bab i
TRANSCRIPT
5/17/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b08817c6b09 1/14
1 | T E K N I K P E N G O R E K S I A N D A N P E N S K O R A N H A S I L T E S
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan
menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam
pengambilan keputusan.
Penilaian dilakukan selama proses pembelajaran atau pada akhir pembelajaran.
Fokus penilaian pendidikan adalah keberhasilan belajar peserta didik dalam mencapai
standar kompetensi yang ditentukan. Pada tingkat mata pelajaran, kompetensi yang
harus dicapai berupa Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran yang selanjutnya
dijabarkan dalam Kompetensi Dasar (KD). Untuk tingkat satuan pendidikan,
kompetensi yang harus dicapai peserta didik adalah Standar Kompetensi Lulusan
(SKL).
Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan satuan pendidikan dalam
mengelola proses pembelajaran. Penilaian merupakan bagian yang penting dalam
pembelajaran. Dengan melakukan penilaian, pendidik sebagai pengelola kegiatan
pembelajaran dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki peserta didik, ketepatan
metode mengajar yang digunakan, dan keberhasilan peserta didik dalam meraih
kompetensi yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil penilaian, pendidik dapat
mengambil keputusan secara tepat untuk menentukan langkah yang harus dilakukan
selanjutnya. Hasil penilaian juga dapat memberikan motivasi kepada peserta didik untuk
berprestasi lebih baik.1
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini antara lain :
1. Apakah pengertian dari skor dan nilai ?
2. Bagaimana teknik dalam pengolaha hasil tes ?
3. Bagaimana penentuan skor dan nilai berdasarkan acuan penilaian ?
4. Bagaimana pemberian skor tes pada domain afektif maupun psikomotor?
5. Apakah pengertian dan tujuan dari daya serap ?
1 http://oyayo.blogspot.com/2011/01/makalah-penskoran-dan-penilaian-scoring.html
5/17/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b08817c6b09 2/14
2 | T E K N I K P E N G O R E K S I A N D A N P E N S K O R A N H A S I L T E S
C. Tujuan Penyusunan Makalah
Adapun tujuan penyusunan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas kelompok
mata kuliah Evaluasi Pembelajaran IPA-Biologi. Selain itu, penyusunan makalah ini
juga bertujuan untuk menginformasikan kepada para guru ataupun calon guru mengenai
bagaimana cara pengoreksian dan penilaian hasil tes dalam proses pengajaran.
5/17/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b08817c6b09 3/14
3 | T E K N I K P E N G O R E K S I A N D A N P E N S K O R A N H A S I L T E S
BAB II
PEMBAHASAN
Pengoreksian dan Penilaian Hasil Tes
A. Pengertian Skor dan Nilai
Bobot adalah bilangan atau angka yang dikenakan terhadap setiap butir soal yang
nilainya ditentukan berdasarkan usaha peserta tes dalam menyelesaikan soal itu. Tinggi
rendahnya usaha itu dipengaruhi oleh derajat kesukaran dan waktu yang diperlukan
untuk menjawab soal tersebut dengan benar. Jika derajat kesukaran suatu butir soal
makin tinggi, maka makin besar pula bobot untuk soal tersebut, karena memerlukan
usaha (kognitif) yang derajatnya lebih tinggi. Disamping itu memerlukan penyelesaian
soal tersebut lebih lama dari soal lainnya.2
Bobot suatu butir soal disebut skor untuk butir soal tersebut. Skor untuk
keseluruhan butir soal dari perangkat tes yang diperoleh seseorang disebut skor tes dari
orang tersebut. Skor ini disebut skor aktual, artinya skor kenyataan (empirik) atau skor
mentah yang diperoleh peserta tes. Jika seluruh soal dalam perangkat tes dapat dijawab
dengan benar sesuai harapan pembuat soal, skor untuk menyatakan kondisi ini disebut
skor maksimal ideal. Sebaliknya untuk kondisi tidak ada satupun benar disebut skor
minimal ideal. Dengan demikian skor adalah bilangan yang merupakan data mentah
dari hasil suatu evaluasi, belum diolah lebih lanjut. Jadi bersifat kuantitatif.
Skor merupakan data mentah yang tidak dapat diinterpretasikan bila ia masih
berdiri sendiri tanpa informasi lain yang relevan. Data mentah yang telah diolah lebih
lanjut dengan menggunakan aturan dan kriteria tertentu sehingga dapat diinterpretasikan
dinamakan nilai. Nilai ini bisa berupa bilangan kuantitatif atau berupa kualitatif.3
Penggunaan simbol untuk menyatakan nilai-nilai itu ada yang dengan angka, seperti
angka dengan rentangan 0 – 10, 0 – 100, atau 0 – 4, dan ada pula yang menggunakan
huruf A, B, C, D, dan E.4
2Ahmad sofyan dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, Hal. 115
3
Ibid , Hal. 1164 http://oyayo.blogspot.com/2011/01/makalah-penskoran-dan-penilaian-scoring.html
5/17/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b08817c6b09 4/14
4 | T E K N I K P E N G O R E K S I A N D A N P E N S K O R A N H A S I L T E S
B. Teknik Pengolahan Hasil Tes
Banyak guru yang sudah mengumpulkan data hasil tes dari peserta didiknya,
tetapi tidak atau belum tahu bagaimana mengolahnya sehingga data tersebut menjadi
mubazir, data tanpa makna. Sebaliknya, jika hanya ada data yang relatif sedikit, tetapi
sudah mengetahui cara pengolahannya, maka data tersebut akan mempunyai makna. ³
Menurut Zainal Arifin (2006) dalam mengolah data hasil tes, ada empat
langkah pokok yang harus ditempuh. Pertama, menskor, yaitu memberi skor pada hasil
tes yang dapat dicapai oleh peserta didik. Untuk memperoleh skor mentah diperlukan
tiga jenis alat bantu, yaitu kunci jawaban, kunci skoring, dan pedoman konversi. Kedua,
mengubah skor mentah menjadi skor standar menjadi sesuai dengan norma tertentu.
Ketiga, mengkonversikan skor standar ke dalam nilai, baik berupa huruf atau angka.
Keempat, melakukan analisis soal (jika diperlukan) untuk mengetahui derajat validitas
dan reliabilitas soal, tingkat kesukaran soal (difficulty index), dan daya pembeda.5
C. Penentuan Skor dan Nilai Pada Domain Kognitif Berdasarkan Acuan Penilaian
(PAP dan PAN)
Dalam kaitan dengan memberi skor dan menilai terhadap hasil tes dapat dibedakan
atas dua macam berdasarkan jenis skor yang diperoleh dari masing-masing butir tes,
yaitu (1) memberi skor untuk tes berupa uraian, dan (2) memberi skor untuk tes objektif
(pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan, dan sejenisnya).6
1. Pemberian Skor untuk Tes Uraian
Untuk tes uraian setiap butir diberi skor dari 0 dampai dengan 10 tergantung dari
tingkat kebenaran jawabannya, yaitu diberi skor 10 jika jawabannya tepat sama dengan
pendapat pemberi soal, diberi skor 5 jika jawabannya setengah benar menurut pendapat
pemberi skor, diberi skor 0 jika jawabannya salah sama sekali, dan seterusnya. Skor
setiap peserta tes diperoleh dari jumlah skor semua item atau butir tes. Skor yang
diperoleh disini disebut skor mentah.
2. Pemberian Skor untuk Tes Objektif
Tes objektif seperti pilihan berganda, setiap butir tes hanya dapat dijawab benar
atau dijawab salah oleh peserta tes. Oleh karena itu maka setiap butir hanya mempunyai
skor 0 atau 1. Jika peserta tes menjawab benar diberi skor 1, dan jika siswa menjawab
5
Zaenal Arifin, Evaluasi pembelajaran, Hal. 2206Ahmad Sofyan dkk, Evaluasi pembeljaran IPA, Hal. 117
5/17/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b08817c6b09 5/14
5 | T E K N I K P E N G O R E K S I A N D A N P E N S K O R A N H A S I L T E S
salah diberi skor 0. skor setiap peserta tes diperoleh dari jumlah skor semua butir tes.
