bab i
TRANSCRIPT
PENGARUH RETURN ON EQUITY (ROE) DAN EARNING PER SHARE (EPS) TERHADAP
HARGA SAHAM PADA PERUSAHAANSEKTOR TELEKOMUNIKASI DI
BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2006-2010
Proposal Usulan Penelitian
Diajukan untuk memenuhi salah satu syaratDalam menempuh Jenjang SI
Program Studi Manajemen
Oleh:
NAMA : NURJANAHNIM : 21207117
PROGRAM STUDI MANAJEMENFAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIABANDUNG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Pasar modal memiliki peran penting dalam kegiatan ekonomi terutama di
negara-negara yang menganut sistem ekonomi pasar. Pasar modal telah menjadi
salah satu sumber kemajuan ekonomi, sebab pasar modal dapat menjadi sumber
dana alternatif bagi perusahaan (Menurut Gaol dalam Lubis, 2006). Pasar modal
merupakan sarana yang dapat mendukung percepatan pembangunan ekonomi
Indonesia. Hal ini dimungkinkan karena pasar modal menggalang pergerakan
dana jangka panjang dari masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan pada
sektor-sektor yang produktif dengan harapan sektor tersebut dapat berkembang
dan menghasilkan lapangan perkerjaan yang baru bagi masyarakat.
Perkembangan pasar modal dibanyak negara termasuk Indonesia
berhubungan erat dengan peranan penting pasar modal dalam perekonomian suatu
negara, hal ini dikarenakan pasar modal menjalankan fungsi ekonomi sekaligus
fungsi keuangan (Husnan, 2002). Sebelum melakukan suatu investasi, para
investor perlu mengetahui dan memilih saham-saham mana yang dapat
memberikan keuntungan paling optimal bagi dana yang diinvestasikan. Dalam
kegiatan analisis dan memilih saham, para investor memerlukan informasi-
informasi yang relevan dan memadai melalui laporan keuangan perusahaan.
Para investor dapat melakukan investasi pada banyak pilihan investasi,
sesuai dengan kemampuan menganalisa dan keberanian mengambil risiko di mana
para investor akan selalu memaksimalkan return yang dikombinasikan dengan
resiko tertentu dalam setiap keputusan investasinya. Keuntungan investasi sangat
tergantung banyak hal, tapi hal yang utama adalah tergantung pada kemampuan
atau strategi penanam modal atau investor dalam membaca keadaan dan situasi
pasar yang tidak menentu. Bila harga saham naik maka keuntungan yang dimiliki
investor akan meningkat.
Bertambahnya jumlah perusahaan manufaktur yang go public akan dapat
menguatkan atau melemahkan harga saham. Variabel penyebab naik turunnya
harga saham di Bursa Efek Indonesia selalu mengikuti perkembangan kehendak
pasar (Jumingan, 2005). Harga saham mencerminkan juga nilai dari suatu
perusahaan. Jika perusahaan mencapai prestasi yang baik, maka saham
perusahaan tersebut akan banyak diminati oleh para investor.Prestasi baik yang
dicapai perusahan dapat dilihat di dalam laporan keuangan yang dipublikasikan
oleh perusahaan (Emiten).
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut
posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi
(Ikatan Akuntan Indonesia, 2007). Emiten berkewajiban untuk mempublikasikan
laporan keuangan pada periode tertentu. Laporan keuangan ini sangat berguna
bagi investor untuk mengetahui perkembangan emiten, yang akan digunakan
sebagai salah satu pertimbangan untuk membeli atau menjual saham-saham yang
dimiliki. Permasalahan yang timbul adalah bagaimana informasi perusahaan yang
go public tersebut mempengaruhi harga saham dipasar modal dan variabel apa
saja yang menjadikan indikator, sehingga perusahaan dapat mengendalikan
peningkatkan nilaiperusahaan melalui peningkatan nilai saham yang
diperdagangkan di pasar modal dapat dicapai.
Dari sudut pandang calon investor, untuk menilai prospek perusahaan di
masa datang adalah dari pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Indikator yang
paling banyak dipakai adalah Return On Equity (ROE) yang menggambarkan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang bisa diperoleh pemegang
saham.Menurut (Natarsyah, 2000) faktor fundamental seperti Return On Equity
berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Semakin tinggi nilai ROE
menunjukkan semakin tinggi laba bersih dari perusahaan yang bersangkutan.
Penelitian mengenai pengaruh faktor fundamental kuantitatif terhadap
harga saham perusahaan industri diantaranya dilakukan Hadi (2004) menyatakan
bahwa ROE, ROA, NIM, DER, dan PER secara simultan tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap harga saham perusahaan industri. Sedangkan penelitian
Annissa (2009) menghasilkan bahwa ROA, ROE, DPR, dan DER secara simultan
dan parsial berpengaruh terhadap harga saham perusahaan industri sektor barang
konsumsi.
