bab i
TRANSCRIPT
![Page 1: BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062300/557202384979599169a329f3/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebuah hotel yang berlokasi di antara jalan Gatot Soebroto merupakan daerah bisnis di Jakarta
yang pesat perkembangannya. Dengan lokasi yang tepat di tengah – tengah kota, menjadikan
hotel ini sebagai lokasi yang ideal.
Untuk hotel yang besar dengan kelas bintang lima, memiliki beberapa fasilitas yang
cukup lengkap untuk memanjakan para tamu hotel. Bukan hanya sekedar ruang kamar tidur, tapi
hotel ini terdapant beberapa fasilitas yang diantaranya sport center, coffe shop (kantin), dan
pastinya lahan parkir yang membuat para tamu hotel sangat nyaman untuk meninggalkan
kendaraannya. Selain itu masih banyak yang lainnya untuk memenuhi standar hotel bintang lima.
Upaya perkembangan hotel juga harus di imbangi dengan palayanan dan sarana fasilitas yang
baik untuk menunjang berbagai kegiatan dalam hotel tersebut. Banyak cara yang digunakan
orang untuk meningkatkan kenyamanan hotel. Salah satunya menggunakan mesin pengkondisian
udara (Air Conditioning). Mesin pengkondisian udara adalah suatu mesin yang digunakan untuk
mengatur suhu dan kelembaban suatu ruangan, baik untuk kenyamanan maupun untuk
kebersihan dan kesehatan.
Karena adanya perubahan tata letak, penempatan ruang, jumlah staf, ruang kamar
ataupun peralatan – peralatan lainnya maka kita juga bisa ketahui bahwa beban pendingin juga
akan berubah.
Untuk itu dengan perencanaan instalasi tata udara. Dengan mempertimbangkan sistem
tata udara yang efisien serta dapat memaksimalkan kebutuhan di ruangan hotel tersebut, maka
system tata udara harus dilihat nilai strateginya agar kebutuhan dapat di suplay dengan baik.
1.2 Pokok permasalahan
Pokok permasalahan yang akan dibahas disini adalah bagaimana merencanakan tata
udara yang sesuai kebutuhan untuk hotel bintang lima 4 lantai.
1.3 Batasan Masalah
Mengingat masalah dalam perancangan ini sangat luas maka perlu dilakukan pembatasan
1
![Page 2: BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062300/557202384979599169a329f3/html5/thumbnails/2.jpg)
masalah agar perancangan ini lebih fokus dan tidak luas. Maka disini akan dibahas pada salah
satu lantai saja dan itu adalah basement. Dimana basement ini adalah sebagai tempat parkir
kendaraan untuk para tamu juga untuk para staff dan karyawan hotel
Adapun masalah yang akan dibahas adalah :
1. Menghitung beban pendingin pada basement hotel
2. Memilih mesin yang digunakan
3. Saluran udara
1.4 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan ialah merencanakan instalasi tata udara pada hotel menjadi nyaman dan
hegienis
2
![Page 3: BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062300/557202384979599169a329f3/html5/thumbnails/3.jpg)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pengkondisian Udara
Pengkondisian udara adalah suatu proses mendinginkan udara sehingga dapat mencapai
temperatur dan kelembapan yang sesuai dengan yang dipersyaratkan terhadap kondisi udara dari
suatu ruangan tertentu.
Sistem pengkondisian udara pada umumnya dibagi menjadi dua golongan utama, yaitu :
1) Pengkondisian udara untuk kenyamanan
Menyegarkan udara dari ruangan untuk memberikan kenyamanan kerja bagi orang yang
melakukan kegiatan tertentu.
2) Pengkondisian udara untuk industri
Menyegarkan udara dari ruangan karena diperlukan oleh proses, bahan, peralatan, atau barang
yang ada di dalamnya.
2.2 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap
Pada prinsipnya, sistem refrigerasi kompresi uap sesuai dengan namanya merupakan suatu
sistem yang mempergunakan kompresor sebagai alat kompresi refrigeran. Pada dasarnya sistem
ini bekerja dengan memanfaatkan sifat refrigeran, dimana pada tekanan rendah, temperatur cair
jenuh (saturasi) yang rendah, fasa refrigeran akan berubah menjadi uap dengan menarik kalor
dari tempat yang didinginkan. Pada saat tekanan tinggi, temperatur uap jenuh (saturasi) yang
tinggi , fasa refrigeran akan berubah menjadi cair dengan cara membuang kalor kelingkungan
sekitar. Tentunya, untuk menciptakan sisi tekanan tinggi diperlukan suatu alat kompresi (biasa
disebut kompresor) dan pada sisi tekanan rendah dipasang katup ekspansi yang akan
mengakibatkan turunnya tekanan refrigeran.
Berdasarkan hal diatas, maka sistem kompresi uap ini terdiri dari beberapa langkah kerja,
yaitu:
1) Proses Kompresi
2) Proses kondensasi (pengembunan)
3) Proses Ekspansi
4) Proses Evaporasi (penguapan)
Biasanya untuk menggambarkan siklus diatas digunakan diagram mollier atau disebut juga
diagram tekanan–enthalpi ( P-h).
3
![Page 4: BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062300/557202384979599169a329f3/html5/thumbnails/4.jpg)
1. Proses Kompresi
Proses ini terjadi di kompresor dimana uap refrigeran dengan tekanan dan temperature rendah
yang masuk ke dalam kompresor melalui suction line (saluran hisap) dikompresi di dalam
silinder kompresor sehingga temperatur dan tekanan uap refrigeran yang keluar dari kompresor
melalui discharge line (saluran buang) mengalami kenaikan.
2. Proses Kondensasi
Uap superheat yang berasal dari saluran discharge (saluran keluaran kompresor) masuk menuju
kondenser, dikondenser mengalami proses yang dinamakan kondensasi. Dimana kalor dari
kondenser dilepaskan ke lingkungan sehingga lama-kelamaan refrigeran akan berubah fasa dari
uap menjadi cair. Proses kondensasi ini terjadi pada tekanan dan temperatur yang konstan.
3. Proses Expansi
Refrigeran yang telah mengalami kondensasi di kondensor akan dialirkan menuju pipa kapiler,
dimana pada pipa kapiler terjadi proses penurunan tekanan yang diikuti oleh penurunan
temperatur secara isoenthalpy atau tidak terjadi perubahan enthalpy dan refrigeran sebagian
berfasa cair dan sebagian berfasa gas.