Skor yang diperoleh di sini juga masih skor mentah.
Pemberian skor untuk soal tipe obyektif menggunakan rumus-rumus seperti di
bawah ini:
a. Rumus skor untuk soal bentuk B-S
(JB – JS) X b
Dengan:
S : Skor
JB : Jumlah jawaban benar
JS : Jumlah jawaban salah
b : Bobot
b. Rumus skor untuk soal bentuk Pilihan Ganda (PG)
S = ( )
Dengan n = banyaknya pilihan yang disediakan setiap butir
c. Rumus skor untuk soal bentuk menjodohkan
S = ( ) x b
Dengan n1 = banyaknya stem pada kolom sebelah kiri
n2 = banyaknya alternatif jawaban pada kolom sebelah kanan
d. Rumus skor untuk soal bentuk Isian
S = JB x b
5/17/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b08817c6b09 6/14
6 | T E K N I K P E N G O R E K S I A N D A N P E N S K O R A N H A S I L T E S
D. Pemberian Skor Tes pada Domain Afektif
Domain afektif ikut menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Paling
tidak ada dua komponen dalam domain afektif yang penting untuk diukur, yaitu
sikap dan minat terhadap suatu pelajaran. Sikap peserta didik terhadap pelajaran
bisa positif bisa negatif atau netral. Tentu diharapkan sikap peserta didik terhadap
semua mata pelajaran positif sehingga akan timbul minat untuk belajar atau
mempelajarinya.7
Peserta didik yang memiliki minat pada pelajaran tertentu bisa diharapkan
prestasi belajarnya akan meningkat secara optimal, bagi yang tidak berminat sulit
untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Oleh karena itu, Anda memiliki tugas
untuk membangkitkan minat kemudian meningkatkan minat peserta didik terhadapmata pelajaran yang diampunya. Dengan demikian akan terjadi usaha yang sinergi
untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Langkah pembuatan instrumen
domain afektif termasuk sikap dan minat adalah sebagai berikut:
1) Pilih ranah afektif yang akan dinilai, misalnya sikap atau minat.
2) Tentukan indikator minat: misalnya kehadiran di kelas, banyak bertanya,
tepat waktu mengumpulkan tugas, catatan di buku rapi, dan sebagainya. Hal
ini selanjutnya ditanyakan pada peserta didik.
3) Pilih tipe skala yang digunakan, misalnya Likert dengan 5 skala: sangat
berminat, berminat, sama saja, kurang berminat, dan tidak berminat.
4) Telaah instrumen oleh sejawat.
5) Perbaiki instrumen.
6) Siapkan kuesioner atau inventori laporan diri.
7) Skor inventori.
8) Analisis hasil inventori skala minat dan skala sikap.
Contoh:
Instrumen untuk mengukur minat peserta didik yang telah berhasil dibuat
ada 10 butir. Jika rentangan yang dipakai adalah 1 sampai 5, maka skor
terendah seorang peserta didik adalah 10, yakni dari 10 x 1 dan skor
tertinggi sebesar 50, yakni dari 10 x 5. Dengan demikian, mediannya adalah
(10 + 50)/2 atau sebesar 30. jika dibagi menjadi 4 kategori, maka skala 10-
7Endang Poerwanti dkk, Assesmen Pembelajaran di SD (Bahan ajar cetak) , Hal. 6-7
5/17/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b08817c6b09 7/14
7 | T E K N I K P E N G O R E K S I A N D A N P E N S K O R A N H A S I L T E S
20 termasuk tidak berminat, 21 sampai 30 kurang berminat, 31 – 40
berminat, dan skala 41 – 50 sangat berminat.
