bab i
DESCRIPTION
BAB I PENGUKURAN PISTON 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Piston dalam bahasa Indonesia juga dikenal dengan istilah torak adalah komponen dari mesin pembakaran dalam yang berfungsi sebagai penekan udara masuk dan penerima hentakan pembakaran pada ruang bakar silinder liner. Komponen mesin ini dipegang oleh setang piston yang mendapatkan gerakan turun-naik dari gerakan berputar crankshaft. Pengertian umum Piston merupakan sumbat geser yang terpasang presisi di dalam sebuah silinder. Dengan tujuanTRANSCRIPT
BAB I
PENGUKURAN PISTON
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Piston dalam bahasa Indonesia juga dikenal dengan istilah torak adalah
komponen dari mesin pembakaran dalam yang berfungsi sebagai penekan
udara masuk dan penerima hentakan pembakaran pada ruang bakar
silinder liner. Komponen mesin ini dipegang oleh setang piston yang
mendapatkan gerakan turun-naik dari gerakan berputar crankshaft.
Pengertian umum Piston merupakan sumbat geser yang terpasang presisi
di dalam sebuah silinder. Dengan tujuan, baik untuk mengubah volume
dari tabung, menekan fluida di dalam silinder, membuka- tutup jalur aliran
atau pun kombinasi semua itu. Pada silinder hidrolik piston menerima
gaya dari fluida dan diteruskan menjadi gerakan segaris (linear).
Piston merupakan alat yang dibuat oleh manusia, oleh karena itu
ketidaksempurnaan merupakan ciri utamanya. Tetapi dalam
ketidaksempurnaannya inilah piston sering dianggap sebagai cukup baik
untuk digunakan dalam suatu mesin, asalkan perancang mesin mengetahui
batas toleransinya.
Untuk mengetahui seberapa besar penyimpangan ukuran produk piston
dengan desain piston,maka dilakukan pengukuran piston.
(http://
attamtami.wordpress.com/
2008/10/25/piston)
Pengukuran piston terdiri dari pengukuran linier, pengukuran kebulatan,
dan pengukuran kekasaran permukaan.
Pengukuran Linear adalah proses pengukuran untuk mengetahui dimensi
dari suatu benda kerja yang belum diketahui ukurannya.
Pengukuran Linear terbagi menjadi 2 dalam cara pembacaan skala
dari alat yang digunakan, yaitu:
A. Pengukuran Linear Pembacaan Langsung
Alat ukur langsung adalah alat ukur yang mempunyai skala ukur
yang telah dikalibrasi dan hasil pengukuran dapat langsung dibaca pada
skala tersebut.
Contoh alat ukur langsung :
a) Mistar Ukur
b) Mistar Ingsut
c) Mikrometer : - Mikrometer in.
- Mikrometer out.
Jadi, Pengukuran linear pembacaan langsung adalah proses
pengukuran dimana hasil pengukuran dapat dilihat langsung dari skala alat
ukur yang dipakai.
B. Pengukuran Linear Pembacaan Tidak Langsung
Pengukuran Linear pembacaan tidak langsung yaitu pengukuran
dengan instrumen pembanding, maksudnya dengan membandingkan
dimensi yang diperoleh dari hasil pengukuran kemudian membacanya
dengan bantuan alat ukur langsung. Pada pengukuran ini, kita melakukan
dua kali proses pengerjaan. Macam-macam alat ukur yang tergolong alat
ukur tidak langsung yaitu
Outside Caliper
Inside caliper
Spring Divider
CMM (Coordinate Measuring Machine)
(Taufiq Rochim hal. 57, Spesifikasi, Metrologi Industri dan Kontrol
Kualitas,2001)
Pengukuran kebulatan merupakan pengukuran yang ditujukan untuk
memeriksa kebulatan suatu benda, atau dengan kata lain untuk mengetahui
apakah suatu benda benar-benar bulat atau tidak jika dilihat secara teliti
dengan menggunakan alat ukur.
Pengukuran kebulatan merupakan salah satu dari tipe pengukuran yang
tidak berfungsi menurut garis. Kebulatan dan diameter adalah dua karakter
geometris yang berbeda, meskipun demikian keduanya saling berkaitan.
Ketidakbulatan akan mempengaruhi hasil pengukuran diameter,
sebaliknya pengukuran diameter tidak selalu akan menunjukkan
ketidakbulatan. (Taufiq Rochim, 2001)
Sebuah benda yang berbentuk silinder pada dasarnya dalam setiap tempat
punya perbedaan jari-jari. Dengan menggunakan alat ukur dial indicator
pada benda ukur poros hasil proses bubut/plat bubut, serta alat bantu V
Block dan dial stand kita dapat melakukan pengukuran kebulatan untuk
memeriksa kebulatan benda tersebut. Dial indicator dapat digunakan untuk
mengukur perubahan ketinggian pada permukaan suatu benda. Jadi dapat
diketahui benda tersebut memiliki permukaan yang rata atau tidak. Dengan
memanfaatkan prinsip yang sama, sebuah bendayang berbentuk silinder
dapat diperiksa kebulatannya. Dengan menetapkan suatu titik pada sisi
silinder sebagai acuan (titik nol) kemudian melakukan pengukuran
terhadap titik lain dapat diketahui apakah terjadi pelekukan atau
penggundukan yang mempengaruhi kebukatan benda tersebut dan
seberapa besar nilainya.
Gambar.1.1. Simbol Pengukuran Kebulatan
Adapun contoh penggunaan simbol pada gambar
Gambar.1.2. Contoh aplikasi simbol kebulatan dalam gambar teknik
( sumber: www.google.com/toleransi material.pdf )
0 b/
c
d
Atau
0 e/f
Keterangan:
O = Simbol toleransi dari karakter produk (O) = kebulatan
b = Tolernsi yang diperbolehkan
c = Panjang bahan yang terkena toleransi
d = Benda / posisi acuan
e = Toleransi umum
f = Toleransi khusus ( hanya untuk bagian tertentu )
Pengukuran kekasaran permukaan adalah suatu metode pengukuran
dengan menggunakan suatu alat baik alat sederhana maupun alat yang
telah menggunakan sensor guna mengetahui suatu bentuk geometri
kekasaran dari suatu permukaan.
Suatu kekasaran permukaan memegang peranan penting dalam
perancangan komponen mesin. Hal tersebut perlu dinyatakan dengan jelas
misalnya dalam kaitannya dengan gesekan, keausan, pelumasan, ketahanan
kelelahan, perekatan dua atau lebih komponen-komponen mesin.
Untuk mereproduksi profil suatu permukaan maka jarum peraba alat ukur
harus digerakkan mengikuti lintasan yang berupa garis lurus dengan jarak
yang telah ditentukan terlebih dahulu. Panjang lintasan ini disebut panjang
pengukuran (traversing length; lg) sesaat telah jarum bergerak dan sesaat
sebelum jarum berhenti maka secara elektronis alat ukur melakukan
perhitungan berdasarkan data yang dideteksi oleh jarum peraba. Bagian
dari panjang pengukuran dimana dilakukan analisa profil permukaan
dengan panjang sampel (sampling length, l). reproduksi dari profilnya
seperti pada gambar berikut dengan penambahan keterangan mengenai
beberapa istilah profil yang penting yaitu:
1. Profil geometris ideal (geometrically ideal profile) adalah profil
dari permukaan geometris ideal (dapat berupa garis lurus, lingkaran,
ataupun garis lengkung).
2. Profil terukur (masured profile) adalah profil dari permukaan
terukur.
3. Profil referensi (reference profile) adalah profile yang digunakan
sebagai referensi untuk menganalisis konfigurasi permukaan.
4. Profil dasar (root profile) adalah profil referensi yang digeserkan
ke bawah (arah tegak lurus terhadap profil geometris ideal pada panjang
suatu sampel) sehingga menyinggung titik terndah profil terukur.
5. Profil tengah (centre profile) adalah nama yang diberikan kepada
profil referensi yang digeserkan ke bawah (arah tegak lurus terhadap profil
geomtris ideal pada suatu panjang sampel) sedemikian rupa sehingga
jumlah luas dari daerah-daerah di atas profil sampai profil terukur adalah
sama dengan jumlah luas dari daerah-daerah di bawah profil tengah
sampai profil terukur ( pada gambar dibawah ditunjukkan dengan daerah-
daerah yang diarsir mendatar dan daerah-daerah yang diarsir tegak).
