bab i

12
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, tantangan sebagi tenaga kesehatan semakin mempengaruhi kinerja tenaga kesehatan tersebut dalam menangani pasien. Sebagai tenaga kesehatan, khususnya seorang dokter dan perawat, sangat diperlukan adanya kesiapan untuk berani melakukan tatap muka dan aktif dalam membangun keakraban dengan pasiennya. Pada umumnya kontak pertama antara seorang dokter atau perawat dan pasien dimulai dari anamnesis. Dari sini hubungan terbangun sehingga akan memudahkan kerjasama dalam memulai tahap-tahap pemeriksaan berikutnya. Dalam menegakkan suatu diagnosis anamnesis mempunyai peranan yang sangat penting bahkan terkadang merupakan satu-satunya petunjuk untuk menegakkan diagosis. Anamnesis adalah suatu tehnik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu percakapan antara seorang dokter atau perawat dengan pasiennya secara langsung atau dengan orang lain yang mengetahui tentang kondisi pasien, untuk mendapatkan data pasien beserta permasalahan medisnya. Tujuan pertama anamnesis adalah memperoleh data atau informasi tentang permasalahan yang sedang dialami atau dirasakan oleh pasien. Apabila anamnesis dilakukan dengan cermat maka informasi yang didapatkan akan sangat berharga bagi penegakan diagnosis, bahkan tidak jarang hanya dari anamnesis saja seorang dokter sudah dapat menegakkan diagnosis. Namun, dalam hal ini seorang perawat belum diperbolehkan menegakkan sebuah diagnosis terhadap pasien. Secara umum sekitar 60-70% kemungkinan diagnosis yang benar sudah dapat ditegakkan hanya dengan anamnesis yang benar. Tujuan berikutnya dari anamnesis adalah untuk membangun hubungan yang baik antara seorang dokter atau perawat dengan pasiennya. Umumnya seorang pasien yang baru pertama kalinya bertemu dengan dokter atau perawatnya akan merasa canggung, tidak nyaman dan takut, sehingga cederung tertutup. Tugas seorang perawatlah untuk mencairkan hubungan tersebut. Pemeriksaan anamnesis adalah pintu pembuka atau jembatan untuk membangun hubungan dokter, perawat, dan pasiennya sehingga dapat mengembangkan keterbukaan dan kerjasama dari pasien untuk tahap-tahap pemeriksaan selanjutnya. Anamnesis yang baik akan mengalir lancar dan spontan layaknya sebuah obrolan. Suasana anamnesis yang nyaman seperti itu hanya bisa dicapai jika dokter atau pun perawat maupun pasien bersikap ramah dan santun serta memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik. Perlu diketahui bahwa sebuah anamnesis yang baik adalah modal dasar bagi seorang dokter untuk menegakkan diagnosis

Upload: andi-rizki-ayu

Post on 25-Jul-2015

151 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini, tantangan sebagi tenaga kesehatan semakin mempengaruhi kinerja tenaga kesehatan tersebut dalam menangani pasien. Sebagai tenaga kesehatan, khususnya seorang dokter dan perawat, sangat diperlukan adanya kesiapan untuk berani melakukan tatap muka dan aktif dalam membangun keakraban dengan pasiennya. Pada umumnya kontak pertama antara seorang dokter atau perawat dan pasien dimulai dari anamnesis. Dari sini hubungan terbangun sehingga akan memudahkan kerjasama dalam memulai tahap-tahap pemeriksaan berikutnya.

