bab i

27
BAB I PENDAHULUAN Gangguan mood adalah suatu kelompok kondisi klinis yang ditandai oleh hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif adanya penderitaan berat. Pasien dengan mood yang meninggi (elevated), yaitu mania menunjukkan sikap meluap-luap, gagasan yang meloncat-loncat (flight of ideas), penurunan kebutuhan tidur, peninggian harga diri, dan gagasan kebesaran. Pasien dengan mood terdepresi, yaitu-depresi merasakan hilangnya energi-energi dan minat, perasaan bersalah, kesulitan berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, dan pikiran tentang kematian atau bunuh diri. Tanda dan gejala lain dari gangguan mood adalah perubahan tingkat aktivitas, kemampuan kognitif, pembicaraan, dan fungsi vegetative (seperti tidur, nafsu makan, aktivitas seksual, dan irama biologis lainnya). Perubahan tersebut hampir selalu menyebabkan gangguan fungsi interpersonal, sosial, dan pekerjaan. (1) Gangguan mood seperti gangguan afektif bipolar memiliki resiko tersendiri. Dikarenakan mereka mengambil jalan pintas untuk bunuh diri. Resiko bunuh diri meningkat pada penderita bipolar yang tidak diterapi yaitu 5,5 per 1000 pasien. Sementara yang diterapi hanya 1,3 per 1000 pasien. Gangguan depresi juga banyak ditemui pada wanita sebesar 10-25%. Pasien dengan mood yang meninggi (elevated) (mania)menunjukkan sikap meluap – luap, gagasan yang meloncat – loncat, penurunan kebutuhan tidur, peninggian harga diri dan gagasan kebesaran. Pasien dengan mood yang terdepresi merasakan hilangnya energi dan minat, perasaan bersalah,

Upload: magdalena-ariyani

Post on 05-Jul-2015

135 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan mood adalah suatu kelompok kondisi klinis yang ditandai oleh hilangnya

perasaan kendali dan pengalaman subjektif adanya penderitaan berat. Pasien dengan mood

yang meninggi (elevated), yaitu mania menunjukkan sikap meluap-luap, gagasan yang

meloncat-loncat (flight of ideas), penurunan kebutuhan tidur, peninggian harga diri, dan

gagasan kebesaran. Pasien dengan mood terdepresi, yaitu-depresi merasakan hilangnya

energi-energi dan minat, perasaan bersalah, kesulitan berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan,

dan pikiran tentang kematian atau bunuh diri. Tanda dan gejala lain dari gangguan mood

adalah perubahan tingkat aktivitas, kemampuan kognitif, pembicaraan, dan fungsi vegetative

(seperti tidur, nafsu makan, aktivitas seksual, dan irama biologis lainnya). Perubahan tersebut

hampir selalu menyebabkan gangguan fungsi interpersonal, sosial, dan pekerjaan.(1)

Gangguan mood seperti gangguan afektif bipolar memiliki resiko tersendiri. Dikarenakan mereka mengambil jalan pintas untuk bunuh diri. Resiko bunuh diri meningkat pada penderita bipolar yang tidak diterapi yaitu 5,5 per 1000 pasien. Sementara yang diterapi hanya 1,3 per 1000 pasien. Gangguan depresi juga banyak ditemui pada wanita sebesar 10-25%.

Pasien dengan mood yang meninggi (elevated)(mania)menunjukkan sikap meluap –

luap, gagasan yang meloncat – loncat, penurunan kebutuhan tidur, peninggian harga diri dan

gagasan kebesaran. Pasien dengan mood yang terdepresi merasakan hilangnya energi dan

minat, perasaan bersalah, kesulitan berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, dan pikiran

tentang kematian dan bunuh diri. 1

Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi. Penurunan reseptor serotoninn

setelah pemaparan jangka panjang dengan antidepresan yang menurunkan jumlah tempat

ambilan kembali serotonin dan suatu peningkatan konsentrasi serotonin telah ditemukan

postmortem pada otak korban bunuh diri.1

Mekanisme obat anti depresi adalah menghambat “re-uptake aminergic

neurotransmitter” dan menghambat penghancuran oleh enzim “monoamine oxidase”.

Sehingga terjadi peningkatan jumlah “aminergic neurotransmitter” pada celah sinaps neuron

tersebut yang dapat meningkatkan aktivitas reseptor serotonin. Pemilihan obat antidepresi

tergantung pada toleransi pasien terhadap efek samping dan penyesuaian efek samping

terhadap kondisi pasien.4

Page 2: BAB I

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Afek adalah ekspresi eksternal dari isi emosional saat itu. Sedangkan Mood adalah

keadaan emosi internal yang meresap dari seseorang.1

Kelainan fundamental dari kelompok gangguan ini adalah perubahan suasana perasaan (mood) atau afek, biasanya kearah depresi, atau ke arah elasi (suasana perasaan yang meningkat). Perubahan ini biasanya disertai dengan suatu perubahan pada keseluruhan tingkat aktivitas, dan kebanyakan gejala lainnya adalah sekunder terhadap perubahan itu, atau mudah dipahami hubungannya dengan perubahan tersebut.