Gambar 1.3. posisi dari profil referensi, profil terukur, profil tengah dan
profil dasar terhadap profil terukur untuk satu panjang sampel.
(Taufiq Rochim, Teknik Pengukuran (Metrologi Industri) : 1980)
Gambar 1.3. analisa profil terukur dalam arah mendatar
(Taufiq Rochim, Teknik Pengukuran (Metrologi Industri) : 1980)
1.2 Tujuan
Tujuan diadakannya praktikum pengukuran piston ini adalah :
1. Mengetahui kekasaran permukaan piston
2. Mengetahui kebulatan piston
3. Mengetahui jenis-jenis alat ukur pengukuran piston
4. Mampu memilih/menetapkan serta menggunakan beberapa alat
ukur linear pada suatu proses pengukuran piston.
1.3 Aplikasi Pengukuran
1.3.1 PENGUKURAN LINIER
Aplikasi pengukuran linier dalam kehidupan sehari-hari antara
lain :
1. Melakukan suatu pengukuran pada benda kerja sebelum
dilakukan proses produksi maupun desain teknisnya.
2. Mengukur dimensi dari benda kerja yang berukuran sangat kecil
dan mempunyai radius yang kecil.
3. Untuk mengukur ukuran ketelitian kunci yang akan dibuat oleh
tukang duplikat kunci dengan menggunakan Vernier Caliper.
4. Untuk mengukur ulir pada Pabrik atau Perusahaan pembuatan
ulir sebagai alat untuk melakukan pengontrolan kualitas ulir.
5. Pembuatan gambar teknik dari suatu komponen
6. Kontrol kualitas ; pengecekan komponen dengan design gambar
kerja
7. Pengukuran diameter dalam pipa
8. Mengukur kedalaman lubang baut
9. Pembatan pola terhadap benda kerja
(Sumber: Diktat Kuliah Alat Bantu dan Alat Ukur, Univ.Darma
Persada Jakarta)
1.3.2 PENGUKURAN KEBULATAN
Aplikasi pengukuran kebulatan dalam kehidupan antara lain
pada suatu batang bulat yang dikerjakan pada suatu mesin bubut
atau lubang yang dikerjakan pada suatu mesin bor telah
diperhitungkan cara pengerjaannya, tetapi tidak umum kebulatan
benda tersebut diukur atau diperiksa karena dianggap bahwa alat-
alat perkakas mesin yang digunakan dapat menghasilkan suatu
benda kerja pada derajat ketelitian yang dibutuhkan atau
diinginkan.
Adapun pengukuran kebulatan dalam kehidupan sehari-hari :
1. Untuk mengukur atau mengecek on-center position benda kerja
pada chuck
2. Menemukan perbedaan ukuran pada bagian dari suatu benda
kerja yang berbentuk silinder (bulat)
3. Mengukur Perangkat ABS
4. Mengukur Piston
5. Mengukur Poros roda gigi
6. Mengukur Roda gigi
7. Mengukur Poros engkol
( Drs. Syamsul Arifin, 1981 dan Bruce J. Black, 1979)
1.3.3 PENGUKURAN KEKASARAN PERMUKAAN
1. Sebagai pemeriksaan pada sudu-sudu turbin apakah permukaannya
kasar atau halus. Karena jika kasar akan terdapat tegangan sisa yang
cukup besar.
Gambar 1.4. Sudu Turbin
(sumber : http://1.bp.blogspot.com/_OuxEWQu7tiQ/S61--
NSFcAI)
2. Untuk mengukur tingkat kekasaran pada pipa, sehingga dapat
mengetahui nilai head losses mayor ( hL ) dan memudahkan para
enginer dalam merancang konstruksi perpipaan.
Gambar 1.5. Konstruksi Pipa
(http://www.infometrik.com/wp-content)
3. Untuk mengukur tingkat kekasaran pada poros, bertujuan untuk
mengetahui besarnya tegangan sisi yang terjadi pada saat poros itu
bekerja.
Gambar 1.6. Poros
(http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect)
4. Untuk mengukur tingkat kekasaran piston dan ring piston pada motor
bakar, bertujuan untuk mengestimasi besarnya gesekan yang terjadi
dengan dinding ruang bakar karena piston tersebut bekerja secara
fluktuatif.
