bab i

10
 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembang unan suatu bangsa berkaitan erat dengan kualitas SDM yang baik. Pembentukan kualitas SDM yang optimal, baik sehat secara fisik maupun psikologis sangat bergantung dari proses tumbuh kembang anak pada usia dini (Narendra, 2002). Gizi sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak (Soetjiningsih, 2002). Gizi diperlukan untuk memperbanyak dan memperbesar semua sel-sel terutama sel otak. Kekurangan gizi pada anak dapat menimbulkan beberapa efek negatif seperti lambatnya pertumbuhan badan, rawan terhadap penyakit, menurunnya tingkat kecerdasan (IQ), dan terganggunya mental anak yang berdampak langsung terhadap terganggunya pertumbuhan dan perkembangan anak. Sebaliknya, makanan yang berlebihan juga tidak baik, karena dapat menyebabkan obesitas yang mengganggu tumbuh kembang anak (As’ad, 2002).  Di Indonesia masalah gizi kurang masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama. Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehata n Depkes RI (2008), prevalensi nasional gizi buruk di Indonesia tahun 2007 padabalita adalah 5,4% dan gizi kurang pada balita adalah 13,0%. Soetjiningsih (2002) menyebutkan bahwa perkembangan anak meliputi perkembangan fisik, kognitif, emosi, bahasa, motorik (kasar dan halus), personal sosial dan adaptif. Pemantauan perkembangan anak berguna untuk menemukan penyimpangan  /hambatan perke mbangan an ak sejak dini, s ehingga upay a pencegaha n, upaya stimulas i dan upaya penyembuha n serta upaya pemulihan dapat diberikan dengan indikasi yang jelas sedini mungkin pada masa-masa kritis tumbuh kembang anak (Narendra, 2002). B. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah : “Adakah hubungan antara status gizi dengan perkembangan motori k kasar dan motorik halus anak usia 3  5 tahun di play group?”. 

Upload: muh-furqan

Post on 19-Jul-2015

356 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5/17/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55ab5994d7df1 1/10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangKeberhasilan pembangunan suatu bangsa berkaitan erat dengan kualitas SDM yang

baik. Pembentukan kualitas SDM yang optimal, baik sehat secara fisik maupun psikologis

sangat bergantung dari proses tumbuh kembang anak pada usia dini (Narendra, 2002).

Gizi sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak (Soetjiningsih, 2002). Gizi

diperlukan untuk memperbanyak dan memperbesar semua sel-sel terutama sel otak.

Kekurangan gizi pada anak dapat menimbulkan beberapa efek negatif seperti lambatnya

pertumbuhan badan, rawan terhadap penyakit, menurunnya tingkat kecerdasan (IQ), danterganggunya mental anak yang berdampak langsung terhadap terganggunya pertumbuhan

dan perkembangan anak. Sebaliknya, makanan yang berlebihan juga tidak baik, karena dapat

menyebabkan obesitas yang mengganggu tumbuh kembang anak (As’ad, 2002). 

Di Indonesia masalah gizi kurang masih menjadi salah satu masalah kesehatan

masyarakat yang utama. Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI

(2008), prevalensi nasional gizi buruk di Indonesia tahun 2007 padabalita adalah 5,4% dan

gizi kurang pada balita adalah 13,0%.

Soetjiningsih (2002) menyebutkan bahwa perkembangan anak meliputi

perkembangan fisik, kognitif, emosi, bahasa, motorik (kasar dan halus), personal sosial dan

adaptif. Pemantauan perkembangan anak berguna untuk menemukan penyimpangan

 /hambatan perkembangan anak sejak dini, sehingga upaya pencegahan, upaya stimulasi dan

upaya penyembuhan serta upaya pemulihan dapat diberikan dengan indikasi yang jelas sedini

mungkin pada masa-masa kritis tumbuh kembang anak (Narendra, 2002).

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah : “Adakah hubungan antara 

status gizi dengan perkembangan motorik kasar dan motorik halus anak usia 3 – 5

tahun di play group?”. 

5/17/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55ab5994d7df1 2/10

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan status gizi terhadap

perkembangan motorik kasar dan motorik halus pada anak usia 3 – 5 tahun di

 play group.

Tujuan Khusus

a.  Mengukur status gizi anak usia 3 – 5 tahun di play group. 

b.  Mengetahui tingkat perkembangan motorik kasar pada anak usia 3 – 5 tahun di

 play group. 

c.  Mengetahui tingkat perkembangan motorik halus pada anak usia 3 – 5 

tahun di play group.