Etiologi

Dasar umum untuk gangguan depresif berat tidak diketahui. Banyak usaha untuk

mengenali suatu penyebab biologis atau psikososial untuk gangguan mood telah dihalangi

heterogenitas populasi pasien yang ditentukan oleh sistem diagnostik yang didasarkan secara

klinis yang ada, termasuk DSM-IV. Faktor penyebab dapat secara buatan dibagi menjadi

faktor biologis, faktor genetika, dan faktor psikososial.

1. Faktor Biologis

Sejumlah besar penelitian telah melaporkan berbagai kelainan di dalam metabolit

amin biogenik-seperti 5-hydroxyindoleacetic acid (5-HIAA), homovanillic acid (HVA), dan

3-methoxy-4-hydroxyphenylglycol (MHPG)- di dalam darah, urine, dan cairan

serebrospinalis pada pasien dengan gangguan mood. Data yang dilaporkan paling konsisten

dengan hipotesis bahwa gangguan mood adalah berhubungan dengan disregulasi heterogen

pada amin biogenik.(1)

2. Faktor Genetika

Data genetik dengan kuat menyatakan bahwa suatu faktor penting di dalam

perkembangan gangguan mood adalah genetika. Tetapi, pola penurunan genetika adalah jelas

melalui mekanisme yang kompleks; bukan saja tidak mungkin menyingkirkan efek

psikososial, tetapi faktor non genetik memungkinkan memainkan peranan kausatif dalam

perkembangan gangguan mood sekurangnya pada beberapa orang.

3. Faktor Psikososial

Page 3: BAB I

Satu pengamatan klinis lama yang telah direplikasi adalah bahwa peristiwa kehidupan

yang menyebabkan stress lebih sering mendahului episode pertama gangguan mood daripada

episode selanjutnya. Satu teori yang diajukan untuk menjelaskan pengamatan tersebut adalah

bahwa stres yang menyertai episode pertama menyebabkan perubahan biologi otak yang

bertahan lama. Perubahan bertahan lama tersebut dapat menyebabkan perubahan keadaan

fungsional berbagai neurotransmiter dan sistem pemberi signal intraneuronal. Hasil akhirnya

dari perubahan tersebut adalah menyebabkan seseorang berada pada resiko yang lebih tinggi

untuk menderita episode gangguan mood selanjutnya, bahkan tanpa adanya stresor eksternal.(1)

Tidak ada sifat atau tipe kepribadian tunggal yang secara unik mempredisposisikan

seseorang kepada depresi. Semua manusia apapun pola kepribadiannya, dapat dan memang

menjadi depresi dalam keadaan yang tepat; tetapi, tipe kepribadian tertentu -dependen-oral,

obsesif-kompulsif, histeris- mungkin berada dalam resiko yang lebih besar untuk mengalami

depresi daripada tipe kepribadian antisosial, paranoid, dan lainnya yang menggunakan

proyeksi dan mekanisme pertahanan mengeksternalisasikan lainnya.(1)

KLASIFIKASI

Gangguan mood terdiri dari Gangguan Depresi (depresi unipolar), Gangguan Bipolar, dan

dua kelainan berdasarkan etiologi; Gangguan Mood akibat Kondisi Medis umum dan

Gangguan Mood akibat Penyalahgunaan zat. (1,2) Gangguan depresi (seperti; gangguan

depresif berat, gangguan distimik, dan gangguan mood yang tak tergolongkan) dibedakan

dengan gangguan bipolar dengan melihat tidak adanya episdode manik, episode campuran,

atau episode hipomanik. Gangguan bipolar (seperti; gangguan bipolar I, bipolar II, gangguan

siklotimik, dan gangguan bipolar yang tak tergolongkan) memiliki riwayat episode manik,

episode campuran, atau episode hipomanik, yang biasanya disertai dengan riwayat episode

depresif berat.(2)

Pada DSM-IV, gangguan mood diklasifikasikan sebagai berikut (2):

Episode mood

Episode depresif mayor

Episode manik

Episode campuran

Page 4: BAB I

Episode hipomanik

Gangguan depresif

Gangguan depresif mayor

Gangguan distimik

Gangguan depresif yang tak tergolongkan

Gangguan bipolar

Gangguan bipolar I

Gangguan bipolar II

Gangguan siklotimik

Gangguan bipolar yang tak tergolongkan

Gangguan mood lainnya

Gangguan mood akibat kondisi medis umum

Gangguan mood akibat zat

Gangguan mood yang tak tergolongkan

B. Manifestasi klinik dan diagnosis

Gangguan mood yang utama :

I. Gangguan Depresif

Episode Depresi :

Gejala utama ( pada derajat ringan, sedang, dan berat ) :

Afek depresif

Kehilangan minat dan kegembiraan

Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah

yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.

