bab i
TRANSCRIPT
5/10/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-559e018447a01 1/28
IKTERUS NEONATUS
Rani Frasputy Hallan102007178
A-6
Alamat korespondensi
Fakultas Kedokteran Universitas kristen krida wacana
Jl. Arjuna Utara no. 6 Kebun Jeruk, Jakarta 11510
Email : [email protected]
BAB I
Pendahuluan
Ikterus yang ditemukan pada bayi baru lahir dapat merupakan suatu gejala
fisiologis (terdapat pada 25-50% neonatus cukup bulan dan lebih tinggi lagi pada
neonatus kurang bulan) atau bisa merupakan hal yang patologis misalnya pada
inkompatibilitas rhesus dan ABO, sepsis, galaktomi, penyumbatan saluran
empedu dan sebagainya. Ikterus fisiologis ialah ikterus yang timbul pada hari
kedua dan ketiga yang tidak mempunyai dasar patologis, kadar yang
membahayakan atau potensi yang menjadi ‘kernicterus’ dan tidak menyebabkan
suatu morbiditas pada bayi. Ikterus patologis ialah ikterus yang mempunyai dasar
patologis atau kadar bilirubinnya mencapai suatu nilai yang disebut
hiperbilirubinemia.
Dasar patologis ini misalnya jenis bilirubin, saat timbul dan
menghilangnya ikterus dan penyebabnya. Memperhatikan hal tersebut diatas,
jelaslah bahwa ikterus baru dapat dikatakan fisiologis atau patologis pada saat
penderita akan dipulangkan.
5/10/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-559e018447a01 2/28
BAB II
ISI
Anamnesis
• Gejala yang timbul sejak kapan
• riwayat ikterus pada anak sebelumnya
• riwayat keluarga anemi
• pembesaran hati dan limpa
• riwayat penggunaan obat selama ibu hamil
• riwayat infeksi maternal
• riwayat trauma persalinan
• asfiksia.
Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik
• Menghitung frekuensi nafas
• Inpeksi (untuk melihat warn bayi pucat, ikterus sinosis sentral )
• Hitung denyut jantung bayi : biasanya meningkat dalam keadaan suhu
tubuh tidak normal, pendarahan, gangguan pernafasan normal 100-160/
menit masih normal dalam kedaan 60 kali/menit.
• Ukur suhu aksila : untuk menentukan apakah bayi dalam keadaan hipo/
hipertensi kondisi normal suhu bayi 36,5-37,5 ° cc.
• Pemeriksaan tonus atau kesadaran bayi : pemeriksaan berfungsi untuk
melihat adanya letargi yaitu penurunan kesadaran dimana bayi dapat
bangun lagi dengan sedikit kesulitan, ada tidaknya tonus otot yang lemah,
mudah teangsang, mengantuk, aktivitas berkurang, dan sadar (tidur yang
dalam tidak merespons terhadap rangsangan). Pemeriksaan ini dalam
keadaan normal dengan tingkat kesadaran mulai diam hingga sadar penuh
serta bayi dapat dibangunkan jika sedang tidur atau dalam keadaan diam
• Pemeriksaan ekstrimitas : pemeriksaan ini berfungsi untuk menilai ada
5/10/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-559e018447a01 3/28
tidaknya gerakan ekstremitas abnormal, asimetris,posisi dan gerakan yang
abnormal (menghadap keluar ataupun keluar garis tangan) serta menilai
jari kaki yaitu jumlahnya berlebih atau saling melekat
• Berdasarkan Kramer dibagi :
Derajat ikterus
Daerah ikterus
Perkiraan kadar
bilirubin
I Kepala dan leher 5,0 mg%
II Sampai badan atas (di atas umbilikus) 9,0 mg%
III Sampai badan bawah (di bawah
umbilikus) hingga tungkai atas (di atas
lutut)
11,4 mg/dl
IV Sampai lengan, tungkai bawah lutut 12,4 mg/dl
V Sampai telapak tangan dan kaki 16,0 mg/dl
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium:
• kadar bilirubin
• golongan darah (ABO dan Rhesus) ibu dan anak
• darah rutin
• hapusan darah
• Coomb tes
• kadar enzim G6PD (pada riwayat keluarga dengan defisiensi enzim G6PD).
Pemeriksaan radiologis :
• USG abdomen (pada ikterus berkepanjangan
5/10/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-559e018447a01 4/28
Working diagnosis :
Ikterus neonatus fisiologis
Diagnosis banding :
1. Neonatal jaundice
Secara umum tidak ada bayi yang jaundice sejak lahir, walaupun jaundice akan
timbul segera setelahnya. Hal ini dikarenakan kemampuan plasenta untuk
membersihka bilirubin dari sirkulasi fetus dalam beberapa hari berikutnya, hampir
semua bayi mengalami peningkatan kadar bilirubin serum (>1.4 mg/dl) dengan
meningkatnya kadar bilirubin serum, kulit menjadi lebih jaundice dengan urutan
sefalo-kaudal. Mula-mula ikterus tampak dikepala dan bergerak kearah kaudal ke
telapak tangan dan telapak kaki. Kramer menemukan kadar bilirubin indirek
serum sebagai perkembangan jaundice, kepala dan leher = 8-16 mg/dl, lengan
dan tungkai bawah = 11-18mg/dl, telapak tangan dan telapak kaki jika > 15 mg/dl,
walaupun demikian jika kadar bilirubin >15 mg/dl , seluruh tubuh akan ikterik.
Cara terbaik untuk melihat jaundice adalah dengan menekan kulit secara hati-hatidengan jari dibawah penerangan yang cukup. Setidaknya 1/3 bayi akan tampak
jaundice. Kombinasi analisis selama beberapa penelitian besar yang melibatkan
ribuan bayi berusia 1minggu menunjukan bahwa moderate jaundice (kadar
bilirubin < 12 mg/dl) tampak pada sekitar 12% bayi-bayi yang mendapatkan ASI
dan 4% bayi yng mendapat PASI , severe jaundice (kadar bilirubin >15 mg/dl)
tampak pada 2 % bayi yang mendapatkan ASI dan 0,3% bayi yang mendapat
PASI.
Terjadi pergeseran dimana lama rawat ibu setelah melahirkan lebih
singkat. Dua dekade yang lalu, para ibu dan bayi dirawat dirumah sakit lebih dari
1 minggu setelah kelahiran normal tanpa komplikasi selama perawatan. Selama di
rumah sakit, jaundice dinilai setiap hari oleh para dokter dan perawat sehingga
dapat didiagnosis dan diterapi, sesuai dengan kegawatan tingginya kadar bilirubin
baru-baru ini, engan kenaikan biaya kesehatan yang begitu tinggi dan adanya
organisasi pelayanan kesehatan untuk mengurangi biaya ini, lama perawatan
menjadi 2 hari untuk kelahiran spontan dan 4 malam untuk kelahiran secara sectio
5/10/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-559e018447a01 5/28
caesaria. Banyak orang yakin bahwa dalam dekade berikutnya, lama perawatan
akan menjadi 6-12 jam setelah melahirkan. Pada beberapa penelitian besar
ditemukan bahwa bayi-bayi yang terlalu cepat dibawa pulang (< 30 jam )
beresiko tinggi untuk dirawat kembali dirumah sakit karena jaundice yang timbul
satu bulan pertama.
Bayi yang baru lahir dan segera di bawa pulang dirumah mengalami
hiperbilirubinemia (30-40 mg/dl) dn menjadi kernicterus. Walaupun ASI hari
pertama post partum memiliki keuntungan-keuntungan, salah satu kerugian adalah
resiko yang berhubungan dengan diagnosis severe hiperbilirubinemia yang
terlambat. The Amerikan Academy of pediatric telah merekomendasikan bahwa
bayi-bayi yang dibawa pulang sebelum berumur 48 jam, perlu di follow up dalam
48 jam setelah pulang. Banyak dokter yng tidak mengikuti rekomendasi ini
walaupun pengaruh serius rawat inap yang singkat berpengaruh pada jaundice
neonatus. Jaundice dapat disebabkan oleh peningkatan produksi bilirubin,
penurunan eksresi billirubin atau kombinasi mekanisme ini.
Batasan jaundice fisiologis telah digunakan untuk menerangkan jaundice
yang sering ditemuakan pada neonatus yang betul-betul normal. Tetapi jaudice
fisiologis merupakan hasil dari beberapa faktor termasuk peningkatan produksi
bilirubin dan penurunan eksresinya. Jaundice harus dianggap sebagai tanda
penyakit dan tidak secara rutin dianggap fisiologis karateristik spesifik neonatal
jaundice harus dianggap tidak normal sampai terbukti sebaliknya, termsuk yang
timbul sebelum usia 36 jam, persistenn selama 10 hari, berhubungan dengan kadar
bilirubin serum > 12mg/dl dalam waktu kapanpun, dan peningkatan fraksi
bilirubin direk (>2mg/dl atau 30% dari bilirubin serum total ), dalam waktu
kapanpun.
Ada sejumlah faktor epidemiologis yang berhubungan dengan neonatal
jaundice yang telah diulas, beberapa faktor yang berhungan dengan bilirubin
neonatos adalah jenis kelamin laki-laki, berat lahir rendah, rematuritas, etnis
tertentu (oriental,indian, amerika,yunani), obat-obatan pada ibu (oksitosin,
prometasin, obat yang mengandung hidroklorida, ketuban pecah dini, penurunan
bblr yang cepat, keterlambatan pasasae mekonium, pemberian ASI dan infeksi
5/10/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-559e018447a01 6/28
neonatus. Proses kelahiran dengan ekstrasi vakum meningkatkan resiko sefal
hematom dan neonatal jaundice. Data yang ada menunjukan bahwa pankonorium
berhubungan dengan peningkatan resiko hiperbilirubinemia. Ada hubungan yang
jelas dengan kadar bilirubin serum tali pusat dengan hiperbilirubinemia. Pada
bilirubin ibu saat melahirkan dan gradien bilirubin transplasenta juga mempunyai
korelasi positif dengan konsentrasi bilirubin serum neonatus. Fakor lain yang
berhubungn dengan kadar bilirubin neonatus, termasuk ibu perokok, ras kulit
hitam, dan obat-obatan tertentu yang diberikan pada ibu (fenobarbital ).
Ikterus pada bayi mendapat ASI (Breast milk jaundice)
Pada sebagian bayi yang mendapat ASI eksklusif, dapat terjadi ikterus yang yang
berkepanjangan. Hal ini dapat terjadi karena adanya faktor tertentu dalam ASI
yang diduga meningkatkan absorbsi bilirubin di usus halus. Bila tidak ditemukan
faktor risiko lain, ibu tidak perlu khawatir, ASI tidak perlu dihentikan dan
frekuensi ditambah. Apabila keadaan umum bayi baik, aktif, minum kuat, tidak
ada tata laksana khusus meskipun ada peningkatan kadar bilirubin.
Ikterus Berkepanjangan (Prolonged Jaundice)
• Diagnosis ditegakkan apabila ikterus menetap hingga 2 minggu pada
neonatus cukup bulan, dan 3 minggu pada neonatus kurang bulan.
• Terapi sinar dihentikan, dan lakukan pemeriksaan penunjang untuk
mencari penyebab.
• Bila buang air besar bayi pucat atau urin berwarna gelap, persiapkan
kepindahan bayi dan rujuk ke rumah sakit tersier atau senter khusus untuk
evaluasi lebih lanjut, bila memungkinkan.
• Bila tes sifilis pada ibu positif, terapi sebagai sifilis kongenital.
5/10/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-559e018447a01 7/28
2. Kolestasis neonatus
Hiperbilirubinemia direk selama bulan pertama kehidupan menandai
keadaan patologis yang signifikan sebagai akibat anomali struktur hepatobiliaris,
infeksi, penyakit metabolik dan genetik toksisitas obat dan nutrisi, serta gangguan
oleh penyebab yang belom diketahui kecuali untuk kolestasis akibat –alimentasi
parenteral pada bayi prematur, gangguan yang paling lazim pada bayi cukup bulan
yang dihubungan dengan kolestasis neonatus adalah atresa biliaris ekstra hepatis
dan hepatitis neonatus idiopatik. Manisfestasi klink kolestasis yang biasa selama
masa bayi dalah ikterus, hepatomegali, urin warna gelap dan tinja alkolik (putih).
