bab i

15
 1 BAB I PENDAHULUAN A. La tar Be lakan g Salah satu profesi yang menyandang predikat sebagai profesi terhormat dan mul ia (Offi cium Nobil e) adalah Advo kat . Pre dikat yang diberikan ses ungg uhnya  bukan suatu gelar kehormatan yang diberikan langsung oleh masyarakat ataupun negara karena Advokat telah berjasa kepada masyarakat dan negara, akan tetapi  predikat tersebut muncul karena tanggung jawab yang dibebankan kepada Advokat dengan segenap keahlian dan pengetahuan yang dimilikinya tidak hanya digunakan untuk kepent ingan komers ia l saja , te tapi juga har us di dar mabakt ikan kepada masyarakat yang membutuhkan bantuan hukum atau para pencari keadilan namun tidak mampu untuk mengaksesnya lantaran tidak punya uang/tidak mampu secara ekonomi. 1  Gelar Officium Nobile telah dikenal sejak zaman Romawi yang disebut dengan nama “Officium nobilium” sedangkan yang mengerjakannya disebut dengan operae liberals yang sekarang dikenal sebagai  Advocate / Advokat / Lawyer . 2  Tidak banyak masyarakat yang mengetahui bahwasanya bantuan hukum adalah bagian dari profesi Advokat yang merupakan kewajiban oleh tiap-tiap Advokat. 1 Ropuan Rambe, Teknik Praktek Advokat , Grasindo, Jakarta, 2001, halaman 5. 2  Ibid, halaman 5.

Upload: nanang-anan-trader-gold

Post on 12-Jul-2015

148 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

5/11/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a2340dc8dc0 1/15

 

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu profesi yang menyandang predikat sebagai profesi terhormat dan

mulia (Officium Nobile) adalah Advokat. Predikat yang diberikan sesungguhnya

  bukan suatu gelar kehormatan yang diberikan langsung oleh masyarakat ataupun

negara karena Advokat telah berjasa kepada masyarakat dan negara, akan tetapi

 predikat tersebut muncul karena tanggung jawab yang dibebankan kepada Advokat

dengan segenap keahlian dan pengetahuan yang dimilikinya tidak hanya digunakan

untuk kepentingan komersial saja, tetapi juga harus didarmabaktikan kepada

masyarakat yang membutuhkan bantuan hukum atau para pencari keadilan namun

tidak mampu untuk mengaksesnya lantaran tidak punya uang/tidak mampu secara

ekonomi.1 

Gelar Officium Nobile telah dikenal sejak zaman Romawi yang disebut dengan

nama “Officium nobilium” sedangkan yang mengerjakannya disebut dengan operae

liberals yang sekarang dikenal sebagai  Advocate / Advokat / Lawyer .2 Tidak banyak 

masyarakat yang mengetahui bahwasanya bantuan hukum adalah bagian dari profesi

Advokat yang merupakan kewajiban oleh tiap-tiap Advokat.

1 Ropuan Rambe, Teknik Praktek Advokat , Grasindo, Jakarta, 2001, halaman 5.2 Ibid, halaman 5.

Page 2: BAB I

5/11/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a2340dc8dc0 2/15

 

2

Kewajiban membela orang yang tidak mampu membayar honorarium yang

relatif besar bagi profesi Advokat tidak terlepas dari prinsip persamaan dihadapan

hukum (equality before the law) dan hak untuk didampingi oleh Advokat (acces to

legal counsel ) yang merupakan hak azasi bagi semua orang tanpa terkecuali,

termasuk fakir miskin.