Gambar 1.7. Piston dan Ring Piston
(http://www.jappartsuk.com)
2. Proses Pengukuran
2.1 Alat Dan Benda Ukur Yang Digunakan
a. Surface Roughness SJ-201P , Merk. Mitutoyo , Kecermatan 0,001 mm
Gambar 1.4. Gambar Surface Roughness
Sumber : (Lab Metrologi & KK Teknik Mesin UNDIP)
b. Dial Indikator
Keterangan Gambar:
1. Blok dasar magnet
2. Titik penyentuhan torak
3. Torak
4. Jarum Penunjuk
5. Ring Penyetel
6. Skala Pengukur (dial)
7. Ulir Pengikat Ring
8. Alat Pengikat DT
Gambar 1.5. Dial Indikator
(sumber: Syamsul Arifin. 1981)
b. Dial stand (merk raFan)
Gambar 1.6. Dial Stand
c. Blok V (metrology industry dan control kualitas)
Gambar 1.7. V Block
d. Benda ukur piston
Gambar 1.8. Piston
2.2 Metode Pengukuran
A. Pengukuran Linier
1. Pelajari cara penggunaan vernier calliper
2. Ukur bagian A, B, dan C pada benda ukur seperti yang ditunjukkan
pada modul.
3. Catat hasil pengukuran pada lembar kerja yang telah disediakan.
B. Pengukuran Kebulatan
1. Persiapkan dial indicator, dial stand dan blok V.
2. Pasang dial indicator pada dial stand.
3. Beri tanda garis sebanyak 12 garis di sekeliling benda ukur
4. Letakkan benda ukur pada blok V.
5. Atur posisi sensor dial indicator hingga menyentuh permukaan
benda ukur tepat pada posisi garis 1.
6. Pasang stopper dibelakang benda ukur yang ditumpukan pada
kolom dial stand agar pengukuran bias segaris.
7. Atur ketinggian jam ukur dial indicator yaitu setengah daerah
maksimum jam ukur, sehingga mencukupi untuk penyimpangan ke
kiri dan ke kanan dengan menaikkan dan menurunkan lengan
pemegang jam ukur, kemudian lakukan setting nol
8. Putar benda ukur searah jarum jam ke posisi garis nomor 2. Lihat
penunjukan skala pada dial indicator.
9. Tuliskan hasil pengukuran pada lembar kerja tabel 3 titik 1 bagian
A nomor 2. Nomor 1-nya adalah 0 karena setting nol dilakukan
pada garis 1.
10. Lakukan proses pengukuran untuk posisi garis berikutnya hingga
posisi nomor 12.
11. Setelah garis ke 12 selesai diukur, putar benda ukur ke posisi garis
nomor 1. Lihat penunjukan skala pada dial indicator
12. Tuliskan hasil pengukuran pada lembar kerja tabel 3 titik 1 bagian
B nomor 1.
13. Lakukan kembali proses pengukuran seperti tadi tetapi benda
kerjanya diputar berlawanan arah jarum jam. Data hasil
pengukurannya ditulis pada lembar kerja tabel 3 titik 1 bagian B.
14. Geser benda ukur ke titik 2. Lakukan setting nol dan lakukan
pengukuran dengan cara yang sama seperti pada titik 1. Setelah
titik 2 selesai, geser benda ukur ke titik 3. Lakukan hal yang sama
seperti pada titik 1 dan 2.
15. Buat grafik kebulatan dari benda ukur pada grafik koordinat polar.
C. Pengukuran Kekasaran Permukaan
1. Pengukuran kekasaran permukaan dengan menggunakan
Surface Roughness dengan ketelitian 0,01 micrometer/1mm.
2. Pengukuran dilakukan secara berulang sebanyak 3 kali pada
sampel yang sama.Untuk mendapatkan nilai rata-rata kekasaran
permukaan.
3. Kekasaran permukaan adalah amplitude terkecil di permukaan
pekerjaan yang ditinggalkan oleh pemotong logam atau pahat
pembentuk logam yang digunakan dalam proses produksi.