E. Pemberian Skor Tes pada Domain Psikomotor
Penyusunan Tes Psikomotor
Tes untuk mengukur ranah psikomotor adalah tes untuk mengukur
penampilan atau kinerja (performance) yang telah dikuasai peserta didik. Tes
tersebut menurut Lunetta dkk. (1981) dalam Majid (2007) dapat berupa tes
paper and pencil, tes identifikasi, tes simulasi, dan tes unjuk kerja. Skala
penilaian cocok untuk menghadapi subjek yang jumlahnya sedikit. Perbuatan
yang diukur menggunakan alat ukur berupa skala penilaian terentang dari sangattidak sempurna sampai sangat sempurna. Jika dibuat skala 5, maka skala 1
paling tidak sempurna dan skala 5 paling sempurna. Misal dilakukan
pengukuran terhadap keterampilan peserta didik menggunakan thermometer
badan. Untuk itu dicari indikator-indikator apa saja yang menunjukkan peserta
didik terampil menggunakan thermometer tersebut, misal indikator-indikator
sebagai berikut:
1. Cara mengeluarkan termometer dari tempatnya.
2. Cara menurunkan posisi air raksa serendah-rendahnya.
3. Cara memasang termometer pada tubuh orang yang diukur suhunya.
4. Lama waktu pemasangan termometer pada tubuh orang yang diukur
suhunya.
5. Cara mengambil termometer dari tubuh orang yang diukur suhunya.
6. Cara membaca tinggi air raksa dalam pipa kapiler termometer.
Dari contoh cara pengukuran suhu badan menggunakan skala penilaian, ada
6 butir soal yang dipakai untuk mengukur kemampuan seorang peserta didik
jika untuk butir 1 peserta didik yang bersangkutan memperoleh skor 5 berarti
sempurna/benar, butir 2 memperoleh skor 4 berarti benar tetapi kurang
sempurna, butir 3 memperoleh skor 4 berarti juga benar tetapi kurang sempurna,
butir 4 memperoleh skor 3 berarti kurang benar, butir 5 memperoleh skor 3
berarti kurang benar, dan butir 6 juga memperoleh skor 3 berarti kurang benar,
maka total skor yang dicapai peserta didik tersebut adalah (5 + 4 + 4 + 3 + 3 +
3) atau 22. Seorang peserta didik yang gagal akan memperoleh skor 6, dan yang
5/17/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b08817c6b09 8/14
8 | T E K N I K P E N G O R E K S I A N D A N P E N S K O R A N H A S I L T E S
berhasil melakukan dengan sempurna memperoleh skor 30; maka median
skornya adalah (6 + 30)/2 = 18. Jika dibagi menjadi 4 kategori, maka yang
memperoleh skor 6 – 12 dinyatakan gagal, skor 13 – 18 berarti kurang berhasil,
skor 19 – 24 dinyatakan berhasil, dan skor 25 – 30 dinyatakan sangat berhasil.
Dengan demikian peserta didik dengan skor 21 dapat dinyatakan sudah berhasil
tetapi belum sempurna/belum sepenuhnya baik jika sifat keterampilannya
adalah absolut, maka setiap butir harus dicapai dengan sempurna (skala 5).
Dengan demikian hanya peserta didik yang memperoleh skor total 30 yang
dinyatakan berhasil dan dengan kategori sempurna.8
Skor Komposit dan Nilai Akhir
Dalam kaitannya dengan penilain, terkadang skor harus diperoleh dari beberapa
kali pelaksanaan tes. Skor yang dipakai dalam kasus seperti ini adalah skor akhir. Jika
skor akhir diperoleh dari beberapa komponen, misalnya dari ujian formatif, kuis harian,
tugas rumah, dan ujian akhir, maka skor tunggal diperoleh dengan melakukan
penggabungan skor dari berbagai komponen disebut skor komposit. Skor komposit
merupakan ukuran yang lebih reliabel terhadap prestasi peserta tes daripada skor yang
diperoleh dari satu tes saja. Salah satu rumusan skor komposit misalnya adalah:
Skor komposit = ∑bz ∑b
Dimana b = bobot komponen
z = skor- z pada setiap komponen
Pembobotan komponen ditentukan dengan melihat urgensi komponen yang
bersangkutan dalam program pengajaran. Apabila tugas praktikum, misalnya sangat
penting dalam penguasaan suatu pelajaran, maka skor pada tugas ini harus diberi bobot
lebih tinggi. Jika ujian formatif mencakup setengah dari keseluruhan materi pelajaran,
maka skor pada ujian tersebut perlu diberi bobot yang sama besar dengan ujian akhir.ˡ
Contoh menentukan skor komposit:
Misalnya nilai akhir fisika diperoleh dari ujian teori dengan bobot 60% dan ujian
praktik laboratorium 40%. Ujian teori menggunakan tes pilihan ganda dengan jumlah
butir 50 sehingga skor mentah ujian teori adalah (0-50), sedang ujian praktikum diberi
8 Ibid, Hal 6-10
5/17/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b08817c6b09 9/14
9 | T E K N I K P E N G O R E K S I A N D A N P E N S K O R A N H A S I L T E S
skor mentah (0-10). Karena kedua skor tidak layak banding maka sebelum dibandingkan
kedua skor harus dibakukan dulu menjadi skor T, dengan rumus T = 50 + 10Z
Hasil ujian teori dan ujian praktikum 15 orang siswa adalah sebagai berikut (data fiktif).
