bab i
TRANSCRIPT
5/17/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b08829b1794 1/7
1
1.1 APA SEKUEN STRATIGRAFI?
Sekuen stratigrafi secara sederhana dapat diartikan sebagai cabang stratigrafi
yang mempelajari paket-paket sedimen yang dibatasi oleh bidang ketidakselarasan
atau bidang lain yang korelatif dengan bidang ketidakselarasan tersebut.
Analisis sekuen stratigrafi akan menghasilkan kerangka kronostratigrafi dari
endapan yang dianalisa. Kerangka itu selanjutnya dapat dipakai untuk
mengkorelasikan dan memetakan fasies-fasies yang ada dalam endapan yang
dianalisis.
Sekuen stratigrafi merupakan ancangan stratigrafi modern yang
memanfaatkan sejumlah metoda dan konsep yang telah ada sebelumnya, terutama
biostratigrafi, seismik stratigrafi, kronostratigrafi, dan sedimentologi. Perlu
ditekankan disini bahwa konsep litostratigrafi tidak memberikan sumbangan yang
berarti dalam pengembangan konsep dan metoda sekuen stratigrafi. Satuan
litostratigrafi ditentukan berdasarkan kesamaan litologi dan biasanya memotong
garis waktu. Di lain pihak, satuan sekuen stratigrafi pada hakekatnya merupakan
satuan kronostratigrafi yang sejajar dengan garis waktu (gambar 1-1).
2.1.1 Pembentukan Cekungan
Tektonik merupakan faktor utama yang mengontrol pembentukan dan
penghancuran akomodasi. Tanpa subsidensi tektonik, tidak akan ada cekungan
sedimen. Tektonik juga mempengaruhi laju pemasokan sedimen ke dalam
cekungan.
Subsidensi tektonik terjadi melalui dua mekanisme utama: ekstensi dan
pembebanan fleksur (flexural loading). Gambar 2-1 melukiskan kurva-kurva laju
subsidensi teoritis dalam extensional, foreland, dan strike-slip basins. Laju
subsidensi itu menentu-kan volume sedimen yang terakumulasi dalam cekungan,
setelah dimodifikasi oleh efek pembebanan, kompaksi dan guntara.
Extensional basin dapat terbentuk pada berbagai tatanan tektonik lempeng, namun
umumnya terbentuk pada tepi lempeng konstruktif. Dalam extensional basin, laju
perubahan subsidensi tektonik berlangsung secara sistematis dari waktu ke waktu.
5/17/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b08829b1794 2/7
2
Subsidensi pada cekungan ini diawali oleh perioda subsidensi awal yang
berlangsung cepat akibat peneraan isostatis, kemudian diikuti oleh periodasubsidensi termal yang berlangsung lambat dan berangsur (60-100 juta tahun)
akibat pendinginan astenosfir. Perubahan yang sistematis dari laju subsidensi
tektonik sangat mempengaruhi geometri endapan pengisi cekungan. Hubbard
(1988) membagi endapan cekungan ini ke dalam 3 paket: (1) megasekuen yang
terbentuk sebelum terjadinya retakan (pre-rift megasequence); (2) megasekuen
yang terbentuk selama berlangsungnya retakan (syn-rift megasequence); dan (3)
mega-sekuen yang terbentuk setelah terjadinya retakan (post-rift megasequence).
Pada model syn-rift megasequence sederhana, sedimen diendapkan dalam
deposenter-deposenter yang keberadaannya dikontrol oleh sesar-sesar aktif dalam
cekungan itu. Subsidensi diferensial di sepanjang sesar-sesar ekstensi mengontrol
penyebaran fasies dalam deposenter-deposenter tersebut. Dalam post-rift
megasequence, setiap topografi yang terbentuk selama syn-rift phase sedikit demi
sedikit akan tertutup oleh sedimen yang diendapkan pada post-rift phase. Sedimen-
sedimen itu akan memperlihatkan pola onlap terhadap tepi cekungan sehingga
menghasilkan geometri “streers head” (McKenzie, 1978). Syn-rift megasequence
dan post-rift megasequence dalam cekungan bahari mengandung sekuen-sekuen
yang pembentukannya dikontrol oleh perubahan muka air laut frekuensi tinggi.