Bantuan hukum yang diberikan oleh Advokat kepada terdakwa dalam hal

  berhadapan dengan tuntutan hukum oleh negara yang memiliki perangkat yang

lengkap akan menghasilkan suatu keseimbangan proses peradilan (audit et alteram

 parten), sehingga tercapainya keadilan bagi semua orang (Justice for all) dengan

catatan Advokat tersebut sungguh-sungguh dalam melaksanakan kewajibannya

seperti yang diamanatkan oleh Pasal 22 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003

tentang Advokat yang akhirnya predikat gelar  Officium Nobile dapat terjaga dari

 profesi Advokat.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat (selanjutnya disingkat

Undang-Undang Advokat), memberikan angin segar bagi Advokat, sehingga lembaga

Advokat mulai mendapat perhatian secara serius dari penegak hukum lainnya seperti

Polisi, Jaksa dan Hakim. Sebab sering ada ungkapan muncul dari tiga lembaga

 penegak hukum ini. Advokat sebagai penegak hukum yang tidak disertai legalitas

formal seperti Undang-Undang Advokat. Advokat, bantuan hukum dan Hak Azasi

Manusia adalah sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena

 bantuan hukum yang dimaksud hanya dapat secara sah dan mempunyai legalitas bila

diberikan oleh Advokat.

Page 3: BAB I

5/11/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a2340dc8dc0 3/15

 

3

Kewajiban Advokat terdapat dalam Pasal 19 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 

18 Tahun 2003 tentang Advokat dinyatakan Advokat menyatakan bahwa Advokat

wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui atau diperoleh dari Kliennya

karena hubungan profesinya, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang. Advokat

wajib tunduk dan mematuhi kode etik profesi Advokat dan ketentuan tentang Dewan

Kehormatan Organisasi Advokat.

Advokat dalam memberikan bantuan hukum selalu mengacu pada HAM, sebab

  pintu masuk untuk memberikan bantuan hukum yang paling mudah melalui

  penegakan dan penghormatan. Hak azasi manusia, Advokat diharapkan dengan

kemandiriannya dapat menjunjung tinggi HAM, sehingga dalam memberikan bantuan

hukum selalu mengedepankan kepentingan HAM bukan berorientasi pada finansial

semata, tetapi bantuan hukum itu bersifat universal demi kepentingan semua orang

(warga masyarakat) yang membutuhkan terlepas dari latar belakang etnisitas, asal

usul, keturunan, warna kulit, ideologi, politik, kaya, miskin dan agama.

Bahwa menurut Pasal 56 Ayat (1) KUHAP berbunyi :“dalam hal tersangka atau

terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak pidana yang diancam dengan

 pidana mati atau ancaman pidana lima belas tahun atau lebih atau bagi mereka yang

tidak mampu yang diancam dengan pidana lima tahun atau lebih yang tidak 

mempunyai penasihat hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat

 pemeriksaan dalam proses peradilan wajib menunjuk penasihat hukum bagi mereka.

  Namun disisi lain dalam praktek penggunaan jasa penasehat hukum memerlukan

 biaya besar yang untuk terdakwa yang tidak mampu tentu menjadi masalah. Untuk 

Page 4: BAB I

5/11/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a2340dc8dc0 4/15

 

4

 permasalahan ini melalui kebijakan Pemerintah kemudian terakhir melalui Undang-

Undang tentang Advokat.

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk 

mengangkat masalah ini dalam bentuk skripsi yang berjudul “Pertanggungjawaban

Advokat Terhadap Klien Dalam Perkara Pidana Ditinjau Dari Undang-Undang

Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat”.

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai

 berikut :

1. Bagaimana eksistensi dan fungsi organisasi advokat?

2. Bagaimana kode etik advokat Indonesia?

3. Bagaimana tanggung jawab advokat terhadap klien dalam perkara pidana?

C. Tujuan Penelitian

Bertitik tolak dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yaitu

sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui eksistensi dan fungsi organisasi advokat.