Bervariasinya hasil penelitian terdahulu dan fenomena naik turunnya harga
saham perusahaan memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian terhadap harga
saham pada perusahaan telekomunikasi. Pemilihan perusahaan telekomunikasi
yang terdaftar di BEI sebagai objek pada penelitian ini, karena pesatnya
perkembangan akan konsumsi masyarakat terhadap telekomunikasi, khususnya
seluler yang tumbuh pesar beberapa tahun kebelakang. Dicatat dari 19,4 juta
(2002) menjadi 172,78 juta pelanggan pada tahun 2008 dan sekitar 57,8 juta pada
2010 untuk pengguna internet (The Indonesian Development Monitoring
Research). Berkembangnya pengguna teknologi komunikasi di Indonesia
mengakibatkan pasar yang ada sekarang lebih mengarah kepada pasar yang
kompetitif, berbeda dengan pasar paradigma lama yang menganut pasar
monopolistik dimana PT. Telkom menjadi menguasai pasar.
Tabel 1.1Data Perkembangan ROE, EPS, dan Harga Saham
Perusahaan Telekomunikasi yang Terdaftar di BEI periode 2006-2010
KODE Telkom XL Axiata Indosat
TAHUN ROE EPSHRG SHM
ROE EPSHRG SHM
ROE EPSHRG SHM
2006 78.4 545.9 7,682.5 23.4 91.9 2,279.2 13.3 259.5 5,124.5
2007 75.8 637.8 10,339.2 11.6 35.4 2,210.6 17.7 375.8 7,114.7
2008 59.2 526.8 7,918.0 -1.8 -2.1 1,873.5 13.4 345.7 6,163.6
2009 57.3 562.1 7,880.6 26.7 200.9 1,386.3 12.4 275.7 5,232.3
2010 20.9 454.1 8,412.6 24.7 340.6 4,216.0 3.62 119.1 5,353.8Sumber: www.idx.co.id
Berdasarkan data dari tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa
perusahaan-perusahaan telekomunikasi di Indonesia mengalami masa-masa yang
sulit terutama pada tahun 2009. Hal ini dialami juga oleh PT. Telkom selaku
pemimpin pasar di sektor telekomunikasi.
Pada tahun 2009 PT. Telkom hanya mengalami kenaikan omset tipis
karena anak usaha (Telkomsel) yang menjadi kontributor utama selama ini juga
mengalami kenaikan yang kecil. Tertekannya pertumbuhan dari Telkomsel karena
menjelang tutup tahun banyak menerapkan gimmick pemasaran yang memberikan
bonus sehingga trafik tinggi tetapi sumbangan ke pendapatan tidak signifikan. Hal
tersebut mengakibatkan pada tahun 2010 pertumbuhan omsetnya dibawah target
yang telah ditargetkan oleh pihak perusahaan. Terhambatnya pertumbuhan bisnis
perusahaan mengakibatkan turunnya ROE dan EPS dari tahun sebelumnya, tapi
harga saham naik menjadi 8.412,6. Hal ini diakibatkan kondisi makro
perekonomian yang membaik khususnya sektor telekomunikasi, karena kebutuhan
konsumen akan telekomunikasi tidak hanya di layanan voice saja tapi sudah lebih
banyak ke arah perpindahan data. Kondisi ini berdampak pada pasar modal
menjadi menarik bagi para investor untuk menanamkan modalnya.
Kondisi tersebut juga dimanfaatkan oleh kedua pesaingnya. PT. XL Axiata
memfokuskan diri pada bisnis intinya dengan meningkatkan jaringan dan
peningkatan kapasitas menara BTS (base transceiver station) yang mencapai
8000 tower. Strategi ini membuahkan hasil PT. XL Axiata mengalami
pertumbuhan pendapatan sebanyak 27% dan laba bersih naik 70% dari tahun
sebelumnya, sehingga EPS naik menjadi Rp. 340.6 dan harga saham melonjak
naik menjadi Rp. 4.216 per lembar.
Keadaan sebaliknya terjadi laba PT Indosat Tbk (ISAT) yang tergerus
56,8% menjadi Rp 647,2 miliar di tahun 2010, dari sebelumnya Rp 1,498 triliun.
Anjloknya laba ini diakibatkan menurunnya laba atas kurs, meningkatnya jumlah
beban pendanaan, dan peningkatan beban penyusutan dan amortisasi. Atas
anjloknya laba bersih itu, laba bersih per saham dasar pun mengalami penurunan
sebesar 56,8% di 2010 menjadi Rp 119,1 per lembar dari tahun sebelumnya Rp
275,7 per lembar. Seiring dengan kinerja di 2010 itu, harga saham perseroan sejak
akhir 2009 hingga akhir 2010 lalu sudah naik 2,32% dari Rp 5.232,3 menjadi Rp
5.353,8 per lembar.
