bab i

Upload: hengky-herdianto-notonegoro

Post on 17-Jul-2015

273 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

TUGAS PENDAHULUAN MATA KULIAH METODOLOGI PENELITIAN LATAR BELAKANG DAN RUMUSAN MASALAH RANCANGAN SKRIPSI

PENGARUH PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN PhET (Physics Education Technology) SIMULATION MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING BERBASIS AKTIVITAS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X PADA MATERI KONSEP DAN PRINSIP GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK DI SMAN 1 KREMBUNG

Oleh: Hengky Herdianto NIM. 093184005

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN FISIKA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA REGULER 2009

0

PENGARUH PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN PhET (Physics Education Technology) SIMULATION MELALUI PENDEKATAN

PROBLEM POSING BERBASIS AKTIVITAS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X PADA MATERI KONSEP DAN PRINSIP GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK DI SMAN 1 KREMBUNG A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan hal yang sangat mendasar yang tidak bisa lepas dari kehidupan semua orang. Seiring dengan perkembangan masyarakat dan kebutuhan yang meningkat, pemerintah berupaya untuk meningkatkan dunia pendidikan. Hal yang harus dilakukan oleh dunia pendidikan tentunya harus mempersiapkan sumber daya manusia yang kreatif, mampu

memecahkan persoalan-persoalan yang aktual dalam kehidupan dan mampu menghasilkan teknologi baru yang merupakan perbaikan dari sebelumnya (Hidayat dkk, 2004:34; Laksono, 2003:76). Untuk dapat menciptakan teknologi baru dan agar tidak terbelakang dari dunia ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta mempersiapkan sumber daya manusia yang kreatif dalam memecahkan persoalan-persoalan aktual kehidupan, maka peranan fisika sangat penting bahkan dapat dikatakan teknologi takkan ada tanpa fisika. Oleh karena itu penguasaan suatu konsep fisika sangat penting dalam mendukung hal tersebut. Fenomena alam yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari merupakan hal yang menarik untuk dipelajari. Salah satu cabang ilmu yang mempelajari hal ini adalah fisika, sehingga penguasaan ilmu fisika menjadi penting dalam menghadapi perkembangan jaman yang menuntut semua sendi kehidupan menjadi lebih praktis. Berbagai metode dikembangkan untuk dapat menanamkan konsep-konsep fisika pada siswa. Dalam belajar fisika hendaknya fakta konsep dan prinsip-prinsip fakta tidak diterima secara prosedural tanpa pemahaman dan penalaran. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang (guru) ke kepala orang lain (siswa). Siswa sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka.

1

Pengetahuan atau pengertian dibentuk oleh siswa secara aktif, bukan hanya diterima secara pasif dari guru mereka (Mulayani, 2006:64). Penelitian pendidikan sains pada tahun-tahun terakhir telah

menunjukkan suatu pergeseran ke arah paradigma konstruktivis. Berkenaan dengan pembelajaran konstruktivis, tugas seorang guru adalah menyediakan atau memberikan kegiatan yang dapat merangsang keingintahuan siswa dan membantu mereka mengekspresikan ide ilmiah gagasan-gagasan Jadi peranan mereka guru serta dalam

mengkomunikasikan

mereka.

pembelajaran adalah mediator dan fasilitator dalam pembentukan pengetahuan dan pemahaman siswa (Suparno, 1997:65). Terkait dengan bidang keilmuan Fisika, pada materi gelombang elektromagnetik, secara umum sukar dipelajari karena pada aplikasinya tidak dapat dianalisis hanya melalui indera pengelihatan saja. Berdasarkan hasil penelitian oleh Suyono (2008), pada pembelajaran kontekstual berkenaan materi aplikasi gelombang elektromagnetik terdapat 89% siswa

diklasifikasikan pada predikat kurang baik pada kompetensi psikomotor dan keterampilan proses pada materi aplikasi gelombang elektromagnetik. Pada hasil penelitian tersebut direkomendasikan untuk dirancangnya sebuah media bantu yang berguna memaparkan konsep secara kontekstual dari suatu konsep yang abstrak. Pada tingkat SMA, strategi pengajuan soal selaras dengan tujuan khusus pengajaran yaitu agar siswa dapat mempunyai pandangan luas dan mempunyai sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin serta menghargai kegunaan fisika. Dalam pembelajaran, guru hendaknya memilih strategi yang melibatkan siswa baik secara mental, fisik maupun sosial. Jika dilihat dari kenyataan yang ada di lapangan hasil surfei yang telah dilakukan menunjukkan, bahwa sistem pembelajaran yang diterapkan di SMA Negeri 1 Krembung, lebih didominasi oleh pembelajaran konvensional. Siswa cenderung pasif karena mereka hanya menerima materi dan latihan soal dari guru, hal itu tidak cukup mendukung penguasaan terhadap konsep fisika menjadi lebih baik. Masih rendahnya penguasaan terhadap konsep fisika ditandai oleh nilai prestasi fisika siswa yang masih rendah.