No Sor Teori
(X1)
Skor Praktik (X2) T1 T2 Nilai Akhir
1 46 5 69,96 42,30 58,90
2 40 8 55,70 61,55 58,00
3 42 4 60,46 35,88 50,63
4 30 6 31,94 48,72 38,65
5 36 8 46,20 61,55 52,34
6 36 6 46,20 35,88 42,07
7 36 6 46,20 48,72 47,21
8 38 7 50,95 61,55 55,20
9 38 5 50,95 48,72 50,06
10 34 5 41,44 48,72 44,35
11 34 7 41,44 55,14 46,92
12 32 3 36,69 29,46 33,8013 40 9 55,70 67,97 60,61
14 38 7 50,95 55,14 52,63
15 44 7 62,21 55,14 61,18
Penyelesaian
X = 37,6 S1 = 4,208
Rumus : N =
X2 = 6,20 S2 = 1,558
N M = 6(55,70) + 4(67,97) = 60,61
10
N N = 6(50,95) + 4(55,14) = 52,63
10
5/17/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b08817c6b09 10/14
10 | T E K N I K P E N G O R E K S I A N D A N P E N S K O R A N H A S I L T E S
Nilai-nilai tersebut adalah nilai dalam bentuk skor T, nilai akhir harus disesuaikan
dengan rentangan nilai sesuai kebutuhan.
Penentuan nilai akhir ini dilakukan terutama pada saat gurur akan mengisi nilai
pada daftar nilai. Dalam bagian ini akan disajikan beberapa contoh rumus menentukan
nilai akhir.
a) Penentuan nilai akhir dengan mempertimbangkan nilai tes formatif dan tes sumatif
NA =
Keterangan:
NA : Nilai Akhir
F : Nilai tes formatif
S : Nilai tes sumatif
b) Penentuan nilai akhir dengan mempertimbangkan nilai tugas, nilai formatif dan
nilai sumatif dengan bobot 2,3, dan 5.
NA =
Keterangan:
T : Nilai Tugas
F : Nilai tes Formatif
S : Nilai tes Sumatif
c) Penentuan nilai akhir dengan mepertimbangkan nilai formatif, nilai formatif dan
nilai praktik dengan bobot 2,2, dan 1.
NA =
Keterangan:
T : Nilai tes formatif
F : Nilai tes sumatif
P : Nilai tes praktek
5/17/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b08817c6b09 11/14
11 | T E K N I K P E N G O R E K S I A N D A N P E N S K O R A N H A S I L T E S
F. Daya Serap
Dengan menentukan daya serap peserta tes, dapat diketahui materi mana yang
telah dikuasai dan mana yang belum dikuasai. Dalam ruang lingkup yang lebih besar
dapat diketahui keberhasilan belajar dalam berbagai mata pelajaran. Hal ini berguna
sebagai feed back untuk perbaikan pengajaran yang akan dilaksanakan kemudian.ˡ
Pengertian daya serap itu sendiri adalah sebagai prosentase penguasaan peserta tes
terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajari atau materi yang telah disajikan. Ada
beberapa daya serap, diantaranya daya serap kompetensi dasar, daya serap mata
pelajaran, dan daya serap umum.9
a) Daya serap kompetensi dasar
Daya serap ditentukan dengan cara menghitung rata-rata prosentase jawaban benar dari
semua soal yang disajikan dalam kompetensi yang dituntut.