4. Proses Evaporasi
Refrigeran yang telah diturunkan tekanan dan temperaturnya akan mengalami komposisi
didalamnya. Pada proses ini terjadi penambahan uap pada refrigeran, sehingga fasa refrigeran
adalah campuran antara cair dan uap. Dengan sedikit saja menarik kalor dari tempat yang
didinginkan, maka fasanya akan berubah menjadi uap seluruhnya sampai menjadi uap jenuh.
Proses inilah yang dinamakan proses evaporasi. Seperti halnya proses kondensasi, maka proses
ini pun berlangsung pada tekanan dan temperatur yang konstan.
Proses – proses tersebut akan berlangsung terus selama sistem tidak terganggu ataupun kerja
kompresi terus berjalan tanpa gangguan. Untuk sistem refrigerasi kompresi uap ini, kemampuan
kerja dinyatakan oleh besaran yang dinamakan Coefficient of performance (COP). Harga COP
yang ideal (carnot) Tergantung dari temperatur dan tekanan kerja dari sistem, untuk kemudian
harga ini dirumuskan dengan persamaan berikut:
COPAktual = Efek Refrigerasi/Kerja Kompresi
COPCarnot = Te/Tk-Te
Efisiensi (h ) = (COPAktual/COPCarnot)X100%
(Sumber : Principle Of Refrigeration, Dossat,1981)
4
![Page 5: BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062300/557202384979599169a329f3/html5/thumbnails/5.jpg)
Diagram Mollier
Diagram Mollier adalah suatu peta yang dipakai untuk menganalisa keadaan thermodinamis
refrigeran di dalam siklus refrigerasi. Setiap zat refrigeran memiliki diagram mollier sendiri-
sendiri, tetapi dari segi konstruksinya masing-masing diagram tersebut mempunyai persamaan.
Dimana sumber vertikal digunakan untuk menyatakan tekanan (p) dan sumbu horizontal
digunakan untuk menyatakan entalpi (h). sehingga disebut diagram p – h.
Besaran-besaran siklus refrigerasi yang dapat dihitung dengan bantuan diagram mollier, meliputi
a. Kalor yang diserap evaporator.
b. Kalor yang diperlukan kompresi.
c. Kalor yang dilepaskan kondensor.
d. Jumlah sirkulasi refrigeran.
e. Koefisien prestasi.
Gambar 2.1. Besaran Siklus Refrigerasi pada Diagram Mollier.
a. Kalor yang diserap Evaporator.
Adalah sejumlah kalor yang diserap evaporator per satuan kilogram refrigeran
yang mengalir selama proses 4 ke 1. Proses ini dihitung dengan persamaan :
Qe = h1 – h4
Dimana : Qe = efek refrigerasi (Btu/lb)
h1 = entalpi keluar evaporator (Btu/lb)
h4 = entalpi masuk evaporator (Btu/lb)
5
![Page 6: BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062300/557202384979599169a329f3/html5/thumbnails/6.jpg)
b. Kalor yang diperlukan untuk Kompresi (Kalor Kompresi).
Kalor kerja kompresi terhadap satu kilogram refrigeran yang mengalir sama dengan
kenaikan entalpi yang terjadi selama proses 1 ke 2.
Sehingga :
Qk = h2 – h1
Dimana : Qk = kalor kompresi (Btu/lb)
h2 = entalpi keluar kompresor (Btu/lb)
h1 = entalpi masuk kompresor (Btu/lb)
c. Kalor yang dilepaskan Kondensor (Kalor Kondensasi).
Dari kesetimbangan energi maka kalor yang akan dilepaskan oleh kondensor besarnya
adalah sama dengan penjumlahan antara kalor yang diserap evaporator dan yang diperlukan
untuk kompresi. Sehingga :
Qc = h2 – h3
Dimana : Qc = kalor yang dilepaskan kondensor (Btu /lb)
h2 = entalpi masuk kondensor (Btu /lb)
h3 = entalpi keluar kondensor (Btu /lb)
d. Jumlah Massa Refrigerasi yang bersirkulasi.
Jumlah ini adalah jumlah refrigeran yang dimasukan dan diuapkan di evaporator.
Sedangkan kapasitas refrigerasi sama dengan perkalian antara massa refrigeran yang
mengalir dengan kalor evaporasi.
Qac = m x (h1 – h4)
Sehingga jumlah refrigeran yang bersirkulasi dapat dihitung dengan persamaan :
m = Qac
h1−h4
Dimana : m = laju aliran massa refrigeran (Btu /lb)
Qac = kapasitas refrigerasi (Btu /lb)
h1 = entalpi keluar evaporator (Btu /lb)
h4 = entalpi masuk evaporator (Btu /lb)
e. Koefisien Prestasi (Coefficient of Performance, COP).
Koefisien ini berguna untuk menyatakan efisiensi dari siklus refrigerasi.
6
![Page 7: BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062300/557202384979599169a329f3/html5/thumbnails/7.jpg)
COP = h1−h4
h2−h1
Dimana : h1 – h4 = kalor evaporasi ( Btu /lb)
h2 – h1 = kalor kompresi (Btu /lb)
Diagram PsikometrikDi dalam teknik pengkondisian udara, diagram psikometrik sangat bermanfaat sekali untuk dapat
mengetahui secara cepat dan tepat tentang sifat thermodinamis udara basah. Sifat udara di
atmosfir dikatakan basah karena merupakan suatu perpaduan antara udara kering (N2, O2, Ar,
CO2) dengan uap air (H2O), dimana kandungan uap air pada udara hangat lebih banyak dari
pada kandungan uap air pada udara dingin.
Adapun batasan maksimum uap air yang dapat dikandung oleh udara basah disebut “udara
jenuh”. Dimana jika udara pada kondisi jenuh ini mengalami proses pendinginan maka uap air
yang dikandung di dalam udara basah tersebut akan berubah menjadi butiran-butiran air (proses
pengembunan). Untuk menyatakan tingkat kebasahan udara atau dapat disebut dengan
kelembaban adalah dengan mengadakan prosentase terhadap titik jenuhnya. Kondisi udara dapat
ditentukan pada satu titik di dalam diagram psikometrik yang dijelaskan pada gambar bila ada
dua atau lebih sifat udara yang diketahui sebelumnya. Seperti yang di jelaskan pada gambar 2.2.