2

Pada hasil studi pendahuluan ditemukan fakta bahwa prestasi belajar siswa masih rendah, terbukti dari hasil ulangan pelajaran fisika tahun pelajaran 2009 / 2010 di SMA Negeri 1 Krembung kelas X pada materi gelombang elektromagnetik dengan nilai rata-rata 5,96 dengan KKM (Kompetensi Ketuntasan Minimal) 6,50. Menurut peneliti sebelumnya menyatakan bahwa, rendahnya prestasi belajar siswa tidak terlepas dari proses pembelajaran yang dilaksanakan. Dari hasil observasi awal menunjukkan bahwa rendahnya prestasi belajar fisika diakibatkan oleh kurangnya sarana praktikum yang memaparkan gelombang elektromagnetik secara kontekstual. Selain itu juga terdapat kurangnya interaksi atau komunikasi dalam belajar, baik antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru. Hal ini terlihat hanya 18,43% atau 7 dari 38 siswa yang berpartisipasi aktif pada saat pembelajaran di kelas, seperti: berdiskusi hanya 2 orang atau 5,26%, mengajukan pertanyaan 1 orang atau 2,63%, memberikan pendapat 1 orang atau 2,63, dan mengerjakan soal di depan kelas 3 orang atau 7,89%, sedangkan 81,57% atau 31 siswa pasif atau tidak terjadi interkasi dalam pembelajaran. Hasil observasi awal juga menunjukkan bahwa respon siswa tidak menyenangi mata pelajaran fisika 78,94% atau 30 siswa, dan yang menyenagi fisika 21,05% atau 8 siswa. Sebagian besar (89,47%) pendapat siswa terhadap pembelajaran fisika menyatakan bahwa fisika sulit dimengerti dan sulit dipahami karena terlalu banyak konsep yang abstrak. Dari hasil wawancara dengan siswa juga menunjukkan bahwa pembelajaran di dalam kelas banyak dilakukan dengan metode ceramah dan jarang menggunakan metode eksperimen, demonstrasi, dan diskusi. Padahal sebagian besar siswa (89,47%) menyatakan lebih suka demonstrasi atau eksperimen sehingga belajar fisika mudah dipahami. Dari penyataan siswa di atas, pembelajaran banyak dilakukan dengan memberi konsep-konsep dalam bentuk yang utuh langsung dari buku tanpa disertai pengolahan dan pengembangan pengetahuan yang ada pada diri siswa. Metode pembelajaran yang diterapkan di dalam kelas kurang memperhatikan pembentukan pengetahuan sehingga pembelajaran fisika kurang bermakna bagi siswa.

3

PhET (Physics Education Technology) adalah software simulasi interaktif fisika yang tersedia pada situs yang dapat di download secara gratis dan dapat dijalankan secara online atau offline. Dengan menggunakan software tersebut, diharapkan dapat mensinergikan pembelajaran fisika di SMA dan menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Software tersebut memungkinkan pengguna untuk

mensimulasi atau mengeksplorasi gejala-gejala fisika serta memungkinkan menganalisis dan memprediksi solusi suatu masalah fisika. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang sangat pesat membawa perubahan besar pada segala bidang termasuk bidang pendidikan. Hartono (2004) mengemukakan bahwa pemanfaatan TIK untuk meningkatkan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dalam pembelajaran. Pemanfaatan TIK dalam pembelajaran diyakini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap materi pelajaran. Untuk mendukung hal itu, para pakar pendidikan telah

mengembangkan berbagai sistem pembelajaran yang lebih memperhatikan aspek siswa, salah satunya adalah pembelajaran dengan pendekatan problem posing. Problem posing (pengajuan soal) adalah salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada aliran konstruktivis, berbeda dengan pembelajaran yang bersifat konvensional yang lebih menekankan pada hafalan yang cenderung mematikan daya nalar dan kreativitas berpikir anak (Hudojo, 1998:24). Beberapa hasil penelitian telah menunjukkan manfaat dari

pembelajaran problem posing, problem posing merupakan salah satu bentuk kegiatan dalam pembelajaran fisika yang dapat mengaktifkan siswa, mengembangkan kemampuan berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah serta menimbulkan sikap positif terhadap fisika. Membiasakan siswa dalam merumuskan, menghadapi dan menyelesaikan soal merupakan salah satu cara untuk mencapai penguasaan suatu konsep akan menjadi lebih baik. Hal ini sejalan dengan pendapat aliran Behaviorisme yang menyatakan bahwa untuk mencapai pemahaman yang lebih baik dapat dilakukan dengan cara mengulang-ulang masalah yang disampaikan (Hudojo, 1988:32).