2. Untuk mengetahui kode etik advokat Indonesia.

3. Untuk mengetahui tanggung jawab advokat terhadap klien dalam perkara pidana.

Page 5: BAB I

5/11/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a2340dc8dc0 5/15

 

5

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan sumbangsih pemikiran dalam

 pengembangan ilmu hukum khususnya dalam pemberian bantuan hukum yaitu

mengenai tanggung jawab Advokat dalam memberikan bantuan hukum kepada

kliennya. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan

dan pembaharuan bagi penyempurnaan Undang-Undang Advokat yang menjadi

landasan bagi Advokat dalam menjalankan tugas dan kewajibannya. Selanjutnya

  penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi yang berguna untuk 

masyarakat sehubungan dengan peran, fungsi dan tanggung jawab profesi

Advokat.

2. Manfaat praktis

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi para advokat

(praktisi hukum) agar dapat konsisten mengemban tugas mulia (officium nobile),

agar selalu bersikap mandiri, jujur dan bertanggung jawab dalam menjalankan

  profesinya baik terhadap klien/masyarakat yang mampu ataupun masyarakat

yang tidak mampu secara finansial, pengadilan, pemerintah maupun terhadap

dirinya sendiri selaku penegak hukum. Selain itu penelitian ini juga dapat

memberikan masukan bagi para dosen dan mahasiswa hukum khususnya yang

memfokuskan diri pada bidang advokasi maupun pemberian bantuan hukum

kepada klien.

Page 6: BAB I

5/11/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a2340dc8dc0 6/15

 

6

E. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Advokat

Menurut Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang

Advokat dinyatakan Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum,

  baik di dalam maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan

 berdasarkan ketentuan undang-undang ini.

Menurut Kode Etik Advokat Indonesia Pasal 1 huruf a menyatakan bahwa

Advokat adalah orang yang berpraktik memberi jasa hukum, baik di dalam

maupun diluar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan undang-

undang yang berlaku, baik sebagai Advokat, Pengacara, Penasihat Hukum,

Pengacara Praktik ataupun sebagai Konsultan Hukum.

Advokat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui atau diperoleh

dari kliennya karena hubungan profesinya, termasuk perlindungan atas berkas

dan dokumennya terhadap penyitaan atau pemeriksaan dan perlindungan

terhadap penyadapan atas komunikasi elektronik Advokat, terkecuali ditentukan

lain oleh Undang-Undang.

2. Pengertian Pertanggungjawaban Advokat

Menurut Pasal 15 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang

Advokat, menyatakan bahwa Advokat bebas dalam menjalankan tugas

  profesinya untuk membela perkara yang menjadi tanggung jawabnya dengan

tetap berpegang pada kode etik profesi dan peraturan perundang-undangan.

Page 7: BAB I

5/11/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a2340dc8dc0 7/15

 

7

Adapun tanggungjawab Advokat yang harus dijalankan adalah :3

a. Sebagai pengawal konstitusi dan hak-hak azasi manusia (HAM) ;

 b. Memperjuangkan HAM dalam kerangka negara hukum Indonesia ;

c. Melaksanakan kode etik Advokat ;

d. Memegang teguh sumpah Advokat dalam rangka menegakkan hukum,

keadilan dan kebenaran ;

e. Menjunjung tinggi serta mengutamakan idealisme (nilai keadilan dan

kebenaran) dan moralitas ;

f. Menjunjung tinggi citra profesi Advokat sebagai profesi terhormat

(officium nobile) ;

g. Melindungi dan memelihara kemandirian, kebebasan, derajat dan

martabat Advokat ;

h. Menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan Advokat terhadap

masyarakat ;

i. Menangani perkara-perkara sesuai dengan kode etik Advokat ;

 j. Membela klien dengan cara yang jujur dan bertanggung jawab ;

k. Mencegah penyalahgunaan keahlian dan pengetahuan yang merugikan

masyarakat ;

l. Memelihara kepribadian Advokat ;

3 Ropuan Rambe, Op.Cit , halaman 28-29.

Page 8: BAB I

5/11/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a2340dc8dc0 8/15

 