Gejala lainnya :

Kosentrasi dan perhatian berkurang

Harga diri dan kepercayaan berkurang

Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

Page 5: BAB I

Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

Gagasan atau perbuatan membahayakan diri sendiri atau bunuh diri.

Tidur terganggu

Nafsu makan berkurang

Episode Depresif Ringan

Sekurang – kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi ditambah sekurang

– kurangnya 2 dari gejala lainnya. Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya.

Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang – kurangnya sekitar 2 minggu.

Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa

dilakukannya.

Episode Depresif Sedang

Sekurang – kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi ditambah sekurang

– kurangnya 3 ( dan sebaiknya 4 )  dari gejala lainnya.

Lamanya seluruh episode berlangsung minimunm sekitar 2 minggu

Menghadapi kesulitan nyata untuk menruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan

urusan rumah tangga.

Episode Depresif Berat Tanpa Gejala Psikotik :

Semua 3 gejala utama dari depresi harus ada

Ditambah sekurang – kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan diantaranya harus

berintensitas berat.

Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor ) yang

mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan

banyak gejalanya secara rinci.

Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurangnya 2 minggu, bila gejala

sangat berat dan beronset sangat cepat maka masih dibenarkan untuk menegakkan

diagnosis dalam waktu kurang dari 2 minggu.

Sangat tidak mungkin bagi pasien meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau

urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.

Episode Depresif Berat Dengan Gejala Psikotik :

Memenuhi kriteria eposode depresi berat

Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide

tentang dosa, kemiskinan, atau malapetaka yang mengancam, dan pasien merasa

Page 6: BAB I

bertanggung jawab akan hal itu. Halusinasi auditorik atau olfaktorik biasanya

berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging

membusuk

Reteardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor

Jika diperlukan, waham tau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak

serasi dengan afek ( mood congruent )

Gangguan Depresif Berulang

Gangguan ini tersifat dengan episode berulang dari : episode depresif ringan,

episode depresif sedang, episode depresif berat.

Episode masing – masing rata – rata lamanya sekitar 6 bulan akan tetapi

frekuensinya lebih jarang dibandingkan dengan gangguan afektif bipolar.

Tanpa riwayat adanya episode tersendiri dari peningkatan afek dan hiperaktivitas

yang memenuhi kriteria mania. Namun kategori ini tetap harus digunakan jika

ternyata ada episode singkat dari peninggian afek dan hiperaktivitas ringan yang

memenuhi kriteria hipomania segera sesudah suatu episode depresif.

Pemulihan keadaan biasanya sempurna diantara episode namun sebagian kecil

pasien mungkin mendapat depresi yang akhirnya menetap terutama pada usia

lanjut.

Episode masing – masing dalam berbagai tingkat keparahan seringkali dicetuskan

oleh peristiwa kehidupan yang penuh stress dan trauma mental lain.

Gangguan depresif berulang episode kini ringan :

Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi dan episode sekarang

harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan.

Gangguan depresif berulang episode kini sedang :

Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi dan episode sekarang

harus memenuhi kriteria untuk episode depresif sedang.

Gangguan depresif berulang episode kini berat tanpa gejala psikotik :

Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi dan episode sekarang

harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa gejala psikotik.

Gangguan depresif berulang episode kini berat tanpa gejala psikotik :

Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi dan episode sekarang

harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan gejala psikotik.

Gangguan depresif berulang kini dalam remisi :

Page 7: BAB I

Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus pernah dipenuhi masa lampau

tetapi keadaan sekarang seharusnya tidak memenuhi kriteria untuk episode

depresif dengan derajat keparahan apapun atau gangguan lain apapun.

Pada semua episode, sekurangnya ada dua episode telah berlangsung masing – masing

selama minimal 2 minggu dengan ada waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang

bermakna.

II. Gangguan Bipolar – I

Gangguan ini tersifat oleh episode berulang ( sekurang – kurangnya dua episode)

dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri

dari peningkatan afek disertai penmabhan energi dan aktivitas ( mania atau hipomania ),

dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas

(depresi). Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode.

Episode manik biasanya mulai dengan tiba – tiba dan beralngsung antara 2 minggu

sampai 4 – 5 bulan, episode depresi cenderung berlangsung lebih lama ( rata – rata sekitar

6 bulan ) meskipun jarang melebihi 1 thun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua macam

episode itu seringkali terajdi setelah peristiwa hidup yang penuh stres atau trauma mental

lain ( adanya stres tidak esensial untuk penegakan diagnosis).

Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Hipomanik

Episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk hipomania

Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik Tanpa Gejala Psikotik

Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala psikotik

Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik Dengan Gejala Psikotik

Episode yang sekarang harus memenuhu kriteria untuk mania dengan gejala

psikotik.

Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Ringan atau sedang

Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan

ataupun sedang

Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat Tanpa Gejala Psikotik

Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat

tanpa gejala psikotik

Page 8: BAB I

Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat Dengan Gejala Psikotik

Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat

dengan gejala psikotik

Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Campuran

Episode yang sekarang menunjukkan gejala – gejala manik, hipomani, dan

depresif yang tercampur atau bergantian dengan cepat ( gejala mania/hipomania

dan depresi sama – sama mencolok selama masa terbesar dari episode penyakit

yang sekarang, dan telah berlangsung sekurang – kurangnya 2 minggu )

Pada semua episode harus ada sekurang – kurangnya satu episode afektif lain  

(hipomanik, manik, depresif atau campuran) di masa lampau.

Gangguan afektif bipolar episode kini dalam remisi :

Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama beberapa bulan

terakhir ini, tetapi pernah mengalami sekurangnya 1 episode afektif dimasa

lampau dan ditambah sekurangnya 1 episode lainnya..

III. Gangguan Afektif Menetap

Siklotimia :

Ciri esensial adalah ketidakstabilan menetap dari afek meliputi banyak episode

depresi ringan dan hipomania ringan diantaranya tidak ada yang cukup parah atau

cukup lama untuk memenuhi kriteria gangguan afektif bipolar atau gangguan

depresif  berulang.

Setiap episode afektif tidak memenuhi kriteria untuk manapun yang disebut dalam

episode manik atau episode depresif.

Distimia :

Ciri esensial adalah afek depresif yang berlangsung sangat lama yang tidak pernah

atau jarang sekali cukup parah untuk memenuhi kriteria gangguan depresif

berulang ringan dan sedang.

Biasanya mulai pada usia dini dari masa dewasa dan berlangsung sekurangnya

beberapa tahun, kadang untuk jangkla waktu tidak terbatas. Jika onsetnya pada

usia lanjut gangguan ini seringkali merupakan kelanjutan suatu episode depresif

tersendiri dan berhubungan dengan masa berkabung atau stres lain yang tampak

jelas.

Page 9: BAB I

IV. Episode Manik

Kesamaan karakteristik dalam afek yang meningkat, disertai peningkatan dalam

jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental, dalam berbagai derajat keparahan.

Kategori ini hanya untuk satu episode manik tunggal ( yang pertama ), termasuk

gangguan afektif bipolar, episode manik tunggal.

Hipomania

Derajat gangguan yang lebih ringan dari mania, afek yang meninggi atau berubah

disertai peningkatan aktivitas, menetap selama sekurang – kurangnya beberapa

hari berturut – turut, pada suatu derajat intensitas dan yang bertahan melebihi apa

yang digambarkan bagi siklotimia, dan tidak disertai halusinasi atau waham.

Pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitas sosial memang sesuai

dengan diagnosis hipomania, akan tetapi bila kakacauan itu berat atau

menyeluruh, maka diagnosis mania harus ditegakkan

Mania Tanpa Gejala Psikotik

Episode harus berlangsung sekurang – kurangnya 1 minggu, dan cukup berat

sampai mengacaukan seluruh atay hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial

yang biasa dilakukan.

Perubahan afek harus disertai dengan energiu yang bertambah sehingga terjadi

aktivitas berlabihan, percepatan dan kebanyakan bicara, kebutuhan tidur yang

berkurang, ide – ide perihal kebesaran/ “grandiose ideas” dan terlalu optimistik.

Mania Dengan Gejala Psikotik

Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat dari mania tanpa

gejala psikotik.

Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat berkembang menjadi

waham kejar ( delusion of grandeur ), iritabilitas dan kecurigaan menjadi waham

kejar ( delusion of persecution ). Waham dan halusinasi “sesuai” dengan keadaan

afek tersebut ( mood congruent ).3

Perjalanan Penyakit

Hasil penelitian gannguan mood cenderung memiliki perjalanan penyakit yang panjang

dan pasien cenderung mengalami kekambuhan. Stresor psikososial sebagai penyebab awal

timbulnya gangguan mood.