4. Kekasaran permukaan dari bagian-bagian mesin dan juga bekas
pengerjaan merupakan faktor yang sangat penting untuk
menjamin mutu bagian-bagian, seperti misalnya suaian atau
ketahanan, maupun tampak dari bagian-bagian.
Parameter kekasaran dapat dibagi menjadi 4 yaitu Ra, Ry, Rz, Rq
pengukuran dengan panjang sampel berbeda menghasilkan hasil
pengukuran yang berbeda pula, karena perbedaan serta jangkauan
pengukura
3. Hasil Pengukuran
3.1 Data Hasil Pengukuran
Gambar 1.9. Benda kerja pengukuran piston
Tabel 1.1. Data Pengukuran Linier
(mm)
OBYEK
UKUR
HASIL PENGUKURAN
DATA RATA-RATA
A 44,32 ; 44,36 ; 44,34 44,34
B 13,02 ; 13,02 ; 13,04 13,03
C 49,54 ; 49,58 ; 49,56 49,56
Tabel 1.2. Data Pengukuran Kekasaran Permukaan panjang sampel
0,25 mm
PosisiParameter Kekasaran
Ra Ry Rz Rq
1 0,18 1,14 0,95 0,23
2 0,17 1,00 0,86 0,22
3 0,06 0,76 0,51 0,08
Rata-rata 0,14 0,97 0,77 0,18
Tabel 1.3. Hasil Pengukuran Kekasaran Permukaan panjang sampel
2,5 mm
Posisi Parameter Kekasaran
Ra Ry Rz Rq
1 0,18 0,07 1,64 0,26
2 0,77 8,91 4,65 1,03
3 0,23 3,77 1,94 0,31
Rata-rata 0,40 5,58 2,74 0,53
Tabel 1.4. Hasil Pengukuran Kekasaran Permukaan panjang sampel
0,8 mm
PosisiParameter Kekasaran
Ra Ry Rz Rq
1 0,27 2,79 1,76 0,37
2 0,21 1,76 1,32 0,29
3 0,24 1,97 1,36 0,29
Rata-rata 0,24 2,17 1,48 0,32
Tabel 1.5. Hasil Pengukuran Kebulatan dengan metoda V-block dan
Dial Indicator
No.
Titik 1 Titik 2 Titik 3 Rata-
rata
TotalA BRata-
rataA B
Rata-
rataA B
Rata-
rata
1 0,00 0,01 0,005 0,00 -
0,01
-
0,005
0,00 -
0,02
-0,01 -0,00333
2 0,03 0,02 0,025 0,00 0,01 0,005-
0,010,00
-
0,0050,008333
3 0,02-
0,010,005 0,00 0,00 0 0,01 0,01 0,01 0,005
4 0,02 0,01 0,015 0,00 0,00 0 0,01 0,01 0,01 0,008333
5-
0,010,02 0,005 0,00 0,00 0 0,01
-
0,010 0,001667
6 0,01 0,00 0,005 0,00-
0,01
-
0,0050,01 0,00 0,005 0,001667
7 0,01 0,00 0,005 0,00 0,00 0 0,00 0,01 0,005 0,003333
8 0,01-
0,02
-
0,0050,01 0,00 0,005
-
0,010,01 0 0
9 0,02-
0,010,005 0,00 0,00 0 0,01 0,00 0,005 0,003333
10-
0,010,01 0
-
0,010,01 0 0,01 0,01 0,01 0,003333
11 0,02 0,01 0,015 0,01 0,01 0,01 0,00-
0,01
-
0,0050,006667
12 0,01 0,00 0,005-
0,010,00
-
0,005
-
0,020,00 -0,01 -0,00333
3.2 Analisa Hasil Pengukuran
A. Analisis Pengukuran Kekasaran
Pengukuran kekasaran permukaan menggunakan alat ukur surface
rougness dengan ketelitian 0,001 mm yang menghasilkan data paremeter
kekasaran Ra , Ry , Rz , dan Rq untuk masing-masing panjang sampel.
Tiap panjang sampel dilakukan pengulangan pengukuran sebanyak 3 kali
dan akan dihasilkan nilai terbaik dari tiap parameter dengan metode rata-
ratanya.