Foreland basin terbentuk sebagai hasil tanggapan litosfir terhadap beban pada
sabuk anjakan. Litosfir akan melengkung dan amblas akibat beban baru yang
diletakkan di atas litosfir itu melalui proses pensesaran naik. Subsidensi tidak sama
di setiap tempat. Subsidensi paling tinggi terjadi pada pusat beban. Sedimen
pengisi cekungan ini memiliki ciri khas, yaitu bentuknya membaji, dimana
ketebalan sedimen bertambah ke arah sabuk anjakan. Lebar cekungan ini sebanding
dengan ketegaran litosfir yang ada di bawah sabuk anjakan, sedangkan
kedalamannya sebanding dengan besarnya beban. Foreland basin di dekat sabuk
pegunungan yang sedang tumbuh umumnya besar serta memperoleh pasokan
sedimen dalam jumlah dan laju yang tinggi. Penghentian sementara pensesaran
naik serta tererosinya sabuk pegunungan menyebabkan berkurangnya beban yang
dipikul oleh litosfir dan, pada gilirannya, menyebabkan cekungan terangkat.
5/17/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b08829b1794 3/7
3
Strike-slip basin tidak memiliki pola subsidensi yang khas. Walau demikian, secara
umum laju subsidensi dan pengangkatan pada cekungan itu sangat tinggi.Gambar 2-2 menunjukkan kurva subsidensi dari dua cekungan nyata — yaitu Llanos
Basin (Columbia, AS) dan South Viking Graben — yang diperoleh dari hasil
perhitungan. Di Llanos Basin, pasokan sedimen lebih tinggi daripada subsidensi.
Karena itu, cekungan tersebut terisi penuh oleh sedimen. Sedimen lain yang masuk
ke dalam cekungan tersebut di-bypass menuju laut yang lebih dalam. Kurva
subsidensi cekungan itu menunjukkan bahwa subsidensi Jaman Kapur dan Tersier
berlangsung lambat dan ditafsirkan sebagai subsidensi termal dalam cekungan
belakang busur. Dua kali penambahan laju subsidensi yang terjadi pada Eosen
Tengah-Akhir dan Miosen Tengah ditafsirkan terjadi pada dua fasa pembentukan
Pegunungan Andes.
Di South Viking Graben, sebuah rift basin, sedimentasi tidak selalu sejalan dengan
subsidensi tektonik. Pada Jaman Kapur, cekungan ini kekurangan sedimen
sehingga laju subsidensi lebih lambat daripada yang sewajarnya. Pada Jaman
Tersier, sewaktu daratan Skotlandia dan North Sea Basin terangkat, sedimen
banyak diangkut ke dalam cekungan ini sehingga kembali mengalami subsidensi
(Milton dkk, 1990). Bagian-bagian lain dari cekungan ini kemudian terisi oleh
sedimen sehingga akhirnya terbentuk laut dangkal seperti keadaannya sekarang.
Pemisahan fasa subsidensi syn-rift dan post-rift dalam cekungan ini sukar
dilakukan karena adanya perioda kekurangan sedimen yang menjadi perioda
transisi dari kedua fasa tersebut (Milton, 1993).
Sewaktu subsidensi berlangsung cepat, batas-batas sekuen yang terbentuk
akibat penurunan muka air laut akan terhapus sehingga sukar dikenal. Di lain
pihak, batas-batas sekuen yang terbentuk pada waktu subsidensi atau pengangkatan
yang lambat akan tampak jelas.
2.2.3 Akomodasi dari Waktu ke Waktu
Untuk memahami bagaimana keadaan akomodasi dari waku ke waktu, pertama-
tama kita perlu memahami terlebih dahulu bagaimana laju subsidensi dan
perubahan muka air laut global (dalam hal ini diidealkan bersifat sinusoidal) secara
5/17/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b08829b1794 4/7
4
bersama-sama memberikan pengaruh terhadap laju pembentukan dan
penghancuran akomodasi. Dengan kata lain, kita akan melihat pengaruh interaksiantara kedua faktor tersebut terhadap penaikan dan penuruman muka air laut
relatif.
