bab i

9

Click here to load reader

Upload: erna-widyawati

Post on 04-Jul-2015

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akhlak adalah salah satu hal yang dapat digunakan sebagai ukuran

untuk membedakan seseorang dengan yang lainnya. Melalui akhlak,

seorang manusia mengekspresikan dirinya secara langsung, tanpa perlu

penerjemahan dan penjelasan yang palsu serta menipu. Akhlak seseorang

terhadap dirinya sendiri dan terhadap orang lain adalah factor penting

untuk mewujudkan kepribadian Islami. Kepribadian Islami inilah yang

akan selalu memunculkan berbagai perilaku terpuji.

Disamping itu, tentu saja kepribadian Islamilah yang paling pantas

untuk menjelaskan wajah Islam yang benar kepada orang yang tidak

mengerti Isam sedikitpun. Islam adalah agama akhlak yang luhur dan

penuh dengan kelapangan. 1

Islam mengajarakn umatnya untuk senantiasa berperilaku baik

terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Baik terhadap keluarga, tetangga,

muslimin dan muslimah serta semua umat, baik yang seiman ataupun

berbeda keyakinan. Salah satu diantaranya, Islam mengajarkan umatnya

untuk berperilaku bijaksana, menghormati orang lain dan tidak saling

menyakiti.

B. Dasar Hukum

Dasar hukum perilaku bijaksana tercantum dalam QS Furqan ayat 63.

Artinya: “Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah)

orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila

1 Qiblati, Vol. 01/ No. 04, Desember 2005, Dzulkaidah 1426 H, Yogyakarta: CV MediaCitra Qiblati, hal 15

1

Page 2: BAB I

orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang

mengandung) keselamatan.” (QS Furqan:63)

C. Maksud dan Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian bijaksana beserta penjelasan-

penjelasannya melalui dalil-dalil Al-Qur’an dan As Sunnah mengenai

bijaksana.

2. Untuk memahami realitas dan permasalahan yang terjadi dalam

kehidupan seputar kebijaksanaan serta solusinya.

3. Untuk mengetahui hikmah yang terkandung dibalik sikap bijaksana.

2

Page 3: BAB I

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bijaksana

“Jika pikiran adalah sumber masalah, maka hati adalah sumber

jawaban”2

“Pembuat saluran air mengalirkan air, tukang panah meluruskan

anak panah, tukang kayu melengkungkan kayu; orang bijaksana

mengendalikan dirinya sendiri.”3

Ada 3 pintu rahasia menuju kebahagiaan, yang pertama pintu

pikiran (mind), yang kedua bijaksana (wisdom) dan yang ketiga adalah

ikhlas (surrender). 4

Jika kesadaran seseorang masih berada di level pikiran, kita bisa

saja bahagia namun sekaligus bisa juga menderita. Kita sulit melepaskan

diri dualitas antara baik dan salah. Tetapi bagaimanapun, pikiran adalah

satu pintu menuju kebahagiaan. Pada level kedua kita akan bertemu

dengan hal yang sangat luar biasa, yakni kebijaksanaan. Pada level ini,

ketika kesadaran kita sudah mencapai kebijaksaan, bukan pikiran lagi

semata-mata yang bekerja, namun pikiran bekerja bersama-sama dengan

hati sehingga terjadi sinergi antara hati dan pikiran. Jika pikiran adalah

positif thinking, maka bijaksana adalah positif feeling.5

Positif feeling adalah kekuatan yang dahsyat. Kalau dilogikakan

kekuatan pikiran adala 5.000 watt, kekuatan perasaan positif adalah

5.000.000 watt. Bijaksana berasal dari kata lubb (hati terdalam) yang harus

ditemukan setiap orang. Jika pikiran masih saja memiliki dualitas antara

good and bad, kebijaksanaan yang ada adalah good. Menurut KBBI,

2 Kata bijak training the 7 awareness3 Dhammapada, VI;54 Nanang Qosim Yusuf, The heart of Awareness, Jakarta: PT Mizan Publika, 2008, Hal. 4315 Nanang Qosim Yusuf, The heart of Awareness,hal. 435-436

3

Page 4: BAB I

bijaksana memiliki makna: 1) selalu menggunakan akal budinya, arif,

tajam pikiran; 2) pandai dan hati-hati apabila menghadapi kesulitan.6

Orang-orang yang bijaksana adalah orang-orang yang telah berhasil

mengalahkan dirinya sendiri, ia mampu mengontrol dan menguasai dirinya

dengan baik dan benar hingga ia menjadi manusia yang merdeka. Gaya

berkomunikasi orang yang bijaksana cenderung kearah positif. Apabila

ditanya “Apa kabar?” maka akan terdengar jawaban “Baik Selalu”. Jadi

orang yang bijaksana adalah orang yang ketika anda menanyakan

kabarnya ia akan selalu berkata bahwa kabarnya baik, walaupun ia baru

saja tertipu oleh mitra bisnisnya. Ia berpikir tidak hanya dengan mulut, tapi

juga dengan hati.7

B. Dalil Al-Qur’an

Bijaksana ( �َح�ِك�يُم� (اْل adalah salah satu sifat yang dimiliki Allah.

Sifat ini disebutkan dalam Al Quran sebanyak 92 kali. Sesuai dengan

definisinya bahwa bijaksana diartikan sebagai menggunakan akal budi

(berilmu), arif (tidak membanggakan amalnya), bersikap wibawa dan

tenang serta hati-hati dalam menghadapi permasalahan.

Menjelaskan bahwa Allah Maha Bijaksana

Artinya: “Sebagai karunia dan ni'mat dari Allah. Dan Allah Maha

Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Al Hujurat: 8)

6 Dhammacakka Online, Menjadi orang bijaksana, http://www.dhammacakka.org/index.php?option=com_content&task=view&id=107&Itemid=118, diakses tanggal 6 Juni 2011 WIB pukul 12.18 WIB7 Nanang Qosim Yusuf, The heart of Awareness, Ha. 436

4

Page 5: BAB I

Berilmu (Perintah menggunakan akal budi)

Artinya: “ Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan

hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya

berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan

hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah

yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat).

Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (Al Jaatsyiyah:23)

Arif (beramal dengan tujuan mencai rahmat dan karunia-Nya serta tidak

membanggakan amal)

Arinya: Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah

dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu

adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan". (QS Yunus:58)

Berhati-hati dalam menghadapi masalah.

5

Page 6: BAB I

Artinya: “Allah mengetahui segala sesuatu yang dihadapan mereka

(malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tiada memberi

syafaat melainkan kepada orang yang diridhai Allah, dan mereka itu

selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya.” (Al-Anbiya:28)

C. Dalil As-Sunnah

D. Realitas Dalam Kehidupan

E. Permasalahan Yang Ada

F. Pemecahan Masalah

G. Hikmah yang Diperoleh

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

6