Tabel 4.1 Daya Serap Kompetensi A
Nomor Soal Prosentase
1 90%
2 85%
3 70%
4 45%
5 15%
Rata-rata 61%
Misalkan untuk soal yang berkenaan denagn kompetensi A, disajikan 5 butir soal
dengan prosentase jawaban benar seperti pada tabel di atas. Tampak pada tabel bahwa
daya serap kompetensi A adalah 61%. Artinya harus diberikan remedial sampai
memperoleh minimal 75%.
b) Daya serap mata pelajaran
Daya serap mata pelajaran adalah rerata prosentase jawaban benar dari seluruh
kompetensi dalam mata pelajaran tertentu. Misalkan untuk kompetensi dasar berkenan
dengan kompetensi A, disajikan 6 indikator dengan daya serap sebagai berikut.
Tabel 4.2 Daya Serap Mata pelajaran
No Indikator kompetensi Daya serap
9Ahmad Sofyan dkk, Evaluasi pembelajaran IPA, Hal. 122
5/17/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b08817c6b09 12/14
12 | T E K N I K P E N G O R E K S I A N D A N P E N S K O R A N H A S I L T E S
1 Menjelaskan makhluk hidup 75%
2 Mengklasifikasikan hewan 85%
3 Mengklasifikasikan tumbuhan 82%
4 65%
5 67%
6 40%
Rata-rata 69%
Tampak pada tabel di atas bahwa daya serap mata pelajaran biologi adalah 69%.
Artinya bahwa pembelajaran belum tuntas, harus memberikan remedial pada
kompetensi dasar indikator yang belum dikuasai, sampai diperoleh hasil minimal 75%.
c) Daya serap umum
Daya serap umum adalah rerata dari daya serap seluruh mata pelajaran. Tabel
berikut merupakan contoh daya serap umum.
Tabel 4.3 Daya Serap Keseluruhan (umum)
No Mata pelajaran Daya serap
1 Matematika 69%
2 Fisika 80%
3 Kimia 65%
4 Biologi 75%
5 Bahasa Inggris 87%
6 Bahasa Indonesia 62%
Rata-rata 73%
Tampak pada tabel tersebut bahwa daya serap seluruh mata pelajaran yang
diberikan dalam pembelajaran adalah 73%.
5/17/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b08817c6b09 13/14
13 | T E K N I K P E N G O R E K S I A N D A N P E N S K O R A N H A S I L T E S
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari makalah ini, dapat disimpulkan bahwa :
1. Skor adalah bilangan yang merupakan data mentah dari hasil suatu evaluasi, belum
diolah lebih lanjut.
2. Ada empat tahap dalam teknik pengolahan hasil tes : menskor, mengubah skor mentah
menjadi skor standar standar, mengkonversikan skor standar ke dalam nilai, dan
menganalisis soal.
3. Dalam kaitan dengan memberi skor dan menilai terhadap hasil tes dapat dibedakan atas
dua macam berdasarkan jenis skor yang diperoleh dari masing-masing butir tes, yaitu
(1) memberi skor untuk tes berupa uraian, dan (2) memberi skor untuk tes objektif.
4. Apabila membuat penskoran dan pembobotan butir soal suatu tes, maka yang harus
diperhatikan adalah tingkatan dalam setiap domain (kognitif, afektif, dan,
psikomotor).
5. Pengertian daya serap itu sendiri adalah sebagai prosentase penguasaan peserta tes
terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajari atau materi yang telah disajikan.
5/17/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55b08817c6b09 14/14
14 | T E K N I K P E N G O R E K S I A N D A N P E N S K O R A N H A S I L T E S
BAB IV
Daftar Pustaka
Arifin, Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
http://oyayo.blogspot.com/2011/01/makalah-penskoran-dan-penilaian-scoring.html
Poerwanti, Endang. 2008. Assesmen Pembelajaran SD. Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
Sofyan, Ahmad, dkk. 2006 . Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: UIN
Jakarta Press.