Kira – kira 50 persen dari pasien di dalam episode pertama gangguan depresif berat

mangalami gejala depresif yang bermakna sebelum episode pertama yang dididentifikasi.

episode depresif yang tidak diobati berlangsung 6 sampai 13 bulan. Kira – kira 5 – 10 persen

Page 10: BAB I

pasien dengan diagnosis awal gangguan depresif berat menderita suatu episode manik 6

sampai 10 tahun setelah episode depresif awal. Gangguan bipolar I paling sering dimulai

dengan depresi (75% pada wanita, 57% pada laki – laki) dan merupakan gangguan yang

rekuren. Sebagian besar pasien mengalami episode depresif maupun manik, walaupaun 10-20

persen hanya mengalami episode manik. Episode manik biasanya memiliki onset yang cepat

(beberapa jam atau hari), tetapi dapat berkembang lebih dari satu minggu. Episode manik

yang tidak diobati berlangsung kira-kira tiga bulan; dengan demikian, klinisi tidak boleh

menghentikan obat sebelum waktu tersebut. 1,2

C. Terapi

Pengobatan bertujuan untuk :

Menjamin keamanan pasien

Pemeriksaaan diagnostik yang lengkap pada pasien

Suatu rencana pengobatan harus dimulai yang menjawab bukan hanya gejala tetapi juga

kesehatan pasien selanjutnya.1

Perawatan di Rumah Sakit

Indikasi untuk perawatan di Rumah Sakit adalah

Perlu prosedur diagnostik

Resiko bunuh diri atau membunuh

Penurunan jelas kemampuan pasien untuk mendapatkan makanan atau tempat

berlindung

Riwayat gejala yang berkembang dengan cepat

Hancurnya sistem pendukung pasien.1

Terapi psikososial

Tiga jenis psikoterapi jangak pendek yaitu : terapi kognitif, terapi interpersonal, dan terapi

perilaku. 1 Tujuan terapi kognitif adalah menghilangkan episode depresif dan mencegah

rekurennya dengan membantu pasien mengidentifikasi dan uji kognitif negatif;

mengembangkan cara berpikir alternatif, fleksibel, dan positif; dan melatih kembali respon

kognitif dan perilaku yang baru. Terapi interpersonal efektif di dalam pengobatan gangguan

depresif berat. Program tersebut terdiri dari 12-16 sesi mingguan. Terapi ditandai dengan

pendekatan terapetik aktif . Terapi perilaku didasarkan pada hipotesisi bahwa pola perilaku

maladaptif menyebabkan seseorang mendapatkan sedikit umpan balik positif dari masyarakat

Page 11: BAB I

dan kemungkinan penolakan yang palsu. Dengan demikian pasien belajar untuk berfungsi di

dunia dengan cara tertentu di mana mereka mendapatkan dorongan positif.

Farmakoterapi

Penggunaan farmakoterapi spesifik kira – kira menggandakan kemungkinan bahwa seorang

pasien yang terdepresi akan pulih dalam satu bulan.1 Obat – obat anti depresi digolongkan

dalam5 :

1. Obat anti depresi Trisiklik = Amitriptylin, Imipramine, Clomipramine, Tianeptin.

2. Obat anti depresi Tetrasiklik = Maprotilin, Mianserin, Amoxapine

3. Oabat anti depresi MAOI – Reversible = Moclobemide

4. Obat anti depresi SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors) = Sertraline,

Paroxetine, Fluvoxamine, Fluoxetine, Duloxetine, Citalopram.

5. Obat Anti depresi “Atypical” = Trazodone, Mirtazapine, Venlafaxine

Mekanisme obat anti depresi adalah menghambat “re – uptake aminergic neurotransmitter”

dan menghambat penghancuran oleh enzim “monoamine oxidase”. Sehingga terjadi

peningkatan jumlah “aminergic neurotransmitter” pada celah sinaps neuron tersebut yang

dapat meningkatkan aktivitas reseptor serotonin.

Pemilihan obat antidepresi tergantung pada toleransi pasien terhadap efek samping dan

penyesuaian efek samping terhadap kondisi pasien.

Urutan (step care) pemilihan obat anti depresi :

Step 1 = Golongan SSRI

Step 2 = Golongan Trisiklik

Step 3 = Golongan Tetrasiklik, Atypical, MAOI reversible.

Pertimbangkan juga bahwa pergantian SSRI ke MAOI atau sebaliknya membutuhkan waktu

2-4 minggu istirahat untuk “wash out period” guna mencegah timbulnyah “Serotonin

Malignant Syndrom”. Yaitu suatu gejala yang timbul akibat dari interaksi obat SSRI+MAOI

dengan gejala : gastrointestinal distress (mual, muntah, diare), agitasi (mudah marah, ganas),

gelisah, gerakan kedutan otot, dll. 4

Pengaturan dosis perlu dipertimbangkan:

Onset efek primer               : sekitar 2-4 minggu.

Onset efek sekunder           : sekitar 12-24 jam

Waktu paruh                      : 12-48 jam (pemberian 1-2x perhari)

Proses dalam pengaturan dosis :

1. Initiating dosage (test dose); untuk mencapai dosis anjuran selama 1 minggu.

Page 12: BAB I

2. Titrating dosage (optimal dose); mulai dosisi anjuran sampai mencapai dosis efektif

(dosis optimal)

3. Stabilizing dosage (stabilization dose); dosis op[timal yang dipertahankan selaam 2-3

bulan.

4. Maintaining dosage (maintenance dose); selama 3-6 bulan. Biasanya dosis

pemeliharaan = ½ dosis optimal.

5. Tappering dosage (tappering dose); selama 1 bulan. Kebalikan dari proses “initiating

dosage”.

Dengan demikian obat anti depresi dapat diberhentikan total. Jika kemudian sindrom depresi

kambuh lagi, proses dimulai lagi dari awal dan seterusnya.

TERAPI GANGGUAN DEPRESIF MAYOR

1. Perawatan di rumah Sakit

Indikasi jelas untuk perawatan di rumah sakit adalah perlunya prosedur diagnostik,

resiko bunuh diri atau membunuh, dan penurunan jelas kemampuan pasien dalam

mendapatkan makanan atau tempat berlindung. Riwayat gejala yang berkembang dengan

cepat dan hancurnya sistem pendukung pasien juga merupakan indikasi untuk perawatan di

rumah sakit(1,3).

Depresi ringan atau hipomanik dapat secara aman diobati di tempat praktik jika dokter

memeriksa pasien secara sering. Tanda klinis gangguan pertimbangan, penurunan berat

badan, atau insomnia harus minimal. Sistem pendukung pasien harus kuat, tidak terlibat

terlalu banyak maupun tidak menjauhi pasien. Pasien dengan gangguan mood sering kali

tidak bisa ke rumah sakit secara sukarela, sedangkan pasien depresif berat sering kali tidak

mampu mengambil keputusan karena pikiran mereka yang melambat, pandangan kata yang

negatif, dan putus asa. Pasien manik sering kali tidak memiliki sama sekali tilikan secara

lengkap tentang gangguan mereka sehingga perawatan di rumah sakit tampaknya sangat

menggelikan bagi mereka(1,3).

2. Terapi psikososial

Secara spesifik, beberapa data menyatakan bahwa farmakoterapi maupun psikoterapi

saja tidak efektif, sekurangnya pada pasien dengan episode depresif berat yang ringan, dan

bahwa penggunaan teratur terapi kombinasi menambah biaya terapi dan memaparkan pasien

Page 13: BAB I

dengan efek samping yang tidak diperlukan. Tiga jenis terapi psikososial jangka pendek –

terapi kognitif, terapi interpersonal, dan terapi perilaku- telah diteliti tentang manfaatnya di

dalam pengobatan gangguan depresif berat. Terapi kognitif bertujuan menghilangkan episode

depresif dan mencegah rekurennya dengan membantu pasien mengidentifikasi dan uji

kognitif negatif; mengembangkan cara berpikir alternatif, flekibel, dan positif; melatih

kembali respon kognitif dan perilaku yang baru(1,3).

Terapi interpersonal adalah efektif di dalam pengobatan gangguan depresif berat dan

mungkin, tidak mengejutkan, secara spesifik membantu menjawab masalah interpersonal.

Pada terapi perilaku, dengan memusatkan pada perilaku maladaptif di dalam terapi, pasien

belajar untuk berfungsi di dunia dengan cara tertentu dimana mereka mendapatkan dorongan

positif. Sementara itu, terapi keluarga dapat dilakukan dengan indikasi jika gangguan

membahayakan perkawinan atau fungsi keluarga pasien atau jika gangguan mood adalah

dikembangkan atau dipertahankan oleh situasi keluarga(1,3).

3. Farmakoterapi

Pengobatan yang efektif dan spesifik (sebagai contoh, obat trisiklik) telah tersedia

untuk pengobatan gangguan depresif berat selama 40 tahun.penggunaan farmakoterapi

spesifik kira-kira menggandakan kemungkinan bahwa seorang pasien yang terdepresi akan

pulih dalam satu bulan. Beberapa masalah ada di dalam pengobatan gangguan depresif berat;

beberapa pasien tidak berespon terhadap pengobatan pertama; semua antidepresan yang

tersedia sekarang ini memerlukan waktu tiga sampai empat minggu untuk menunjukkan efek

terapeutik yang bermakna, walaupun mungkin dapat mulai menunjukkan efeknya lebih awal;

dan, sampai belum lama ini, semua antidepresan yang tersedia adalah toksik pada overdosis

dan memiliki efek merugikan(1,3).

Tetapi sekarang, diperkenalkannya bupropion dan serotonin-specific reuptake

inhibitors (SSRIs) –sebagai contoh, fluoxetine, paroxetine (paxil), dan setraline (Zoloft)-

memberikan klinisi obat yang jauh lebih baik ditoleransi daripada obat yang sebelumnya

tetapi sama efektifnya(1,3).

Indikasi utama untuk antidepresan adalah episode depresif berat. Gejala pertama yang

membaik adalah pola tidur dan makan yang terganggu, walaupun mungkin hal tersebut

mungkin kurang benar jika SSRIs digunakan dibandingkan digunakan obat trisiklik. Agitasi,

kecemasan, episode depresif, dan keputusasaan adalah gejala selanjutnya yang membaik.