Dalam menegakkan suatu diagnosis anamnesis mempunyai peranan yang sangat penting bahkan terkadang merupakan satu-satunya petunjuk untuk menegakkan diagosis. Anamnesis adalah suatu tehnik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu percakapan antara seorang dokter atau perawat dengan pasiennya secara langsung atau dengan orang lain yang mengetahui tentang kondisi pasien, untuk mendapatkan data pasien beserta permasalahan medisnya. Tujuan pertama anamnesis adalah memperoleh data atau informasi tentang permasalahan yang sedang dialami atau dirasakan oleh pasien. Apabila anamnesis dilakukan dengan cermat maka informasi yang didapatkan akan sangat berharga bagi penegakan diagnosis, bahkan tidak jarang hanya dari anamnesis saja seorang dokter sudah dapat menegakkan diagnosis. Namun, dalam hal ini seorang perawat belum diperbolehkan menegakkan sebuah diagnosis terhadap pasien.

Secara umum sekitar 60-70% kemungkinan diagnosis yang benar sudah dapat ditegakkan hanya dengan anamnesis yang benar. Tujuan berikutnya dari anamnesis adalah untuk membangun hubungan yang baik antara seorang dokter atau perawat dengan pasiennya. Umumnya seorang pasien yang baru pertama kalinya bertemu dengan dokter atau perawatnya akan merasa canggung, tidak nyaman dan takut, sehingga cederung tertutup. Tugas seorang perawatlah untuk mencairkan hubungan tersebut. Pemeriksaan anamnesis adalah pintu pembuka atau jembatan untuk membangun hubungan dokter, perawat, dan pasiennya sehingga dapat mengembangkan keterbukaan dan kerjasama dari pasien untuk tahap-tahap pemeriksaan selanjutnya.

Anamnesis yang baik akan mengalir lancar dan spontan layaknya sebuah obrolan. Suasana anamnesis yang nyaman seperti itu hanya bisa dicapai jika dokter atau pun perawat maupun pasien bersikap ramah dan santun  serta memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik. Perlu diketahui bahwa sebuah anamnesis yang baik adalah modal dasar bagi seorang dokter untuk menegakkan diagnosis suatu penyakit. Idealnya pasien dapat menggambarkan dengan jelas keluhan sakit yang dideritanya. Misalnya pasien dengan keluhan nyeri dada, akan sangat membantu jika ia dapat menyebutkan dan menunjukkan di bagian dada mana nyeri tersebut muncul. Bagaimana sifat nyeri tersebut, apakah seperti ditimpa benda berat, seperti ditusuk atau diremas, perih dan sebagainya. Sejak kapan nyeri itu mulai dirasakan dan apakah terjadi terus-menerus atau hilang timbul. Apa saja yang dapat memicu munculnya nyeri tersebut, aktivitas fisik, gangguan emosional atau kondisi-kondisi khusus lainnya yang dapat dijelaskan dengan bahasa pasien sendiri.

Page 2: BAB I

Pasien pun diharapkan dapat menginformasikan hal-hal tertentu yang memperberat atau meringankan keluhan nyeri tersebut, juga keluhan-keluhan penyerta lainnya yang dirasakan berhubungan. Seorang dokter juga akan menggali informasi seputar riwayat perjalanan penyakit tersebut, riwayat pengobatan, riwayat penyakit lain yang pernah diderita sebelumnya dan riwayat sakit dalam keluarga. Dalam hal ini keluarga pasien memegang peranan penting. Karena itu, disarankan anggota keluarga yang mengantar pasien adalah orang terdekat yang betul-betul memahami perjalanan sakit sang pasien. Sangat sering dijumpai seorang istri jauh lebih mengetahui riwayat perjalanan penyakit sang suami atau mungkin juga nenek yang lebih mengerti tentang sakit yang diderita cucunya.