Pada gambar 2-8, subsidensi digambarkan sebagai garis lurus, dimana gradien pada
suatu titik dari garis itu melukiskan laju subsidensi pada titik tersebut. Gradien
yang berbeda-beda dapat terjadi untuk bagian-bagian cekungan yang laju
subsidensinya berubah dari waktu ke waktu. Pada gambar itu akomodasi sama
dengan perubahan muka air laut relatif karena kurvanya dilukiskan dari titik nol.
Pada gambar tersebut guntara dilukiskan dengan sebuah kurva yang sama.
Perubahan muka air laut relatif dapat diketahui dengan mudah, yaitu dengan cara
menjumlahkan kedua kurva tersebut.
Jika subsidensi berlangsung lambat, akomodasi maksimum akan tercapai pada saat
guntara mencapai maksimum. Ketika guntara turun hingga mencapai posisi yang
sama dengan posisi awalnya, akomodasi turun hingga mencapai harga yang sama
dengan harga yang semata-mata dihasilkan akibat subsidensi. Jika subsidensi
berlangsung lebih cepat, akomodasi maksimum terjadi pada waktu yang lebih
lambat. Akomodasi juga mungkin tidak akan berkurang, walaupun guntara
mengalami penurunan, jika laju subsidensi sangat tinggi.
Perhatikan bahwa kurva yang sama secara teoritis dapat diperoleh jika kita
menggunakan kurva subsidensi yang berubah-ubah dengan waktu, sedangkan
guntara dipandang tetap.
2.2.4 Orde Daur Endapan dan Korelasi Global
Sekuen pengendapan merupakan satu siklus endapan lengkap yang bagian atas dan
bawahnya dibatasi oleh bidang ketidakselarasan erosional. Suatu sekuen memiliki
umur maksimum yang harganya sama dengan selisih antara umur bidang-bidang
keselarasan yang korelatif dengan bidang ketakselarasan pembatas sekuen tersebut.
Dengan demikian, umur sebuah sekuen ditentukan oleh event yang mengontrol
pembentukan dan penghancuran akomodasi, yaitu subsidensi tektonik dan guntara.
5/17/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b08829b1794 5/7
5
Siklus subsidensi tektonik dan siklus guntara dapat berlangsung pada rentang
waktu yang berbeda-beda. Karena itu, endapan yang terbentuk juga berbeda-beda,sesuai dengan siklus guntara dan siklus subsidensi yang mengontrolnya. Dengan
demikian, sangat penting artinya bagi kita untuk menggolongkan berbagai daur
endapan berdasarkan umurnya. Penggolongan ini menghasilkan kategori-kategori
yang dikenal dengan sebutan daur orde-1, orde-2, orde-3, dst (gambar 2-9). Adanya
skema penggolongan tersebut memungkinkan kita untuk membagi isi suatu
cekungan ke dalam sejumlah daur yang masing-masing mencerminkan siklus
subsidensi-guntara tertentu.
Pada gambar 2-9 terlihat adanya empat orde daur stratigrafi. Daur penyusupan
(encroachment cycle) terbentuk pada rentang waktu yang lama (> 50 juta tahun) di
tepi benua-benua raksasa dan merupakan daur orde pertama. Hingga saat ini,
sebagaimana tersirat dari kurva perubahan muka air laut karya Haq dkk (1987),
hanya dikenal ada dua daur penyusupan dalam rekaman stratigrafi Paleozoikum.
Daur orde-1 diperkirakan dikontrol oleh tectono-eustasy, yaitu perubahan volume
cekungan yang berkaitan dengan siklus tektonik lempeng (Pitman, 1978).