Page 14: BAB I

Gejala sasaran lainnya adalah energi yang rendah, konsentrasi yang buruk, ketidakberdayaan,

dan penurunan libido. Terapi elektrokonvulsif (ECT) biasanya digunakan jika (1) pasien tidak

responsif terhadap farmakoterapi, (2) pasien tidak dapat menoleransi farmakoterapi, atau (3)

situasi klinis adalah sangat parah sehingga diperlukan perbaikan cepat yang terlihat pada

ECT(1,3).

Terapi Gangguan Distimik

Kombinasi farmakoterapi dan terapi kognitif maupun perilaku mungkin merupakan

pengobatan yang paling efektif untuk gangguan. Data menyatakan bahwa inhibitor

monoamin oksidase (MAOIs) mungkin lebih bermanfaat dibanding obat trisiklik. Relatif baru

diperkenalkannya inhibitor ambilan kembali spesifik serotonin (SSRIs) yang ditoleransi

dengan baik telah menyebabkan obat sering digunakan oleh pasien dengan gangguan

distimik; laporan pendahuluan menyatakan bahwa SSRI mungkin merupakan obat terpilih

untuk gangguan. Demikian juga laporan awal menyatakan bahwa bupropion mungkin

merupakan pengobatan yang efektif untuk pasien dengan gangguan distimik.

Simpatomimetik, seperti amfetamin, juga telah digunakan pada pasien tertentu. Perawatan di

rumah sakit biasanya tidak diindikasikan untuk gangguan distimik. Tetapi, adanya gejala

yang parah, inkapasitas sosial atau profesional yang nyata, membutuhkan prosedur diagnostik

yang luas, dan gagasan bunuh diri semuanya merupakan indikasi untuk perawatan di rumah

sakit(1,3).

TERAPI GANGGUAN BIPOLAR

Terapi pada gangguan bipolar ini adalah secara farmakoterapi dan psikoterapi

1. Farmakoterapi

Medikasi yang diberikan sesuai dengan keadaan episode bipolar (manik atau depresi).

Maka itu, beberapa obat diindikasikan untuk episode akut manik, terutama antipsikotik,

valproat, dan benzodiazepine(contoh: lorazepam, clonazepam). Pilihan dari obat tersebut

tergantung dari gejala yang ada seperti gejala psikosis, agitasi, agresif, dan gangguan tidur.

Antipsikotik atipikal digunakan untuk pengobatan mania akut dan untuk menstabilkan mood.

Antidepresi spektrum luas dan ECT (Elecro Convulsive Therapy) digunakan untuk episode

depresi akut (contoh: depresi mayor).

Page 15: BAB I

a. Mood Stabilizing Medications (Medikasi Penstabil Mood) biasanya merupakan

terapi lini pertama. Umumnya, pasien dengan gangguan bipolar melanjutkan terapi ini

selama beberapa tahun.

(1) Lithium sangat efektif mengontrol gejala mania dan mencegah rekuren episode

mania dan depresi.

(2) Asam valproat atau divalproex (Depakote®), juga sama efektifnya dengan

lithium.

Asam valproat dan antikonvulsan lainnya dapat meningkatkan risiko pikiran bunuh

diri. Pasien yang mengkonsumsi obat antikonvulsan harus diawasi dan mereka tidak

diperbolehkan mengganti dosis tanpa konsultasi dengan dokternya.

b. Atipikal antipsikotik kadang-kadang diberikan juga.

(1) Olanzapine, jika diberikan bersama dengan antidepresan dapat meringankan

gejala mania yang parah atau psikosis. Namun beberapa studi menyebutkan bahwa

medikasi olanzapine dapat meningkatkan berat badan dan meningkatkan risiko

diabetes dan penyakit jantung.

(2) Aripiprazole

(3) Quetiapine (Seroquel®)

(4) Risperidone (Risperdal®)

c. Antidepresan juga kadang-kadang diberikan untuk mengatasi gejala depresi pada

gangguan bipolar. Baru-baru ini, studi yang didanai oleh NIMH menunjukkan bahwa

penambahan antidepresan dengan mood stabilizer tidak lebih efektif dibandingkan

dengan hanya memberikan antidepresan.