4

Dikaitkan dengan pengertian fisika sebagai bagian dari IPA, model pembelajaran dengan problem posing berbasis aktivitas ini cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran fisika. Hal ini karena problem posing berbasis aktivitas lebih menekankan pada keaktifan siswa dalam belajar, siswa terlebih dahulu mengadakan kegiatan-kegiatan di laboratorium yaitu proses

mengamati, mencatat hasil pengamatan, menganalisis dan menyimpulkan kegiatan praktikum yang telah dirancang oleh guru. Hal itu akan lebih membuat belajar fisika menjadi menyenangkan dan lebih berkesan, karena siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Fisika merupakan generalisasi dari gejala alam yang tidak perlu dihafal tetapi perlu dimengerti, dipahami dan diterapkan. Oleh karena itu, dengan bertolak dari uraian di atas, dalam rangka mengetengahkan solusi pada penelitian sebelumya maka penelitian ini diarahkan dalam Pengaruh Penerapan Media Pembelajaran PhET (Physics Education Technology) Simulation Melalui Pendekatan Problem Posing Berbasis Aktivitas Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X pada Materi Konsep dan Prinsip Gelombang Elektromagnetik di SMAN 1 Krembung perlu diungkap melalui sebuah penelitian yang dirancang dan

diimplementasikan dalam suatu studi eksperimen untuk dilihat efektifitasnya. B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang, dapat diuraikan rumusan masalah. Adapun rumusan masalah dapat dipaparkan sebagai berikut. 1. Bagaimana keterampilan proses dan prestasi belajar siswa SMA kelas X setelah diterapkan media pembelajaran PhET (Physics Education Technology) simulation melalui pendekatan problem posing berbasis aktivitas pada materi konsep dan prinsip gelombang elektromagnetik di SMAN 1 Krembung ?

5

2. Bagaimana efektivitas proses belajar siswa SMA kelas X setelah diterapkan media pembelajaran PhET (Physics Education Technology) simulation melalui pendekatan problem posing berbasis aktivitas pada materi konsep dan prinsip gelombang elektromagnetik di SMAN 1 Krembung ? 3. Apakah faktor-faktor yang mendukung dan menghambat proses pembelajaran pada penerapan media pembelajaran PhET (Physics Education Technology) simulation melalui pendekatan problem posing berbasis aktivitas pada materi konsep dan prinsip gelombang elektromagnetik di SMAN 1 Krembung ? 4. Bagaimana pengaruh penerapan media pembelajaran PhET (Physics Education Technology) simulation melalui pendekatan problem posing berbasis aktivitas terhadap keterampilan proses dan prestasi belajar siswa SMA kelas X pada materi konsep dan prinsip gelombang

elektromagnetik di SMAN 1 Krembung ? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Mendiskripsikan keterampilan proses dan prestasi belajar siswa SMA kelas X setelah diterapkan media pembelajaran PhET (Physics Education Technology) simulation melalui pendekatan problem posing berbasis aktivitas pada materi konsep dan prinsip gelombang elektromagnetik di SMAN 1 Krembung. 2. Menyelidiki efektivitas proses belajar siswa SMA kelas X setelah diterapkan media pembelajaran PhET (Physics Education Technology) simulation melalui pendekatan problem posing berbasis aktivitas pada materi konsep dan prinsip gelombang elektromagnetik di SMAN 1 Krembung.

6

3. Menentukan faktor-faktor yang mendukung dan menghambat proses pembelajaran pada penerapan media pembelajaran PhET (Physics Education Technology) simulation melalui pendekatan problem posing berbasis aktivitas pada materi konsep dan prinsip gelombang elektromagnetik di SMAN 1 Krembung. 4. Menganalisis pengaruh penerapan media pembelajaran PhET (Physics Education Technology) simulation melalui pendekatan problem posing berbasis aktivitas terhadap keterampilan proses dan prestasi belajar siswa SMA kelas X pada materi konsep dan prinsip gelombang

elektromagnetik di SMAN 1 Krembung.

7