasal 1 ayat 15 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP)

Page 2: BAB I

kompetensi lulusan (SKL) yang merupakan acuan utama bagi pelaksanaan

KTSP di masing – masing satuan pendidikan.

Untuk Bahasa Inggris, standar kompetensi lulusan yang tertera di

dalam silabus Bahasa Inggris, masing – masing peserta didik harus mahir

menguasai empat kemahiran berbahasa meliputi menyimak, berbicara,

membaca dan menulis. Berikut adalah penjabarannya: (1) untuk

keterampilan menyimak (listening), standar kompetensi yang harus dicapai

oleh peserta didik adalah mampu memahami makna dalam percakapan

transaksional, interpersonal dan makna teks pendek dan monolog yang

berbentuk narrative, report dan analytical exposition dalam konteks

kehidupan sehari – hari, (2) untuk keterampilan berbicara (speaking),

standar kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik adalah mampu

mengungkapkan makna dalam teks percakapan transaksional, interpersonal

secara resmi dan berlanjut serta teks fungsional pendek dan monolog yang

berbentuk narrative, report, dan analytical exposition dalam konteks

kehidupan sehari – hari, (3) untuk keterampilan membaca (reading), standar

kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik adalah mampu

memahami makna teks fungsional pendek dan esai berbentuk narrative,

report dan analytical exposition dalam konteks kehidupan sehari – hari dan

untuk mengakses ilmu pengetahuan. Dan kompetensi yang terakhir adalah,

(4) keterampilan menulis (writing), dimana para peserta didik diharapkan

Page 3: BAB I

mampu mengungkapkan makna dalam teks esai berbentuk narrative,

report, dan analytical exposition dalam konteks kehidupan sehari – hari.2

Dikarenakan pentingnya kompetensi lulusan dalam berbahasa

Inggris, maka guru sebagai fasilitator diharapkan dapat mengatur,

mengarahkan, dan menciptakan suasana dan kegiatan belajar mengajar

yang lebih kondusif pada keempat kompetensi Bahasa Inggris sehingga

tujuan dan standar kompetensi yang tersebut di atas dapat dicapai oleh

para peserta didik. Untuk itu, inovasi dalam metode dan media

pembelajaran harus selalu dilakukan untuk meningkatkan keterampilan

peserta didik dalam berbahasa Inggris, khususnya pada keterampilan

berbahasa menulis (writing).

Peningkatan keterampilan menulis dari para peserta didik dapat

dilakukan dengan berbagai cara dan pendekatan pada kegiatan

pembelajaran di kelas. Kegiatan ini dapat fokus kepada pengajaran dan

pembelajaran unit bahasa baik dari level klausa, kalimat hingga paragraf

atau teks pendek. Selain pengajaran dan pembelajaran dari unit bahasa

tersebut, untuk kompetensi menulis Bahasa Inggris, diharapkan para

peserta didik tidak hanya mampu dan mahir dalam menulis cerita pendek

atau prosa mengenai pengalaman pribadi saja, namun juga teks pendek

dalam konteks akademik. Dalam hal ini, para peserta didik harus mampu

2 Silabus Bahasa Inggris SMA kelas XI IPA (2008) dari KTSP

Page 4: BAB I

untuk memberikan argumen atau menjelaskan suatu peristiwa atau isu

hangat yang sedang terjadi dalam tulisan pendeknya. Untuk mendapatkan

hasil tulisan yang baik, maka pembelajaran morfologi, leksis, tata bahasa

dan sintaksis dapat dilakukan secara terintegrasi dengan pemahaman

pragmatis sehingga peserta didik diharapkan mampu menulis lebih dari

sekedar menulis prosa yang bersifat narasi, namun yang bersifat ilmiah atau

akademik. Pengajaran integrasi tersebut disebut pula dengan pemahaman

teks (genre) atau discourse competence3. Dimana kompetensi pemahaman

teks tersebut merupakan komponen penting dalam berbagai keterampilan

Bahasa Inggris khususnya keterampilan menulis.

Menulis pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang produktif

dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini, seorang penulis harus terampil

memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan

menulis digunakan untuk mencatat, merekam, meyakinkan, melaporkan,

menginformasikan dan mempengaruhi pembaca. Maksud dan tujuan seperti

itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh para pebelajar yang dapat

menyusun dan merangkai jalan pikiran dan mengemukakannya secara

tertulis dengan jelas, lancar, dan komunikatif. Kejelasan ini bergantung pada

pikiran, organisasi, pemakaian dan pemilihan kata dan struktur kalimat.4

3 Ian Bruce, Academic Writing and Genre: A systematic Analysis. (British Library Cataloguing-in-Publication Data, 2008). h.2.4 James M. McCrimmon. Writing with a Purpose. (Boston: Houghton Mifflin Company, 1967).h.122.