7
![Page 8: BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062300/557202384979599169a329f3/html5/thumbnails/8.jpg)
Gambar 2.2 Diagram Psychometric
Diagram psychrometric sangat berguna untuk menentukan, mendapatkan sifat-sifat udara yang
diperlukan dalam desain dibidang pengkondisian udara karena sifat-sifat udara tersebut sudah
tergambar dalam bentuk berupa grafis. Adapun sifat thermodinamis udara basah yang terdapat
didalam diagram psikometrik, antara lain :
1. Temperatur Bola Kering (Dry Bulb Temperature, tdb).
Adalah tempertur yang diukur dengan menggunakan termometer yang sensornya dibiarkan
terbuka, tetapi dengan syarat sensor tersebut tidak boleh terkena langsung sinar matahari.
2. Temperatur Bola Basah (Wet Bulb Temperature, twb).
Adalah temperatur yang diukur dengan menggunakan termometer yang sensornya dibalut dengan
kain basah. Dimana hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar penguapan air yang dapat
dilakukan oleh udara. Semakin udara bersifat kering maka penguapan air yang terjadi akan
semakin banyak, sehingga akibat daripada itu sensor termometer bola basah akan dingin dan
pada akhirnya skala suhunya akan turun.
3.Rasio Kelembaban (Humidity Ratio, w).
Adalah perbandingan berat uap air yang dikandung didalam udara basah dengan berat udara
kering yang ada didalam udara basah tersebut.
4.Kelembaban Relative (Relative Humidity, RH).
Adalah perbandingan antara tekanan parsial uap air yang ada di udara basah dengan tekanan air
udara pada keadaan jenuh pada temperatur yang sama.
5.Volume Spesifik (Specific Volume, v).
Adalah volume udara campuran dengan satuan meter-kubik per kilogram udara kering.
6.Temperatur Titik Embun (Dew Point Temperature, tdp).
Adalah keadaan temperature air pada saat tekanan uapnya sama dengan tekanan uap dari udara
basah.
7.Entalpi (Enthalpy, h).
Adalah energi kalor yang dimiliki oleh suatu zat pada kondisi temperatur tertentu. Entalpi udara
basah yang mempunyai rasio kelembaban w, temperatur Tdb, diartikan sebagai jumlah kalor
yang diperlukan untuk memanaskan satu satuan massa udara basah per satuan massa uap air
yang terkandung pada kondisi.
8
![Page 9: BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062300/557202384979599169a329f3/html5/thumbnails/9.jpg)
Jenis-jenis Alat Pengkondisian Udara
Secara garis besar, jenis alat pengkondisian udara dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Singgle Package
a. Air Cooled
b. Water Cooled
2. AC Window
Hanya terdapat yang berpendingin udara saja (Air Cooled)
3. AC Split
Sama seperti AC Window hanya terdapat yang berpendingin udara saja
4. Liquid Chiller
a. Air Cooled
b. Water Cooled
Single Package
Sistem yang paling banyak digunakan untuk mendinginkan ruangan yang tidak terlalu luas.
Bentuknya ringkas dan hanya membutuhkan tempat yang keciluntuk penempatan AC jenis ini.
Satu unit AC ini terdiri dari kompresor,kondensor,alat expansi, dan evaporator. Keempat
komponen AC tersebut terdapat pada satu unit (Package).
a. Air Cooled
Yang dimaksud dengan Air Cooled yaitu bahwa penyerapan panas yang didukung refrigerasi
pada kondensor, dengan menggunakan udara.
b. Water Cooled
Artinya penyerapan panas yang didukung oleh refrigeran, dilakukan oleh air dengan
menggunakan cooling tower.
AC Window
AC window ini adalah mesin pendingin yang paling banyak dipakai dirumah-rumah, atau
diruang yang relative kecil. AC ini juga termasuk jenis AC single package, hanya saja
kapasitasnya kecil.
Liquid Chiller
9
![Page 10: BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062300/557202384979599169a329f3/html5/thumbnails/10.jpg)
Liquid chiller atau lebih dikenal sebagai chiller saja adalah jenios alat pengkondisian udara
dengan kapasitas yang sangat besar. Biasanya digunakan pada gedung-gedung bertingkat,
perkantoran, hotel dan lain sebagainya. AC ini menggunakan air sebagai media bantu, dinginnya
refrigeran digunakan untuk mendinginkan air sehingga air menjadi dingin yang mempunyai
temperatur sekitar 5-6 derajat celcius. Air dingin tadi dialirkan melalui suatu sistem perpipaan ke
unit-unit pendingin yang ada didalam ruangan. Unit-unit tadi sering disebut AHU (Air Handling
Unit) dan FCU (Fan Coil Unit).
Adapun jenis chiller yang sering digunakan di dunia industri. Mesin utama dari chiller
adalah kompresor dan jenis-jenis kompresor yang umumnya digunakan digunakan adalah :
- Kompresor piston (Reciprocating compressor)
- Kompresor kisar (Rotary compressor)
- Kompresor Ulir (Screw compressor)
- Kompresor Sentrifugal (Centrifugal Compressor)
Air Cooled Chiller
Mesin pendingin dengan pendinginan udara (air cooled chiller), pada prinsipnya hamper sama
dengan split duct AC, tetapi dalam ukuran besar. Unit mesin ini pada umumnya berada diatas
atap beton dari sebuah bangunan. Komponen utama dari 1 unit AC adalah 2 kompresor atau
lebih, dengan katup ekspansi dan evaporator berada dalam unit utama, termasuk kondensornya.
Evaporator mendinginkan air dan air dingin di sirkulasikan kesetiap tingkat melalui alat pengatur
udara (air handling unit) atai disingkat AHU. Dari AHU dengan blower besar menyalurkan
udara dingin, yang diperoleh dari hembusan melalui pipa-pipa aliran air dingin unit utama diatas,
keruangan yang akan dikondisikan. Udara dingin yang masuk kedalam ruangan dari AHU ini
diatur dengan diffuser yang ada disetiap ruangan, atau kadang-kadang dengan pipa langsung
keruangan melalui alat kipas koil (Fan Coil Unit) atau disingkat FCU.