Sesudah uji diagnostik spesifik dilakukan, pengobatan suportif pasien
dengan kolestasis neonatus bergantung pada tingkat disfungsi hepatoseluler dan
keparahan kolestasis. Disfungsi hepatoseluler menyebabkan kencenderungan psien untuk mengalami komplikasi seperti pendarahan, ensefalopati, dan sindrom
hepatorenal, sedangkan defisiensi garam empedu dalam lumen intestinum
menyebabkan defisiensi vitamin larut lemak, rakitis, hipokalsemia (defisisensi
vitamin D), pendarahan (defisisensi vit. K ), dan neuropati perifer (defisiensi vit.
E) retensi garam empedu menyebabkan gatal.
Terapi suportif melibatkan penambahan medium rantai trigliserid dan
vitamin larut lemak, pemberian kolestiramin untuk mengurangi reabsorsi asam
empedu dari usus dan pemberian fenobarbital untuk eningkatkan eksresi empedu
hati. Pemberian asam ursodeoksikolat oral dapat memperbaiki sekresi empedu.
Pengobatan efinitf bergantung pada prose yang mendasari dan dapat melibatkan
pengesampingan diet (laktosa pada galaktosemia), pembeahan (pada atresia
biliaris ekstrahepatis atau ista koledukus) transplatasi hati.
3. Crigler Najjar sindrome
5/10/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-559e018447a01 8/28
Aktivitas glukoronil transferase hati berkurang pada dua gangguan yang berbeda
secara genetik dan fungsional (sindrom crigler najjar) menghasilkan
hiperbiliruinemia tidak terkonjugasi, non hemolitik, non obstruktif kongenital
mekanisme molekuler berbagai sindrome crigler najjar hanya sebagian dipahami
dan tampaknya ukup kompleks ini sebagaian karena kenyataan bahwa aktifitas
isoform glukoronil transferase multiple kurang pada berbagai fenotip sindrom
crigler najjar. Kadar rendah hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi juga terjadi
pada sindrom gilbert suatu gangguan benigna, yang disebabkan oleh mutasi
missenspada gen tranferase.
Sindrom crigler najjar (defisiensi glukoronil transferase tipe I)
Bentuk ini diwariskan sebagai ciri autosomal resesif. Orang tua naka yang
terkena mempunyai defek parsial pada konjugasi yang ditenukan olehdengan
assay enzim hati atau dengan pengukuran, pembentukan glukoronidatetapi kadar
bilirubin serum normal.
Manisfestasi klinis
Hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi berat berkembang pada bayi yang
homozigot selama umur tiga hari pertama, dan tanpa pengobatan kadar serum 25-
35mg/dl dicapai selama bulan pertama. Kernicterus, komplikasi yang hampir
universal pada gangguan ini. Biasanya pertama ditemukan pada awal neonatus
tetapi beberapa bayi yang diobati bertahan hidup selama anak tanpa sekuele klinis.
Tinja kuning pucat. Hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi menetap pada kadar
diatas 20mg/dl. Setelah usia satu minggu pertama tanpa hemolisis harus
mencurigai sindrom ini.
Diagnosis
Diagnosis crigler najjar didasarkan pada umur dini dann kenaikan kadar bilirubin
yang mencolok tanpa ada hemolisis. Dalam empedeu kadar bilirubin kurang dari
10mg/dl dibanding dengan kadar normal 50-100ml/dl, dan tidak ada bilirubin
glukorunida. Diagnosis pasti ditegakan dengan mengukur aktivitas glukoronil
5/10/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-559e018447a01 9/28
transferase hati pada spesimen hati yang diambil dengan biopsi tertutup ; biopsi
terbuk harus dihindari karena operasi dan anestesi bisa mempercepat kemicterus.
Identifikasi keadaan heterozigot pada orang tua juga memberi kesan yang kuat
terhadap diagnosis. Penyakit tipe II dapat dibedakn dari tipe I oleh penurunan
yang nyata kadar bilirubin serum yang terjadi pada penyakit tipe II setelah satu
minggu pengobatan dengan fenobarbital
Pengobatan
Kadar bilirubin serum harus dipertahankan dibawah 20mg/dl selama paling tidak
usia 2-4 minggu pertama pada bayi berat badan lahir rendah kadarnya harus
dipertahankan lebih rendah. Ini biasanya membutuhkan transfusi tukar dan foto
terapi berulang-ulang karena resiko kernicterus menetap sampai dewasa.
Walaupun kadar bilirubin serum yang dibuthkan untuk menimbulkan jejas otak
setelah masa neonatus adalah sangat lebih tinggi (biasanya diatas 35mg/dl).
Fototerapi umumnya dilanjutkan sampai awal usia tahun–tahun 1. Pada bayi yang
lebih tua dan anak-anak, fototerapi digunakan selama tidur agar supaya tidak
menggangu aktifitas normal. Namun pemberian intensitas sinar semakin
bertambah selama masa yang lebih lama, respon penurunan bilirubin serum
terhadap fototerapi menurun sesuai dengan umur. Kolestiramin atau agar-agar
dapat digunakan untuk mengikat produk-produk foto bilirubin, dengan demikian
menggangu resirkulasi enterohepatik billirubin. Pengobatan segera terhadap
infeksi diantaranya, episode demam, dan jenis penyakit lain bisa membantu
mencegah perkembangan kernicterus lebih lanjut, yang dapat terjdi pada kadar
bilirubin 45-55mg/dl. Semua penderita tipe I akhirnya mengalami kernicterus
berat pada remaja, walaupun pengelolaan dengan sunguh-sunguh diteruskan
sehingga mempertahankan normalitas neurologis selama masa anak. Transplantasi
hati ortotopik akan menyembukan penyakit dan telah berhasil pada sejumlah kecil
penderita. Cara pengobatan lain telah memasukan plasma viresis dan pembatasan
produksi bilirubin. Pilihan kedua ini menghambat pembentukan bilirubin,
mungkin melalui penghabatan oksigenase heme dengan mengunakan terapi
metaloporfirin. Tetapi pengantian enzim yang direkayasa secara genetik tetap
5/10/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-559e018447a01 10/28
suatu terapi yang potensial untuk masa yang akan datang.
Sindrom crigler-najjar defisisensi glukoronil tranferase tipe II
Penyakit autosom dominan ini dengan berbagai penetrans yang mencolok bisa
muncul pada cara yang sama pada sindrom tipe I, atau mungkin gangguan kurang
berat, kadang-kadang tanpa manisfestasi neonatus. Penelitian telah mengesankan
bahwa sindrom crigler-najjar tipe II disebakan oleh mutasi homozigot pada
ktivitas isoform I glukoronil tranferase.
Manisfestasi klinis
Apabila gangguann ini muncul pada masa neonatus, biasanya ada
hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi selam usia 3 hari pertama ; kadar bilirubin
serum mungkin dalam rentangan yang sesuai dengan ikterus fisiologis atau
mungkin pada kadar patologis. Ciri-cirinya, kadar tetap meinggi pada dan setelah
usia minggu ke-3, menetap pada rentangan 1,5-22mg/dl; kadar bawah rentangan
ini bisa menyebabkan ketidak jelasan apakah hiperbirubinemia kronis memang
ada. Mulainya kernicterus tidak biasa. Warna tinja normal dan bayi tanpa tanda
atau gejala klinis penyakit. Tak ada bukti adanya hemolisis
Diagnosis
Kadar bilirubin empedu mendekati normal pada sinrom tipe II bayi dan anak kecil
(muda) dengan ikterus yang sedang menderita sindrom tipe II merespon dengan
cepat terhadap 5mg/kg/24jam fenobarbital oral dengan menurunkan kadar
bilirubin serum menjadi 2-3mg/dl dalam 7 sampai 10 hari pengobatan ini tidak
direspon oleh penderita dengan tipe I.
Pengobatan
Pengurangan kadar bilirubin serum dalam waktu lama dapat dicapai dengan
pemberian fenobarbital 5mg/kg/24jam yang lama. Manfaat kosmestik dan
psikososial harus dipertimbangkan terhadap resiko dosis efektif obat karena da
sedikit resiko jangka panjang terhadap kernicterus pada dan tanpa penyakit
5/10/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-559e018447a01 11/28
hemolitik.
4. Rhesus incompability
5. Hepatitis neonatal
Secara histologis hati menunjukan sel raksasa berinti banyak
yang menganti seluruh sel hati tanpa mengubah susunan
lobulus. Etiologinya penyakit ini belum diketahui dengan pasti.
Banyak hipotesis dikemukan untuk menerangkan dan
diantaranya yang terpenting ialah a. virus yang diperoleh secara
kongenital b. aplasia kanal empedu c. reaksi isoimunologi
(ketidak selarasan darah ) d. penyakit metabolisme herediter
yang autosom resesif.
Prognosis umunya buruk. Mortalitas kira-kira 30-40%. Prognosis
ini berhubungan dengan lengkap atau tidaknya “gliant cell
transformation” itu. Pada penderita dengan “giant cell
transformation” lengkap, akhirnya menjadi kolaps pascanekrotik
dan fibrosis yang merasa tanpa tonjolan regeneratif
(psedolobulus). Walaupun jumlah sel raksasa berkurang akibat
degenerasi dan nekrosis, namun tidak tampak tonjolan
regeneratif. Hal ini disebabkan oleh sel hati yang tidak
berproduksi. Biasanya penderita meninggal dengan ikterus yang
berat dan beberapa gejala yang mirip dengan gejala yang
disebabkan oleh atresia saluran empedu extrahepatik. Prognosis
“giant cell transformation” yang tidak lengkap sebaliknya tidak
terlalu buruk, kecuali bila disertai dengan atresia saluran
empedu atau infeksi interkuren. Sebabnya ialah karena bagian
parenkim yang masih normal dan mengandung kanal empedu
lambat lau dapat bergenerasi mengantikan sel raksasa hati yang
degeneratif dan berjangka hidup terbatas, sehinga kadang-
kadang dapat mencapai keadaan hampir normal, baik strukturil
maupun fungsional.
5/10/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-559e018447a01 12/28
Etiologi
Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat
disebabkan oleh beberapa faktor.
Secara garis besar etiologi ikterus neonatorum dapat dibagi :
1. Produksi yang berlebihan
Hal ini melebihi kemampuan bayi untuk mengeluarkannya, mislnya pada
hemolisis yang meningkat pada inkompatibilitas darah Rh,ABO, golongan
darah lain, defisiensi enzim G-6-PD, piruvat kinase, perdarahan tertutup
dan sepsis.
2. Gangguan dalam proses ‘uptake’ dan konjugasi hepar
Gangguan ini dapat disebabkan oleh imaturasi hepar, kurangnnya substrat
untuk konjugasi bilirubin,gangguan fungsi hepar,akibat asidosis,hipoksia
dan infeksi atau tidak terdapatnya enzim glukoronil transferase (sindrom
criggler-najjar). Penyebab lain ialah defisiensi protein Y dalam hepar yang
berperanan penting dalam ‘uptake’ bilirubin ke sel hepar
3. Gangguan transportasi
Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkut ke hepar.
Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat misalnya
salisilat, sulfafurazole. Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak
terdapat bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekat ke
sel otak
4. Gangguan dalam ekskresi
Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau diluar hepar.
Kelainan diluar hepar biasannya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh
penyebab lain.
Patofisiologi
pembentukan bilirubin
5/10/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-559e018447a01 13/28
bilirubin adalah pigmen kristal berwarna jigga ikterus yang merupakan bentuk
akhir dari pemecahan ketabolisme heme melalui proses reaksi oksidasi
reduksi. Langkah oksidasi yang pertama adalah biliverdin yang dibentuk dari
heme dengan bantuan enzim heme ooksigenase yaitu suatu enzim yang
sebagian besar terdapat disel hati, dan organ lain. Pada reaksi tersebut juga
terentuk besi yang digunkan kembali untuk pembentukan hemoglobin dan
carbon monoksida (co) yang dieksresikan kedalam paru. Biliverdin kemudian
akan direduksi menjadi bilirubin oleh enzim biliverdin reduktase.
Biliverdin bersifat larut dalam air dan secara cepat akan dirubah menjadi
bilirubin melalui reaksi bilirubin reduktase. Berbeda dengan biliverdin,
bilirubin bersifat lipofilik dan terikat dengan hidrogen serta pada ph normal
bersifat tidal larut. Jika tumbuh mengeksresikan, diperlukan mekanismr
transport dan elimenasi bilirubin.
Pada bayi baru lahir, sekitar 75% produksi bilirubin berasal dari katabolisme
heme hemoglobin dari eritrosit sirkulasi 1g hemoglobin akan menghasilkan
34mg bilirubin dan sisanya (25%) disebut early labelled bilirubin yang bersal
dari pelepasan hemoglobin karena eritropoesis yang tidak efektif dalam
sumsum tulang, jaringan yang mengandung protein heme (mioglobin,
sitokrom,katalase,perioksidase) dan heme bebas.
Bayi baru lahir akan memproduksi bilirubin 8-10mgkgbb/hari, sedangkan
orang dewasa 3-4mg/kgbb/hari peningkatan produksi bolirubin pada bayi baru
lahir disebabkan masa hidup eritrosit bayi lebih pendek (70-90 hari)
dibandigkan dengan orang dewasa (120 hari), peningkatan degradasi heme,
turnover sitokrom yang meningkat dan juga reabsorsi bilirubin dari usus yang
meningkat (sirkulasi enterohepatik).
mengatasi hiperbilirubinemia
1. mempercepat proses konjugasi, misalnya dengan penggunaan fenobarbital.
Obat ini bekerja sebagai ‘enzyme inducer’ sehingga konjugasi dapat
dipercepat. Pengobatan dengan cara ini tidak begitu efektif dan
membutuhkan waktu 48 jam baru terjadi penurunan bilirubin yang berarti
mungkin lebih bermanfaat bila diberikan pada ibu kira-kira 2 hari sebelum
5/10/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-559e018447a01 14/28
melahirkan bayi
2. memberkan substrat yang kurang untuk ttansportasi atau konjugasi
contohnya ialah pemberian albumin untuk mengikat bilirubin yang bebas.
Albumin dapat diganti dengan plasma dengan dosis 15-20ml/kgbb.
Albumin biasanya diberikan sebelum transfusi tukar dikerjakan oleh
karena albumin akan mempercepat keluarnya bilirubin dari extravaskuler
kevaskuler sehingga bilirubin yang diikatnya lebih mudah dikeluarkan
dengan transfusi tukar. Pemberian glukosa penting untuk konjugasi hepar
sebgai sumber energi.
3. Melakukan dekompensasi bilirubin denbgan fototerapi. Walaupun
fototerapi dapat menurunkan kadar bilrubin dengan cepat, cara ini tidak
dapat mengantikan transfusi tukar paa proses hemolisis berat. Fototerapi
dapat digunakan untuk pra dan pasca-transfusi tukar
4. Transfusi tukar
Pada umumnya transfusi tukar dilakukan dengan indikasi sebagai berikut :
a. Pada semua keadaan dengan kadar bilirubin indirek < 20mg%
b. Kenaikan kadar bilirubun indirek yang cepat, yaitu 0,32- 1 mg%/jam
c. Anemia yang berat pada neonatus dengan gejala gagal jantung
d. Bayi dengan kadar hemoglobin talipusat < 14mg% dan uji coombs
direk positif
Tabel 1: pedoman pengelolaan ikterus menurut waktu timbulnya dan kadar
bilirubin (modifikasi dari maisels. 1972 )
Bilirubin
(mg %)
<24 jam 24-48 jam 49-72jam > 72 jam
<5 Pemberian makanan yang dini
5-9 Terapi sinar
bila hemolisis
Phenobarbibal + kalori cukup
10-14 Transfusi
tukar bila
hemolisis
Terapi sinar
15-19 Transfusi Transfusi Terapi sinar +
5/10/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-559e018447a01 15/28
tukar tukar bila
hemolisis>20 Transfusi tukar
Sebelum dan sesudah transfusi tukar beri terapi sinar
Bila tidak berhasil transfusi tukar
Observasi
Penyebab ikterus perlu diselidiki
Bila terdapat
♦ Asfiksia
♦ RDS
♦ Asidosis metabolik
♦ Protein total < 5 g%
♦ BBL < 1500 g
♦ Tanda-tanda kelainan S.S.P
Sesudah transfusi tukar diberi fototerapi. Bila terdapat keadaan seperti asfiksia
perinatal, distres pernafasan, asidosis metabolik, hipotermia, kadar protein serum
kurang atau sama dengan 5 g% , berat badan ahir kurang dari 1.500 g dan tanda-
tanda gangguan sususanan saraf pusat, penderita harus diobati seperti pada kadar
bilirubin yang lebih tinggi sebelumnya.
Manisfestasi klinik
Ikterus dapat ada pada saat lahir atau dapat muncul pada setiap saat selama
Pengobatan seperti pada kadar
bilirubin yang lebih tinggi
berikutnya
5/10/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-559e018447a01 16/28
masa neonatus, bergantung pada keadaan yang menyebabkan. Ikterus biasanya
mulai pada muka ketika kadar serum bertambah turun keabdomen kemudian kaki
tekanan kulit dapat menampakkan kemajuan anatomi ikterus (muka-5mg/dl,
tengah abdomen sampai 15 mg/dl, telapak kaki-20mg/dl) tetapi tidak dapat
dijadikan tumpuan untuk meperkirakan keadaan dalam darah. Ikterus pada bagian
tengah abdomen, tanda-tanda dan gejala-gejala merupakan faktor resiko-tinggi
yang memberi kesan ikterus non-fisiologis atau hemolisis yang harus dievaluasi
lebih lanjut ikterometer atau ikterus transkutan meter dapat digunakan untuk
menscreaning bayi, tetapi kadar bilirubin serum diindikasikan pada penderita-
penderita yang ikterusnya progresif bergejala atau beresiko untuk mengalami
hemolisis atau sepsis. Ikterus akibat pengendapan bilirubin indirek pada kulit
cenderung tampak kuning terang atau oranye ikterus pada tipe obstruktif(bilirubin
direk) kulit tampak kuning kehijauan atau keruh perbedaan ini biasanya hanya
terlihat pada ikterus yang berat. Bayi apat menjadi lesu dan nafsu makan jelek.
Tanda-tanda kernicterus jarang muncul pada hari pertama ikterus.
Klasifikasi
Pengamatan dan penelitian di RSCM jakarta (moninja dkk,1981)
menunjuk bahwa dianggap hiperbilirubinemia bila:
1. Ikterus terjadi 24jam pertama
2. Peningkatan konsentrasi bilirubin 5mg% atau lebih 24 jam
3. Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10mg% pada neonatus kurang bulan
dan 12,5mg% pada neonatus cukup bulan
4. Ikterus yang disertai proses hemolisis (inkompatibilitas darah, defisiensi
enzim G-6-PD dan sepsis)
5. Ikteus yng disertai keadaan sebagi berikut :
• Berat lahir kurang dari 2000 gram
• Masa gestasi kurang dari 36 minggu
• Asfiksia, hipoksia, sindrom gangguan pernafasan
• Infeksi
• Trauma lahir pada kepala hipoglikemia, hiperkarbia
5/10/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-559e018447a01 17/28
• Hiperosmolitas darah
Kemicterus ialah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin
indirek pada otak terutama pada korpus striatum, talamus, nukleus subtalamus
hipokampus , nukleus merah dan nukleus di dasar ventrikel IV.
Gejala klinis pada permulaanya tidak jelas tapi dapat disebutkan ialah
mata yang berputar, letargi, kejang, tak mau menghisap, tonus otot meninggi,
leher kaku dan akhirnya opistotonus. Pada umur yang lebih lanjut bila bayi ini
hidup dapat terjadi spasme otot, opistotonus, kejang, atetosis yang disertai
ketegangan otot. Ketulian pada nada tinggi dapat ditemukan, gangguan bicara dan
retardasi mental.
Pengamatan ikterus kadang-kadang agak sulit apalagi dengan cahaya
buatan. Paling baik pengamatan dilakukan dengan cahaya matahari dan dengan
menekan sedikit kulit yang akan diamati untuk menghilangkan warna karena
pengaruh sirkulasi. Ikterus biasanya bermanisfestasi pada kadar yang lebih rendah
pada orang yang berkulit putih dan lebih tinggi pada orang yang berkulit
berwarna. Uttley (1974) menyatakan bahwa ikterus baru terlihat kalau kadar
bilirubin mencapai 2mg%. brown (1973) menyebutkan bahwa ikterus baru terlihat
bila kadar bilirubin lebih dari 5mg%. pengamatan moninjta dkk. Di RSCM
jakarta ialah ikterus baru terlihat jelas bila kadar bilirubin lebih dari 6mg%.
pengalaman juga membuktikan bahwa derajat intensitas ikterus tidak selalu sama
dengan tingginya kadar bilirubin darah.
5/10/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-559e018447a01 18/28
Ikterus fisiologisIkterus fisiologis tidak disebabkan oleh faktor tunggal tapi kombinasi dari
beberapa faktor yang berhubungan dengan maturitas fisiologis bayi baru lahir.
Peningkatan kadar bilirubin tidak terkonjugasi pada bayi baru lahir, disebabkan
oleh kombinasi peningkatan ketersediaan bilirubin dan penurunan clearence
bilirubin.
Dasar Penyebab
Peningkatan bilirubin yang tersedia
• Peningkatan produksi bilirubin
Peningkatan sel darah merah
Penurunan umur sel darah merah
Peningkatan early bilirubin
5/10/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-559e018447a01 19/28
• Peningkatan resirkulasi melalui
enterohepatik shunt
Penurunan bilirubin clearnce
• Penurunan clearance dari plasma
• Penurunan meatabolisme hepatik
Peningkatan aktivitas β-glucoronidase
adanya flora bakteriPengeluaran mekonium yang terlambat
Defisiensi protein carrier
Penurunan aktivitas UDPGT
Pada bayi yang diberi minum lebih awal atau diberi minum lebih sering dan bayi
dengan aspirasi mekonium atau pengeluaran mekonium lebih awal cenderung
mempunyai insiden yang rendah untuk terjadinya ikterus fisiologis. Pada bayi
yang diberi minum susu formula cenderung mengeluarkan bilirubin lebih banyak
pada mekoniumnya selama 3 hari pertama kehidupan dibandingkan dengan
mendapat ASI. Bayi yang mendapat ASI kadar bilirubin cenderung lebih rendah
pada yang defekasinya lebih sering. Bayi yang terlambat mengeluarkan
mekoniumnya lebih sering terjadi ikterus fisiologis.
Pada bayi yang mendapat ASI terdapat dua bentuk neonatal jaundice yaitu early
(berhubungan dengan breast feeding) dan late (berhubungan dengan ASI). Bentuk
early onset diyakini berhubungna dengan proses pemberian minum. Bentuk late
onset diyakini dipengaruhi oleh kandungan ASI ibu yang mempengaruhi proses
konjugasi dan ekskresi. Penyebab late onset tidak diketahui, tetapi telah
dihubungkan dengan adanya faktor spesifik dari ASI yaitu: 2α-20β-pregnant
nediol yang mempengaruhi aktivitas UDPGT atau pelepasan bilirubin konjugasi
dari hepatosit; peningkatana aktivitas lipoprotein lipase yang kemudian
melepaskan asam lemak bebas ke dalam usus halus; penghambatan konjugasi
akibat peningkatan asam lemak unsaturated; atau β glucorunidase atau adanya
faktor lain yang mungkin menyebabkan peningkatan jalur enterohepatik.
Penatalaksanaan
1. Pendekatan menentukan kemungkinan penyebab
Menetapkan penyebab ikterus tidak selamanya mudah dan membutuhkan
5/10/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-559e018447a01 20/28
pemeriksaan yang banyak dan mahal, sehingga dibutuhkan suatu
pendekatan khusus untuk dapat memperkirakan penyebabnya. Pendekatan
yang dapat memenuhi kebutuhan itu ialah menggunakan saat timbulnya
ikterus seperti yang dikemukakan oleh harper dan yoon (1974) yaitu :
A. Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama
Penyebab ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama menurut besarnya
kemungkinan dapat disusun sebagai berikut :
1) Inkopatibilitas darah Rh,ABO,atau golongan lain
2) Infeksi intrauterin (oleh virus, toksoplasma, lues dan kadang-
kadang bakteri)
3) Kadang-kadang oleh defisiensi G-6-PD
Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah :
Kadar bilirubin serum berkala
Darah tepi lengkap
Golongan darah ibu dn bayi
Uji coombs
Ujian penyaring defisiensi enzim G-6-PD, biakan darah atau biopsi
hepar bila perlu
B. Ikterus yang timbul 24-72 jam sesudah lahir
1. Biasanya ikterus fisiologis
2. Masih ada kemungkinan inkompatibilitas darah ABO atau Rh atau
golongan lain. Hal ini dapat diduga kalu peningkatan kadar bilirubin
cepat, misalnya melebihi 5mg%/24jam
3. Defisisensi enzim G-6-PD juga mungkin
4. Polisitemia
5. Hemolisis pendarahan tertutup (pendarahan subaponeurosis,
pendarahan hepar subskapuler dan lain-lain).
6. Hipoksia
7. Sferositosis, eliptositosis dan lain-lain
8. Dehidrasi asidosis
9. Defisiensi enzim eritrosit lainnya.
5/10/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-559e018447a01 21/28
Pemeriksaan yang perlu dilakukan :
Bila keadaan bayi baik dan peningkatan ikterus tidak cepat, dapat
dilakukan pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan kadar bilirubin berkala,
pemeriksaan penyaring enzim G-6-PD dan pemeriksaan lainya bila perlu.
C. Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertam sampai akhir minggu
pertama
1. Biasanya karena infeksi (sepsis)
2. Dehidrasi asidosis
3. Defisiensi enzim G-6-PD
4. Pengaruh obat
5. Sindrom criggler –najjar
6. Sindrom gilbert
D. Ikterus yang timbul pada akhir minggu pertama selanjutnya
1. Biasanya karena obstruksi
2. Hipotiroidisme
3. ‘breast milk jaundice’
4. infeksi
5. neonatal hepatitis
6. galaktosemia
7. lain-lain
pemeriksaan yang perlu dilakukan:
1. pemeriksaan bilirubin (direk dan indirek ) berkala
2. pemeriksaan darah tepi
3. pemeriksaan penyaring G-6-PD
4. biakan darah,biopsi hepar bila ada indikasi
5. pemeriksaan lainnya yang berkaitan dengan kemungkinan penyebab
dapat diambil kesimpulan bahwa ikterus baru dapat dikatakan fisiologis
sesudah observasi dan pemeriksaan selanjutnya tidak menunjukan dasar
patologis dan tidak mempunyai potensi berkembang menjadi ‘kernicterus’
ikterus yang kemungkinan menjadi patologis adalah :
1. ikterus yang terjadi 24 jam pertama
5/10/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-559e018447a01 22/28
2. ikterus dengan kadar bilirubin melebihi 12,5 mg% pada nenonatus
cukup bulan dan 10mg% pada neonatus kurang bulan
3. ikterus dengan peningkatan bilirubin lebih dari 5mg%/hari
4. ikterus yang menetap sesudah 2 minggu pertama
5. ikterus yang mempunyai hubungan dengan proses hemolitik, infeksi
tau keadaan patologis lain yang telah diakui
6. kadar bilirubin direk melebihi 1mg%
Tata laksana
1. Ikterus Fisiologis
Bayi sehat, tanpa faktor risiko, tidak diterapi. Perlu diingat bahwa pada bayi sehat,
aktif, minum kuat, cukup bulan, pada kadar bilirubin tinggi, kemungkinan
terjadinya kernikterus sangat kecil. Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat,
dapat dilakukan beberapa cara berikut:
• Minum ASI dini dan sering
• Terapi sinar, sesuai dengan panduan WHO
• Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam, diperlukan pemeriksaan ulang dan
kontrol lebih cepat (terutama bila tampak kuning).
Bilirubin serum total 24 jam pertama > 4,5 mg/dL dapat digunakan
sebagai faktor prediksi hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sehat pada
minggu pertama kehidupannya. Hal ini kurang dapat diterapkan di Indonesia
karena tidak praktis dan membutuhkan biaya yang cukup besar.
Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum (WHO)
• Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat.
•
Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut: berat lahir < 2,5 kg,
5/10/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-559e018447a01 23/28
lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu, hemolisis atau sepsis
•
Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin,tentukan golongan darah bayi dan lakukan tes Coombs:
• Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya
terapi sinar, hentikan terapi sinar.
• Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai
dibutuhkannya terapi sinar, lakukan terapi sinar
• Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan
merupakan penyebab hemolisis atau bila ada riwayat defisiensi
G6PD di keluarga, lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan.
• Tentukan diagnosis banding
Pengobatan umum
Bila mungkin pengobatan terhadap etiologi atau faktor penyebab perawatan yang
baik hal lain yang perlu diperhatikan ialah pemberian makanan yang dini dengan
cairan dan kalori cukup dan iluminasi kamar bersalin dan bangsal bayi yang baik.
Tindak lanjut
Bahaya hiperbilirubinemia ialah ‘kemicterus’ oleh karena itu terhadap bayi yangmenderita hiperbilirubinemia perlu dilakukan tindak lanjut sebagai berikut :
1. Penilaian berkala pertumbuhan dan perkembangan
2. Penilaian berkala pendengaran
3. Fisioterapi dan rehabilitasi bila terdapat gejala sisa
Terapi sinar pada ikterus neonatal
Pengaruh sinar terhadap ikterus pertama-tama diperhatikan dan dilaporkan
5/10/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-559e018447a01 24/28
oleh seorang perawat disalah satu rumah sakit inggris. Perawat ward melihat
bahwa bayi yang mendapat sinar matahari di bangsalnya ternyata ikterusnya lebih
cepat menghilang dibandingkan bayi lainnya. Cremer (1958) yang mendapatkan
laporan tersebut mulai melakukan penyelidikan mengenai pengaruh sinar terhadap
hiperbilirubinemia ini. Dari penelitiannya terbukti bahwa disamping sinar
matahari, sinar lampu tertentu juga mempunyai pengaruh dalam menurunkan
kadar bilirubin pada bayi prematur yang diselidikinya.
Penelitian lucey (1968 ) yang meperlihatkan efektifitas terapi sinar pada
penderita yang disertai kelola, mendorong secara universal penggunaan cara ini
dalam menangani hiperbilirubinemia pada neonatus. Terapi sinar ini tidak hanya
bermanfaat bagi bayi kurang bulan tetapi juga efektif pada penderita
hiperbilirubinemia oleh sebab lain.
Cara kerja terapi sinar
Pengaruh terapi sinar terhadap penurunan kadar bilirubin darah banyak
menarik perhatian para sarjana. Bermacam-macam hipotesis telah dikemukanan di
dalam kepustakaan. Pada penelitian terdahulu dilaporkan bahwa terapi sinar
dengan mengunakan kekuatan 400-500 nanometer secaa invitro dapat
menimbulkan dekompensasi bilirubin dari satu senyawaan tetrapirol yang slit
larut dalam air menjai senyawa dipirol yang muah larut alam air (ostrow 1971).
Perubahan kimiawi yang terjadi dianggap karena adannya oksidasi dari
billirubin indirek sehingga pada terapi sinar perubahan yang terjadi pada ikterus
tersebut akibat fotooksidasi. Tetapi dalam penelitian klinis ternyata terdapat
beberapa kenyataan yang menimbulkan pertanyaan akan kebenaran teori tersebut.
Kenyataan tersebut antara lain ialah dengan ditemukannya penurunan kadar
bilirubin darah yang tidak sebanding dengan jumlah dipirol yang terjadi.
Disamping itu pada terapi sinar ditemukan pula peninggian konsentrasi bilirubin
indirek dalam cairan empedu duodenum (lundk dkk, 1974). Pada penelitian
selanjutnya ternyata bahwa terapi sinar terjadi mekanisme lain yang beperan labih
penting daripada peranan dekompensasi/fotooksidasi bilirubin diatas.
Mc Donagh dkk (1981) melaporkan bahwa baik secara in vitro maupun in
5/10/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-559e018447a01 25/28
vivo terapi sinar menyebabkan terjadinya isomerisasi bilirubin indirek yang
mudah larut didalam plasma dan lebih mudah didalam plasma dan lebih mudah
dieksresi oleh hati kedalam saluran empedu. Meningkatkan fotobilirubin didalam
empedu menyebabkan bertambahnya pengeluaran cairan empedu kedalam usus
sehingga peristaltik usus meningkat dan bilirubin dan lebih cepat meninggalkan
usus.
Pencegahan
Ikterus dapat dicegah dan dihentikan peningkatan dengan :
1. pengawasan antenatal yang baik
2. menghindari obat yang dapat meningkatan ikterus pada bayi pada masa
kehamilan dan kelahiran, misalnya sulfafurazole,novobiosin,oksitosin dan
lan-lain
3. pencegahan dan mengobati hipoksia pada janin dan neonatus
4. penggunaan fenobarbital pada ibu 1-2 hari sebelum partus
5. imunisasi yang baik pada bangsal bayi baru lahir
6. pemberian makanan yang dini
7. pencegahan infeksi
1. Pencegahan primer
Rekomendasi 1.0: menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya paling sedikit
8-12 kali perhari untuk bebeapa hari pertama :
Rekomendasi 1.1 : tidak memberikan cairan rutin seperti dekstrose atau air
pada bayi yang mendapat ASIdan tidak mengalami dehidrasi.
2. Pencegahan sekunder
Rekomendasi 2.0
Harus melakukan penilaian sistematis terhadap resiko kemungkinan terjainya
hiperbilirubinemia berat selama periode neonatal
5/10/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-559e018447a01 26/28
• Rekomendasi 2.1tetang golongan darah : semua wanita hamil harus
diperiksa golongan darah ABO dan rhesus serta penyringan serum untuk antibodi isoimun yang tidak biasa.
o Rekomendasi 2.1.1 : bila golongan darah ibu tidak diketahui atau
rh negatif, dilakukan pemeiksaan antibody direk (test coombs),
golongan darah dan tipe Rh(D) darah tali pusat bayi
o Rekomendasi 2.1.2 : bila golongan darah ibu O, Rh positif,
terdapat pilihan untuk dilakukan test golongan darah dan tes
Coombs pada darah tali pusat bayi, tetapi hal itu tidak diperluan
jika dilukan pengawasan, penlaian terhdap resiko sebelum keluar
dari rumah sakit dan tindakan lanjut yang memadai.
• Rekomendasi 2.2 tentang penilaian klinis : harus memastikan bahwa
semua bayi secara rutin dimonitor terhadap timbulnya ikterus dan
menetapkan protokol terhadap penilaian i ikterus yang harus dinilai saat
memeriksa tanda vital bayi, tetapi tidak kurang dari setiap 8-12 jam.
o Rekomendasi 2.2.1 : protokol untuk penilaian ikterus harus
melibatkan seluruh staf perawatan yang ditunut untuk dapat
memeriksa tingkat bilrubin secara transkutaneus atau memeriksa
bilirubin serum total.
5/10/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-559e018447a01 27/28
Daftar Pustaka
1. Rusepno hassan,Husein alatas [editor].buku kuliah 2 ilmu kesehatan anak.
Jakarta : bagian ilmu kesehatan anak FKUI 2007. Hal :519-522, 542
2. M. soleh kosim, Ari yunanto, Rizalnya dewi,Gatot irawan sarosa,Ali
usman[editor]. Jakarta : Buku ajar Neonatologi. Badan penerbit IDAI. 2010.
Hal : 147-168
3. Richard E.Behrman, Robert M. Klingman [editor]. Nelson esensi pediatri, ed.
IV. Jakarta : EGC. 2010. Hal : 244-248, 524
5/10/2018 BAB I - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-559e018447a01 28/28
4. Richard E.Behrman, Robert M. Klingman, Ann M Arvin [editor]. Nelson ilmu
kesehatan anak ed.15 vol.2. Jakarta : EGC.2000. Hal : 1392, 1398
5. Jonathan gleadle. Anamnesis dan pemeriksaan fisisk. Jakarta : erlangga.2005.
Hal : 90-91