D. Manfaat Penelitian

1.  Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah

pengetahuan, wawasan dan pengalaman penelitian di bidang gizi dan

kesehatan serta perkembangan anak.

2. 

Manfaat Penelitian a.  Bagi Masyarakat

Dapat memberi informasi tentang gizi dan perkembangan anak sehingga

dapat meningkatkan kewaspadaan dan kesadaran masyarakat terhadap gizi

dan perkembangan anak 

b.  Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan dapat

berguna sebagai bahan acuan untuk penelitian yang berkaitan dengan gizi

dan perkembangan anak 

5/17/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55ab5994d7df1 3/10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Gizi Pada Anak

Menurut As’ad (2002), makanan bergizi memegang peranan penting dalam

tumbuh kembang anak, karena anak sedang tumbuh sehingga kebutuhan gizinya

berbeda dengan orang dewasa. Kekurangan makanan bergizi akan menyebabkan

retardasi pertumbuhan dan perkembangan anak. Sebaliknya, makanan yang

berlebihan juga tidak baik, karena dapat menyebabkan obesitas.

Kebutuhan zat gizi pada anak usia 3 – 5 tahun adalah sebagai berikut :

kebutuhan energi sekitar 90 – 95 kkal/kg BB, kebutuhan protein 0,81gram/kg BB atau

1,01 gr protein susu atau telur per kg BB/hari, kebutuhan lemak 20 % energi total

harus berasal dari lemak, kebutuhan karbohidrat 50 % energi total berasal dari

karbohidrat (As’ad, 2002). 

2. Status Gizi

a. Pengertian Status Gizi

Menurut Arsad (2006), status gizi anak adalah keadaan kesehatan

anak yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik energi dan zat-zat

gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur

secara antropometri.

b. Penilaian Status Gizi

Menurut Supariasa (2002), ada beberapa cara melakukan penilaian

status gizi pada kelompok masyarakat. Salah satunya adalah dengan pengukuran

tubuh manusia yang dikenal dengan antropometri.Untuk penilaian status gizi,antropometri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain.

Variabel tersebut adalah sebagai berikut :

1)  Umur

Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan

umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran

tinggi badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai

dengan penentuan umur yang tepat (Supariasa, 2002).

5/17/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55ab5994d7df1 4/10

Menurut Puslitbang Gizi Bogor (1980) yang dikutip oleh Supariasa (2002),

batasan umur digunakan adalah tahun umur penuh (Completed Year) dan untuk anak 

umur 0-2 tahun digunakan bulan usia penuh (Completed Month). Sebagai contoh

umur 4 bulan 5 hari dihitung 4 bulan dan umur 3 bulan 27 hari dihitung 3 bulan.

2)  Berat Badan

Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang terpenting, dan dipakai

pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur.

Berat badan merupakan hasil peningkatan/penurunan semua jaringan yang ada pada

tubuh, antara lain tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lain-lainnya (Supariasa, 2002).

Perlu diketahui bahwa terdapat fluktuasi wajar dalam sehari sebagai akibat

masukan (intake) makanan dan minuman, dengan keluaran (output ) melalui urin,

feses, keringat, dan nafas. Besarnya fluktuasi tergantung pada kelompok umur dan

bersifat sangat individual, yang berkisar antara 100-200 gram, sampai 500-1000 gram

bahkan lebih (Soetjiningsih, 1998).

Formula untuk menentukan berat badan anak balita usia 3-5 tahun dirumuskan

oleh Abdoerrachman (1998) dalam As’ad (2002), adalah : 8 + 2 x umur (tahun) Kg.  

3)  Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu

dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Tinggi badan

merupakan ukuran kedua yang penting, karena dengan menghubungkan berat badan

terhadap tinggi badan (Quac stick ), faktor umur dapat dikesampingkan (Supariasa,

2002).

Rumus untuk menghitung tinggi badan untuk anak usia 3-5 tahun menurut

Abdoerrachman (1998) dalam As’ad (2002) adalah :80 + 5 x umur (tahun) Cm.  

c. Indeks Antropometri

Indeks antropometri merupakan rasio dari suatu pengukuran terhadap satu atau

lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur. Salah satu indek 

antropometri yang sering digunakan dalam pengukuran status gizi anak adalah BMI 

(Body Mass Index) atau IMT (Indeks Massa Tubuh).

5/17/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55ab5994d7df1 5/10

1)  Pengertian BMI

BMI adalah perhitungan yang menggunakan tinggi badan dan beratuntuk 

memperkirakan berapa banyak lemak tubuh. BMI dihitung dengan menggunakan

tinggi anak dan berat badan menggunakan rumus sederhana, atau sebuah kalkulator

BMI, atau dengan merujuk pada roda BMI atau tabel BMI . Meskipun tidak mengukur

lemak tubuh, BMI dapat digunakan untuk menentukan obesitas pada anak. BMI 

biasanya digunakan untuk mendeteksi anak-anak yang kelebihan berat badan, namun

 BMI  juga dapat menentukan berat badan anak yang memiliki kekurangan berat badan

(Vincent, 2008).

2)  Cara Menghitung BMI

Cara menghitung BMI menurut Vincent (2008) adalah sebagai

berikut:

(a) Menimbang anak 

(b) Mencatat berat anak dalam Kilogram

(c) Mengukur tinggi anak 

(d) Mencatat tinggi badan anak dalam Meter

(e) Masukkan berat badan anak dan tinggi badan anak ke dalam

rumus BMI :

 BMI = [berat badan / (tinggi x tinggi)]

Masukkan hasil perhitungan BMI pada BMI persentil atau BMI tabel untuk 

menentukan interpretasi BMI anak.

Hitung BMI dan temukan persentil BMI anak pada Grafik BMI Anak Perempuan atau

Grafik BMI Anak Laki-Laki yang sesuai. Tentukan usia anak di bawah grafik 

pertumbuhan BMI, ikuti baris atas sampai melintasi garis horizontal yang memenuhi

BMI anak. Perhatikan kurva yang memotong kedua garis, itu adalah hasil persentil

BMI. Sebagai contoh, pada tabel BMI anak itu,

Anda dapat melihat bahwa seorang anak 13 tahun dengan BMI 17 adalah di persentil

25 untuk BMI untuk anak seusianya.

3). Kategori BMI anak :

Tabel 1.1 Kategori BMI anak usia 2 – 20 tahun

5/17/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55ab5994d7df1 6/10

NO Sebutan Status Gizi Batas Pengelompokkan

1. Sangat Kurus <- 3SD

2. Kurus < = - 3 SD sampai dengan < - 2 SD

3. Normal > = - 2 SD sampai dengan < 2 SD

4. Gemuk > 2 SD sampai dengan < = 3 SD

5. Obesitas > 3 SD

Sumber : WHO (2005)

3. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan

a.  Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan

Tumbuh kembang merupakan satu kesatuan yang mencerminkan berbagai

perubahan yang terjadi selama hidup seseorang. Seluruh perubahan tersebut

merupakan proses dinamis yang menekankan beberapa dimensi yang saling terkait.

Menurut Roberts (2001)

Perkembangan adalah penambahan yang progresif dari keterampilan dan

kemampuan di berbagai aspek, yaitu motorik (motorik kasar dan motorik halus),

bahasa/ komunikasi (penerimaan, ekspresi, artikulasi), kognitif, dan adaptasi sosial.

b.  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan

Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang

normal, dan ini merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan anak (Narendra, 2002).

Adapun faktor-faktor tersebut antara lain (Soetjiningsih, 1998) :

1)  Faktor internal

a)  Perbedaan ras/etnik atau bangsa

Bila seseorang dilahirkan sebagai ras orang Eropa maka tidak mungkin

ia memiliki faktor herediter ras orang Indonesia (Soetjiningsih, 1998).

b)  Keluarga

Ada kecenderungan keluarga yang tinggi dan keluarga yang gemuk-

gemuk (Soetjiningsih, 1998).

c)  Umur

Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun

pertama kehidupan dan masa remaja (Rusmil, 2002).

5/17/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55ab5994d7df1 7/10

d)  Kelainan genetik 

Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir

proses tumbuh kembang. Melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam

sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas

pertumbuhan (Soetjiningsih,1998).

e)  Kelainan kromosom

Kelainan kromoson umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan

(Hardinge dan Harold, 2002).

2)  Faktor eksternal/lingkungan

Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya

potensi bawaan. Lingkungan ini merupakan lingkungan biologi, fisik, psikologi dan

sosial yang mempengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir

hayatnya (Soetjiningsih, 1998).

a)  Faktor prenatal

1.  Gizi

Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan

mempengaruhi pertumbuhan janin (Soetjiningsih, 1998).

2.  Mekanis

Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital

(Soetjiningsih, 1998).

3.  Toksin/zat kimia

Masa organogenesis adalah masa yang sangat peka terhadap zat-zat

teratogen. Demikian pula dengan ibu hamil yang perokok berat/peminum

alkohol kronis sering melahirkan bayi berat badan lahir rendah, lahir mati,

cacat atau retardasi mental (Narendra, 2002).

4.  Endokrin

Hormon-hormon yang mungkin berperan pada pertumbuhan janin adalah

somatotropin, hormone plasenta, hormone tiroid, insulin dan peptida-

peptida lain dengan aktivitas mirip insulin ( Insulin-like growth 

 factors/IGFs) (Narendra, 2002).

5.  Radiasi

Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu dapat

menyebabkan kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali atau cacat

bawaan lainnya (Soetjiningsih,1998).

5/17/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55ab5994d7df1 8/10

6.  Infeksi

Infeksi intrauterine yang sering menyebabkan cacat bawaan adalah

TORCH (Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes Simplex)

(Narendra, 2002).

7.  Psikologis ibu

Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah atau kekerasan mental

pada ibu hamil dan lain-lain (Soetjiningsih, 1998).

b)  Faktor persalinan

Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala dan asfiksia dapat

menyebabkan kerusakan pada jaringan otak (Soetjiningsih, 1998).

c)  Faktor pascapersalinan

1.  Gizi

Pada masa kritis anak harus mendapat gizi yang esensial

yang memadai dan adekuat serta pada semua bayi

dianjurkan untuk mendapat ASI (Narendra, 2002).

2.  Penyakit kronis/kelainan kongenital

Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan yang mengakibatkan

retardasi pertumbuhan jasmani (Soetjiningsih, 1998).

3.  Lingkungan fisis dan kimia

Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan

sinar radioaktif, zat kimia tertentu mempunyai dampak yang negatif 

terhadap pertumbuhan anak (Narendra, 2002).

4.  Lingkungan pengasuhan

Pembinaan tumbuh kembang anak anak berawal dan berdasar pada

lingkungan rumah. Pembinaan harus dimulai sejak dini. Lingkungan luar

rumah sangat penting untuk pengembangan pribadi anak, namun ia tetap

bertolak dari dasar-dasar yang ditanamkan oleh orang tua

dalam keluarga (Hardinge, 2005).

5.  Stimulasi

Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang anak. Anak 

yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat

berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang/tidak mendapat

stimulasi (Soetjiningsih, 1998).

5/17/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55ab5994d7df1 9/10

c.  Pemantauan Perkembangan

Dalam perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana diperlukan

rangsangan/stimulasi yang berguna agar potensi berkembang, sehingga

perlu mendapat perhatian. Perkembangan psiko-sosial sangat

dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang

tuanya/orang dewasa lainnya (Soetjiningsih, 1998).

Frankenburg dkk (1981) dalam Soetjiningsih (1998) mengemukakan 4

parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak 

balita yaitu:

1)  Personal social (kepribadian/tingkah laku sosial)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri anak (makan sendiri,

membereskan mainan setelah selesai bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak,

bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya, dan sebagainya (Rusmil, 2008).

Tabel 1.2 Perkembangan perilaku sosial anak 3 - 5 tahun

Usia Perkembangan

36 bulan

(3 tahun)

Mengalami peningkatan tentang perhatian

Dapat menyiapkan makan sederhana seperti sereal

dan susu dinginDapat membantu mengatur meja, dapat

mengeringkan piring tanpa pecah

Merasa takut, khususnya pada kegelapan dan pergi

tidur

Mengetahui jenis kelamin sendiri dan jenis kelamin

orang lain

48 bulan

(4 tahun)

Sangat mandiri dan cenderung keras kepala dan tidak 

sabar

Agresif secara fisik dan verbalMendapat kebanggaan dan pencapaian

Memamerkan secara dramatis, menikmati

pertunjukan orang lain

Masih mempunyai banyak rasa takut

60 bulan

(5 tahun)

Kurang memberontak dibandingkan sewaktu berusia

4 tahun

Lebih tenang dan berhasrat menyelesaikan urusan

Pikiran dan perilaku cenderung lebih tertutup

daripada tahun-tahun sebelumnyaMandiri, dapat dipercaya, tidak kasar, lebih

5/17/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55ab5994d7df1 10/10

bertanggung jawab

Mengalami sedikit rasa takut

2) 

Fine motor adaptive (gerakan motorik halus)Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,

melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan

otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Misalnya kemampuan

untuk menggambar, memegang suatu benda, dan lain-lain (Wong, 2004).

Table 1.3 Perkembangan Gerakan motorik halus anak 3-5 tahun

Umur Perkembangan

36 bulan

(3 tahun)

Menyusun menara 9 balok 

Meniru membuat gambaran lingkaran, menyebutkan apa yg

telah digambarkan.

Memasukkan biji-bijian ke dalam botol.