Dalam desain gedung, bila menggunakan air cooled perlu diperhatikan lokasi dan luas atap beton
untuk penempatan unit chillernya. Yang sering kurang diperhatikan dalam setiap desain atap
untuk air cooled chiller adalah akses untuk pemeliharaan unit tersebut. Ada kalanya terjadi
perubahan desain dari water cooled chiller ke air cooled chiller, karena terutama masalah waktu
instalasi ataupun keadaan air setempat. Tetapi perubahan seperti itu pada akhirnya berakibat fatal
terhadap konstruksi air cooled chiller tersebut. Seperti dijelaskan pada gambar 2.3.
10
![Page 11: BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062300/557202384979599169a329f3/html5/thumbnails/11.jpg)
Gambar 2.3 Process Flow Diagram dari Sistem Air Cooled Chiller
Sumber : www.catatan-teknik.blogspot.com
Water Cooled Chiller
Mesin refrigerasi denga pendinginan air (water cooled chiller), pada prinsipnya hampir sama
dengan mesin refrigerasi pendingin udara (air colled chiller) dalam distribusi udara dingin
melalui AHU atau FCU. Perbedaan utamanya adalah pendinginan refrigerasinya, bukan dengan
udara tapi dengan air, dimana air sebagai media untuk perpindahan panas dengan refrigerant
didalam kondensor, didinginkan melalui menara air atau cooling tower. Mesin refrigerasi dengan
pendingin air pada umunya ditempatkan dalam lantai bawah (basement) suatu bangunan. Sama
halnya dengan mesin refrigerasi dengan pendingin udara,refrigerasi dari kompresor ditekan
melalui katup ekspansi masuk berembun dalam alat evaporator. Evaporator mendinginkan air
dan air dingin disirkulasikan ke setiap ruangan melalui alat pengatur udara (AHU). Dari AHU
dengan blower besar menyalurkan udara dingin yang diperoleh dari hembusan melalui pipa-pipa
aliran air dingin unit utama di atas ruangan ke ruangan yang akan dikondisikan. Udara dingin
yang masuk ke dalam ruangan dari AHU ini diatur dengan diffuser yang ada di setiap ruangan,
atau terkadang dengan pipa langsung ke ruangan melalui alat kipas koil (Fan Coil Unit) atau
disingkat FCU. Pendinginan air melalui menara air (cooling tower), dalam desain gedung perlu
diperhatikan aliran udara yang diperoleh dari kipas udara. Aliran udara dan aliran air di dalam
menara pendingin ini dapat berlawanan arah (counter flow), arah melintang (cross flow), aliran
11
![Page 12: BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062300/557202384979599169a329f3/html5/thumbnails/12.jpg)
parallel (parallel flow) aliran melaui dek atau aliran pancar. Seprti yang dijelaskan pada gambar
2.4.
Gambar 2.4. Proses Flow Diagram dari Sistem Water cooled chiller
Komponen Utama Sistem Refrigerasi
Seperti yang telah diketahui bahwa pada sistem refrigerasi terdapat 4 komponen utama yang
saling berkaitan satu sama lainnya ditambah refrigeran sebagai benda kerjanya.
1. Kompresor
Kompresor merupakan salah satu komponen yang memegang peranan penting dalam siklus
refrigerasi kompresi uap. Karena kompresor akan memompa bahan pendingin (refrigeran) agar
tetap bersirkulasi dalam sistem. Jika diumpamakan pada bagian tubuh manusia, kompresor
adalah jantung yang memompa darah kita ke seluruh bagian tubuh.
Kompressor yang akan digunakan adalah kompresor jenis hermetic, dimana motor penggerak
kompresornya berada dalam satu tempat dengan torak yang digerakkan, dimana motor penggerak
langsung menggerakan atau memutarkan poros kompresor. Kompresor jenis ini biasanya
digunakan untuk AC tipe split karena kompresor hermetik ini memiliki konstruksi yang relatif
kecil.
2. Kondenser
12
![Page 13: BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062300/557202384979599169a329f3/html5/thumbnails/13.jpg)
Kondenser adalah alat penukar kalor, dimana uap panas refrigeran yang melewati dinding pipa
kondensor bersentuhan dengan media pendingin. Akibat dari dilepaskannya kalor ke media
pendingin, maka uap refrigeran berubah fasa menjadi cair jenuh.
Kondensor digolongkan menjadi beberapa jenis, diantaranya:
Air Coled Condenser merupakan kondensor yang menggunakan media udara sebagai
pendinginnya.
Water Cooled Condenser merupakan kondensor yang menggunakan media air sebagai
pendinginnya.
Evaporative Condenser merupakan kondensor yang menggunakan media udara dan air
sebagai pendinginnya
Jenis kondensor yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah kondensor berpendingin udara (Air
Cooled Condenser). Metoda untuk mengalirkan udara pada jenis ini, ialah konveksi paksa yaitu
dengan menggunakan fan.
3. Katup expansi
Ada dua fungsi utama dari alat ekspansi, yaitu:
1. Mengatur laju aliran refrigeran yang masuk ke evaporator dari “liquid line”, sehingga sesuai
dengan laju penguapan refrigeran di evaporator
2. Menjaga beda tekanan antara sisi tekanan tinggi dan sisi tekanan rendah, sehingga terjaga
tekanan yang diinginkan.
Alat ekspansi yang digunakan adalah pipa kapiler. Pipa kapiler merupakan pipa yang
diameternya kecil, dengan diameternya yang kecil ini maka cairan refrigeran yang berasal dari
kondenser dimana masih dalam keadaan bersuhu dan bertekanan tinggi akan diturunkan suhu
dan tekanannya yang akhirnya akan menghasilkan cairan refrigeran yang bersuhu dan bertekanan
rendah, lebih rendah dari suhu dan tekanan lingkungan.
4. Evaporator
Evaporator adalah suatu komponen dalam sistem refrigerasi yang berguna untuk menguapkan
refrigeran sehingga berubah fasa dari cair menjadi uap. Penguapan terjadi akibat proses
penyerapan kalor oleh refrigeran yang bertemperatur rendah dari lingkungan atau media yang
akan didinginkan sehingga lingkungan atau media tersebut temperaturnya menjadi dingin.
Ada tiga macam bentuk konstruksi evaporator, yaitu :
1. Pipa telanjang (bare tube)
13
![Page 14: BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062300/557202384979599169a329f3/html5/thumbnails/14.jpg)
2. Permukaan pelat (plate surface)
3. Bersirip (finned)
Sirip-sirip tersebut berfungsi untuk membantu perpindahan panas yang terjadi antara pipa
refrigeran dengan udara sekitarnya, dalam hal ini, sirip-sirip tersebut merupakan perluasan
permukaan perpindahan panas, sehingga meningkatkan efisiensi pendinginan udara. Agar
perpindahan panas terjadi seefektif mungkin, maka sirip harus terhubungkan pipa sedemikian
sehingga terdapat kontak termal (konduktip) yang baik antara pipa dan sirip. Ada yang dengan
cara solder, ada yang dicelup dalam cairan timah, ada yang disisipkan ke dalam pipa, ada yang
pipa tersebut diberi tekanan sehingga pipa mengembang dan membantu sirip lebih kuat/kokoh
pegangannya.
Ukuran dan jarak sirip bergantung pada jenis terapannya dimana koil dirancang. Ukuran pipa
menentukan ukuran sirip. Pipa kecil membutuhkan sirip yang kecil. Juga ukuran pipa naik maka
ukuran sirip juga akan meningkat secara efektif. Jarak antara sirip bervariasi antara 40 sampai
500 sirip permeter, terutama bergantung dari temperatur kerja dari koil.
Pembentukan kristal-kristal es pada koil-koil pendingin udara yang bekerja pada temperatur
rendah adalah tak dapat dihindari, dan karena pembentukan / pengumpulan kristal - kristal es
pada koil-koil yang bersirip cenderung untuk membatasi aliran udara antara sirip-sirip dan
menghambat sirkulasi udara melalui koil, maka evaporator yang dirancang untuk terapan
temperatur rendah harus memiliki jarak antara sirip yang lebar (80 sampai 200 sirip permeter)
untuk mengurangi bahaya hambatan sirkulasi udara. Sebaliknya, koil yang dirancang untuk tata
udara dan sirkulasi lain, dimana koil bekerja pada temperatur cukup tinggi ( 0°C sampai dengan
10 °C ) sehingga tak terdapat kristal-kristal es yang terkumpul pada permukaan koil, maka jarak
antara koil dapat sedekat 1,8mm.
Jika sirkulasi udara pada koil-koil bersirip adalah berdasarkan gravitasi, maka koil sedapat
mungkin harus mempunyai tahanan aliran udara sekecil mungkin, sehingga secara umum jarak
antara sirip harus lebih lebar untuk koil-koil jenis konveksi natural dari pada untuk koil - koil
yang mempunyai kipas .
5. Refrigeran
Refrigeran adalah suatu zat yang bertindak sebagai media pendingin dengan menyerap panas dari
benda atau bahan lain sehingga mudah berubah wujudnya dari cair menjadi gas dan membuang
14
![Page 15: BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062300/557202384979599169a329f3/html5/thumbnails/15.jpg)
panas ke benda atau bahan lain sehingga berubah wujudnya dari gas menjadi cair. Zat yang dapat
dipakai sebagai refigeran harus memiliki struktur kimia tertentu, sifat-sifat fisis dan sifat-sifat
termodinamik sehingga bisa digunakan dengan aman dan ekonomis.
Syarat-syarat refrigeran:
1. Tidak beracun
2. Tidak berwarna, tidak berbau dalam semua keadaan
3. Tidak dapat terbakar atau meledak sendiri, juga bila bercampur dengan udara, minyak pelumas
dan sebagainya.
4. Tidak korosif terhadap logam yang banyak dipakai pada sistem refrigerasi dan tata udara.
5. Tidak bercampur dengan minyak pelumas kompresor, tetapi tidak mempengaruhi atau
merusak minyak pelumas tersebut.
6. Mempunyai struktur kimia yang stabil, tidak boleh terurai setiap kali dimampatkan,
diembunkan dan diuapkan.
7. Mempunyai titik didih yang rendah, harus lebih rendah daripada suhu evaporator yang
direncanakan.
8. Mempunyai tekanan kondensasi yang rendah, tekanan kondensasi yang tinggi memerlukan
kompresor yang besar dan kuat, juga pipanya harus kuat dan kemungkinan bocor cukup besar.
9. Mempunyai tekanan penguapan yang sedikit lebih besar dari 1 atmosfir. Apabila terjadi
kebocoran, udara luar tidak dapat masuk ke sistem.
10. Mempunyai kalor laten yang cukup besar, agar jumlah panas yang diambil oleh evaporator
dari ruangan jadi besar.
11. Apabila terjadi kebocoran, mudah diketahui dengan alat-alat yang sederhana.
12. Harganya murah.
13. Harus mempunyai volume cair per massa yang tinggi agar kotrol aliran refrigerannya dapat
tahan lama.
14. Harus mempunyai volume uap per massa yang rendah untuk mengurangi displacement
kompresor yang dibutuhkan.
15. Beda tekanan kondensasi dengan evaporator harus sekecil mungkin untuk menigkatkan
efisiensi pompa.
Refrigeran yang digunakan pada proyek tugas akhir ini menggunakan R134a yang
disesuaikan dengan kompresornya.
15
![Page 16: BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062300/557202384979599169a329f3/html5/thumbnails/16.jpg)
Perhitungan Beban Pendingin Pada Ruangan
Beban pendingin pada ruangan terdiri dari 3 sumber :
1. Beban Luar
2. Beban Dalam
3. Beban Lain-lain
Beban Luar
Adapun beban luar terdiri dari :
a. Beban Panas Matahari Melalui Kaca (Solar Gain Thru Glass)
Beban ini melalui beberapa arah :
Utara = North
Timur = East
Selatan = South
Barat = West
Atap = Skylight
Besar beban tersebut :
Qg = A × SG × SF (BTU/hr) Pers.1
Dimana : A = Luas kaca yang ada keseluruhan, (ft2)
SG = Sun Gain, (BTU/hr.ft2)
SF = Shade Factor ; tabel 16
Harga Sain Gain Factor (SG) sangat tergantung pada peak load heat gain thru ordinary glass,
ini dipengaruhi oleh :
a. Letak dari bangunan yang direncanakan (derajat lintang utara/selatan)
b. Bulan yang kita rencanakan.
c. Untuk masing-masing arah mata angin yang berbeda.
d. Koreksi Steel Shash (rangka besi)
e. Koreksi Haze (tingkat kegelapan kaca)
f. Koreksi Altitude (elevasi)
g. Koreksi South Altitude (garis lintang selatan)
h. Storage Factor (Faktor Penyimpanan)
i. Koreksi Dew point (titik embun)
16
![Page 17: BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062300/557202384979599169a329f3/html5/thumbnails/17.jpg)
Sedangkan harga Overall Factor tergantung dari :
j. Jenis kaca : Warna
Ketebalan
Lapisanya
k. Waktu perencanaan
l. Tingkat lindungan dari penyinaran
b. Radiasi Panas Matahari Melalui Dinding dan Atap
Atau disebut juga solar and transmissiongain thru wall roof.