Untuk riwayat pengobatan sebelumnya, penting diingat kapan pengobatan itu dilakukan, obat apa saja yang diberikan dan bagaimana aturan pakainya. Jika ada obat-obat tradisional yang diminum sampaikan pula hal tersebut kepada dokter atau perawat yang menganamnesis. Uraian tersebut hanyalah sebuah contoh, tentu banyak pertanyaan lain yang akan diajukan dokter tergantung pada informasi yang dibutuhkannya. Penting untuk digarisbawahi, dalam proses anamnesis pasien atau keluarga pasien jangan merasa seperti sedang dihakimi atau disalahkan. Perasaan seperti itu sangat merugikan karena akan banyak informasi yang membias atau bahkan disembunyikan pasien atau keluarga pasien dari dokternya. Pasien pun memiliki hak yang sama dengan dokter atau pun perawat, pasien berhak untuk memperoleh berbagai informasi tentang penyakitnya. Tak perlu sungkan untuk bertanya pada dokter. Meskipun cara penyampaiannya berbeda-beda, namun setiap dokter dan perawat akan senang untuk berbagi pengetahuan demi kesembuhan pasiennya. Jadi jelas sudah bahwa komunikasi antara pasien-dokter dan pasien-perawat merupakan salah satu unsur penting yang dapat membantu seorang pasien sembuh dari penyakitnya.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah cara yang benar dalam menganamnesis pasien?

1.3 Tujuan Penulisan

Mengetahui cara yang benar dalam menganamnesis pasien.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Memberikan gambaran umum kepada mahasiswa keperawatan mengenai cara menganamnesis pasien yang baik dan benar sehingga pasien merasa nyaman menceritakan semua keluhan penyakitnya.

2. Memberikan gambaran kepada masyarakat umum agar tidak perlu takut dan canggung dalam mengemukakan keluhan kepada dokter maupun perawat, karena setiap keluhan yang diceritakan oleh pasien merupakan kunci diagnosis seorang dokter.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Anamnesis

Page 3: BAB I

Anamnesis berasal dari bahasa Yunani anamneses, yang artinya mengingat kembali. Anamnesis merupakan pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter maupun perawat dengan cara melakukan serangkaian wawancara dengan pasien atau keluarga pasien atau dalam keadaan tertentu dengan penolong pasien. Berbeda dengan wawancara biasa, anamnesis dilakukan dengan cara yang khas, berdasarkan pengetahuan tentang penyakit dan dasar-dasar pengetahuan yang ada di balik terjadinya suatu penyakit serta bertolak dari masalah yang dikeluhkan oleh pasien. Jenis pertanyaan yang akan diajukan kepada pasien dalam anamnesis sangat beragam dan bergantung pada beberapa faktor.

Cakupan dan banyaknya informasi dibutuhkan bergantung dari kebutuhan dan keluhan pasien, keadaan klinis yang ingin dicapai dokter, dan keadaan klinis (misalnya pasien rawat inap atau rawat jalan, jumlah waktu yang tersedia, praktek umum atau spesialisasi). Untuk pasien baru, seorang dokter maupun perawat membutuhkan suatu anamnesis kesehatan komprehensif. Untuk pasien lain dengan kunjungan klinik karena keluhan spesifik seperti batuk atau sakit pada saat kencing, membutuhkan anamnesis yang lebih spesifik berdasar pada keluhan pasien tersebut, anamnesis seperti ini biasa disebut anamnesis berorientasi dari masalah (problem-oriented history). Biasanya 80% untuk menegakkan diagnosa didapatkan dari anamnesis.

2.2 Tujuan Anamnesis

1. Memperoleh data atau informasi tentang permasalahan yang sedang dialami atau dirasakan oleh pasien. Apabila anamnesis dilakukan dengan cermat maka informasi yang didapatkan akan sangat berharga bagi penegakan diagnosis, bahkan tidak jarang hanya dari anamnesis saja seorang dokter sudah dapat menegakkan diagnosis. Secara umum sekitar 60-70% kemungkinan diagnosis yang benar sudah dapat ditegakkan hanya dengan anamnesis yang benar.

