bab i

17
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuli mendadak (sudden deafness) ialah tuli yang terjadi secara tiba-tiba,dimana kehilangan pendengaran 30 dB atau lebih pada 3 frekuensi audiometrik yang berdekatan dan telah berlangsung selama kurang dari 3 hari. Ketulian mendadak adalah suatu keadaan kegawatdaruratan otology dengan diagnosa serta pengobatan yang belum diketahui secara pasti. Pertama kali dikemukakan oleh De Klevn pada tahun 1944. Ketulian mendadak umumnya ditujukan pada ketuliansensorineural murni. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan ketulian mendadak, tapi sebagian besar kasus rata-rata idiopatik. Dilaporkan pula etiologi dari ketulian mendadak hanya dapat ditegakkan pada 10 % kasus tersebut. Dugaan penyebab ketulian mendadak idiopatik antara lain infeksi virus, imunologis, kelainan vaskuler dan ruptur membran intra troklearis. Namun tidak satupun diantaranya yang dapat menjelaskan dengan pasti proses patofisiologi dari ketulian mendadak idiopatik. Kira-kira dari 15.000 laporan kasus ketulian mendadak diseluruh dunia setiap tahunnya 4000 diantaranya terjadi di AS. 1 dari 10.000 -15.000 orang Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Telinga

Upload: hary-arya

Post on 26-Jun-2015

586 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuli mendadak (sudden deafness) ialah tuli yang terjadi secara tiba-

tiba,dimana kehilangan pendengaran 30 dB atau lebih pada 3 frekuensi

audiometrik yang berdekatan dan telah berlangsung selama kurang dari 3 hari.

Ketulian mendadak adalah suatu keadaan kegawatdaruratan otology dengan

diagnosa serta pengobatan yang belum diketahui secara pasti. Pertama kali

dikemukakan oleh De Klevn pada tahun 1944.

Ketulian mendadak umumnya ditujukan pada ketuliansensorineural murni.

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan ketulian mendadak, tapi sebagian

besar kasus rata-rata idiopatik. Dilaporkan pula etiologi dari ketulian mendadak

hanya dapat ditegakkan pada 10 % kasus tersebut. Dugaan penyebab ketulian

mendadak idiopatik antara lain infeksi virus, imunologis, kelainan vaskuler dan

ruptur membran intra troklearis. Namun tidak satupun diantaranya yang dapat

menjelaskan dengan pasti proses patofisiologi dari ketulian mendadak idiopatik.

Kira-kira dari 15.000 laporan kasus ketulian mendadak diseluruh dunia

setiap tahunnya 4000 diantaranya terjadi di AS. 1 dari 10.000 -15.000 orang akan

mengalami hal ini, dimana insiden tertinggi antara usia 50-60 tahun. Sedangkan

insiden terendah antara usia 20-30 tahun. 2 % dari pasien ketulian mendadak

tersebut sifatnya bilateral dan insidennya sama antara pria dan wanita. Penyebab

pasti kadang sulit untuk diketahui umumnya diakibatkan gangguan pada saraf

telinga (pada rumah siput/koklea) ,oleh berbagai hal seperti trauma kepala, bising

yang keras, infeksi virus, perubahan tekanan atmosfir dan adanya kelainan darah,

autoimun, obat autotoksik.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami serta mendapatkan

pemecahan masalah mengenai trauma pada telinga.

2. Tujuan Khusus

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Telinga

Page 2: BAB I

a. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami mengenai anatomi dan

fisiologi telinga.

b. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami mengenai definisi,

macam-macam, etiologi, patofisiologi dan penatalaksanaan trauma pada

telinga.

c. Mahasiswa mampu membuat rencana asuhan keperawatan gawat darurat

pada pasien dengan trauma telinga

C. Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien dengan

trauma telinga.?

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Telinga

Page 3: BAB I

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Telinga

1. Anatomi Telinga Luar

Telinga luar terdiri dari :

Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran

timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga

berbentuk huruf S dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar,

sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang.

Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen

(modifikasi kelenjar keringat = kelenjar serumen) dan rambut. Kelenjar keringat

terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada duapertiga bagia dalam hanya

sedikit dijumpai kelenjar serumen.

2. Anatomi Telinga Tengah

Telinga tengah berbentuk kubus dengan :

• Batas luar : membran timpani

• Batas depan : tuba eustachius

• Batas bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)

• Batas belakang : aditus ad antrum, kanalis facialis pars vertikalis

• Batas atas : tegmen timpani (meningen atau otak)

• Batas dalam : berturut-turut dari atas kebawah kanalis semisirkularis horizontal,

kanalis facialis, tingkap lonjong, tingkap bulat dan promontorium.

Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang

telinga, bagian ini disebut pars flaksida sedangkan bagian bawah pars tensa

(membran propria). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah

lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia,

seperti epitel mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi

ditengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang

berjalan secara radier dibagian luar dan sirkuler pada bagian dalam.

Bayangan penonjola bagian bawah maleus pada membran timpani disebut sebagai

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Telinga

Page 4: BAB I

umbo. Dari umbo bermula suatu refleks cahaya (cone of light) ialah cahaya dari

luar yang dipantulkan oleh membran timpani. Di membran timpani terdapat 2

macam serabut, sirkuler dan radier. Serabut inilah yang menyebabkan refleks

cahaya yang berupa refleks cahaya ini dinilai.

Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah dengan

prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo,

sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas belakang, bawah-depan, serta bawah-

belakang. Di dalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang

tesususn dari luar kedalam, yatu maleus, inkus dan stapes.

Tulang pendengaran didalam telinga tengah saling berhubungan. Prosesus longus

maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus

melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan

dengan koklea. Hubungan antar tulang-tulang pendengaran merupakan

persendian.

Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut atik. Di tempat ini terdapat aditus

ad antrum, yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan antrum

mastoid. Tuba eustachius termasuk dalam telinga tenga tengah yang

menghubungkan daerah nasofaring dengan telinga tengah.

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Telinga

Page 5: BAB I

Trauma

a. Pengertian

Trauma merupakan cedera pada telinga luar misalnya akibat pukulan

tumpul, atau akibat suatu kecelakaan, bisa menyebabkan memar diantara

kartilago dan perikondrium.

b. Macam-Macam Trauma

1) Laserasi

a) Etiologi

Merupakan luka pendarahan yang disebabkan oleh mengorek-ngorek

telinga.

b) Gambaran klinis

Laserasi pada dinding kanalis dapat menyebabkan perdarahan sementara.

c) Pengobatan

Tidak memerlukan pengobatan selain hentikan perdarahan, bila perlu

pergi ke dokter untuk memastikan tidak ada perforasi membran timpani.

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Telinga

Page 6: BAB I

Laserasi hebat pada aurikula harus diexplorasi untuk mengetahui apakah ada

kerusakan tulang rawan.

2) Frostbite

a) Etiologi

Sengatan pada suhu yang dingin pada aurikula timbul dengan cepat pada

lingkungan bersuhu rendah dengan angin dingin yang kuat.

b) Gambaran klinis

Sengatan pada suhu yang dingin pada aurikula timbul dengan cepat pada

lingkungan bersuhu rendah dengan angin dingin yang kuat. Sehingga

mengalami Vasokontriksi hebat pembuluh darah telinga bagian luar yang di

ikuti priode dilatasi yang berlangsung lebih lama.

c) Pengobatan/penatalaksanaan

• Pemanasan yang cepat 100-108 F/ tidak > 37 C.

• Berikan analgesik

• Jika menimbulkan infeksi yang nyata secara klinis, berikan antibiotic.

3) Hematoma

a) Etiologi

Gumpalan darah yang diakibatkan oleh luka dalam yang sering terjadi

pada petinju dan pegulat.

b) Gambaran klinis

Jika terjadi penimbunan darah di daerah yang cedera tersebut, maka akan

terjadi perubahan bentuk telinga luar dan tampak massa berwarna ungu

kemerahan.

Darah yang tertimbun ini (hematoma) bisa menyebabkan terputusnya

aliran darah ke kartilago sehingga terjadi perubahan bentuk telinga.

Kelainan bentuk ini disebut telinga bunga kol, yang sering ditemukan pada

pegulat dan petinju.

c) Penatalaksanaan

Untuk membuang hematoma, biasanya digunakan alat penghisap dan

penghisapan dilakukan sampai hematoma betul-betul sudah tidak ada lagi

(biasanya selama 3-7 hari). Dengan pengobatan, kulit dan perikondrium

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Telinga

Page 7: BAB I

akan kembali ke posisi normal sehingga darah bisa kembali mencapai

kartilago. Jika terjadi robekan pada telinga, maka dilakukan penjahitan dan

pembidaian pada kartilagonya. Pukulan yang kuat pada rahang bisa

menyebabkan patah tulang di sekitar saluran telinga dan merubah bentuk

saluran telinga dan seringkali terjadi penyempitan. Perbaikan bentuk bisa

dilakukan melalui pembedahan.

c. Patofisologi

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TRAUMA TELINGA

A. Pengkajian

1. Biodata

a. Identitas klien meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan,

alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor register, dan

diagnosa medis.

b. Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, usia, pendidikan,

pekerjaan/sumber penghasilan, agama, dan alamat.

c. Identitas saudara kandung meliputi nama, usia, jenis kelamin, hubungan

dengan klien, dan status kesehatan.