Besar beban tersebut adalah :
Qwr = A × ETD × U (BTU/hr) Pers.2
Dimana : A = luas dinding/atap, (ft2)
ETD = Equivalent Temperatur Difference,(oF)
U = Koefesien perpindahan panas pada dinding atau atap, (BTU/hr.ft2.oF)
Untuk menghitung ETD tergantung pada hal-hal sebagai berikut :
1. Bulan yang kita rencanakan
2. Waktu yang direncanakan
3. Warna dari dinding atau atap yang dipasang
4. Berat (Weight) dari dinding atau atap,(lb/ft2)
Sedangkan koefesien perpindahan panas pada dinding (U), diambil dari tabel 21 – 22.
c. Panas Transmisi Selain Dinding dan Atap
Atau disebut juga Transmisi Gain Except Wall and Roof. Yaitu terdiri dari kaca (glass); partisi
(partition); plafon (Ceiling); dan lantai (floor).
Qe = A × Δt × U (BTU/hr) Pers.3
Qe = Q1 + Q2 + Q3 + Q4
Dimana : A = Luas permukaan,(ft2)
Δt = Perbedaan temperatur,(oF)
U = Koefesien perpindahan panas, (BTU/hr.ft2.oF)
Q1 = Beban melalui kaca, (BTU/hr)
Q2 = Beban melalui partisi,(BTU/hr)
Q3 = Beban melalui plafon,(BTU/hr)
Q4 = Beban melalui lantai,(BTU/hr)
17
![Page 18: BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062300/557202384979599169a329f3/html5/thumbnails/18.jpg)
Q1 = Ag ×Δtg ×Ug (BTU/hr)
Dimana : Ag = Luas kaca,ft2
Δtg = Perbedaan temperatur antara temperatur luar ruang yang dikondisikan
dengan temperatur ruang yang tidak dikondisikan,(oF)
Ug = Koefesien perpindahan panas, (BTU/hr.ft2. oF)
Q2 = Ap × Δtp × Up (BTU/hr)
Dimana : Ap = Luas partisi,(ft2)
Δtp = Perbedaan temperatur,(oF)
Up = Koefesien perpindahan panas,(BTU/hr.ft2.oF)
Q3 = Ac × Δtc × Uc (BTU/hr)
Dimana ; Ac = Luas plafon,(ft2)
Δtc = Perbedaan temperatur,(oF)
Uc = Koefesien perpindahan panas,(BTU/hr.ft2.oF)
Q4 = Af × Δtf × Uf (BTU/hr)
Dimana ; Af = Luas lantai,(ft2)
Δtf = Perbedaan temperatur,(oF)
Uf = Koefesien perpindahan panas,(BTU/hr.ft2.oF)
Faktor U(koefesien perpindahan panas) diperoleh dari tabel 25 – 30
d. Infiltrasi
Infiltrasi udara melalui celah pintu, jendela, dan lain-lain. Karena temperatur udara yang lebih
tinggi dan kandungan uap airnya juga besar, maka menyebabkan beban panas pada ruang yang
dikondisikan.
Qinf = q × Δtinf × 1,08 (BTU/hr) Pers.4
Dimana : q = Udara yang masuk (Infiltrasi) melalui celah-celah, (CFM) ; Tabel 41
Δtinf = Perbedaan temperatur diluar dan didalam ruang
e. Ventilasi (Outdoor Air)
Yaitu udara luar yang diperlukan untuk menambah udara bersih didalam ruang, akibat
pencemaran asap rokok dan lain-lain, adalah merupakan beban didalam ruang tersebut.
18
![Page 19: BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062300/557202384979599169a329f3/html5/thumbnails/19.jpg)
Beban tersebut terdiri dari :
1. Beban Sensibel
Qvs = OA × Δt × BF × 1,08 (BTU/hr) Pers.5
Dimana : OA = Jumlah udar luar,(CFM) ; tabel 45
Δt = Perbedaan temperatur dalam dan luar ruang,(oF)
BF = Baypass Factor ; tabel 61 – 62
2. Beban Laten
Qvl = OA × Δm × BF × 0,68 (BTU/hr) Pers.6
Dimana : Δm = perbedaan kandungan uap air di luar dan dalam ruang,(gr/lb)
Beban Dalam
Beban ini terdiri dari :
a. Beban sensibel (Sensibel Heat)
b. Beban Laten (Laten Heat)
a. Beban Sensibel
Beban tersebut antaralain :
1. Beban Orang Sensibel
Qps = N × HGs (BTU/hr) Pers.7
Dimana : Qps = Beban orang sensibel.(BTU/hr)
N = jumlah orang yang ada didalam ruang
HGs = faktor, tergantung dari aktivitas orang, kondisi ruang, dan lain-lain;
2. Beban Daya Peralatan Yang Ada Dalam Ruangan
Qp = (BTU/hr) Pers.8
Dimana : Qp = Beban daya, (BTU/hr)
P = Daya listrik alat,(watt)
ή = efisiensi motor
3. Beban lampu penerangan
Lampu Neon
QL = P × 1,25 × 3,413 (BTU/hr) Pers.9
Dimana : QL = Beban lampu neon,(BTU/hr)
P = Daya listrik lampu pijar,(watt)
19
![Page 20: BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062300/557202384979599169a329f3/html5/thumbnails/20.jpg)
Lampu Pijar
QL = P × 3,413 (BTU/hr) Pers.10
Dimana : QL = Beban lampu pijar,(BTU/hr)
P = Daya listrik lampu pijar,(watt)
b. Beban Laten
Beban tersebut antara lain :
1) Beban Orang Laten
Qpl = N × HGL (BTU/hr) Pers.11
Dimana : Qpl = beban orang sensibel,(BTU/hr)
N = Jumlah orang yang ada dalam ruang
HGl = faktor, tergantung dari aktivitas orang, kondisi ruang, dan lain-lain.
Beban Lain-lain1. Kerugian-kerugian pada supplay duct
Kerugian pada supplay duct diperkirakan besarnya :
- Kerugian dari supplay duct heat gain 5%
- Kerugian dari supplay duct leakage loss 5%
- Kerugian dari fan 5%
Total kerugian ini merupakan persentase terhadap Room Sensibel Heat (RSH), jadi:
( 5% + 5%) × RSH Pers.12
2. Sensibel Outdoor Air Heat
Besarnya adalah :
Qsh = OA × Δt × (1 – BF) × 1,08 (BTU/hr) Pers.13
Dimana : OA = jumlah udara ventilasi,(CFM) ; tabel 42
Δt = perbedaan temperatur,(oF)
BF = Bypass Factor ; tabel 61 – 62
3. Laten Outdoor Air Heat
Besarnya adalah:
Qlh = OA × Δm × (1 – BF) × 0,69 (BTU/hr) Pers.14
Dimana : OA = jumlah udara ventilasi,(CFM); tabel 42
Δm = perbedaan kandungan uap air, (gr/lb)
BF = Byypass Factor; tabel 61 – 62
20
![Page 21: BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062300/557202384979599169a329f3/html5/thumbnails/21.jpg)
4. Kerugian pada Return Duct
- Kerugian dari return duct heat gain 2%
- Kerugian dari return duct leakage loss 2%
Total kerugian tersebut adalah persentase terhadap RSH, jadi :
(2% + 2%) × RSH Pers.15
21
![Page 22: BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062300/557202384979599169a329f3/html5/thumbnails/22.jpg)
BAB III
DATA EKSISTING DAN METODOLOGI PERHITUNGAN
Dalam perancangan sistem tata udara suatu gedung diperlukan data perancangan yang signifikan
dari gedung yang akan dibuat. Berikut data perancangan dari hasil survey
Data Lokasi dan Fungsi Gedung
1. Lokasi Bangunan : JL. Gatot Soebroto, Jakarta.
2. Letak Gedung : Gedung menghadap ke Selatan
3. Letak Geografis : 06o07’32” LS - 106o39’21” BT
4. Fungsi gedung : Hotel
Data Fisik Gedung
Dalam menentukan besarnya beban pendinginan gedung maka perlu diketahui beberapa hal yang
sangat berpengaruh dalam perancangan sistem pendingin suatu gedung, antara lain :
Posisi Bangunan
Bangunan tersebut menghadap ke arah Utara. Bangunan berlokasi di JL. Gatot Soebroto,
Jakarta dan letak geografisnya adalah 06o07’32” LS – 106o39’21” BT
Luas Bangunan
Luas Gedung
- Lantai Basemaent : P x L
: 195.816 x 168.264 = 32948.78 ft2
- Tinggi Lantai : 14.76 ft
Luas Dinding
Luas Dinding Perlantai U : 2890.24 ft2
T : 2483.57 ft2
S : 2852.84 ft2
B : 2483.57 ft2
Jenis Lampu : Lampu Flourescent
Kondisi udara luar gedung
Berdasarkan data yang didapat dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
wilayah jakarta. Dapat dilihat seperti yang dijelaskan pada table
22
![Page 23: BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062300/557202384979599169a329f3/html5/thumbnails/23.jpg)
Kondisi temperature (maksimum) berdasarkan data dari prakiraan cuaca dan kelembaban seperti
yang terlihat pada table 3.3 diatas terjadi pada bulan April 2011 dengan temperature 90 oF dan
RH 70% dengan titik embun 78 oF.
Kondisi dalam gedung yang direncanakan
Kondisi dalam gedung yang direncanakan dalam perancangan ini adalah dengan temperatur 75oF
dan Kelembapan Relative (RH) 50%.
Beban pendinginan dalam ruangan
Dalam menentukan besarnya kapasitas beban pendinginan tiap ruangan. Maka perlu diketahui
beban populasi dan beban lain setiap lantainya.
AHU RUANGANJENIS BEBAN RUANGAN
ORANG LAMPUKOMPUTE
R PRINTER TV DISPENSER MOBIL MOTOR
Penjaga Parkir 5 4 1 1 1 1 Parkir 45 60 22
Keterangan :
1. Computer : 300 Watt
2. Lampu : 70 Watt
3. TV : 250 Watt
23
![Page 24: BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062300/557202384979599169a329f3/html5/thumbnails/24.jpg)
4. Printer : 50 Watt
5. Dispenser : 50 Watt
6. Mesin Mobil : 194 oF
7. Mesin Motor : 167 oF
Bahan Material Bangunan
Konstruksi Dinding
Bahan konstruksi dinding terdiri dari ceramic (terkota) (0.75 in), precast concrete blok (4 in), Air
Space (0.75 in), dan plywood (0.75 in). Hal ini dapat dilihat pada gambar 3.1. dengan nilai
koefesien perpindahan panas total dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Gambar Konstruksi dinding luar
Bahan Konstruksi dinding luar
24
![Page 25: BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062300/557202384979599169a329f3/html5/thumbnails/25.jpg)
Konstruksi Dinding Partisi
Bangunan ini menggunakan dinding patisi terdiri dari plester, batu bata, plester hal ini dapat
dilihat pada gambar dan nilai perpindahan panas total dapat dilihat dalam tabel 3.12
.
Gambar konstruksi dinding partisi
Bahan Material Dinding Partisi dan Koefesien Perpindahan Panas (U)
25
![Page 26: BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062300/557202384979599169a329f3/html5/thumbnails/26.jpg)
Konstruksi Ceiling (plafon)
Bangunan ini menggunakan plafon yang terdiri cement plester sand, concrete, air gaps, gypsum
Wallbaord (0.04). hal ini dijelaskan pada gambar dan perhitungan koefesien perpindahan panas
pada tabel
Konstruksi Plafon
Bahan Material Ceiling (plafon) dan Koefesien Perpindahan Panas (U)
26
![Page 27: BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062300/557202384979599169a329f3/html5/thumbnails/27.jpg)
Konstruksi Lantai (Floor) Type 1
Lantai bangunan ini terdiri dari concrete slab (8 in), cement plester sand (0.6 in),ceramic tile (1
in). Hal ini dijelaskan pada gambar dan perhitungan koefesien perpindahan panas pada table
Gambar. Konstruksi Lantai (Floor)
Bahan Material Lantai
27
![Page 28: BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062300/557202384979599169a329f3/html5/thumbnails/28.jpg)
BAB IV
PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN
Perhitungan Beban Pendingin
Beban pendingin merupakan beban panas yang harus diatasi oleh udara yang keluar dari alat
pendingin, supaya kondisi udara didalam ruangan dapat dipertahankan pada kondisi ( temperatur
dan kelembaban) yang diinginkan.
Prosedur perhitungan beban pendingin menggunakan metode Carrier E-20, nama tersebut
berasal dari form isian yang digunakan untuk menghitung berbagai komponen beban pendingin
pada suatu sistem pengkondisian udara. Sebelum melakukan perhitungan beban pendingin ,
terlebih dahulu perlu mencari nilai Nilai Equivalent Temperature Difference.Karena pada
basement tidak ada beban yang melalui kaca maka Sun Gain tidak di hitung
Perhitungan Equivalent Temperatur Difference
Dalam menghitung solar dan transmision gain pada form carrier hand book terlebih
28
![Page 29: BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062300/557202384979599169a329f3/html5/thumbnails/29.jpg)
dahulu harus di ketahui Equivalent Temperatur Difference.
Cara menghitung ETD adalah sebagai berikut :
1. Bulan Desain : April
2. Waktu Desain : 3 PM
3. Warna Dinding : Medium Colour
4. Desain DB : 90 oF
5. Koreksi : 0 oF
6. 3 PM DB : Design DB + Correction
: 90 + 0 = 90 oF
7. Room Design DB : 75 oF
8. Δt = No. 7 – No. 8 : 90 – 75 = 15 oF
9. Daily Range : 14 oF
10. Faktor koreksi ETD : dengan Δt = 15 oF dan Daily Range = 14 oF diperoleh faktor
koreksi ETD = (3)
Untuk faktor koreksi terhadap Equivalent Temperature Difference dapat dilihat pada tabel
berikut :
Koreksi Terhadap Equivalent Temperature
Equivalent Temperatur Difference Untuk Dinding
29
![Page 30: BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062300/557202384979599169a329f3/html5/thumbnails/30.jpg)
Δt (Expos) Untuk Dinding
Δtem = (Δt (Expos)) + Faktor Koreksi ETD
Δtem Untuk Dinding : Utara : 28 + 3 = 31
Timur : 13 + 3 = 16
Selatan: 12 + 3 = 15
Barat : 32 + 3 = 35
Δtes = Δt (shade) + Faktor koreksi ETD
Δtes untuk dinding = 9 + 3 = 12
Untuk warna gedung sedang (Medium) dengan kondisi rancangan bulan April atau 6oLS,
maka ETD di cari dengan rumus berikut :
ETD = 0,78 (Rs / Rm) Δtem + (1 – 0,78. Rs / Rm) Δtes
Untuk Dinding :
ETD = 0.78 ( 0.45 ) 16 + ( 1 – 0.78 × 0.45 ) 12
= 5.62 + 1.19
= 6.81
Untuk dinding dengan rumus yang sama diperoleh :
30
![Page 31: BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062300/557202384979599169a329f3/html5/thumbnails/31.jpg)
Perhitungan Beban Pendingin Ruangan
Beban pendingin yang diterima oleh mesin pendingin adalah beban kalor yang diserap oleh
refrigeran di evaporator. Beban itu antara lain adalah:
a. Beban Sensibel, yaitu panas yang menyebabkan perubahan temperatur.
b. Beban Laten, yaitu panas yang timbul karena keterkaitannya dengan kandungan uap air
diudara atau panas yang diperlukan untuk merubah kadar air di udara.
Beban pendingin dalam suatu bangunan yang harus diterima oleh peralatan sistem
pengkondisia udara terdiri dari beban luar, beban dalam, dan beban lain-lain.
Beban Panas Matahari Melalui Dinding
Beban panas matahari melalui dinding adalah:
Qwr = A x ETD x U BTU/hr
Nilai ETD diambil dari worksheet, sedangkan U(Koefesien perpindahan panas total) diambil dari
tabel 3.1.1
Qwr = 2890.24 x 6.81 x 0,46
= 9053.96 BTU/hr
Perhitungan Beban Panas Matahari Melalui Dinding Perlantai
Lantai RumusBasemen
t Area (Ft2) ETD U(Koefesien perpindahan panas total) Qw (BTU/hr)Utara 2890.24 6.81 0.46 9053.9658Timur 2483.57 19.2 0.46 21934.89
Selatan 2825.8421.6
2 0.46 28103.544Barat 2483.57 19.2 0.46 21934.89
Jumlah total hasil perhitungan beban panas memalui dinding perlantai
Lantai Basement = 81027.2903 BTU/hr
Beban Panas Melalui Plafon (Ceiling) besarnya adalah :
Q3 = Ac x Uc x Δtg BTU/hr
31
![Page 32: BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022062300/557202384979599169a329f3/html5/thumbnails/32.jpg)
Luas total plafon
Lantai Dasar = 32948.78 ft2
Δtg = 15 oF
Uc = 0.13 (BTU/hr.ft2 oF)
Jadi Q3 = 32948.78 x 15 x 0.13 = 321250.6 BTU/hr
Beban Pendingin Dalam Ruangan (Internal)
1. Beban Orang Sensibel
Beban orang sensibel besarnya adalah :
Qps = N x HGs BTU/hr
Diasumsikan jumlah orang pada Basement adalah 5 orang
Jadi 5 x 245 = 1225 BTU/hr
Beban Daya Peralatan Listrik
Beban daya adalah beban dari peralatan listrik yang ada pada ruangan besarnya adalah
Qp = P x 3.413 Btu/hr
Diasumsikan daya peralatan listrik untuk masing-masing lantai adalah sebagai berikut
1. Computer : 300 Watt
2. Lampu : 70 Watt
3. TV : 250 Watt
4. Printer : 50 Watt
5. Dispenser : 50 Watt
LantaiRumus
N Input (watt) P (watt) Qp (BTU/hr)Computer 1 300 300 1023.9
Lampu 49 70 3430 11706.59
TV 1 250 250 853.25Printer 1 50 50 170.65Dispenser 1 50 50 170.65
32