Daur orde-2 (3 – 50 juta tahun) merupakan bagian utama dari daur orde-1. Daur ini
mencerminkan jenjang-jenjang tertentu dari evolusi cekungan. Daur ini dapat
terbentuk akibat perubahan laju subsidensi tektonik dalam cekungan atau akibat
peningkatan laju pengangkatan di daerah sumber sedimen.
Daur orde-3 (0,5 – 3 juta tahun) merupakan daur dasar dalam sekuen stratigrafi
karena daur ini sering terdeteksi dengan baik dalam rekaman seismik. Daur inilah
yang disebut "sekuen" oleh para ahli stratigrafi Exxon pada saat mencetuskan
konsep-konsep sekuen stratigrafi. Menurut Vail dkk (1991), pembentukan daur ini
dikontrol oleh glacio-eustasy. Walau demikian, mekanisme tektonik juga
memungkinkan terbentuknya daur orde-3 ini (Cloetingh, 1988).
Sekuen gabungan (composite sequence) adalah istilah yang sering dipakai untuk
menyatakan daur orde-2 atau orde-3 yang disusun oleh daur-daur dari orde yang
lebih tinggi (Mitchum & Van Wagoner, 1991).
Daur orde-4 (0,1 – 0,5 juga tahun) merupakan paket endapan yang menunjukkan
lingkungan pengendapan yang lebih dangkal ke bagian atas serta dibatasi oleh
5/17/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b08829b1794 6/7
6
bidang-bidang yang mencerminkan perubahan kedalaman lingkungan pengendapan
yang tiba-tiba. Daur yang disebut "parasekuen" dalam konsep sekuen stratigrafiExxon ini mungkin terbentuk oleh proses-proses allosiklis.
Teori yang mengungkapkan bahwa guntara merupakan faktor utama yang
mengontrol pengendapan sedimen mungkin merupakan salah satu konsep
stratigrafi terpadu yang banyak menarik perhatian para ahli geologi selama
berabad-abad (Dott, 1992). Jika memang benar bahwa jejak guntara terekam dalam
semua rekaman stratigrafi, maka kita akan dapat menentukan umur satu paket
tertentu berdasarkan pola sekuen dan systems tract yang terlihat pada rekaman
stratigrafi serta memprakirakan tatanan stratigrafi suatu daerah perawan
berdasarkan pengetahuan mengenai tatanan stratigrafi baku.
Diagram perubahan muka air laut global pertama kali diajukan oleh Vail dkk
(1977), kemudian diperbarui oleh Haq dkk (1987), berdasarkan hasil pengukuran-
pengukuran yang dilakukan pada berbagai cekungan di dunia ini. Diagram itu
dibuat untuk mendukung teori yang menyatakan bahwa pembentukan sebagian
besar daur orde-3 dikontrol oleh guntara. Diagram itu mengundang banyak
pertanyaan dari kalangan ahli stratigrafi. Sebagian diantaranya kemudian
menyimpulkan bahwa diagram itu disusun berdasarkan teori, bukan data. Masalah
kontroversi kurva tersebut berada di luar ruang lingkup pembahasan buku ini.
Walau demikian, akan dikemukakan beberapa komentar penting yang perlu dikaji
bersama-sama.
2.3 PASOKAN SEDIMEN
Laju pemasokan sedimen mengontrol volume akomodasi yang terisi serta
bagian-bagian mana saja yang akan terisi. Interaksi antara pasokan sedimen dengan
subsidensi akan menentukan apakah fasies yang terbentuk dalam akomodasi
berprogradasi ke arah cekungan atau beretrogradasi ke arah darat. Kaliber sedimen
yang diangkut sangat mempengaruhi tipe fasies yang terbentuk dalam akomodasi.
Dalam bagian ini, pertama-tama kita akan membahas prinsip-prinsip yang
mengontrol pemasokan sedimen silisiklastik menuju tepian cekungan serta
memperlihatkan bagaimana pasokan sedimen berubah dari waktu ke waktu. Setelah
5/17/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b08829b1794 7/7
7
itu kita akan membahas bagaimana akomodasi terisi pada saat laju pasokan tinggi,
sedang, atau rendah.