2. Keluhan utama

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Telinga

Page 8: BAB I

Biasanya klien mengeluh adanya nyeri, apalagi jika daun telinga

disentuh. Didalam telinga terasa penuh karena adanya penumpukan serumen

atau disertai pembengkakan.Terjadi gangguan pendengaran dan kadang-

kadang disertai demam. Telinga juga terasa gatal.

3. Riwayat kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Tanyakan sejak kapan keluhan dirasakan, apakah tiba-tiba atau perlahan-

lahan, sejauh mana keluhan dirasakan, apa yang memperberat dan

memperingan keluhan dan apa usaha yang telah dilakukan untuk mengurangi

keluhan.

b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Tanyakan pada klien dan keluarganya ;

1) Apakah klien dahulu pernah menderita sakit seperti ini ?.

2) Apakah sebelumnya pernah menderita penyakit lain, seperti panas tinggi,

kejang ?,

3) Apakah klien sering mengorek-ngorek telinga dengan benda asing yang

dapat mengakibatkan lesi (luka) ?

4) Bagaima klien mengobati luka tersebut pada telinga ?

5) Apakah pernah menggunakan obat tetes telinga atau salep?

6) Apakah pernah keluar cairan dari dalam telinga ?

7) Bagaimana karakteristik dari cairannya (warna, bentuk, dan bau) ?

c. Riwayat kesehatan keluarga

Apakah ada diantara anggota keluarga klien yang menderita penyakit seperti

klien saat ini dan apakah keluarga pernah menderita penyakit DM.

4. Pemeriksaan fisik

a. Inspeksi

Inspeksi keadaan umum telinga, pembengkakan pada MAE (meatus

auditorius eksterna) perhatikan adanya cairan atau bau, warna kulit telinga,

penumpukan serumen, tonjolan yang nyeri dan berbentuk halus, serta adanya

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Telinga

Page 9: BAB I

peradangan.

b. Palpasi

Lakukan penekanan ringan pada daun telinga, jika terjadi respon nyeri

dari klien, maka dapat dipastikan klien menderita otitis eksterna sirkumskripta

(furunkel).

5. Data subjektif dan data objektif

a. Data subjektif

1) Klien mengeluh telinganya sakit atau nyeri atau terasa gatal

2) Klien mengeluh pendengarannya berkurang.

3) Klien mengatakan sering mengorek telinganya dengan benda asing

sehingga menyebabkan lesi.

4) Klien mengatakan kepala terasa pusing.

b. Data objektif

1) Klien berespons kesakitan saat daun telinganya disentuh.

P : saat disentuh

Q : menusuk

R : daerah sekitar telinga

S : 5

T : intermitten (saat disentuh)

2) Klien tampak meringis kesakitan

3) Klien sering mendekatkan telinganya kepada perawat saat perawat

berbicara.

4) Adanya benjolan atau furunkel pada telinga atau filamen jamur yang

berwarna keputih-putihan.

5) Liang telinga tampak sempit, hyperemesis dan edema tanpa batas yang

jelas.

B. Diagnosa keperawatan

1. Nyeri b/d proses inflamasi

2. Gangguan sensori persepsi : pendengaran b/d adanya benjolan atau furunkel

3. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang penyakit, penyebab infeksi dan

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Telinga

Page 10: BAB I

tindakan pencegahannya.

4. Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan kesukaran

memahami orang lain (kurangnya pendengaran),

5. Resiko gangguan konsep diri berhubungan dengan terjadinya ketulian, ,

sekunder terhadap tanda-tanda infeksi.

C. Intervensi

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Telinga

Page 11: BAB I

DAFTAR PUSTAKA

Adams, George L. 1997. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta: EGC.

Brunner dan Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC.

Cowan, L. David, 1997. Mengenal Penyakit Telinga. Jakarta: Arcan.

Fakultas Universitas Indonesia. 1990. Buku Ajar ilmu Penyakit THT. Jakarta: Balai penerbit FKUI.

Iskandar, Nurbaiti. 1993. Apa yang perlu diketahui Tentang Penyakit THT. Jakarta: FKUI.

Iskandar, Nurbaiti. 1993. Ilmu Penyakit THT untuk Perawat. FKUI. Jakarta.

Nuswantari, Dyah. 1998. Kamus saku kedokteran. Jakarta: EGC.

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Telinga

Page 12: BAB I

Potter, Patricia A. 1990. Fundamental Keperawatan.. Jakarta: EGC.

Potter Patricia A.1996. Pengkajian Kesehatan. Jakarta: EGC.

Pracy, dkk. 1983. Buku Pelajaran Ringkas THT.. Jakarta: PT Gramedia.

Soepardi, Efiaty Arsyah. 1995. Buku Ajar Telinga hidung Tenggorok. Jakarta: FKUI.

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Telinga

Page 13: BAB I

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Telinga