2. Membangun hubungan yang baik antara seorang dokter, perawat, dan pasiennya. Umumnya seorang pasien yang baru pertama kalinya bertemu dengan dokter maupun perawatnya akan merasa canggung, tidak nyaman dan takut, sehingga cederung tertutup. Tugas seorang dokterlah untuk mencairkan hubungan tersebut. Pemeriksaan anamnesis adalah pintu pembuka atau jembatan untuk membangun hubungan dokter, perawat, dan pasiennya sehingga dapat mengembangkan keterbukaan dan kerjasama dari pasien untuk tahap-tahap pemeriksaan selanjutnya.

2.3 Jenis-jenis Anamnesis

1. Auto anamnesis, merupakan anamnesis yang didapat langsung dari keluhan pasien. Pasien sendirilah yang menjawab semua pertanyaan dokter dan menceritakan permasalahannya. Ini adalah cara anamnesis terbaik karena pasien sendirilah yang paling tepat untuk menceritakan apa yang sesungguhnya dia rasakan. Meskipun demikian dalam prakteknya tidak selalu autoanamnesis dapat dilakukan. Pada pasien yang tidak sadar, sangat lemah atau sangat sakit untuk menjawab pertanyaan, atau pada pasien anak-anak, maka perlu orang lain untuk menceritakan permasalahnnya.

2. Allo anamnesis atau Hetero anamnesis, merupakan anamnesis yang didapat dari orang tua atau sumber lain yang dekat dan tahu betul tentang riwayat pasien. Tidak jarang dalam praktek sehari-hari anamnesis dilakukan bersama-sama auto dan allo anamnesis.

2.4 Persiapan Anamnesis

Page 4: BAB I

Hal yang harus dikuasai dalam anamnesis antara lain :

1. Keterampilan proses : meliputi bagaimana cara berkomunikasi dengan pasien, menggali dan mendapatkan riwayat pasien, menggali dan mendapatkan riwayat pasien, kemampuan verbal dan non verbal yang digunakan, bagaimana menciptakan suatu hubungan dengan pasien, serta bagaimana cara berkomunikasi secara terstruktur dan terorganisasi.

2. Keterampikan isi : yaitu keterampilan mengenai isi pokok dari pertanyaan dan respon yang diberikan kepada pasien.

3. Ketermapilan perseptual : yakni apa yang dipikirkan dan rasakan mempengaruhi pembuatan keputusan internal.

Selain itu, seorang perawat maupun dokter juga perlu terampil dalam mengajukan pertanyaan yang bersifat terbuka ataupun tertutup dan terampil dalam mendengarkan baik secara aktif, empatik, dan reflektif. Wawancara yang dilakukan selama anamnesis harus berdasarkan five basic task of doctor patient interview, sebagai berikut :

Initiating the session

- Menetapkan hubungan awal

- Mengidentifikasi keluhan

Gathering information

- Mengeksplorasi masalah

- Memahami pandangan pasien

- Membuat struktur pada konsultasi pasien

Building relationship

- Mengembangkan hubungan

- Menyertai pasien

Explanation and planning

- Mengoreksi jumlah dan jenis

- Membantu pemahaman dan mengakuratkan daya ingat

Clossing the session

- Menutup wawancara

Adapun hal yang harus diperhatikan oleh seorang dokter maupun perawat sebelum memulai wawancara, antara lain :

Page 5: BAB I

Tempat dan suasana

Tempat dan suasana dimana anamnesis ini dilakukan harus diusahakan cukup nyaman bagi pasien. Anamnesis akan berjalan lancar kalau tempat dan suasana mendukung. Suasana diciptakan agar pasien merasa santai, tidak tegang dan tidak merasa diinterogasi.

Penampilan dokter

Penampilan seorang dokter juga perlu diperhatikan karena ini akan meningkatkan kepercayaan pasiennya. Seorang dokter yang tampak rapi dan bersih akan lebih baik dari pada yang tampak lusuh dan kotor. Demikian juga seorang dokter yang tampak ramah, santai akan lebih mudah melakukan anamnesis daripada yang tampak galak, ketus dan tegang.