2. Psikoterapi

Penatalaksanaan pasien dengan gangguan bipolar termasuk edukasi pasien saat awal

dan terus menerus. Edukasi tidak hanya ditujukan kepada pasien, tetapi juga keluarga

mereka. Tidak hanya untuk mengatasi saat gejala muncul, tetapi juga untuk meningkatkan

kualitas hidup mereka.

a. Terapi kognitif (Cognitive Behavioral Therapy)

Untuk menghilangkan episode depresif dan mencegah rekurennya dengan

membantu pasien mengidentifikasi dan uji kognitif negatif, mengembangkan cara

Page 16: BAB I

berfikir alternatif, fleksibel dan positif, juga melatih kembali respon kognitif dan

pikiran yang baru.

b. Terapi interpersonal

Memusatkan pada satu atau dua masalah interpersonal pasien yang sedang

dialaminya sekarang.

c. Terapi perilaku

Dengan memusatkan pada perilaku mal adaptif di dalam terapi, pasien belajar

untuk berfungsi di dunia dengan cara tertentu dimana mereka mendapat dorongan

positif dari lingkungan.

d. Terapi berorientasi psikoanalitik

Pendekatan psikoanalitik didasarkan pada depresi dan mania. Tujuannya

adalah untuk mendapatkan perubahan pada struktur atau karakter kepribadian pasien,

bukan untuk hilangkan gejala.

e. Terapi keluarga

Diindikasikan jika gangguan membahayakan perkawinan atau fungsi keluarga pasien.

3. Terapi Lain

a. ECT (Electro Convulsive Therapy) dapat meringankan gangguan bipolar yang

parah, yang tidak dapat diatasi dengan terapi lainnya. ECT sangat efektif untuk

depresi yang parah, manik, atau episode campuran, tetapi bukan terapi lini pertama.

b. Medikasi Tidur. Pasien dengan gangguan bipolar biasanya tidur lebih baik

setelah mendapat terapi gangguan bipolar. Tetapi jika masalah tidur ini tetap ada,

dokter dapat meresepkan sedatif atau obat tidur lainnya.

TERAPI GANGGUAN MOOD AKIBAT KONDISI MEDIS UMUM

Penatalaksanaan gangguan termasuk menentukan penyebab dan mengobati gangguan dasar.

Terapi psikofarmakologis mungkin diindikasikan dan harus mengikuti pedoman yang berlaku

untuk pengobatan depresi atau mania, dengan mengingat kondisi fisik yang menyertai.

Psikoterapi mungkin berguna sebagai pelengkap terapi lain(1,3)

D. Prognosis

Prognosa baik apabila :

Episodenya ringan, tidak ada gejala psikotik

Perawatan di rumah sakit hanya singkat

Page 17: BAB I

Selama masa remaja, pasien mempunyai hubungan psikososial yang baik

Tidak ada gangguan psikiatri komorbiditas

Tidak ada gangguan kepribadian.5

Prognosa buruk apabila :

Adanya penyerta gangguan distimik

Penyalahgunaan NARKOBA

Gejala gangguan cemas

Riwayat lebih dari satu episode depresi

Laki – laki lebih sering menjadi kronis dan mengganggu dibandingkan perempuan.5

Gangguan depersif berat bukan merupakan gangguan yang ringan. Keadaan ini cenderung

merupakan gangguan kronis, dan pasien cenderung mengalami relaps. Pasien dengan

gangguan bipolar I memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan pasien dengan

gangguan depresif berat. Sepertiga dari semua pasien gangguan bipolar I memiliki gejala

kronis dan bukti – bukti penurunan sosial yang bermakna. 1

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan H.I, Sadock B.J, Greb J.A. “ Sinopsis Psikiatri. Ilmu Pengetahuan Perilaku

Psikiatri Klinis, Edisi ke-7”. Hal : 777-849. Bina rupa Aksara, Jakarta. 1997.

2. Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disordes. 4th edition. Washington D.C;

American Pschiatric Associated, 1994 : 662 – 665.

3. Kaplan H.I, Sadock B.J. “ Comprehensive Textbook of Psychiatry, Eight edition.. USA.

2005, 1559-1717.

4. Stahl, S M. 2008, “Stahl’s Essential Psychopharmacology, third edition”, New York:

Cambridge University Press.

Daftar Pustaka

1. Kaplan & Saddock, Harlock 1, Kaplan MD, Benjamin D, Saddock.” Sinopsis

Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis”.Gangguan Mood, bab 15. Jilid I

.Ed. VII, Jakarta. Binarupa Aksara, 1997.H; 777-857.

2. Morgan H.G, Morgan M.H. “Segi Praktis Psikiatri”. “Gangguan Afek”. Jakarta.

Binarupa Aksara, 1991. H; 53-71.

Page 18: BAB I

3. Maslim Rusdi, Dr.”Diagnosis Gangguan Jiwa. Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III”.

Pedoman Diagnostik : F 30-39 : gangguan suasana perasaan/mood (gangguan afektif).

Jakarta, Bagian Ilmu Kedokteran jiwa FK – Unika Atmajaya. 2001. H; 58-69.

4. Maslim Rusdi, Dr. “Panduan praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik”. Obat Anti

depresi. Ed III. Jakarta, Bagian Ilmu Kedokteran jiwa FK – Unika Atmajaya. 2007. H;

23-30