Distribusi kekasaran permukaan yang tidak seragam di tiap titik
dan ada juga pembacaan dari alat ukur surface roughness yang
kemungkinan menghasilkan suatu kesalahan pengukuran yang diakibatkan
peristiwa histerisis alat ukur tersebut akibat pemakaian berulang-ulang
dalam satu waktu. Hal tersebut menyebabkan hasil pengukuran yang
bervariasi pada tiap-tiap parameter yang digunakan.
B. Analisis Pengukuran Kebulatan
Grafik Pengukuran Kebulatan
12
3
4
5
67
8
9
10
11
12
-0.05
0
Titik 1Titik 2Titik 3Rata-Rata
Grafik kebulatan dari ketiga posisi
Dari grafik kebulatan rata-rata yang telah dibuat dapat dijelaskan bahwa
profil kebulatan dari benda kerja tidak bulat penuh yang ditunjukkan oleh
beberapa titik yang nilainya lebih besar, yaitu pada titik 3, 4, 5, 9 dan 10.
Hal ini disebabkan karena adanya kesalahan atau pergeseran garis saat
melakukan pengukuran kebulatan akibat kecermatan pengukur.
Dari ke-4 grafik diatas, grafik yang menunjukkan profil kebulatan yang
paling baik adalah grafik 1. Dimana penyimpangan yang cukup besar
adalah pada titik 9. Sedangkan pada titik 6, tidak terjadi penyimpangan.
Penyebab tiap pengukuran berbeda karena perbedaan tempat pengujian.
Pada tiap titik terdapat perbedaan yang menunjukkan benda tersebut
tidak sepenuhnya bulat walaupun pada kenyataan terlihat benda tersebut
bulat. Hal ini terdapat kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu sebagai berikut:
1. Benda ukur bergeser pada saat pengukuran sehingga pengukuran
tidak segaris. Hal ini akan mengakibatkan perbedaan pengukuran
awal dan akhir walaupun pada posisi yang sama namun tidak segaris.
2. Adanya getaran pada dial indikator karena sentuhan pada meja.
3. Sensor alat ukur kurang sensitif.
4. Kesalahan dalam menyeting nol dial indikator.
5. Operator kurang teliti membaca hasil pegukuran.
6. Operator melakukan kesalahan dalam memutar benda kerja.
Analisa Pengukuran Kekasaran Permukaan
1. Pengukuran kekasaran permukaan dengan menggunakan
Surface Roughness dengan ketelitian 0,01 micrometer/1mm.
2. Pengukuran dilakukan secara berulang sebanyak 3 kali pada
sampel yang sama. Untuk mendapatkan nilai rata-rata
kekasaran permukaan.
3. Kekasaran permukaan adalah amplitude terkecil di permukaan
pekerjaan yang ditinggalkan oleh pemotong logam atau pahat
pembentuk logam yang digunakan dalam proses produksi.
4. Kekasaran permukaan dari bagian-bagian mesin dan juga
bekas pengerjaan merupakan faktor yang sangat penting untuk
menjamin mutu bagian-bagian, seperti misalnya suaian atau
ketahanan, maupun tampak dari bagian-bagian.
5. Parameter kekasaran dapat dibagi menjadi 4 yaitu Ra, Ry, Rz,
Rq pengukuran dengan panjang sampel berbeda menghasilkan
hasil pengukuran yang berbeda pula, karena perbedaan serta
jangkauan pengukuran.
Untuk dimensi arah tegak dikenal beberapa parameter yaitu :
1. Kekasaran total (peak to valley height/total height), R t =
Ry adalah jarak antara profil refensi dengan profil dasar.
Dimensinya adalah dalam micron (µm).
2. Kekasaran perataan (depth of surface smoothness/ peak
mean line), Rp = Rq adalah jarak rata-rata antara profil
referensi dengan profil terukur.
Gambar 1.15. Profil Parameter Kekasaran perataan
3. Kekasaran rata-rata aritmetis (mean roughness index/
center line average, CLA), Ra
adalah harga rata-rata aritmetis dari harga absolute terukur
dengan profil
tengah.
Gambar 1.16. profil kekasaran rata-rata aritmetis
4. Kekasaran rata-rata kuadartis (root mean square height),
Rg
adalah akar dari jarak kwadrat rata-rata antara profil
terukur dengan profil tengah.
Gambar 1.17. profil kekasaran rata-rata kuadratis
5. Kekasaran total rata-rata, Rz
Merupakan jarak rata-rata profil alas ke profil terukur
pada lima puncak tertinggi dikurangi jarak rata-rata profil
alas ke profil terukur pada lima lembah terendah.
Rz = (R1+R2+...+R5-...-R6-...-R10)/5
Gambar 1.18. Profil kekasaran total rata-rata
( Sumber : Taufiq Rochim, Spesifikasi, Metrologi Industri dan Kontrol
Kualitas,2001)
4. Kesimpulan Dan Saran
4.1 Kesimpulan
a. Jenis-Jenis Alat Untuk Pengukuran Piston
Surface Roughness (Mitutoyo)
Dial Indicator
- V-block
- Dial Stand
b. Dari hasil pengukuran kekasaran permukaan diketahui bahwa profil
permukaan benda kerja memiliki harga nilai rata-rata parameter
kekasaran permukaan sebagai berikut:
a. Pengukuran Kekasaran Permukaan Panjang Sampel : 0,25 mm
Ra = 0,14 Ry = 0,97 Rz = 0,77 Rq = 0,18
b. Pengukuran Kekasaran Permukaan Panjang Sampel : 2,5 mm
Ra = 0,40 Ry = 5,58 Rz = 2,74 Rq = 0,53
c. Pengukuran Kekasaran Permukaan Panjang Sampel : 0,8 mm
Ra = 0,24 Ry = 2,17 Rz = 1,48 Rq = 0,32
c. Perbandingan data
Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa dengan
perbandingan nilai yang didapat dari mengukur pada 3 sisi silinder
untuk mengetes kebulatannya, dapat dikatakan bahwa ketiga sisi
silinder tersebut tidak bulat penuh.
d. Keakuratan
Dengan dial indicator untuk mengukur kebulatan, sudah dapa dibilang
akurat, karena nilai-nilai yang didapat jika diulang bisa mendapakan
nilai yang hampir sama. Tentunya setelah diberikan toleransi.
e. Kemudahan Penggunaan
Penggunaan dial indicator bersama V-block dan dial stand dapat
dikatakan terbilang sulit. Dan rumit. Karena alatnya yang sangat
sensitive jika mengalami sedikit gerakan/goncangan.
f. Profil yang Tidak dapat Diukur
Pada dasarnya setiap profil dapat diukur, hanya saja keakuratannya
tergantung dengan keadaan alat ukurnya.
g. Kesalahan yang dapat membuat benda ukur tidak bulat sempurna antara
lain adalah sebagai berikut :
1. Benda ukur bergeser pada saat pengukuran sehingga pengukuran
tidak segaris. Hal ini akan mengakibatkan perbedaan pengukuran
awal dan akhir walaupun pada posisi yang sama namun tidak
segaris
2. Adanya getaran pada dial indikator karena sentuhan pada meja
3. Sensor alat ukur kurang sensitif
4. Kesalahan dalam menyeting nol dial indikator
5. Operator kurang teliti membaca hasil pegukuran
6. Operator melakukan kesalahan dalam memutar benda kerja
4.2 Saran
1. Penggunaan dial indicator bersama V-blok dan dial stand harus teliti
dan cermat, karena alatnya yang sangat sensitive jika mengalami
sedikit gerakan/goncangan
2. Benda yang diletakkan pada V Blok diberi batas tepi agar ketika benda
diputar tidak berganti posisi dari titik awal ketika benda diletakkan.
3. Agar hasil pengukuran memuaskan, sebaiknya alat ukur harus dirawat
dengan baik agar tetap valid.
4. Praktikan sebaiknya lebih teliti dan serius dalam membaca dan
mengukur dalam pengukuran sehingga kesalahan dalam pembacaan
skala dapat dikurangi.
5. Dalam melakukan pengukuran, agar lebih berhati-hati. Karena surface
roughness memiliki sensitivitas yang tinggi, sehingga goncangan
sekecil apapun akan mempengaruhi hasil pengukuran.
6. Pengalaman pengukur juga akan mempengaruhi hasil pengukuran. Oleh
karena itu diperlukan banyak latihan dan pengalaman dalam mengukur.