8

m. Menjaga hubungan baik dengan klien maupun dengan teman sejawat

antara sesama Advokat yang didasarkan pada kejujuran, kerahasiaan dan

keterbukaan serta saling menghargai dan mempercayai ;

n. Memelihara persatuan dan kesatuan Advokat agar sesuai dengan

wadah tunggal organisasi Advokat ;

o. Memberikan pelayanan umum (legal service) ;

 p. Memberikan nasehat hukum (legal advice) ;

q. Memberikan konsultasi hukum (legal construction) ;

r. Memberikan pendapat hukum (legal opinion) ;

s. Menyusun kontrak-kontrak (legal drafting ) ;

t. Memberikan informasi hukum (legal information) ;

u. Membela kepentingan klien (ligitation) ;

v. Mewakili klien di muka pengadilan (legal representation) ;

w. Memberikan bantuan hukum dengan cuma-cuma kepada rakyat yang

lemah dan tidak mampu (legal aid ).

Dengan demikian, seorang Advokat dalam membela, mendampingi,

mewakili, bertindak serta melaksanakan tanggungjawabnya harus selalu

memasukkan pertimbangannya terhadap klien, pengadilan, diri sendiri, negara

dan terlebih kepad Tuhan Yang Maha Esa, dalam mencari kebenaran dan

menegakkan keadilan.

Profesi Advokat ini akan dipandang mulia dihadapan masyarakat apabila

Advokat itu sendiri bisa menjalankan tanggungjawabnya sebagai pemberi jasa

Page 9: BAB I

5/11/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a2340dc8dc0 9/15

 

9

hukum kepada masyarakat yang membutuhkannya, tentu dengan tetap berada

dalam jalur Kode Etik Advokat.

3. Pengertian Klien

Menurut Pasal 1 butir 3 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang

Advokat menyatakan bahwa klien adalah orang, badan hukum atau lembaga lain

yang menerima jasa hukum dari Advokat.

Menurut Kode Etik Advokat Indonesia Pasal 1 huruf a menyatakan bahwa

klien adalah orang, badan hukum atau lembaga lain yang menerima jasa dan atau

 bantuan hukum dari Advokat.

Klien adalah orang/badan hukum yang menerima jasa pembelaan dari

Advokat dan memerlukan bantuan hukum untuk kepentingan di muka hukum.4

Klien adalah orang/badan yang menggunakan jasa bantuan hukum yang

 berhubungan secara langsung maupun tidak langsung demi kepentingan kedua

 belah pihak serta mendapatkan pembelaan dimuka persidangan.5

4. Pengertian Perkara Pidana

Perkara pidana adalah perselisihan/persengketaan antara 2 (dua) belah

 pihak atau lebih, bisa terjadi antara badan hukum dengan individu (inperson)

atau sebaliknya. Dalam hal ini tugas hakim diberikan kewenangan mengadili

4 Yudha Pandu,  Klien dan Penasehat Hukum Dalam Perspektif Masa Kini, Jakarta, Djamban

2001, halaman 34.5  Ibid., halaman 57.

Page 10: BAB I

5/11/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a2340dc8dc0 10/15

 

10

dalam arti yang sebenarnya untuk memberikan suatu keputusan keadilan dalam

suatu perselisihan/sengketa pidana ( Juridictio Contentiosa).6

Perkara pidana adalah suatu perselisihan yang terjadi antara orang/badan

hukum dengan orang/badan hukum lainnya, yang menyangkut dengan aparat

 penegak hukum, seperti advokat, polisi, jaksa dan hakim.7

Perkara pidana terbagi atas 3 yaitu :8

a. Perkara Pidana Biasa (Pid. B)

Praktek Pengadilan Negeri menunjukkan bahwa si penerima berkas-berkas

  perkara dari pihak Jaksa, yang umumnya dikirim langsung ke Panitera,

kemudian dicatat dalam suatu daftar (Register) perkara-perkara pidana dan

seterusnya diserahkan kepada Ketua Pengadilan dan baru oleh Ketua berkas-

 berkas perkara itu dibagikan kepada Hakim Ketua Majelis yang bersangkutan.

 b. Perkara Pidana Singkat (Pid. S)

Berdasarkan Pasal 203 Ayat (1) KUHAP, maka yang diartikan dengan

  perkara-perkara dengan acara singkat adalah perkara-perkara pidana yang

menurut Penuntut Umum pembuktian serta penerapan hukumnya mudah dan

sifatnya sederhana.

