bab i

37
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menjamurnya praktik-praktik korupsi hampir di setiap lini kehidupan di Indonesia sangat ironis dengan banyaknya strategi yang telah dirumuskan oleh berbagai lembaga pemerintahan seperti BPK, BPKP, Inspektorat, KPK maupun oleh kalangan LSM seperti MTI dan ICW. Seluruh strategi yang merupakan jurus-jurus ampuh dalam pemberantasan korupsi sepertinya belum mampu menuntaskan permasalahan korupsi yang sudah menggejala. Menurut ICW (Indonesia Corruption Watch) terdapat kasus korupsi kompleks yang belum tuntas, antara lain : (1) kasus korupsi boikot Bank Century; (2) suap cek pelawat pemilihan deputi BI; (3) Kasus Nazaruddin mengenai wisma atlet dan hambalang; (4)

Upload: ranniafaridayossyast

Post on 22-Jun-2015

50 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menjamurnya praktik-praktik korupsi hampir di setiap lini

kehidupan di Indonesia sangat ironis dengan banyaknya strategi yang telah

dirumuskan oleh berbagai lembaga pemerintahan seperti BPK, BPKP,

Inspektorat, KPK maupun oleh kalangan LSM seperti MTI dan ICW.

Seluruh strategi yang merupakan jurus-jurus ampuh dalam pemberantasan

korupsi sepertinya belum mampu menuntaskan permasalahan korupsi

yang sudah menggejala. Menurut ICW (Indonesia Corruption Watch)

terdapat kasus korupsi kompleks yang belum tuntas, antara lain : (1) kasus

korupsi boikot Bank Century; (2) suap cek pelawat pemilihan deputi BI;

(3) Kasus Nazaruddin mengenai wisma atlet dan hambalang; (4) Kasus

mafia pajak yang berkaitan dengan Gayus Tambunan dan jejaring mafia

yang lain; (5) Rekening gendut jenderal Polri.

Pendekatan akuntansi forensik akan sangat membantu dalam

menganalisis berbagai kasus korupsi di Indonesia khususnya yang

berkaitan dengan korupsi sistemik yang dilakukan melalui konspirasi yang

telah dipersiapkan dengan dukungan dokumen legal oleh para pelakunya.

Dihadapkan pada korupsi yang melibatkan praktik-praktik sistemik

dan melembaga membuat upaya dan strategi pemberantasan korupsi

Page 2: BAB I

2

menjadi semakin rumit. Strategi dalam pemberantasan korupsi setidaknya

harus memuat dua persyaratan yaitu adanya komitmen politik nasional

untuk memberantas korupsi dan adanya sejumlah aktivitas yang dapat

dilihat oleh masyarakat luas sebagai entry-point atau pintu masuk

pemberantasan korupsi.

Berbagai peraturan perundang-undangan sesungguhnya telah

memuat komitmen politik secara resmi. Demikian pula komitmen politik

rakyat secara konkrit telah dibuktikan dalam banyak kegiatan unjuk rasa,

demonstrasi, diskusi, pernyataan pendapat, analisis dan saransaran yang

dilakukan oleh berbagai unsur masyarakat yang menyatakan agar segera

dihapuskannya praktik-praktik KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme).

Oleh karena itu, berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk

membuat makalah dengan judul “Peran Akuntansi Forensik dan

Pengungkapan Kasus Korupsi Wisma Atlet”.

1.2 Identifikasi Masalah

Bertitik tolak dari pokok permasalahan tersebut, maka penulis

mencoba untuk mengidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

a. Apa itu peran akuntansi forensic?

b. Bagaimana peran akuntansi forensik dalam menganalisis kasus

korupsi Wisma Atlet?

Page 3: BAB I

3

1.3 Tujuan Pengkajian

Tujuan dari membuat karya tulis ini terbagi menjadi 2 yaitu:

a. Tujuan objektif

1. Mengetahui peran akuntansi forensik dalam menganalisis

kasus korupsi Wisma Atlet

2. Mengetahui pengungkapan akuntansi forensik dalam

menganalisis kasus korupsi Wisma Atlet

b. Tujuan subjektif

Memenuhi tugas mata kuliah Audit Forensik di Fakultas Ekonomi

Universitas Islam Bandung

1.4 Ruang Lingkup Kajian

Banyak aturan dan upaya pencegahan yang dilakukan oleh

pemerintan dan lembaga swadaya untuk membasmi/ memberantas korupsi,

tetapi tampaknya upaya tersebut ibarat menembus tembok yang sangat

tebal, hasilnya tidak maksimal, Kalaupun pelakunya tertangkap, tetapi

uang yang dikorupsinya tidak dikembalikan. Berkaitan dengan upaya yang

telah dilakukan oleh pemerintah dan lembaga-lembaga yang komit

terhadap pemberantasan korupsi ada baiknya pemerintah dan lembaga

terkait dapat memaksimalkan tenaga profesional di bidang akuntansi

forensik dan audit forensik dalam upaya membantu memutuskan mata

rantai pelaku korupsi tersebut.

Page 4: BAB I

4

1.5 Cara Memperoleh Data

Penulis memperoleh data dengan cara pengkajian kepustakaan.

Sumber-sumber pustaka yang digunakan adalah literature yang berkaitan

dengan topik makalah ini. Literature yang dimaksud meliputi artikel-

artikel dari internet diantaranya :

http://www.google.co.id/

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam membuat Karya Tulis Ilmiah, penulis menyusun kerangka

menjadi empat bab. Tiap-tiap bab menjelaskan topik-topik yang harus

dibahas dalam bab yang telah ditentukan.

Bab I adalah pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,

ruang lingkup masalah, identifikasi masalah, tujuan pengkajian, ruang

lingkup pengkajian, postulat dan hipotesis, cara memperoleh data, dan

sistematika penulisan.

Bab II adalah landasan teori yang didalamnya terdapat bahasan

tentang teori-teori dari masalah yang dipilih oleh penulis.

Bab III berisi komentar, pendapat, serta analisis penulis mengenai

tuntutan rakyat kepada walikota.

Bab IV membahas tentang kesimpulan dari keseluruhan teori dan

pembahasan dari bab-bab sebelumnya yang telah ditulis.

Page 5: BAB I

5

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Peran

Pengertian Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan

pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara

formal maupun secara informal.  Peran didasarkan pada preskripsi

(ketentuan) dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-

individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi

harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut

peran-peran tersebut. Peran adalah seperangkat tingkah laku yang

diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam

suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam

maupun dari luar dan bersifat stabil (Fadli dalam Kozier Barbara, 2008).

2.2 Akuntansi Forensik

Hopwood, Leiner, & Young (2008) mendefinisikan Akuntansi

Forensik adalah aplikasi keterampilan investigasi dan analitik yang

bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah keuangan melalui cara-

cara yang sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pengadilan atau

hukum. Dengan demikian investigasi dan analisis yang dilakukan harus

sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pengadilan atau hukum yang

Page 6: BAB I

6

memiliki yurisdiksi yang kuat. Hopwood, Leiner, & Young (2008),

menyatakan bahwa Akuntan Forensik adalah Akuntan yang menjalankan

kegiatan evaluasi dan penyelidikan, dari hasil tersebut dapat digunakan di

dalam pengadilan hukum. Meskipun demikian Akuntan forensik juga

mempraktekkan keahlian khusus dalam bidang akuntansi, auditing,

keuangan, metode-metode kuantitatif, bidang-bidang tertentu dalam

hukum, penelitian, dan keterampilan investigatif dalam mengumpulkan

bukti, menganalisis, dan mengevaluasi materi bukti dan menginterpretasi

serta mengkomunikasikan hasil dari temuan tersebut.

2.3 Pengungkapan

Secara konseptual, pengungkapan merupakan bagian integral dari

pelaporan keuangan. Secara teknis, pengungkapan merupakan langkah

akhir dalam proses akuntansi yaitu penyajian informasi dalam bentuk

seperangkat penuh statemen keuangan. Evans (2003) dalam Suwardjono

(2008) juga menyatakan bahwa pernyataan manajemen dalam surat kabar

atau media masa lain serta informasi di luar ruang lingkup pelaporan

keuangan tidak termasuk dalam pengertian pengungkapan. Di sisi lain,

pengungkapan sering juga memaknai sebagai penyediaan informasi lebih

dari apa yang dapat disampaikan dalam bentuk statemen keuangan formal.

Selanjutnya, Evans (2003) dalam Suwardjono (2008) membatasi

Page 7: BAB I

7

pengertian pengungkapan hanya pada hal-hal yang menyangkut pelaporan

keuangan.

2.4 Korupsi

Kata Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang

artinya busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik atau menyogok.

Menurut Dr. Kartini Kartono, korupsi adalah tingkah laku individu yang

menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan,  dan

merugikan kepentingan umum. Korupsi menurut Huntington (1968)

adalah perilaku pejabat publik yang menyimpang dari norma-norma yang

diterima oleh masyarakat, dan perilaku menyimpang ini ditujukan dalam

rangka memenuhi kepentingan pribadi. Maka dapat disimpulkan korupsi

merupakan perbuatan curang yang merugikan Negara dan masyarakat luas

dengan berbagai macam modus.

Korupsi terjadi disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang dan

jabatan yang dimiliki oleh pejabat atau pegawai demi kepentingan pribadi

dengan mengatasnamakan pribadi atau keluarga, sanak saudara dan teman.

Wertheim (dalam Lubis, 1970) menyatakan bahwa seorang pejabat

dikatakan melakukan tindakan korupsi bila ia menerima hadiah dari

seseorang yang bertujuan mempengaruhinya agar ia mengambil keputusan

yang menguntungkan kepentingan si pemberi hadiah.

Page 8: BAB I

8

2.5 Wisma Atlet

Pengertian wisma atlet merupakan gabungan dari pengertian dari

atlet dan wisma, jadi wisma atlet merupakan tempat tinggal atau kompleks

perumahan yang diperuntukan bagi olahragawan yang akan mengikuti

pertandingan. Wisma atlet memiliki beberapa fasilitas, diantaranya adalah

hunian atlet, hunian pelatih, kantor pengelola, ruang makan, hall of fame,

lapagan pemanasan, ruang fisik, ruang rekreasi, fasilitas pendukung, ruang

servis.

Page 9: BAB I

9

BAB III

PERAN AKUNTAN FORENSIK DAN PENGUNGKAPAN KASUS

KORUPSI WISMA ATLET

3.1 Pengungkapan Kasus Korupsi Wisma Atlet

Kasus korupsi suap wisma atlet sangat menyita perhatian publik

(masyarakat). Hal ini dikarenakan para pelakunya adalah  petinggi di

jajaran instansi pemerintahan dan anggota DPR. Pengusutan Kasus wisma

atlet ini berawal dari kasus proyek pembangunan jalan tol tengah di

Surabaya, Jawa Timur. Dari perkara itulah dari hasil pelacakan ditemukan

adanya persengkongkolan dalam proyek pembangunan wisma atlet di

Palembang. Awal mula Tim KPK melakukan penyelidikan proyek

pembangunan wisma atlet tersebut, atas usulan deputi penindakan KPK

berdasarkan pengembangan dari proyek yang berada di Surabaya.

Sesungguhnya pengusutan Kasus Proyek Wisma Atlet itu berawal

dari ketidak sengajaan. Pada bulan Maret 2011 terkait kasus Jalan Tol di

Surabaya. Pada bulan itu di Surabaya memang tengah ramai kasus Proyek

Tol Tengah. Pada Proyek tersebut terjadi perseteruan antara DPRD Kota

Surabaya yang setuju pembangunan tol dan Walikota yang menolak

Pembangunan. Pada akhirnya perseteruan itu dimenangkan oleh DPRD

Kota Surabaya, proyek pembangunan jalan Tol tengah tersebut hampir

mencapai 5 Trilliun, dan bakal dibiayai perusahaan konsorsium. Dengan

Page 10: BAB I

10

tetap menggunakan nama PT.MJT, saham perusahaan dibagi menjadi:

PT.Jasa Marga 55 %, PT.DGI 20 %, PT.PP 20 % dan PT.Elnusa 5 %. PT

DGI yang ikut dalam proyek ini adalah perusahaan yang kini bermasalah

dalam kasus pembangunan wisma Atlet.

3.2 Peran Akuntan Forensik

Akuntansi forensik menjadi perbincangan hangat di Indonesia

beberapa tahun belakang ini. Awal mulanya adalah pada bulan Oktober

1997, Indonesia telah menjajagi kemungkinan untuk meminjam dana dari

IMF dan World Bank untuk menangani krisis keuangan yang semakin

parah. Sebagai prasyarat pemberian bantuan, IMF dan World Bank

mengharuskan adanya proses Agreed Upon Due Dilligence (ADDP) yang

dikerjakan oleh akuntan asing dibantu beberapa akuntan Indonesia.

Temuan ADDP ini sangat mengejutkan karena dari sampel Bank Besar di

Indonesia menunjukkan perbankan kita melakuan overstatement asset

sebesar 28%-75% dan understatement kewajiban sebesar 3%-33%.

Temuan ini segera membuat panik pasar dan pemerintah yang berujung

pada likuidasi 16 bank swasta. Likuidasi tersebut kemudian diingat

menjadi langkah yang buruk karena menyebabkan adanya penarikan

besar-besaran dana (Rush) tabungan dan deposito di bank-bank swasta

karena hancurnya kepercayaan publik pada pembukuan perbankan. ADPP

tersebut tidak lain dari penerapan akuntansi forensik atau audit

investigatif.

Page 11: BAB I

11

Menurut D. Larry Crumbley, akuntansi forensik adalah akuntansi

yang akurat (cocok) untuk tujuan hukum. Artinya, akuntansi yang dapat

bertahan dalam kancah perseteruan selama proses pengadilan, atau dalam

proses peninjauan atau administratif”.

Menurut Merriam Webster’s Collegiate Dictionary (edisi ke 10)

dapat diartikan ”berkenaan dengan pengadialan” atau ”berkenaan dengan

penerapan pengetahuan ilmiah pada masalah hukum”. Oleh karena itu

akuntasi forensik dapat diartikan penggunaaan ilmu akuntansi untuk

kepentingan hukum.     

Jadi jelas bahwa akuntansi forensik adalah penggunaan keahlian di

bidang audit dan akuntansi yang dipadu dengan kemampuan investigatif

untuk memecahkan suatu masalah/sengketa keuangan atau dugaan fraud

yang pada akhirnya akan diputuskan oleh pengadilan/ arbitrase/ tempat

penyelesaian perkara lainnya. Kasus korupsi, sebagai contoh, pada

dasarnya adalah sengketa keuangan antara Negara melawan warganya

yang secara resmi telah ditunjuk untuk mengelola pemerintahan.

Persengketaan itu harus diselidiki kebenarannya oleh Lembaga Negara

(misalnya oleh KPK) dan diputuskan oleh hakim di pengadilan. Jadi

investigasi yang dilakukan oleh para Akuntan di BPKP, BPK, KPK dan

instansi penegak hukum lainnya pada hakikatnya adalah sebagian tugas-

tugas akuntan forensik.

Page 12: BAB I

12

Akuntan forensik bertugas memberikan pendapat hukum dalam

pengadilan (litigation). Disamping itu, ada juga peran akuntan forensik

dalam bidang hukum diluar pengadilan (non itigation) misalnya dalam

membantu merumuskan alternatif penyelesaian perkara dalam sengketa,

perumusan perhitungan ganti rugi dan upaya menghitung dampak

pemutusan / pelanggaran kontrak.

Akuntansi forensik dibagi ke dalam dua bagian: jasa penyelidikan

dan jasa litigasi. Jasa Penyelidikan mengarahkan pemeriksa penipuan atau

auditor penipuan, yang mana mereka menguasai pengetahuan tentang

akuntansi mendeteksi, mencegah, dan mengendalikan penipuan, dan

misinterpretasi. Jasa litigasi merepresentasikan kesaksian dari seorang

pemeriksa penipuan dan jasa-jasa akuntansi forensik yang ditawarkan

untuk memecahkan isu-isu valuasi, seperti yang dialami dalam kasus

perceraian. Sehingga, tim audit harus menjalani pelatihan dan diberitahu

tentang pentingnya prosedur akuntansi forensik di dalam praktek audit dan

kebutuhan akan adanya spesialis forensik untuk membantu memecahkan

masalah.

Akuntansi forensik mulai digunakan di Indonesia setelah terjadi

krisis keuangan pada tahun 1997, hingga saat ini pendekatan akuntansi

forensik banyak digunakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi

Pemberantasan Korupsi, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi

Keuangan, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Bank Dunia,

dan Kantor-kantor Akuntan Publik di Indonesia

Page 13: BAB I

13

Perkembangan akuntansi forensik di Indonesia cukup maju, namun

jika dibandingkan dengan beberapa Negara lain maka Indonesia masih

dibilang tertinggal. Australia saat ini sedang menyusun Standar Akuntansi

Forensik, sementara Kanada dan Amerika Serikat sudah memiliki standar

yang baku, sedangkan Indonesia sama sekali belum memiliki standar yang

memadai. Sejauh ini belum banyak kasus-kasus korupsi yang terkuak

berkat kemampuan akuntan forensik, namun akuntansi forensik

merupakan suatu pengembangan disiplin ilmu akuntansi yang masih

tergolong muda dan memiliki prospek yang sangat bagus dalam

pemecahan tindak pidana korupsi di Indonesia. 

Menurut Widiana Winawati, seorang akuntan forensik harus

memiliki multitalenta. Seorang pemeriksa kecurangan (fraud) dapat

diumpamakan sebagai gabungan antara pengacara, akuntan, kriminolog,

dan detektif, tandasnya. Selain itu, seorang akuntan forensik harus

memiliki sejumlah sifat dasar. Antara lain, hati-hati, mampu menjaga

rahasia pekerjaannya, kreatif, pantang menyerah, punya rasa ingin tahu

yang besar, percaya diri, serta yang paling penting adalah jujur. Dibanding

akuntan lainnya, seorang akuntan forensik memiliki tugas yang paling

berat.

Page 14: BAB I

14

3.3 Peran Akuntan Forensik Mengungkapan Kasus Wisma Atlet

Peran audit forensik dalam mengungkapkan dan memberatasan

kasus korupsi di Indonesia sangatlah penting khususnya dalam menangani

pengungkapan kasus korupsi wisma atlet karena audit forensik biasanya

fokus pada area-area tertentu, terjadi tindak kecurangan baik dari laporan

pihak dalam atau orang ketiga atau petunjuk terjadinya kecurangan yang

biasa disebut dengan red flag, ataupun petunjuk lainnya. Data

menunjukkan bahwa sebagian besar tindak kecurangan terbongkar karena

laporan pihak dalam dan ketidaksengajaan.

Seperti kasus wisma atlet diduga ada permainan tender, maka

sampailah sebuah informasi ke KPK terkait permasalahan pembangunan

proyek tersebut. Diduga kuat ada praktik tidak sehat untuk melancarkan

proyek tersebut dan dalam proses tender. Kebetulan salah satu pejabat

KPK yakni Deputi Penindakan Ade Raharja mendapat informasi tersebut,

apalagi beliau sebelumnya bertugas di kepolisian di Surabaya. Tidak aneh

jika Nazaruddin, dalam pernyataannya menuduh Ade Raharja sengaja

merekayasa kasus dirinya. KPK mendapat informasi dari masyarakat

bahwa ada dugaan main mata antara anggota DPRD dengan sejumlah

perusahaan yang ikut dalam tender proyek tersebut. Berawal dari

informasi tersebut, dimulailah pemantauan terhadap beberapa politisi di

DPRD, demikian juga dengan para perusahaan yang terlibat, dan salah

satunya PT DGI (Duta Graha Indah). Selama jalannya pemantauan, KPK

tidak cukup menemukan bukti yang jelas terkait kasus jalan tol tengah

Page 15: BAB I

15

Surabaya. Yang ada malah secara tidak sengaja, KPK menemukan bahan

lain, yakni terkait PT DGI yang menjadi pemenang tender proyek Wisma

Atlet Palembang. Ketika diselidiki, ternyata ada dugaan proses yang tidak

sehat, dan terdapat deal-dealan dengan pihak tertentu untuk dapat

meloloskan perusahaan PT DGI sebagai pemenang tender. Dari situlah

KPK mulai fokus dan secara intensif mengawasi para Pejabat PT DGI,

salah satunya Manajer Marketing M. EL Idris. Dan diketahui El Idris

melakukan beberapa kontak dengan sejumlah penyelenggara Negara.

Setelah intensif melakukan monitoring dan pengawasan terkait

dugaan suap yang merugikan Negara dan menjalarnya penyakit

masyarakat yakni korupsi dan penggelembungan dana akhirnya

membuahkan hasil. Setelah beberapa kali terkecoh terkait transksi suap

karena batal dilakukan, akhirnya sampailah pada transaksi oleh PT DGI

(El Idris dan Rosa) dengan Sesmenpora Wafid Muharam. Tanggal 20

April KPK mencatat ada komunikasi intens antar 2 pihak tersebut.

KPK pun mulai bergerak, dan kedua pihak tertangkap basah

sedang bertransaksi. Saat penangkapan tidak terjadi insiden yang besar,

Wafid panik dan kemudian menyebar uang dimana-mana. Bahkan cek dan

beberapa uang sampai diberikan ke sopir dan ajudannya. adapula uang

yang berserakan dilantai. Dari peristiwa penggerebekan transaksi

tersebutlah cerita tentang keterlibatan M. Nazaruddin muncul.

Kasus Wima Atlit menjadi hangat dibicarakan karena melibatkan

Nazaruddin, yang merupakan bendahara umum Partai Demokrat, sehingga

Page 16: BAB I

16

memunculkan dugaan, bahwa korupsi tersebut berkaitan dengan

pemenangan pemilu legislative dan pemilu presiden 2009. Dalam

melakukan korupsi yang merugikan keuanagan negara tersebut, tentunya

Nazarudin tidak bekerja sendiri. Menurut penulis ada suatu piranti atau

tool of crime yang digunakan Nazarudin untuk mencuri uang negara,

yaitu: Pertama, ada proyek yang digunakan untuk pengucuran keuangan

negara. Kedua, ada organisasi yang digunakan untuk managemen korupsi.

Ketiga, adanya dukungan birokrasi yang berupa aturan atau kebijakan, dan

Keempat, ada korporasi yang digunakan untuk pengerjaan proyek tersebut.

Sehingga korupsi yang dilakukan Nazaruddin terlihat terstruktur dan

termasuk dalam kategori grand korupsi. Namun yang perlu digaris bawahi,

hingga saat ini penegak hukum belum menindak korporasi jahat yang

terlibat dalam pidana itu, sehingga dikawatirkan bisa merusak kewibawaan

negara, sebab negara dianggap tidak berdaya melawan korporasi.

Dalam kajian teoritis, Koruptor bukan saja harus dihukum tetapi juga

harus dibongkar modus operandi dan sindikasinya sehingga dari situ dapat

ditemukan formula yang tepat untuk mencegah korupsi, serta penegakan

hukum yang telah dilakukan nantinya akan lebih adil dan memberi

manfaat bagi rakyat. Sepintas, kasus korupsi Wisma Atlit tersebut dapat

dikategorikan sebagai kejahatan korporasi karena dilakukan korporasi.

Clinard dalam Koesparmono mengatakan, bahwa kejahatan korporasi

adalah setiap perbuatan yang dilakukan oleh korporasi yang dapat

dihukum oleh negara, tanpa mengindahkan apakah dihukum berdasarkan

Page 17: BAB I

17

hukum administratif, hukum perdata, atau hukum pidana. Selain memiliki

perluasan sanksi, kejahatan korporasi juga unik karena dilakukan oleh

orang kaya, terpelajar atau corporate executive yang oleh Koesparmono

dikatakan melampaui hukum pidana. Oleh karena itu kiranya kajian

kejahatan korporasi dalam kasus korupsi Wisma Atlit menjadi bahasan

yang menarik.

Korupsi Wisma Atlit terbongkar setelah dilakukan penyadapan

oleh tim penyelidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dan diketahui

kronologis kasus sebagai berikut: Nazaruddin selaku anggota DPR RI

telah mengupayakan agar PT Duta Graha Indah Tbk menjadi pemenang

yang mendapatkan proyek pembangunan wisma atlet dengan mendapat

jatah uang sebesar Rp4,34 miliar dengan nilai kontrak senilai Rp

191.672.000.000. jatah Nazarudin diberikan dalam bentuk empat lembar

cek dari PT DGI yang diberikan oleh Idris. Idris yang mempunyai tugas

mencari pekerjaan (proyek) untuk PT DGI, bersama-sama dengan Dudung

Purwadi selaku Direktur Utama PT DGI. Nazaruddin sendiri lalu bertemu

dengan Sesmenpora Wafid Muharam dengan ditemani oleh anak buahnya

Rosa. Dalam pertemuan yang terjadi sekitar Agustus 2010 di sebuah

rumah makan di belakang Hotel Century Senayan itu, Nazaruddin

meminta Wafid untuk dapat mengikutsertakan PT DGI dalam proyek yang

ada di Kemenpora. Singkat cerita, setelah mengawal PT DGI Tbk untuk

dapat ikut serta dalam proyek pembangunan Wisma Atlet, Rosa dan Idris

lalu sepakat bertemu beberapa kali lagi untuk membahas rencana

Page 18: BAB I

18

pemberian success fee kepada pihak-pihak yang terkait dengan pekerjaan

pembangunan Wisma Atlet. Pada Desember 2010, PT DGI Tbk pun

akhirnya diumumkan sebagai pemenang lelang oleh panitia pengadaan

proyek pembangunan Wisma Atlet. Kemudian dalam persidangan di

Pengadilan Tipikor, Mindo Rosalina Manulang, eks direktur marketing

Permai Group, perusahaan Nazaruddin mengatakan bahwa Angelina

Shondak dan I Wayan Koster juga menerima uang suap senilai Rp 5 miliar

karena juga termasuk pihak-pihak terkait dalam pemenangan tender.

Korupsi Wisma Atilt merupakan kejahatan white-colar crime

dimana pelaku – pelakunya merupakan orang cerdik pandai dan bukan

orang miskin. Istilah white-colar crime pertama kali dikemukakan oleh

Sutherland, yang merujuk pada pelaku kelahatan dengan tipe pelaku

berasal dari orang – orang sosial ekonomi tinggi yang melakukan

pelanggaran – pelanggaran terhadap hukum. Pengertian kreteria pelaku

kejahatan, dalam kasus korupsi Wisma Atilt nampaknya sama dengan

pengertian pelaku kejahatan white-colar crime dari Sutherland yaitu

dilakukan oleh kelompok eksekutif. Konsep kejahatan korporasi atau

white-colar crime berbeda dengan kejahatan konvensional. Dalam konsep

kejahatan konvensional yang dikatakan sebagai penjahat adalah orang

yang melakukan kejahatan secara langsung, sedangkan pelaku kejahatan

dalam kejahatan korporasi adalah korporasi yang melakukan pelanggaran.

Walaupun sebetulnya pelakunya juga orang – orang dalam korporasi. Oleh

karena itu, tidak gampang menentukan pelaku dalam kasus tersebut,

Page 19: BAB I

19

mengingat korupsi tersebut dilakukan oleh banyak pihak, terstruktur dan

melibatkan birokrasi. Selain itu hukum pidana kita juga terbiasa hanya

menjerat pelaku langsung dimana biasanya orang-orang di belakang yang

mengatur terjadinya kejahatan sulit tersentuh oleh hukum.

Korporasi yang melakukan kejahatan korupsi melakukan praktek-praktek

illegal sebagai sarana untuk melakukan korupsi, misalnya dengan

melakukan penyuapan kepada pajabat negara atau pemegang kebijakan

lelang, Mark up nilai proyek, pengurangan kwalitas produk dan

sebagainya. Kejahatan – kejahatan tersebut sulit diketahui oleh masyarakat

karena memang kejahatan yang terselubung dan dibungkus dengan aturan

– aturan yang bisa dicari alasan pembenarnya. Kejahatan tersebut baru bisa

dikekahui bila ada orang dalam atau seseorang yang membocorkannya

kepada public. Kemudian penegak hukum melakukan penyelidikan dengan

melibatkan auditor keuangan, sehingga kejahtan tersebut menjadi terang.

Berdasarkan sumber yang telah diperoleh, kasus korupsi Wisma Atlet

dilakukan secara terstruktur dalam wadah perusahaan dan melibatkan

penyelenggara negara. Namun dengan menggunakan 9 keahlian audit

forensic seperti:

1. Analisis deduktif: kemampuan untuk menganalisis kejanggalan

yang terjadi dalam laporan keuangan, yakni kejadian yang tidak sesuai

dengan kondisi yang wajar.

2. Pemikiran yang kritis : kemampuan untuk membedakan antara opini

dan fakta

Page 20: BAB I

20

3. Pemecahan masalah yang tidak terstruktur: kemampuan untuk

melakukan pendekatan terhadap masing-masing situasi (khususnya

situasi yang tidak wajar) melalui pendekatan yang tidak terstruktur.

4. Fleksibilitas penyidikan: kemampuan untuk melakukan audit di luar

ketentuan/prosedur yang berlaku.

5. Keahlian analitik: kemampuan untuk memeriksa apa yang

seharusnya ada (yang seharusnya tersedia)  bukan apa yang telah ada

(yang telah tersedia).

6. Komunikasi lisan: kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif

secara lisan melalui kesaksian ahli dan penjelasan umum tentang dasar-

dasar opini.

7.  Komunikasi tertulis: kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif

dengan tulisan melalui laporan, bagan, gambar, dan jadwal tentang

dasar-dasar opini.

8.  Pengetahuan tentang hukum: kemampuan untuk memahami proses-

proses hokum dasar dan isu-isu hukum termasuk ketentuan bukti (rules

of evidence).

9.  Composure: kemampuan untuk menjaga sikap untuk tetap tenang

meskipun dalam situasi tertekan.

audit forensik dapat lebih fokus dalam mengerjakan pekerjaannya

karena mereka bekerja lebih mendetail terhadap tindakan-tindakan yang

Page 21: BAB I

21

menurut mereka terjadi kecurangan seperti yang terjadi dalam kasus

wisma atket ini. Selain itu dengan menggunakan bukti-bukti dan temuan

audit, audit forensik juga sangat membantu tugas KPK dalam

memberantas kasus korupsi wisma atlet dengan cara menyelidiki kasus-

kasus atau hal-hal yang sudah mencurigakan atau dicurigai melakukan

korupsi atau telah ada petunjuk terjadinya kecurangan, sehingga terungkap

siapa saja yang melakukan kecurangan dalam kasus wisma atlet ini.

Page 22: BAB I

22

BAB IV

KESIMPULAN

Akuntansi forensik sesungguhnya bisa mempunyai peran yang efektif

dalam menegakkan hukum di Indonesia. Namun, perannya belum maksimal

banyak kasus korupsi yang diputus bersalah di tingkat pengadilan negeri atau

pengadilan tinggi tiba-tiba bebas di tingkat asasi Mahkamah Agung dengan

berbagai alasan.

Secara jelas dapat diketahui bahwa tindakan korupsi dalam suatu kegiatan

ekonomi dapat diketahui dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan

sebagai auditor keuangan. Kasus korupsi terungkap dimulai laporan atau

rekomendasi dari akuntan akan adanya penyimpangan dari laporan keuangan yang

diindikasikan adanya kerugian Negara.

Penanganan kasus-kasus korupsi selama ini dinilai kurang efektif dan

kurang memberikan efek jera, walaupun sejumlah koruptor bisa ditangkap.

Pemerintah juga dinilai tebang pilih dalam penanganan kasus korupsi. salah satu

upaya efektif dalam penanganan kasus korupsi adalah dengan menggunakan

instrumen audit forensik. Audit forensik dapat diartikan penggunaan ilmu

akuntansi untuk kepentingan hukum. Hasil audit forensik tersebut akan dapat

bertahan menjadi barang bukti selama proses pengadilan.

Page 23: BAB I

23

Peran audit forensik harus terus ditingkatkan terutama untuk membentuk

individu dari para auditor yang anti fraud, hukuman untuk para pelaku fraud juga

harus ditegakkan. Memperbanyak pelatihan serta pendidikan untuk para

auditorguna mengembangkan keahlian auditor tersebut, terutama di bidang

investigasi.

Page 24: BAB I

24

DAFTAR PUSTAKA

http://dailyrudy.wordpress.com/2009/12/21/akuntansi-forensik-dan-pengungkapan-kasus-korupsi-di-indonesia/

http://milamashuri.wordpress.com/akuntansi-forensik-di-indonesia/

http://ndrafebri.blogspot.com/2012/05/kasus-suap-wisma-atlet-scandal.html

http://imagama.feb.ugm.ac.id/home/akuntansi-forensik/

http://lib.unri.ac.id/