bab i
TRANSCRIPT
5/13/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a755191e842 1/3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aritmia didefenisikan sebagai irama yang bukan berasal dari nodus sino atrial, irama
yang tidak teratur sekalipun berasal dari nodus sino atrial, frekuensinya kurang dari 60 x/menit
atau lebih dari 100 x/menit dan terdapat hambatan impuls supra atau intra venticular. Dalam hal
ini atrial fibrilasi termasuk ke dalam aritmia karena irama jantung yang tidak teratur. Atrial
fibrilasi merupakan aritmia yang paling sering dijumpai dalam praktek sehari-hari dan sering
menjadi penyebab seseorang harus di rawat di rumah sakit. Walaupun bukan merupakan keadaan
yang mengancam jiwa secara langsung, tetapi atrial fibrilasi berhubungan dengan peningkatan
angka morbiditas dan motalitas.1
Amerika Serikat diperkirakan terdapat 2,2 juta pasien atrial fibrilasi dan setiap tahun
ditemukan 160.000 kasus baru. Pada populasi umum prevalensi atrial fibrilasi terdapat ± 1-2 %
dan meningkat dengan bertambahnya umur. Pada umur di bawah 50 tahun prevalensi atrial
fibrilasi berkurang dari 1 % dan meningkat menjadi lebih dari 9 % pada usia 80 tahun. Lebih
banyak dijumpai pada laki-laki dibandingkan wanita, walaupun terdapat kepustakaan yang
mengatakan tidak terdapat perbedaan jenis kelamin.2
Atrial fibrilasi merupakan aritmia yang paling sering terjadi diusia lansia dikarenakan
pada lansia telah terjadi perubahan struktur pada jantungnya. Atrial fibralasi bisa jadi tipe yang
paroxysmal ( intermiten ), pasisten ataupun yang permanen. Diagnosis dari atrial fibrilasi
5/13/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a755191e842 2/3
persisten mengindikasikan adanya perbaikan potensial dari irama sinus, sedangkan atrial fibrilasi
yang permanen menunjukan irama jantung akhir.1
Atrial fibrilasi merupakan faktor risiko independen yang kuat terhadap kejadian stroke
emboli. Kejadian stroke iskemik pada pasien atrial fibrilasi non valvular ditemukan sebanyak 5
% per tahun, dua sampai tujuh kali lebih banyak dibandingkan pasien atrial fibrilasi non valvular
dan 17,6 kali lebih banyak pada atrial fibrilasi valvular dibandingkan dengan kontrol. Jika tidak
dikelola dengan baik, atrial fibrilasi dapat menyebabkan gangguan yang lebih serius termasuk
gangguan hemodinamik ( penurunan curah jantung, penurunan kualitas hidup karena rasa tidak
nyaman akibat gejala atrial fibrilasi, penurunan kemampuan untuk berolahraga dan kelelahan
kronik ), stroke, kardiomyopati dan kematian.2
Atrial fibrilasi mempunyai hubungan yang bermakna dengan kelainan struktural yang
diakibatkan penyakit jantung. Diketahui bahwa sekitar 25% pasien atrial fibrilasi juga menderita
penyakit jantung koroner. Walaupun hanya ± 10% dari seluruh kejadian infark akut yang
mengalami atrila fibrilasi, tetapi kejadian tersebut akan meningkatkan mortalitas sampai 40%.1
Meskipun manajemen penatalaksanaan panyakit jantung koroner telah ditelititi bertahun-
tahun yang lalu, penyakit jantung koroner tetap menjadi penyebab utama kematian di dunia.
Diperkirakan penyakit jantung koroner bertanggung jawab terhadap penyebab kematian 152 ribu
per tahun di inggris dan satu dari delapan penyebab kematian utama didunia. Banyak kematian
ini disebabkan karena perkembangan takiaritmia ventrikel selama periode iskemi maupun infark
miokardium.1
Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan yang kompleks dan beragam. Tentu saja mulai
dari infeksi klasik dan modern, penyakit degeneratif serta penyakit psikososial yang menjadikan
5/13/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a755191e842 3/3
Indonesia saat ini yang menghadapi " threeple burden diseases". Namun tetap saja penyebab
angka kematian terbesar adalah akibat penyakit jantung koroner "the silence killer". Tingginya
angka kematian di Indonesia akibat penyakit jantung koroner (PJK) mencapai 26%. Berdasarkan
hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Nasional (SKRTN), dalam 10 tahun terakhir angka
tersebut cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 1991, angka kematian akibat PJK adalah
16 %. kemudian di tahun 2001 angka tersebut melonjak menjadi 26,4 %. Angka kematian akibat
PJK diperkirakan mencapai 53,5 per 100.000 penduduk di negara kita.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penulisan karya tulis ilmiah adalah belum adanya kajian secara
mendalam secara teoritis tentang Atrial Fibrilasi ditinjau dari sudut pandang Biofisika.
C. Tujuan
1. Mengkaji secara teoritis tentang Atrial Fibrilasi dari sudut pandang Biofisika
2. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang Atrial Fibrilasi dari sudut pandang
Biofisika
D. Manfaat
1. Memperkaya pengetahuan penulis tentang Atrial Fibrilasi dari sudut pandang
Biofisika.
2.Dapat dipakai sebagai referensi bagi penelitian lanjutan.