Pengajuan perkara pidana dengan acara singkat oleh Penuntut Umum ke

  persidangan dapat dilakukan pada hari-hari persidangan tertentu yang

ditetapkan oleh Ketua Pengadilan Negeri yang bersangkutan. Dalam acara

6 Jimmy, Perkara Pidana, http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Indonesia.7 Dian, Pengertian Perkara Pidana, http://pn-ungaran.go.id/perkara-pidana.html.8 Mahkamah Agung, Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan (Buku II), Cet.

 II , Balai Pustaka, Jakarta, 1997, halaman 16.

Page 11: BAB I

5/11/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a2340dc8dc0 11/15

 

11

singkat ini, maka setelah sidang dibuka oleh Ketua Majelis Hakim dan setelah

  pertanyaan formil terhadap terdakwa diajukan maka Penuntut Umum

dipersilahkan menguraikan tentang tindak pidana yang didakwakan secara

lisan dan dicatat dalam Berita Acara Sidang sebagai pengganti surat dakwaan

(Pasal 203 Ayat (3) KUHAP).

c. Perkara Pidana Cepat

Yang diartikan dan termasuk perkara-perkara dengan acara cepat adalah

  perkara-perkara pidana yang diancam dengan hukuman tidak lebih dari

3 (tiga) bulan penjara atau denda Rp. 7.500,- (Pasal 205 Ayat (1) KUHAP),

yang mencakup tindak pidana ringan, pelanggaran lalu lintas (Pasal 211

KUHAP beserta penjelasannya) juga kejahatan “penghinaan ringan” yang

dimaksudkan dalam Pasal 315 KUHP dan diadili oleh Hakim Pengadilan

  Negeri dengan tanpa ada kewajiban dari Penuntut Umum untuk 

menghadirinya kecuali bilamana sebelumnya Penuntut Umum menyatakan

keinginannya untuk hadir pada sidang itu. Jadi pada pokoknya yang dimaksud

 perkara-perkara semacam tersebut di atas ialah antara lain perkara-perkara

 pelanggaran Lalu Lintas, Pencurian Ringan (Pasal 364 KUHP), Penggelapan

Ringan (Pasal 373 KUHP), Penadahan Ringan (Pasal 482 KUHP).

F. Metode Penelitian

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui

  penelitian kepustakaan (library research), yakni dengan mengumpulkan data

Page 12: BAB I

5/11/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a2340dc8dc0 12/15

 

12

sekunder untuk selanjutnya dikembangkan dalam penelitian ini. Adapun data atau

 bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan-bahan (data) sekunder yang

terdiri dari :

1. Bahan hukum primer berupa peraturan perundang-undangan yang berkaitan

dengan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini, seperti KUHP, KUHAP

dan KUHPerdata, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat.

2. Bahan hukum sekunder berupa buku-buku, majalah atau jurnal-jurnal ilmiah

yang berkaitan dengan Advokat.

3. Bahan hukum tertentu berupa penjelasan dari kamus hukum Bahasa Indonesia,

internet dan lain-lain.

G. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Eksistensi dan Fungsi Organisasi Advokat, berisi kedudukan hukum

advokat, hubungan organisasi advokat dan anggota serta fungsi organisasi advokat di

indonesia.

Bab III Kode Etik Advokat Indonesia, berisi makna, fungsi dan peran kode etik 

advokat, keperluan advokat terhadap kode etik dan penegakan kode etik advokat

Indonesia.