Periksa kartu dan data pasien

Sebelum anamnesis dilakukan sebaiknya periksa terlebih dahulu kartu atau data pasien dan cocokkan dengan keberadaan pasiennya. Tidak tertutup kemungkinan kadang-kadang terjadi kesalahan data pasien atau mungkin juga kesalahan kartu data, misalkan pasien A tetapi kartu datanya milik pasien B, atau mungkin saja ada 2 pasien dengan nama yang sama persis. Untuk pasien lama lihat juga data-data pemeriksaan, diagnosis dan terapi sebelumnya. Informasi data kesehatan sebelumnya seringkali berguna untuk anamnesis dan pemeriksaan saat ini.

Dorongan kepada pasien untuk menceritakan keluhannya

Pada saat anamnesis dilakukan berikan perhatian dan dorongan agar pasien dapat dengan leluasa menceritakan apa saja keluhannya. Biarkan pasien bercerita dengan bahasanya sendiri. Ikuti cerita pasien, jangan terus menerus memotong, tetapi arahkan bila melantur. Pada saat pasien bercerita, apabila diperlukan ajukan pertanyaan-pertanyaan singkat untuk minta klarifikasi atau informasi lebih detail dari keluhannya. Jaga agar jangan sampai terbawa cerita pasien sehingga melantur kemana mana

Gunakan bahasa atau istilah yang dapat dimengerti

Selama tanya jawab berlangsung gunakan bahasa atau istilah umum yang dapat dimengerti pasien. Apabila ada istilah yang tidak ada padanannya dalam bahasa Indonesia atau sulit dimengerti, berika penjelasan atau deskripsi dari istilah tersebut.

Buat catatan

Adalah kebiasaan yang baik untuk membuat catatan-catatan kecil saat seorang dokter melakukan anamnesis, terutama bila pasien yang mempunyai riwayat penyakit yang panjang.

Perhatikan pasiennya

Selama anamnesis berlangsung perhatikan posisi, sikap, cara bicara dan gerak gerik pasien. Apakah pasien dalam keadaaan sadar sepenuhnya atau apatis, apakah dalam posisi bebas atau posisi letak paksa, apakah tampak santai atau menahan sakit, apakah tampak sesak,

Page 6: BAB I

apakah dapat bercerita dengan kalimat-kalimat panjang atau terputus-putus, apakah tampak segar atau lesu, pucat dan lain-lain.

Gunakan metode yang sistematis

Anamnesis yag baik haruslah dilakukan dengan sistematis menurut kerangka anamnesis yang baku. Anamnesis yang sistematis bertujuan untuk melihat keterlibatan setiap sistem dalam penyakit yang sekarang diderita dan kemungkinan adanya masalah lain selain masalah yang dikeluhkan oleh pasien. Dengan cara ini diharapkan tidak ada data anamnesis yang tertinggal.

2.5 Cara Melakukan Anamnesis

Dalam menganamnesis pasien, terdapat beberapa tata cara yang dikenal dengan istilah Secret Seven dan Fundamental Four. Namun sebelum mengarah kepada dua tata cara tersebut, ada baiknya jika seorang perawat mengetahui data-data umum mengenai pasien terlebih dahulu, seperti :

1. Nama pasien : sebaiknya nama lengkap bukan nama panggilan atau alias. 2. Jenis kelamin : sebagai kelengkapan harus juga ditulis datanya 3. Umur : terutama penting pada pasien anak-anak karena kadang-kadang digunakan

untuk menentukan dosis obat. Juga dapat digunakan untuk memperkirakan kemungkinan penyakit yang diderita, beberapa penyakit khas untuk umur tertentu.

4. Alamat : apabila pasien sering berpindah-pindah tempat maka tanyakan bukan hanya alamat sekarang saja tetapi juga alamat pada waktu pasien merasa sakit untuk pertama kalinya. Data ini kadang diperlukan untuk mengetahui terjadinya wabah, penyakit endemis atau untuk data epidemiologi penyakit.