Berawal dari fenomena di atas dan pentingnya informasi rasio-rasio
keuangan perusahaan sehingga perlu untuk diteliti apakah Return On Equity
(ROI) dan Earning Per Share (EPS) mempunyai pengaruh terhadap harga saham,
maka ditetapkan penelitian dengan judul “PENGARUH RETURN ON EQUITY
(ROE) DAN EARNING PER SHARE (EPS) TERHADAP HARGA SAHAM PADA
PERUSAHAANSEKTOR TELEKOMUNIKASI YANG ADA DIBURSA EFEK
INDONESIA PERIODE 2008-2010”.
1.2. Identifikasi Masalah
Seiring berjalannya waktu, kebutuhan masyarakat terhadap teknologi
komunikasi berubah, seperti kebutuhan terhadap layanan data dan multimedia,
yang mengakibatkan penurunan terhadap layanan voice. Masyarakat
membutuhkan konten layanan yang bervariasi dan membutuhkan sebuah layanan
dengan servis yang memuaskan tetapi dengan tarif yang murah.
Berkembangnya penggunaan teknologi komunikasi mengakibatkan
berubahnya struktur pasar dari pasar monopolistik menjadi pasar yang kompetitif.
Indikasi dari pasar kompetitif tersebut adalah dengan maraknya perang tarif antar
operator atau service provider. Hal ini menuntut perusahaan khususnya sektor
telekomunikasi untuk melakukan kegiatan operasi dengan efektif dan efisien
untuk mengindikatorkan dalam laporan keuangan bahwa keuangan perusahaan
tersebut sehat dan profitabilitasnya tinggi.
Masalah lain yang terjadi adalah adanya ketidakkonsistenan hasil
penelitian terdahulu, sehingga perlu diteliti kembali dengan periode yang berbeda.
Hal tersebut dikarenakan harga saham yang dipengaruhi oleh variabel yang selalu
mengikuti perkembangan kehendak pasar.
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah yang timbul
adalah :
1. Bagaimana perkembangan Return On Equity (ROE) pada perusahaan
sektor telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia (BEI).
2. Bagaimana perkembangan Earning Per Share (EPS) pada perusahaan
sektor telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia (BEI).
3. Bagaimana perkembangan Harga Saham pada perusahaan sektor
telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia (BEI).
4. Seberapa besar pengaruh Return On Equity (ROE) dan Earning Per
Share (EPS) secara simultan terhadap harga saham pada perusahaan
sektor telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) baik secara
parsial maupun secara simultan.
1.4. Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data dan informasi
mengenai Return On Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) serta Harga
Saham pada perusahaan sektor telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Didasarkan kepada rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui perkembangan Return On Equity (ROE) pada
perusahaan sektor telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia (BEI).
2. Untuk mengetahui perkembangan Earning Per Share (EPS) pada
perusahaan sektor telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia (BEI).
3. Untuk mengetahui perkembangan Harga Saham pada perusahaan
sektor telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia (BEI).
4. Untuk mengetahui pengaruh Return On Equity (ROE) dan Earning
Per Share (EPS) secara simultan terhadap harga saham pada
perusahaan sektor telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) baik
secara parsial maupun secara simultan.
1.5. Kegunaan Penelitian
Suatu penelitian ilmiah adalah diarahkan untuk dapat memiliki kegunaan
baik secara ilmiah maupun praktis. Begitu juga dengan penelitian ini yang
mempunyai dua kegunaan yaitu :
1.5.1. Kegunaan Akademis
1. Penulis
dapat mengaplikasikan teori yang dimiliki untuk mencoba dapat ditarik
suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan dan meningkatkan
kompetensi keilmuan serta menambah wwasan di bidang bursa efek.
2. Bidang ilmu
Hasil penelitian diharapkan menjadi bahan kajian lebih lanjut terutama
terhadap ilmu pengetahuan khususnya manajemen keuangan yang berkaitan suku
bunga, inflasi dan harga saham.
1.5.2. Kegunaan Praktis
1. Perusahaan
Dapat mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang bekaitan dengan
perubahan harga saham, agar kondisi perusahaan dan kemakmuran investor dapat
terjaga dengan baik.
2. Peneliti berikutnya
dapat menjadi bahan masukan dalam melakukan penelitian yang
berhubungan dengan analisis yang berkaitan dengan pasar modal khususnya
faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham .