bab i

30

Click here to load reader

Upload: liuk-irawati

Post on 12-Dec-2014

11 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

1

BAB I

PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang

Dewasa ini rokok semakin gencar meluas di berbagai tempat.

Banyak negara– negara industri yang menilai bahwa merokok telah

menjadi perilaku yang secara sosial dianggap kurang biasa untuk diterima.

Hal ini adalah hasil penyuluhan yang intensif, bukan saja dilaksanakan

oleh pemerintah, melainkan oleh pihak lembaga swadaya masyarakat dan

juga pihak perusahaan – perusahaan.

Di negara berkembang, penyuluhan tentang bahaya merokok belum

dilaksanakan secara intensif. Hal ini selain karena industri rokok

merupakan sumber pemasukan bagi negara dan sumber kesempatan kerja,

juga karena di sebagian besar negara – negara sedang berkembang, dana

untuk ini walaupun ada, sangat kecil dibandingkan dengan dana yang

dipergunakan oleh perusahaan – perusahaan rokok untuk memasarkan

rokok. Industri rokok melaksanakan secara agresif dan dengan mengaitkan

merokok dengan gaya hidup modern, masyarakat terutama remaja yang

paling sangat terpengaruh.

Sebagian besar orang bisa meninggal dikarenakan mengkonsumsi

rokok dengan berlebih. Awalnya memang tidak terasa sakit, tetapi semakin

lama seseorang mengkonsumsi rokok, maka akan banyak timbul berbagai

penyakit dalam tubuhnya. Sebagian besar penyakit yang akan diderita oleh

orang yang merokok adalah penyakit yang umumnya tidak dapat

disembuhkan.

Oleh sebab itu, atas dasar realita inilah penulis merasa tertarik

untuk membahasnya dalam bentuk makalah dengan judul “Pendidikan

Kesehatan tentang Rokok dan Bahayanya“.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka penulis

merumuskan beberapa masalah yang akan dibahas, antara lain :

1. Bahan – bahan apa yang membahayakan dalam rokok ?

Page 2: BAB I

2

2. Bagaimanakah bahaya rokok terhadap kesehatan ?

3. Bagaimana upaya untuk menanggulanginya?

1.3. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan

makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui bahan bahan berbahaya yang terkandung dalam rokok.

2. Untuk mengetahui bahaya rokok terhadap kesehatan.

3. Untuk mengetahui upaya penanggulangan bahaya rokok.

1.4. Manfaat

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai

pengetahuan bagi pembaca tentang adanya bahaya rokok terhadap

kesehatan dan upaya antisipasi untuk terhindar dari bahaya rokok.

Page 3: BAB I

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pendidikan Kesehatan

1. Definisi Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah suatu usaha atau kegiatan untuk

membantu individu, keluarga dan masyarakat dalam meningkatkan

kemampuannya untuk mencapai kesehatan secara optimal (Notoatmodjo,

1993). Semua petugas kesehatan mengakui bahwa pendidikan kesehatan

penting untuk menunjang program kesehatan lainnya. Stuart (1968) dalam

defenisi yang dikemukakan, dikutip oleh staf jurusan PK-IP FKMUI (1984)

mengatakan bahwa pendidikan kesehatan adalah komponen program

kesehatan dan kedokteran yang terdiri atas upaya terencana untuk mengubah

perilaku individu, keluarga dan masyarkat yang merupakan cara perubahan

berfikir, bersikap dan berbuat dengan tujuan membantu pengobatan,

rehabilitasi, pencegahan penyakit dan promosi hidup sehat (Suhila, 2002).

Menurut Grout pendidikan kesehatan adalah upaya menterjemahkan

sesuatu yang telah diketahui tentang kesehatan kedalam perilaku yang

diinginkan dari perseorangan ataupun masyarakat melalui proses

pendidikan, sedangkan menurut Nyswander pendidikan kesehatan adalah

suatu proses perubahan pada diri manusia yang ada hubungannya dengan

tercapainya tujuan kesehatan perseorangan dan masyarakat. Bila dilihat dari

defenisi-defenisi pendidikan kesehatan tersebut tidak jauh berbeda dan

keduanya menekankan pada aspek perubahan perilaku individu dan

masyarakat dalam bidang kesehatan (Effendy, 1995).

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Secara umum tujuan pendidikan kesehatan adalah mengubah

perilaku individu dan masyarakat di bidang kesehatan (Notoatmodjo, 1997).

Menurut Effendi (1995), tujuan pendidikan kesehatan yang paling pokok

adalah tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga, dan masyarakat

Page 4: BAB I

4

dalam memelihara perilaku sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan

derajat kesehatan yang optimal. Banyak faktor yang perlu diperhatikan

dalam keberhasilan pendidikan kesehatan, antara lain tingkat pendidikan,

tingkat sosial ekonomi, adat istiadat, kepercayaan masyarakat, dan

ketersediaan waktu dari masyarakat.

Materi yang disampaikan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan

kesehatan mulai dari individu, keluarga, dan masyarakat sehingga dapat

langsung dirasakan manfaatnya. Sebaiknya saat memberikan pendidikan

kesehatan menggunakan bahasa yang mudah dipahami dalam bahasa

kesehariaannya dan menggunakan alat peraga untuk mempermudah

pemahaman serta menarik perhatian sasaran.

Metoda yang dipakai dalam pendidikan kesehatan hendaknya dapat

mengembangkan komunikasi dua arah antara yang memberikan pendidikan

kesehatan terhadap sasaran, sehingga diharapkan pesan yang disampaikan

akan lebih jelas dan mudah dipahami. Metoda yang dipakai antara lain:

curah pendapat, diskusi, demonstrasi, simulasi dan bermain peran.

3. Sasaran dan Tempat Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan

Suliha (2002), dalam bukunya membagi sasaran pendidikan

kesehatan dalam 3 kelompok, yaitu pendidikan kesehatan individual dengan

sasaran individu, pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok

dan pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat.

Tempat penyelenggaraan pendidikan kesehatan dapat dilakukan di

institusi pelayanan antara lain puskesmas, rumah bersalin, klinik dan

sekolah serta dimasyarakat berupa keluarga masyarakat binaan. Hasil yang

diharapkan dalam pendidikan kesehatan masyarakat adalah terjadinya

perubahan sikap dan perilaku individu, keluarga, dan masyarakat untuk

dapat menanamkan prinsip-prinsip hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari

demi mencapai derajat kesehatan yang optimal (Effendy, 1995).

Suliha (2002) juga membagi tempat pelaksanaan pendidikan

kesehatan dalam 3 bagian, yaitu; 1) Pendidikan kesehatan di sekolah,

dilakukan di sekolah dengan sasaran murid yang pelaksanaannya

diintegrasikan dalam usaha kesehatan sekolah (UKS); 2) Pendidikan

Page 5: BAB I

5

kesehatan di pelayanan kesehatan, dilakukan di Pusat Kesehatan

Masyarakat, Balai Kesehatan, Rumah Sakit Umum maupun khusus dengan

sasaran pasien dan keluarga pasien; 3) Pendidikan kesehatan di tempat-

tempat kerja dengan sasaran buruh atau karyawan.

2.2. Konsep Rokok

1. Pengertian Rokok

Rokok biasanya berbentuk silinder terdiri dari kertas yang berukuran

panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan

diameter sekitar 10 mm, berwarna putih dan coklat. Biasanya berisi daun-

daun tembakau yang telah dicacah, ditambah sedikit racikan seperti

cengkeh, saus rokok, serta racikan lainya untuk menikmati sebatang rokok,

perlu dilakukan pembakaran pada salah satu ujungnya dan dibiarkan

membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujungnya yang lain.

2. Merokok

Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap

asapnya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Asap rokok

yang dihisap atau asap rokok yang dihirup melalui dua komponen:

komponen yang lekas menguap berbentuk gas dan komponen yang bersama

gas terkondensasi menjadi komponen partikurat. Asap rokok yang dihisap

melalui mulut disebut mainstream smoke, sedangkan asap rokok yang

terbentuk pada ujung rokok yang terbakar serta asap rokok yang

diembuskan ke udara oleh perokok disebut sidestream smoke. Sidestream

smoke dapat mengakibatkan seseorang menjadi perokok pasif.

3. Zat-zat yang terkandung di dalam Rokok

Pada saat rokok dihisap komposisi rokok yang dipecah menjadi

komponen lainnya, misalnya komponen yang cepat menguap akan menjadi

asap bersama-sama dengan komponen lainnya terkondensasi. Dengan

demikian komponen asap rokok yang dihisap oleh perokok terdiri dari

bagian gas (85%) dan bagian partikel (15%).

Page 6: BAB I

6

Rokok mengandung kurang lebih 4.000 jenis bahan kimia, dengan

40 jenis di antaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker),

dan setidaknya 200 diantaranya berbahaya bagi kesehatan. Racun utama

pada rokok adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida (CO). Selain itu,

dalam sebatang rokok juga mengandung bahan-bahan kimia lain yang tak

kalah beracunnya (David E, 2003). Zat-zat beracun yang terdapat dalam

rokok antara lain adalah sebagai berikut :

1. Nikotin

Komponen ini paling banyak dijumpai di dalam rokok. Nikotin

yang terkandung di dalam asap rokok antara 0.5-3 ng, dan semuanya

diserap, sehingga di dalam cairan darah atau plasma antara 40-50 ng/ml.

Nikotin merupakan alkaloid yang bersifat stimulan dan pada dosis tinggi

bersifat racun. Zat ini hanya ada dalam tembakau, sangat aktif dan

mempengaruhi otak atau susunan saraf pusat. Nikotin juga memiliki

karakteristik efek adiktif dan psikoaktif. Dalam jangka panjang, nikotin

akan menekan kemampuan otak untuk mengalami kenikmatan, sehingga

perokok akan selalu membutuhkan kadar nikotin yang semakin tinggi

untuk mencapai tingkat kepuasan dan ketagihannya. Sifat nikotin yang

adiktif ini dibuktikan dengan adanya jurang antara jumlah perokok yang

ingin berhenti merokok dan jumlah yang berhasil berhenti (Pdpersi, 2006).

Nikotin yaitu zat atau bahan senyawa porillidin yang terdapat

dalam Nicotoana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya yang

sintesisnya bersifat adiktif dapat mengakibatkan ketergantungan. Nikotin

ini dapat meracuni saraf tubuh, meningkatkan tekanan darah,

menyempitkan pembuluh perifer dan menyebabkan ketagihan serta

ketergantungan pada pemakainya.

2. Karbon Monoksida (CO)

Gas karbon monoksida (CO) adalah sejenis gas yang tidak

memiliki bau. Unsur ini dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna

dari unsur zat arang atau karbon. Gas karbon monoksida bersifat toksis

yang bertentangan dengan oksigen dalam transpor maupun

penggunaannya. Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok dapat mencapai

Page 7: BAB I

7

3-6%, sedangkan CO yang dihisap oleh perokok paling rendah sejumlah

400 ppm (parts per million) sudah dapat meningkatkan kadar karboksi

haemoglobin dalam darah sejumlah 2-16% (Sitepoe, M., 1997).

3. Tar

Tar merupakan bagian partikel rokok sesudah kandungan nikotin

dan uap air diasingkan. Tar adalah senyawa polinuklin hidrokarbon

aromatika yang bersifat karsinogenik. Dengan adanya kandungan tar yang

beracun ini, sebagian dapat merusak sel paru karena dapat lengket dan

menempel pada jalan nafas dan paru-paru sehingga mengakibatkan

terjadinya kanker. Pada saat rokok dihisap, tar masuk kedalam rongga

mulut sebagai uap padat asap rokok. Setelah dingin akan menjadi padat

dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran

pernafasan dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per

batang rokok, sementara kadar dalam rokok berkisar 24-45 mg. Sedangkan

bagi rokok yang menggunakan filter dapat mengalami penurunan 5-15 mg.

Walaupun rokok diberi filter, efek karsinogenik tetap bisa masuk dalam

paru-paru, ketika pada saat merokok hirupannya dalam-dalam, menghisap

berkali-kali dan jumlah rokok yang digunakan bertambah banyak (Sitepoe,

M., 1997).

4. Timah Hitam (Pb)

Timah Hitam (Pb) yang dihasilkan oleh sebatang rokok sebanyak

0,5 ug. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis dihisap dalam satu hari

akan menghasilkan 10 ug. Sementara ambang batas bahaya timah hitam

yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 ug per hari (Sitepoe, M., 1997).

5. Amoniak

Amoniak merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari

nitrogen dan hidrogen. Zat ini tajam baunya dan sangat merangsang.

Begitu kerasnya racun yang ada pada ammonia sehingga jika masuk

sedikit pun ke dalam peredaran darah akan mengakibatkan seseorang

pingsan atau koma.

Page 8: BAB I

8

6. Hidrogen Sianida (HCN)

Hidrogen sianida merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, tidak

berbau dan tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan,

mudah terbakar dan sangat efisien untuk menghalangi pernapasan dan

merusak saluran pernapasan. Sianida adalah salah satu zat yang

mengandung racun yang sangat berbahaya. Sedikit saja sianida

dimasukkan langsung ke dalam tubuh dapat mengakibatkan kematian.

7. Nitrous Oxide

Nitrous oxide merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, dan bila

terhisap dapat menyebabkan hilangnya pertimbangan dan menyebabkan

rasa sakit.

8. Fenol

Fenol adalah campuran dari kristal yang dihasilkan dari distilasi

beberapa zat organic seperti kayu dan arang, serta diperoleh dari tar arang.

Zat ini beracun dan membahayakan karena fenol ini terikat ke protein dan

menghalangi aktivitas enzim.

9. Hidrogen sulfida

Hidrogen sulfida adalah sejenis gas yang beracun yang gampang

terbakar dengan bau yang keras. Zat ini menghalangi oksidasi enzim (zat

besi yang berisi pigmen).

4. Kategori Perokok

1. Perokok Pasif

Perokok pasif dalah asap rokok yang di hirup oleh seseorang

yang tidak merokok (Pasive Smoker). Asap rokok merupakan polutan

bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Asap rokok lebih berbahaya

terhadap perokok pasif daripada perokok aktif. Asap rokok yang

dihembuskan oleh perokok aktif dan terhirup oleh perokok pasif, lima

kali lebih banyak mengandung karbon monoksida, empat kali lebih

banyak mengandung tar dan nikotin.

2. Perokok Aktif

Menurut Bustan (1997) rokok aktif adalah asap rokok yang

berasal dari hisapan perokok atau asap utama pada rokok yang dihisap

Page 9: BAB I

9

(mainstream). Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

perokok aktif adalah orang yang merokok dan langsung menghisap

rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagi kesehatan diri sendiri

maupun lingkungan sekitar.

5. Bahaya Rokok terhadap Kesehatan

Merokok sudah merupakan hal yang biasa kita jumpai . Kebiasaan

ini sudah begitu luas dilakukan baik dalam lingkungan berpendidikan tinggi

maupun berpendidikan rendah. Merokok sudah menjadi masalah yang

kompleks yang menyangkut aspek psikologis dan gejala sosial. Merokok

memang mengganggu kesehatan. Kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri.

Banyak penyakit telah terbukti akibat buruk dari merokok, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Kebiasaan merokok tidak hanya

merugikan si perokok, tetapi juga bagi orang di sekitarnya. Asap rokok

merupakan polutan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Tidak hanya

bagi kesehatan, merokok juga menimbulkan akibat buruk di bidang

ekonomi. Di negara industri maju, kini terdapat kecenderungan untuk

berhenti merokok, sedangkan di negara berkembang, khususnya Indonesia

justru cenderung timbul peningkatan kebiasaan merokok. Asap rokok yang

dihirup seorang perokok mengandung komponen gas dan partikel.

Komponen gas terdiri dari karbon monoksida, karbon dioksida, hidrogen

sianida, amoniak, oksida dari nitrogen dan senyawa hidrokarbon.

Adapun komponen partikel terdiri dari tar, nikotin, benzopiren,

fenol, dan kadmium. Berdasarkan penjelasan di atas, rokok dan asapnya

mempunyai dampak yang buruk bagi kesehatan. Tidak hanya bagi perokok

itu sendiri, tetapi juga bagi perokok pasif yang hanya ikut menghirup

asapnya saja. Dilihat dari bahan – bahan yang berbahaya dalam rokok,

nikotin dapat menaikkan tekanan darah dan mempercepat denyut jantung

hingga pekerjaan jantung menjadi lebih berat, karbon monoksida dapat

menyingkirkan oksigen yang dibutuhkan tubuh dengan mengikat dirinya

pada HB darah, dan tar memicu timbulnya kanker. Asap yang dihembuskan

para perokok dapat dibagi atas asap utama (main stream smoke) dan asap

samping (side stream smoke). Asap utama merupakan asap tembakau yang

Page 10: BAB I

10

dihirup langsung oleh perokok, sedangkan asap samping merupakan asap

tembakau yang disebarkan ke udara bebas, yang akan dihirup oleh orang

lain atau perokok pasif. Telah ditemukan 4.000 jenis bahan kimia dalam

rokok, dengan 40 jenis di antaranya bersifat karsinogenik (dapat

menyebabkan kanker), di mana bahan racun ini lebih banyak didapatkan

pada asap samping, misalnya karbon monoksida (CO) 5 kali lipat lebih

banyak ditemukan pada asap samping daripada asap utama, benzopiren 3

kali, dan amoniak 50 kali. Bahan-bahan ini dapat bertahan sampai beberapa

jam lamanya dalam ruang setelah rokok berhenti. Asap rokok yang baru

mati di asbak mengandung 3 kali lipat bahan pemicu kanker di udara dan 50

kali mengandung bahan pengiritasi mata dan pernapasan. Seseorang yang

mencoba merokok biasanya akan ketagihan karena rokok bersifat candu.

Dari pendapat ini kita tahu bahwa asap rokok mengandung

komponen-komponen dan zat-zat yang berbahaya bagi tubuh. Banyaknya

komponen tersebut tergantung pada tipe tembakau, temperatur pembakaran,

panjang rokok, porositas kertas pembungkus, bumbu rokok serta ada

tidaknya filter. Partikel dalam asap rokok dapat menyebabkan kanker

(bersifat karsinogenik). Nikotin, karbon monoksida, dan bahan-bahan lain

dalam asap rokok terbukti merusak endotel (dinding dalam pembuluh

darah), dan mempermudah timbulnya penggumpalan darah. Rokok

merupakan faktor risiko untuk sekurang – kurangnya 25 jenis penyakit,

diantaranya adalah kanker pundi kencing, kanker perut, kanker usus dan

rahim, kanker mulut, kanker esophagus, kanker tekak, kanker pancreas,

kanker payudara, kanker paru, penyakit saluran pernapasa kronik, strok,

osteoporosis, jantung, kemandulan, putus haid awal, melahirkan bayi yang

cacat, keguguran bayi, bronchitis, batuk, penyakit ulser peptic, emfisima,

otot lemah, penyakit mulut, dan kerusakan mata. Diantaranya akan

dijelaskan sebagai berikut:

a. Penyakit Kanker Paru

Terdapat hubungan yang erat antara kebiasaan merokok dengan

kanker paru sebab penyebab utama dari penyakit ini adalah rokok. Oleh

karena itu, kebiasaan merokok harus dihentikan. Mengingat tidak adanya

Page 11: BAB I

11

obat yang manjur untuk menyembuhkan kanker paru, tetapi obat – obatan

dan oksigen yang diperlukan hanya untuk meringankan gejalanya saja.

Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran

napas dan jaringan paru-paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa

membesar (hipertrofi) dan kelenjar mucus bertambah banyak

(hiperplasia). Pada saluran napas kecil, terjadi radang ringan hingga

penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Pada

jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan

alveoli. Akibat perubahan anatomi saluran napas, pada perokok akan

timbul perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala macam gejala

klinisnya. Hal ini menjadi dasar utama terjadinya penyakit obstruksi paru

menahun (PPOM). Dikatakan merokok merupakan penyebab utama

timbulnya PPOM, termasuk emfisema paru-paru, bronkitis kronis, dan

asma. Terdapat pula hubungan erat antara kebiasaan merokok, terutama

rokok, dengan timbulnya kanker paru. Partikel asap rokok, seperti

benzopiren, dibenzopiren, dan uretan, dikenal sebagai bahan karsinogen.

Tar juga berhubungan dengan risiko terjadinya kanker. Dibandingkan

dengan bukan perokok, kemungkinan timbul kanker paru pada perokok

mencapai 1030 kali lebih sering.

b. Penyakit Jantung Koroner

Banyak orang mengira bahwa kanker paru merupakan bahaya

terbesar akibat merokok. Sesungguhnya, penyakit jantung koronerlah

yang jauh lebih berbahaya. Banyak penelitian telah membuktikan adanya

hubungan merokok dengan penyakit jantung koroner (PJK). Dari 11 juta

kematian pertahun di negara industri maju, WHO melaporkan lebih dari

setengah (6 juta) disebabkan gangguan sirkulasi darah, di mana 2,5 juta

adalah penyakit jantung koroner dan 1,5 juta adalah stroke. Survei

Depkes RI tahun 1986 dan 1992, mendapatkan peningkatan kematian

akibat penyakit jantung dari 9,7 persen (peringkat ketiga) menjadi 16

persen (peringkat pertama). Dengan demikian, merokok menjadi faktor

utama penyebab penyakit jantung koroner tersebut. Bukan hanya

menyebabkan penyakit jantung koroner, merokok juga berakibat buruk

Page 12: BAB I

12

bagi pembuluh darah otak dan perifer sebagaimana akibat yang

dihasilkan karbon monoksida. Efek rokok terhadap jantung dapat

dijelaskan melalui efek kimia. Ada dua zat yang dianggap mempunyai

efek yang besar yaitu CO (Karbon Monoksida) dan nikotin. Efek

berkepanjangan dari karbon monoksida adalah bahwa jaringan pembuluh

darah akan terganggu, menyempit dan mengeras sehingga dapat

mengakibatkan penyumbatan.

Merokok terbukti merupakan faktor risiko terbesar untuk mati

mendadak. Risiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 24 kali

pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Risiko ini meningkat

dengan bertambahnya usia dan jumlah rokok yang dihisap. Faktor risiko

merokok bekerja sinergis dengan faktor-faktor lain, seperti hipertensi,

kadar lemak atau gula darah yang tinggi, terhadap tercetusnya PJK. Perlu

diketahui bahwa risiko kematian akibat penyakit jantung koroner

berkurang dengan 50 persen pada tahun pertama sesudah rokok

dihentikan.

Akibat penggumpalan (trombosis) dan pengapuran (aterosklerosis)

dinding pembuluh darah, merokok jelas akan merusak pembuluh darah

perifer. Pembuluh darah yang melibatkan pembuluh darah arteri dan vena

di tungkai bawah atau tangan sering ditemukan pada dewasa muda

perokok berat, sering akan berakhir dengan amputasi.

c. Penyakit Stroke

Penyakit stroke merupakan penyumbatan pembuluh darah otak

yang bersifat mendadak atau stroke banyak dikaitkan dengan merokok.

Risiko stroke dan risiko kematian lebih tinggi pada perokok

dibandingkan dengan bukan perokok. Dalam penelitian yang dilakukan

di Amerika Serikat dan Inggris, didapatkan kebiasaan merokok

memperbesar kemungkinan timbulnya AIDS pada pengidap HIV. Pada

kelompok perokok, AIDS timbul rata-rata dalam 8 bulan, sedangkan

pada kelompok bukan perokok timbul setelah 14,5 bulan. Penurunan

kekebalan tubuh pada perokok menjadi pencetus lebih mudahnya terkena

Page 13: BAB I

13

AIDS sehingga berhenti merokok penting sekali dalam langkah

pertahanan melawan AIDS.

d. Penyakit Mulut

Merokok terutama dapat menimbulkan penyakit kardiovaskuler

dan kanker, baik kanker paruparu, oesophagus, laryng, dan rongga mulut.

Kanker di dalam rongga mulut biasanya dimulai dengan adanya iritasi

dari produk-produk rokok yang dibakar dan dihisap. Iritasi ini

menimbulkan lesi putih yang tidak sakit. Memang terdapat keterkaitan

yang erat antara merokok dengan kesehatan mulut karena aktivitas

merokok dimulai di mulut.

6. Dampak Bagi Perokok Pasif

Sekarang ini kebanyakan perokok tahu bahwa merokok dapat

menyebabkan beberapa penyakit berbahaya. Namun mereka biasanya masa

bodoh terhadap hal itu dan menganggap bahwa merokok adalah urusan

pribadi mereka, tetapi sebenarnya merokok bukan urusan pribadi. Asap

rokok tidak hanya berpengaruh kepada perokok aktif, tetapi juga mengotori

udara sekitar. Orang – orang yang bukan perokok, tetapi ikut menghirup

udara yang tercemar asap rokok dinamakan perokok pasif ('passive

smoking'). Perlu diketahui bahwa asap yang dihasilkan dan rokok yang

mengepul ke udara luar ditambah dengn asap yang dihembuskan oleh

perokok mengandung zat kimia yang lebih tinggi daripada yang dihisap oleh

perokok sendiri yang labil. Mereka yang peka sebagai perokok pasif

terutama adalah bayi dan anak – anak. Risiko yang akan diterima perokok

pasif antara lain dapat mengalami kanker paru dan penyakit jantung,

masalah prnapasan termasuk radang paru dan bronchitis, sakit atau pedih

mata, bersin, batuk – batuk, dan sakit kepala. Di samping itu, perokok pasif

juga mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk mengidap berbagai penyakit,

30 % penyakit jantung dan 25% kanker. Bagi ibu hamil yang merokok akan

mengalami pengaruh buruk antara lain akan mengalami keguguran,

pendarahan, bayi lahir prematur, bayi meninggal / meninggal setelah lahir,

bayi lahir dengan berat badan rendah ( lebih rendah dari normal ) dan bayi

sering sakit.