5. Pekerjaan : bila seorang dokter mencurigai terdapatnya hubungan antara penyakit pasien dengan pekerjaannya, maka tanyakan bukan hanya pekerjaan sekarang tetapi juga pekerjaan-pekerjaan sebelumnya.

6. Perkawinan : kadang berguna untuk mengetahui latar belakang psikologi pasien. 7. Agama : keterangan ini berguna untuk mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh

(pantangan) seorang pasien menurut agamanya. 8. Suku bangsa : berhubungan dengan kebiasaan tertentu atau penyakit-penyakit yang

berhubungan dengan ras atau suku bangsa tertetu.

Setelah melakukan pemeriksaan data-data tersebut, maka langkah selanjutnya yaitu melanjutkan wawancara dengan Secret seven dan  Fundamental four.

1. Secret Seven

Merupakan tujuh macam pertanyaan yang bersifat pribadi dari diri pasien tersebut, diantaranya :

Onset : dari sejak kapan sakit atau keluha tersebut dirasakan. Lokasi : di mana rasa sakit atau keluhan tersebut dirasakan (di bagian tubuh yang

mana) Kronologis : bagaimana cerita tentang sakit atau keluhan tersebut hingga bisa

sampai seperti ini.

Page 7: BAB I

Kualitas : rasa sakit dari keluhan pasien seperti apa (sakit sekali, sakit bila disentuh, dan lain-lain).

Kuantitas : apakah penyakitnya sering kumat, atau seberapa sering penyakit tersebut menyerang pasien.

Gejala penyerta atau keluhan penyerta: keluhan-keluhan lain. Faktor modifikasi : faktor yang memperberat atau memperingan penyakit dari pasien.

Faktor modifikasi juga terkadang dibagi menjadi faktor risiko dan faktor diagnostik. Faktor risiko adalah faktor-faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya suatu penyakit, sedangkan faktor prognostik adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perjalanan suatu penyakit atau hasil pengobatan penyakit. Faktor risiko dan faktor prognostik dapat berasal dari pasien, keluarganya maupun lingkungan.

2. Fundamental Four

a. Present history atau Present illnes : keluhan utama, yaitu alasan utama yang menyebabkan pasien memeriksakan diri atau dibawa keluarganya ke dokter atau rumah sakit. Keluhan utama merupakan titik tolak penelusuran informasi mengenai penyakit yang diderita pasien dan riwayat penyakit sekarang berdasarkan secret seven di atas.

b. Past health history : keluhan seputar apakah dulu pernah mengalami sakit yang sama seperti saat ini, apakah ada penyakit lain sebelumnya, apakah dulu pernah dioperasi, atau pun jenis obat apa saja yang pernah dikonsumsi pasien sebelumnya.

c. Family health history : apakah ada keluarga atau kerabat dekat yang pernah mengalami gangguan yang sama atau penyakit keturunan yang lain.

d. Personal or social history : pertanyaan mengenai tempat bekerja, pola makan setiap hari, aktivitas olahraga, perokok atau tidak, dan pernah meminum minuman dengan kadar akohol tinggi atau tidak.

2.6 Reanamnesis

Reanamnesis berarti anamnesis ulang atau pengambilan data anamnesis tambahan setelah dokter melakukan pemeriksaan fisik atau setelah dokter merawat pasien. Reanamnesis kadang kala diperlukan untuk mengkonfirmasi data yang dianggap kurang konsisten atau kurang lengkap.

2.7 Ringkasan Anamnesis

Ringkasan anamnesis dibuat berdasarkan analisis data anamnesis. Dokter mengelompokkan data yang diperoleh yang mengarah pada sindrom atau kriteria diagnostik yang berhubungan dengan diagnosis tertentu. Ringkasan anamnesis menggunakan bahasa dokter, tidak lagi menggunakan bahasa pasien.

2.8 Kesimpulan Anamnesis

Pada akhir anamnesis seorang dokter  maupun perawat harus dapat membuat kesimpulan dari anamnesis yang dilakukan. Kesimpulan tersebut berupa perkiraan diagnosis yang dapat berupa diagnosis tunggal atau diagnosis banding dari beberapa penyakit. Kesimpulan yang dibuat haruslah logis dan sesuai dengan keluhan utama pasien. Bila menjumpai kasus yang

Page 8: BAB I

sulit dengan banyak keluhan yang tidak dapat dibuat kesimpulannya, maka cobalah dengan membuat daftar masalah atau keluhan pasien. Daftar tersebut kemudian dapat digunakan untuk memandu pemeriksaan fisik atau pemeriksaan penunjang yang akan dilaksanakan, sehingga pada akhirnya dapat dibuat suatu diagosis kerja yang lebih terarah.

2.9 Panduan untuk Keluarga

Kelengkapan dan kebenaran data yang diberikan keluarga sangat berarti bagi dokter untuk menentukan diagnosis penyakit. Keluarga tidak perlu merasa segan atau malu dalam memberikan informasi. Kesalahan data akan mempengaruhi diagnosis dan tindakan dokter. Dalam langkah anamnesis, dokter akan bertindak seperti seorang detektif yang menyelidiki suatu kasus, jadi keluarga tidak perlu merasa bosan apabila untuk kepentingan tertentu dokter menanyakan hal yang sama secara berulang. Sebaliknya kadangkala keluarga terpancing untuk memberikan informasi yang tidak diperlukan oleh dokter, mungkin karena pasien atau keluarga dapat merasakan kehangatan komunikasi yang diciptakan oleh dokter. Pada tahap anamnesis sebaiknya pasien atau keluarga membatasi diri dalam hal yang tidak berhubungan dengan anamnesis. Pada saatnya dokter akan memberi kesempatan untuk komunikasi di luar anamnesis. Data yang diperoleh dokter dalam anamensis akan dikonfirmasi dengan pemeriksaan fisik dan akan menentukan langkah selanjutnya, yakni penetapan diagnosis sementara dan penentuan pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan (laboratorium, radiologi, dan sebagainya). Kerja sama yang baik antara pasien, keluarga dan dokter mempunyai makna yang sangat besar.

2.10 Tantangan dalam Anamnesis

Adapun beberapa tantangan dalam menganamnesis pasien, yaitu sebagai berikut :

1. Pasien yang tertutup. Anamnesis akan sulit dilakukan bila pasien membisu dan tidak mau menjawab pertanyaan-pertanyaan dokternya. Keadaan ini dapat disebabkan pasien merasa cemas atau tertekan, tidak leluasa menceritakan keluhannya atau dapat pula perilakunya yang demikian karena gangguan depresi atau psikiatrik. Tergantung masalah dan situasinya kadang perlu orang lain (keluarga atau orang-orang terdekat) untuk mendampingi dan menjawab pertanyaan dokter (heteroanamnesis), tetapi kadang pula lebih baik tidak ada seorangpun kecuali pasien dan dokternya. Bila pasien dirawat di rumah sakit maka anamnesis dapat dilanjutkan pada hari-hari berikutnya setelah pasien lebih tenang dan lebih terbuka.

2. Pasien yang terlalu banyak keluhan. Sebaliknya tidak jarang seorang pasien datang ke dokter dengan begitu banyak keluhan dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tugas seorang dokter untuk memilah-milah keluhan mana yang merupakan keluhan utamanya dan mana yang hanya keluh kesah. Diperlukan kepekaan dan latihan untuk membedakan mana yang merupakan keluhan yang sesungguhnya dan mana yang merupakan keluhan mengada-ada. Apabila benar-benar pasien mempuyai banyak keluhan harus dipertimbangkan apakah semua keluhan itu merujuk pada satu penyakit atau kebetulan pada saat tersebut ada beberapa penyakit yang sekaligus dideritanya.

3. Hambatan bahasa dan atau intelektual. Seorang dokter mungkin saja ditempatkan atau bertugas disuatu daerah yang mayoritas penduduknya menggunakan bahasa daerah yang belum kita kuasai. Keadaan semacam ini dapat menyulitkan dalam pelaksanaan anamnesis. Seorang dokter harus segera belajar bahasa daerah tersebut agar dapat memperlancar anamnesis, dan bila perlu dapat meminta bantuan perawat

Page 9: BAB I

atau petugas kesehatan lainnya untuk mendampingi dan membantu menerjemahkan selama anamnesis. Kesulitan yang sama dapat terjadi ketika menghadapi pasien yang karena intelektualnya yang rendah tidak dapat memahami pertanyaan atau penjelasan dokternya. Seorang dokter dituntut untuk mampu melakukan anamnesis atau memberikan penjelasan dengan bahasa yang sangat sederhana agar dapat dimengerti pasiennya.

4. Pasien dengan gangguan atau penyakit jiwa. Diperlukan satu tehnik anamnesis khusus bila seorang dokter berhadapan dengan penderita gangguan atau penyakit jiwa. Mungkin saja anamnesis akan sangat kacau, setiap pertanyaan tidak dijawab sebagaimana seharusnya. Justru di dalam jawaban-jawaban yang kacau tersebut terdapat petunjuk-petunjuk untuk menegakkan diagnosis. Seorang dokter tidak boleh bingung dan kehilangan kendali dalam melakukan anamnesis pada kasus-kasus ini.

5. Pasien yang cenderung marah dan menyalahkan. Tidak jarang dijumpai pasien-pasien yang datang ke dokter sudah dalam keadaan marah dan cenderung menyalahkan. Selama anamnesis mereka menyalahkan semua dokter yang pernah memeriksanya, menyalahkan keluarga atau orang lain atas masalah atau keluhan yang dideritanya. Umumnya ini terjadi pada pasien-pasien yang tidak mau menerima kenyataan diagnosis atau penyakit yang dideritanya. Sebagai seorang dokter kita tidak boleh ikut terpancing dengan menyalahkan sejawat dokter lain karena hal tersebut sangat tidak etis. Seorang dokter juga tidak boleh terpancing dengan gaya dan pembawaan pasiennya sehingga terintimidasi dan menjadi takut untuk melakukan anamnesis dan membuat diagnosis yang benar.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan :

1. Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter maupun perawat dengan cara melakukan serangkaian wawancara dengan pasien atau keluarga pasien atau dalam keadaan tertentu dengan penolong pasien. Berbeda dengan wawancara biasa, anamnesis dilakukan dengan cara yang khas, berdasarkan pengetahuan tentang penyakit dan dasar-dasar pengetahuan yang ada di balik terjadinya suatu penyakit serta bertolak dari masalah yang dikeluhkan oleh pasien.

2. Berdasarkan anamnesis yang baik dokter maupun perawat akan menentukan beberapa hal dengan menggunakan metode Secret Seven dan Fundamntal Four, yaitu : 1. Secret Seven :

Onset Lokasi Kronologis Kualitas Kuantitas Gejala penyerta atau keluhan penyerta Faktor modifikasi

Page 10: BAB I

B. Fundamental Four

Present history atau Present illnes Past health history Family health history Personal or social history

3.2 Saran-saran

Adapun saran yang dapat penulis sampaikan melalui makalah ini dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Kepada tenaga kesehatan khususnya yang memiliki ijin untuk menganamnesis pasien hendaknya memiliki sikap yang ramah dan mudah akrab, sehingga pasien tidak merasa canggung dan mengutarakan semua keluhannya dengan nyaman.

2. Kepada masyarakat umum hendaknya tidak perlu takut dan canggung dalam menanggapi pertanyaan dari dokter maupun perawat. Jawaban dari pasien lah yang nantinya akan sangat membantu dokter dalam mendiagnosa suatu penyakit.