Bab IV Tanggung Jawab Advokat Terhadap Klien Dalam Perkara Pidana, berisi

 pengajuan perkara pidana oleh advokat, proses beracara di persidangan dalam perkara

Page 13: BAB I

5/11/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a2340dc8dc0 13/15

 

13

 pidana,    pelayanan perkara pidana terhadap klien dan tanggung jawab Advokat

terhadap klien dalam perkara pidana.

Bab V Penutup, berisi kesimpulan dan saran.

Page 14: BAB I

5/11/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a2340dc8dc0 14/15

 

14

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Agustin Teras Narang, 2003,  Proses Pembahasan Undang-undang Advokat di Parlemen, Cetakan Pertama, Yayasan Pancur Siwah, Jakarta.

Agung, Mahkamah, 1997,   Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan (Buku II), Cet. II , Balai Pustaka, Jakarta.

K. Danggur, 1997,  Resolusi Roh Officium Nobile Profesi Advokat , CopyrightSinar Harapan, Jakarta.

Kadafi, Binziad, 2001,  Advokat Indonesia Mencari Legitimasi, Study Tentang 

Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia, PSHR, Jakarta.

Lev. Daniel S., 1990,  Hukum dan Politik di Indonesia, Keseimbangan dan

 Perubahan, LP3ES, Jakarta.

Lubis, Todung Mulya, 1981, Gerakan Bantuan Hukum di Indonesia, Sebuah

Studi Awal , Beberapa Pemikiran Mengenai Bantuan Hukum : Ke Arah

Bantuan Hukum Struktural ed. Abdul Hakim G. Nusantara dan MulyanaW. Kusumah, Alumni, Bandung.

Mansar, Andi, 2005,  Bantuan Hukum dan Implementasi Perlindungan HAM di Indonesia, LBH, Medan.

Mansar, Adi dan Ikhwaluddin Simatupang, 2007,   Hukum Acara Pidana Indonesia dalam Perspektif Advokat dan Bantuan Hukum, LBH, Medan.

 Nasikun, 1995, Sistem Sosial Indonesia, Cet. IX, PT. Raja Grafindo Utama,

Jakarta.

 Nasution, Adnan Buyung, 1982, Bantuan Hukum di Indonesia, LP3ES, Jakarta.

 Nusantara, Abdul Hakim Garuda, 1988,   Politik Hukum Indonesia, YayasanLembaga Bantuan Hukum Indonesia, Jakarta.

Page 15: BAB I

5/11/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a2340dc8dc0 15/15

 

15

  _______________________, 1981, Bantuan Hukum dan Kemiskinan Struktural 

  Beberapa Pemikiran Mengenai Bantuan Hukum Ke Arah Hukum

Struktural , Alumni, Bandung.

Pandu Yudha, 2001,  Klien dan Penasehat Hukum Dalam Perspektif Masa Kini,

Djamban, Jakarta.

Rambe Ropuan, 2001, Teknik Praktek Advokat , Grasindo, Jakarta.

Soekanto Soerjono, 2003,  Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat ,PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Soemaryono, E., 1995, Etika Profesi Hukum, Cet. I, Kanisius, Yogyakarta.

Sugono, Bambang dan Hartono Aries, 2001,  Bantuan Hukum dan Hak AzasiManusia, Mandar Maju, Bandung.

Surowidjoyo Arief T., 2008,   Peran dan Fungsi Advokat, Modul Pelatihan Pendidikan Khusus Profesi Advokat (PKPA), Jakarta.

Tanjung Khaerul, H., 2007, Sejarah Hukum Advokat Indonesia, Blagster.

Winarta, Frans Hendra, 2003,  Bantuan Hukum Bukan Belas Kasihan Suatu Hak 

 Azasi Manusia, Elexmedia Komputindo, Jakarta.

B. Peraturan Perundang-Undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat.

C. Internet

Dian, Pengertian Perkara Pidana, http://pn-ungaran.go.id/perkara-pidana.html.

Jimmy, Perkara Pidana, http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Indonesia.