Page 14: BAB I

14

2.3. Konsep Tingkat Pengetahuan dan Sikap

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan pengindraan terhadap sesuatu obyek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Manusia adalah makhluk

sosial, demikian pandangan dasar para penganut teori kognitif. Tingkah laku

manusia semata-mata ditentukan oleh kemampuan berfikirnya. Makin

intelegent dan pendidikan, otomatis seseorang akan semakin baik perbuatan-

perbuatannya untuk memenuhi keinginan / kebutuhan.

2. Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan :

a. Tahu ( know )

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya.Yang termasuk tingkat pengetahuan ini adalah mengingat

kembali (recall) suatu yang spesifik dari seluruh badan yang dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa

orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,

menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. Pengetahuan

itu bisa berupa pengetahuan tentang istilah, tentang fakta-fakta khusus,

pengetahuan tentang cara atau sarana yang lain. Tahu (know) merupakan

tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami ( Comprehension )

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterprestasi

materi tersebut secara benar. Comprehension adalah pemahaman

( penalaran ) yang paling rendah. Kegiatan bisa berupa :

menterjemahkan, menafsirkan, ekstrapalasi. Orang yang telah paham

terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan.

Contoh, menyimpulkan, meramalkan.

Page 15: BAB I

15

c. Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebelumnya). Aplikasi

disini dapat diartikan sebagai aplikasi penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip dsb dalam konteks atau situasi yang lain. Aplikasi

dikatakan sebagai penggunaan abstraksi dalam situasi khusus dan

konkrit.

d. Analisis ( Analyzis )

Perincian / penguraian suatu komunikasi kedalam unsur-unsur atau

bagian-bagian yang membentuk hirarki dan atau hubungan antara ide

menjadi lebih jelas. Analisis itu bisa berupa analisis unsur-unsur, analisis

hubungan-hubungan, analisis prinsip-prinsip yang terorganisir. Analisis

adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur

organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis

ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat

menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis ( Synthesis )

Sintesis itu berupa menyusun sejumlah unsur-unsur demikian rupa

sehingga membentuk satu kesatuan sehingga menghasilkan komunikasi

yang unik, menghasilkan suatu rencana atau seperangkat pelaksanaan

yang berencana. Analisis melanjutkan kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam bentuk

keseluruhan yang baru Dengan kata lain, sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun fomulasi baru dari formulasi-formulasi

yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat

meringkaskan dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori

atau rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan menimbang tentang nilai atau metode

untuk satu tujuan. Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk

Page 16: BAB I

16

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian ini didasarkan pada satu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

menggunakan kriteria-kriteria yang sudah ada. Pengetahuan dapat diukur

dengan wawancara atau angket yang menyenangkan tentang isi materi

yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

3. Sikap

Sikap dapat diuraikan sebagai penilaian (bisa berupa pendapat)

seseorang terhadap stimulus atau obyek. Menurut Green, Sikap adalah

perasaan, predisposisi, atau seperangkat keyakinan yang relatif tetap

terhadap suatu objek, seseorang atau suatu situasi. Batasan-batasan sikap :

Menurut Campbell (1950) “An individual’s social attitude is a

syndrome of response consistency with regard to social object”. Menurut

Allpart (1954) “A mental and neusal state of rediness, organized through

expertence, exerting a dysective or dynamic influence upon the individual’s

respons to all objects and situasional with which it is related”. Dan menurut

Cardo, (1995) “Attitude entalis and exiting predisposition to response to

social objects which in interaction with situasional and other dispositional

variables, guides and direct the overt behavior of individual”.

Dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tak dapat dilihat, tapi

hanya dapat ditafsirkan lebih dulu perilaku tertutup. Sikap secara nyata

menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu

yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat

emosional terhadap stimulus sosial. Menurut Newcomb, seorang ahli

psikologis sosial menyatakan bahwa suatu sikap itu merupakan kesiapan

atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif

tertentu.

1. Komponen sikap

Dalam bagian lain All port (1945) menjelaskan bahwa sikap itu

mempunyai 3 komponen pokok yaitu :

a. Kepercayaan ( keyakinan ) ide dan konsep terhadap suatu objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

c. Kecenderungan untuk beradat.

Page 17: BAB I

17

Dalam membentuk sikap ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi

memegang peranan penting.

2. Tingkatan sikap

a. Menerima (receiving)

Diartikan bahwa orang (obyek) mau memperhatikan stimulus yang

diberikan (objek).

b. Merespon (responding)

Memberi jawaban bila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan/mendiskusikan suatu masalah.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala yang telah dipilihnya dengan segala resiko.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak

langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat

pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat

dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan hipotesis kemudian ditanyakan

pada responden.

Page 18: BAB I

18

BAB III

PENUTUP3.1 Kesimpulan

Dari uraian yang telah disampaikan, dapat ditarik kesimpulan bahwa

merokok merupakan kegiatan kurang baik yang dilakukan manusia. Banyak

penyakit yang muncul akibat dari rokok dan kebiasaan merokok. Tidak ada obat

yang bisa menyembuhkan sebagian dari penyakit ini, tetapi obat yang ada hanya

untuk meringankan gejalanya saja. Oleh karena itu, terdapat upaya untuk

penanggulangan bahaya rokok ini antara lain dengan upaya penerangan dan

penyuluhan khususnya bagi generasi muda, upaya prevensi dan motivasi untuk

menghentikan kebiasaan merokok, dan menguyah permen bagi perokok yang

susah mengentikan kebiasaan merokoknya.

3.2 Saran

Sebagai petugas kesehatan kita harus gencar melakukan penanggulangan,

penerangan dan penyuluhan agar dampak negatif dari rokok dapat terhindarkan.

Dan uga harus ditingkatkan hubungan lintas sektorial agar tujuan lebih mudah

tercapai.

Page 19: BAB I

19

DAFTAR PUSTAKA

Armstrong, Sue. 1991. Pengaruh Rokok Terhadap Kesehatan . Jakarta : Arcan.

Aditama TY. 1992. Rokok dan Kesehatan. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Bangun, A. P. Panduan Untuk Perokok: Solusi Tuntas Untuk Mengurangi Rokok dan Berhenti Merokok. Jakarta: Milenia Populer, 2003.

Mandagi, Jeanne. 1996. Masalah Narkotika dan Zat Adiktif Lainnya serta Penanggulangannya. Jakarta : Bina Darma Pemuda Printing

BKKBN. Buku sumber untuk advokasi Direktorat Advokasi dan KIE. BKKBN, UNFPA, Bank Dunia, ADB, dan STARH. 2003.

Green, Lawrence W. Health Promotion Planning : An Educational and Environmental Approach. Second Edition. Mayfield Publishing Company. Mountain View-Toronto-London. 2000.

Hanusz M. 2000. Kretek: The Culture and Heritage of Indonesia’s Clove Cigarettes. Equinox Publishing, Indonesia.

Hawari, D. Penyalahgunaan Narkotika dan Zat Adiktif. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 1991. Hawari, D. Penyalahgunaan Narkotika dan Zat Adiktif. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 1991.

Hurlock, E. B.Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (Ed. 5). Jakarta: Erlangga. 1997.

Carlson et.al. Psycology, the Science of Behaviour. Boston : Allyn & Bacon. 1997.

Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani. Pedoman Pelatihan dan Modul Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Educations). Diknas. Jakarta. 2004.

Notoatmojo, Soekidjo. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Andi Offset. Jakarta. 2000.

Notoatmojo, Soekidjo. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Andi Offset. Jakarta. 2007.

Efendy, A. Tesis : Perilaku Sehat, Kebiasaan Merokok dan Minuman Keras di Kalangan Remaja di Bali. UGM. 2000.

Suliha, Uha, (2002) , Pendidikan Kesehatan : Pendidikan Kesehatan, Jakarta, EGC Buku kedokteran.

Page 20: BAB I

20

Susanna D, Hartono B, Fauzan H. 2003. Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok. Makara Kesehatan 7(2):37-41.

Sekretariat Negara Republik Indonesia. 1999. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 1999 Tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan. Sekretariat Negara, Jakarta.

Taftazani A, Widodo CS. 2008. Kandungan logam berat dalam rokok kretek dan non-kretek dengan metode AANI. Prosiding Seminar Nasional AAN 2008. Sabuga ITB, Bandung. pp 135-151.

Yatman, D. Psikologi Perkembangan. Semarang : Balai Penerbit Universitas Diponegoro. 2001.