Page 5: BAB I

Secara umum, kegiatan pembelajaran menulis ini bisa berawal dari

minat pebelajar itu sendiri, bisa juga dalam bentuk latihan yang berulang

atau penguatan lainnya yang dilakukan oleh pendidik. Menulis secara terus

menerus dan teratur (produktif) dan mampu mengungkapkan gambaran,

maksud, gagasan, perasaan (ekspresif). Oleh karena itu, keterampilan

menulis membutuhkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Awal dari

sebuah penulisan adalah gagasan atau ide yang harus segera ditulis dan

dicatat dan tidak dibiarkan hialng begitu saja karena momentum seperti itu

tidak berlangsung lama. Itulah salah satu kiat, teknik, dan strategi yang

disampaikan oleh Nunan, suatu konsep pengembangan keterampilan

menulis yang meliputi: (1) perbedaan antara bahasa lisan dan bahasa

tulisan, (2) menulis sebagai suatu proses dan menulis sebagai suatu

produk, (3) struktur generik wacana tulis, (4) perbedaan antara penulis

terampil dan penulis yang tidak terampil, dan (5) penerapan keterampilan

menulis dalam proses pembelajaran.5

Hal ini menjadikan asumsi bahwa menulis adalah salah satu

kompetensi dari Bahasa Inggris yang paling sulit dilakukan dibandingkan

dengan kompetensi atau keterampilan berbahasa lainnya.6 Karena untuk

mendapatkan hasil tulisan yang baik, ada lima komponen yang harus

5 David Nunan. Language Teaching Methodology. (New York: Prentice Hall, 1991).h.86-90.6 Finocchiaro. English as A Second Language from Theory to Practice. (New jersey: Prentice Hall, 1967)h.25.

Page 6: BAB I

dipenuhi yaitu (1) isi, (2) pengorganisasian, (3) tata bahasa, (4)

perbendaharaan kata (kosakata), dan (5) mekanisme dari tulisan tersebut.7

Dalam pembelajaran Bahasa Inggris di SMA dimana

pembelajarannya mencakup keempat keterampilan yaitu menyimak

(listening), berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis (writing).

Berdasarkan silabus pembelajaran Bahasa Inggris SMA baik pada semester

pertama maupun semester kedua di kelas, keterampilan menulis

ditempatkan menjadi standar akhir yang dijelaskan di dalam silabus. Hal ini

menegaskan bahwa keterampilan menulis adalah keterampilan berbahasa

yang paling sulit. Pada kompetensi dasar dari menulis, peserta didik

diharapkan mampu mengungkapkan dan mengkomunikasikan secara

tertulis setiap ide ke dalam bentuk wacana fungsional pendek yang

berterima dan sesuai dengan kehidupan sehari – hari dalam bentuk

narrative, report, analytical exposition, spoof, dan hortatory exposition

dengan memperhatikan koherensi dan kekohesifan dari teks tersebut.

Berdasarkan dengan hal tersebut di atas, maka selama 3 tahun

proses belajar mengajar di SMA, peneliti melihat bahwa keterampilan

menulis ini adalah keterampilan yang paling sulit, karena para peserta didik

harus memiliki kosakata Bahasa Inggris yang cukup dan pemahaman

mengenai suatu hal yang detail dan maksimal sebelum bisa menuliskan ide

7 Jacops, et.al. Testing ESL Composition: A Practice Approach. (Rowley: Newburn House, 1981).

Page 7: BAB I

dan pendapat. Terkadang pula mereka kekurangan ide untuk menulis

karena biasanya para peserta didik hanya diberikan tema saja, sebagai

contoh para peserta didik hanya diberikan tema “Stop Smoking, Global

Warming, Traffic Jam, Corruption, High Technology of Communication, etc”.

Tema tersebut diberikan tanpa ada visualisasi utuh dan brainstorming ide

atau gagasan, sehingga para peserta didik khususnya kelas XI IPA SMA,

tidak kaya akan pengembangan ide, dimana hal itu sangat dibutuhkan pada

tahapan menulis pertama yaitu pre writing (refernsi). Hal ini pulalah yang

menyebabkan kalimat satu dengan kalimat atau paragraf satu dengan

paragraf lainnya terkadang tidak koheren dan tidak kohesif (gak nyambung).

Terlebih lagi di saat peserta didik diminta untuk menulis teks Bahasa

Inggris khususnya pada indikator pencapaian kompetensi menulis teks

analitikal eksposisi atau teks argumentasi, peserta didik kelas XI IPA

merasa kesulitan untuk menuangkan argumennya ke dalam bentuk teks

karena tema yang diberikan oleh guru tanpa visualisasi atau gambar

sehingga ide atau gagasan menulis mereka terhambat. Selain itu,

kurangnya perbendaharaan kata dan rasa percaya diri dari para peserta

didik dalam menulis teks analitikal eksposisi ini juga menjadi kendala

tambahan. Kendala – kendala ini terungkap setelah peneliti melakukan

wawancara tidak terstruktur dan acak kepada peserta didik mengenai

pembelajaran keterampilan menulis teks Bahasa Inggris analitikal eksposisi,

Page 8: BAB I

ketika mereka berkonsultasi mengenai pembelajaran materi tersebut dan

nilai dari keterampilan menulis mereka yang belum mencapai kriteria

ketuntasan minimal (KKM). Peserta didik berpendapat apabila tema teks

analitikal eksposisi lebih variatif, ada visualisasinya, dan kegiatan pre-writing

dimaksimalkan, maka mereka dapat berimajinasi dan dapat

mengorganisasikan ide mereka menjadi tulisan yang baik.

Dengan diketahuinya hal ini, maka merupakan satu koreksi untuk

pembelajaran dan pengajaran keterampilan menulis teks analitikal

eksposisi, guru atau fasilitator di dalam kelas hendaknya menggunakan

metode dan media pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga

indikator dari kompetensi keterampilan menulis teks analitikal eksposisi

dapat tercapai dengan baik.

Berangkat dari masalah dan kendala tersebutlah, maka peneliti

melakukan penelitian tindakan kelas pada kelas XI SMA program studi IPA

untuk mengatasi masalah tersebut. Mengapa program studi IPA yang

dipilih, karena peneliti mengajar di kelas yang bersangkutan. Penelitian

tindakan kelas ini bertujuan untuk mengatasi masalah peserta didik, yaitu

kurangnya ide menulis karena tema yang diberikan tanpa visualisasi, dalam

kompetensi menulis teks analitikal eksposisi. Selain itu, penelitian tindakan

kelas ini akan mencobakan kombinasi metode pengajaran peta konsep

(mind-mapping) dan media pembelajaran (gambar) untuk membantu

Page 9: BAB I

peserta didik mengembangkan ide tulisan mereka. Diharapkan metode peta

konsep dan media gambar dapat menstimulasi ide atau gagasan peserta

didik dalam menulis teks analitika eksposisi, sehingga teksnya menjadi

koheren dan kohesif antara satu paragraf dengan paragraf lainnya.

Diharapkan treatment metode peta konsep dan media gambar dapat

meningkatkan keterampilan menulis peserta didik kelas XI IPA pada

kompetensi dasar menulis teks analitikal eksposisi; sehingga mereka

mendapatkan nilai sesuai dengan standar ketuntasan minimal (SKM) pada

indikator ini.

B. Identifikasi Masalah

Pembelajaran dan pengajaran Bahasa Inggris keterampilan menulis,

umumnya adalah guru atau fasilitator hanya memberikan topik atau tema

pilihan kepada peserta didik dan memerintahkan mereka untuk menulis,

tanpa tahu bahwa peserta didik merasa kesulitan untuk mengorganisasikan

ide dan menyusun kalimat demi kalimat hingga menjadi paragraf yang

koheren dan kohesif satu dengan lainnya. Khususnya teks bergenre

analitikal eksposisi yang memiliki tingkat kesulitan tinggi. Teks analitikal

eksposisi adalah satu genre teks Bahasa Inggris yang memuat argumen

dari penulis dan teks ini bertujuan untuk mengajak pembaca bahwa topik

yang disuguhkan atau ditulis oleh penulis adalah merupakan hal yang benar

dan terbaru. Untuk itu, penulis akan memperkuat argumen dan sudut

Page 10: BAB I

pandang mereka mengenai topik atau permasalahan yang ditulis dengan

memberikan bukti dan fakta riil yang terjadi sebagai contoh dari

permasalahan tersebut.8

Seperti disebutkan sebelumnya, masalah utama para peserta didik

ketika menulis teks analitikal eksposisi adalah kurangnya ide atau gagasan

yang diperlukan dalam menulis, oleh karena tidak adanya visualisasi dari

tema atau topik yang diberikan oleh guru. Hal ini pun berpengaruh terhadap

pemilihan kosakata (vocabulary) di dalam kalimat sehingga isi dari tulisan

peserta didik kurang koheren dan kohesif. Sementara itu, kegiatan menulis

akan didahului oleh tahapan merencanakan atau menulis ide – ide pokok

tulisan ke dalam kerangka karangan yang disebut dengan tahap inventing.9

Tak terkecuali dalam Bahasa Inggris, tahapan ini disebut dengan tahap pre-

writing dimana pada tahap ini, para peserta didik diajak untuk melakukan

brainstorming kata, frase dan ide – ide dari topik atau tema tulisan yang

diberikan. Kegiatan ini merupakan salah satu stimulus bagi pebelajar untuk

mengaktifkan pengetahuan mereka tentang topik teks yang akan mereka

tulis.

Rangsangan atau stimulus ide untuk menulis pada tahap pre-writing

inilah yang akan disoroti oleh peneliti. Pada fase ini, seorang guru dapat

membantu pebelajar untuk mengekspos ide – ide tulisan dengan cara

8 Kreatif Bahasa Inggris untuk semester ganjil kelas XI SMA (2010)h.42.9 Alice Omaggio Hadley. Teaching Language in Context. Massachussets: Henley&Henley. H.320

Page 11: BAB I

membuat peta konsep (mind-mapping) yang dibantu dengan visualisasi

yaitu media gambar yang merepresentasikan dan berhubungan dengan

topik atau tema dari teks analitikal eksposisi yang diberikan. Mengapa

rangsangan ide harus berbentuk peta konsep (mind-mapping)? Hal ini

dikarenakan bahwa penggunaan peta konsep dengan bantuan gambar

dipercaya merupakan salah satu cara mudah untuk menggali informasi dari

dalam dan luar otak sehingga ide – ide brilian dapat didapatkan.10 Untuk

mendapatkan ide – ide lugas dan brilian dari para peserta didik, sebelum

mereka memulai tulisannya adalah pada kegiatan brainstorming atau tahap

menulis inventing atau pre-writing.

Lebih lanjutnya adalah tindakan yang dipakai oleh peneliti yaitu

penggunaan metode peta konsep dan media gambar diharapkan mampu

meningkatkan keterampilan peserta didik khususnya kelas XI IPA, untuk

menulis teks analitikal eksposisi dengan baik. Jadi, apabila tahapan awal

dari menulis yaitu brainstorming ide dan gagasan sudah berjalan baik,

maka tahapan menulis selanjutnya tidak akan menemui hambatan berarti.

C. Fokus dan Subfokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada peningkatan keterampilan menulis teks

analitikal eksposisi peserta didik kelas XI IPA SMA Diponegoro 1 Jakarta

10 Tony Buzan. Buku Pintar Mind-Map Untuk Anak. Harper Collins Publisher. 2007.h.4

Page 12: BAB I

dengan menggunakan metode peta konsep (mind-mapping) dan media

gambar. Adapun subfokus penelitian adalah sebagai berikut:

1. Faktor – faktor apa saja yang menghambat peserta didik dalam

menulis teks analitikal eksposisi.

2. Jenis media gambar apa yang dapat digunakan bersama dengan

metode peta konsep (mind-mapping) untuk dapat memperjelas

ide – ide tulisan terkait dengan tema atau topik alam, lingkungan

dan sosial (konteks kehidupan sehari – hari).

3. Peranan apa yang diberikan dari penggunaan metode peta

konsep (mind-mapping) dan media gambar, dalam meningkatkan

aktifitas menulis teks analitikal eksposisi dari peserta didik pada

fase kegiatan brainstorming.

4. Hasil pencapaian apa yang diharapkan dari peserta didik pada

kompetensi dasar menulis Bahasa Inggris di indikator menulis

teks analitikal eksposisi, setelah menggunakan metode peta

konsep (mind-mapping) dan media gambar.

D. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang, fokus dan subfokus di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimana meningkatkan

keterampilan menulis teks analitikal eksposisi peserta didik kelas XI IPA

Page 13: BAB I

SMA Diponegoro 1 Jakarta dengan penggunaan metode peta konsep

(mind-mapping) dan media gambar?

Dan pertanyaan penelitiannya adalah:

1. Faktor – faktor apa sajakah yang menghambat peserta didik dalam

menulis teks analitikal eksposisi?

2. Jenis media gambar apa saja yang dapat digunakan bersama dengan

metode peta konsep (mind-mapping) untuk dapat memperjelas ide –

ide tulisan terkait dengan tema atau topik alam, lingkungan dan sosial

(konteks kehidupan sehari – hari)?

3. Peranan seperti apa yang dapat diberikan dari penggunaan metode

peta konsep (mind-mapping) dan media gambar, dalam meningkatkan

aktifitas menulis teks analitikal eksposisi dari peserta didik pada fase

kegiatan brainstorming?

4. Hasil pencapaian seperti apa yang diharapkan dari peserta didik pada

kompetensi dasar menulis Bahasa Inggris di indikator menulis teks

analitikal eksposisi, setelah menggunakan metode peta konsep (mind-

mapping) dan media gambar?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan untuk mendeskripsikan bagaimana

penggunaan metode peta konsep (mind-mapping) dan media gambar

dalam meningkatkan keterampilan menulis teks analitikal eksposisi peserta

Page 14: BAB I

didik kelas XI IPA SMA Diponegoro 1 Jakarta; serta mengatasi masalah

peserta didik dalam hal menulis teks analitikal eksposisi Bahasa Inggris

dengan menggunakan strategi tersebut.

F. Manfaat Penelitian

Secara umum, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan dua

manfaat besar, yaitu dari aspek teoritis dan aspek praktis. Untuk aspek

teoritis, diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan bagi penelitian

sejenis, mengenai peningkatan keterampilan menulis teks analitikal

eksposisi bagi peserta didik kelas XI SMA; dan untuk mengembangkan teori

pembelajaran Bahasa Inggris. Dengan demikian, penelitian ini dapat

menjadi acuan untuk memperbaiki mutu pengajaran dan teknik mengajar

guru yang sesuai dengan amanat kurikulum tingkat satuan pendidikan yaitu

PAIKEM (Pembelajaran Aktif Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan).

Akhirnya adalah hasil belajar peserta didik untuk bidang penguasaan

menulis teks analitikal eksposisi dapat ditingkatkan.

Sedangkan manfaat praktis dari penelitian ini adalah hasil penelitian

tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk

pengembangan materi dan metode untuk mata pelajaran Bahasa Inggris

kelas XI SMA, khususnya peningkatan keterampilan menulis. Hasil

penelitian ini pun diharapkan mampu memberi kontribusi bagi guru dan

Page 15: BAB I

instruktur dalam rangka optimalisasi kualitas pembelajaran dan pengajaran

Bahasa Inggris dengan metode dan media kreatif dan inovatif.

Dan hasil penelitian ini semoga dapat memberikan manfaat bagi

peneliti, praktisi dan pemerhati pendidikan. Khusus bagi peneliti, penelitian

ini dapat memberikan:

1. Bahan kajian konstruktif para guru dalam menjalankan proses

pembelajaran di kelas.

2. Inspirasi kegiatan menyenangkan yang dapat dilakukan dalam

pembelajaran Bahasa Inggris.

3. Gambaran dan deskripsi hasil pencapaian dalam menulis teks

analitikal eksposisi yang dibantu dengan metode peta konsep

(mind-mapping) dan media gambar.

4. Peningkatan efektifitas dalam pengajaran dan pembelajaran

Bahasa Inggris untuk keterampilan menulis.

5. Dorongan dan acuan untuk para guru Bahasa Inggris untuk

melakukan penelitian tindakan kelas (classroom action research)

sebagai bentuk profesionalitas yang merupakan salah satu

kompetensi guru, akan kemajuan peserta didik dan

menyelesaikan masalah yang ditemui selama mengajar.

6. Sarana untuk memahami apa dan bagaimana melakukan

classroom action research.

Manfaat bagi peserta didik dari hasil penelitian ini adalah:

Page 16: BAB I

1. Meningkatkan keterampilan menulis peserta didik dalam menulis

teks analitikal eksposisi Bahasa Inggris dengan penggunaan

metode peta konsep (mind-mapping) dan media gambar.

2. Meningkatkan keaktifan dan kooperasi peserta didik dalam

aktifitas menulis dan pembelajaran Bhasa Inggris.

Dan untuk praktisi dan pemerhati pendidikan, diharapkan hasil penelitian ini

dapat menjadi acuan untuk mengembangkan langkah – langkah atau

kebijakan baru di bidang pendidikan demi kemajuan bangsa.