bab i

50
BAB I PENDAHULUAN Diskolorasi pada gigi merupakan faktor yang sangat merugikan bagi penderitanya, terutama jika terjadi pada gigi anterior yang menarik perhatian sebagai titik pandang pertama ketika seseorang membuka mulut atau berbicara. Banyak faktor yang dapat menyebabkan diskolorasi gigi, baik secara instrinsik maupun ekstrinsik. Faktor intrinsik dapat berupa dekomposisi jaringan pulpa dari jaringan nekrosis yang menghasilkan ion sulfida yang berwarna hitam, pemakaian antibiotik seperti tetrasiklin, penyakit metabolik yang berat, perdarahan kamar pulpa, medikamentasi saluran akar, maupun dari bahan pengisi saluran akar dalam perawatan endodontik. Di sisi lain, faktor ekstrinsik dapat dikarenakan kebersihan mulut yang buruk, pengaruh makanan dan minuman, pengaruh rokok dan tembakau, serta bahan tambalan logam. 1 Saat ini, perkembangan estetik dalam bidang kedokteran gigi sangat menonjol untuk menanggulangi masalah diskolorasi yaitu dengan cara restoratif, salah satunya adalah dengan cara bleaching. Bleaching merupakan suatu cara pemutihan kembali gigi yang berubah warna sampai mendekati warna gigi asli melalui proses perbaikan secara kimiawi. Teknik bleaching memiliki beberapa keuntungan, antara lain tidak banyak dilakukan pengambilan jaringan keras gigi dan teknik perawatan relatif lebih mudah jika dibandingkan dengan pembuatan suatu mahkota tiruan. 1

Upload: maulia-sanaz-septiari

Post on 11-Dec-2014

100 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

Diskolorasi pada gigi merupakan faktor yang sangat merugikan bagi penderitanya,

terutama jika terjadi pada gigi anterior yang menarik perhatian sebagai titik pandang

pertama ketika seseorang membuka mulut atau berbicara. Banyak faktor yang dapat

menyebabkan diskolorasi gigi, baik secara instrinsik maupun ekstrinsik. Faktor intrinsik

dapat berupa dekomposisi jaringan pulpa dari jaringan nekrosis yang menghasilkan ion

sulfida yang berwarna hitam, pemakaian antibiotik seperti tetrasiklin, penyakit metabolik

yang berat, perdarahan kamar pulpa, medikamentasi saluran akar, maupun dari bahan

pengisi saluran akar dalam perawatan endodontik. Di sisi lain, faktor ekstrinsik dapat

dikarenakan kebersihan mulut yang buruk, pengaruh makanan dan minuman, pengaruh

rokok dan tembakau, serta bahan tambalan logam.1

Saat ini, perkembangan estetik dalam bidang kedokteran gigi sangat menonjol

untuk menanggulangi masalah diskolorasi yaitu dengan cara restoratif, salah satunya

adalah dengan cara bleaching.

Bleaching merupakan suatu cara pemutihan kembali gigi yang berubah warna

sampai mendekati warna gigi asli melalui proses perbaikan secara kimiawi. Teknik bleaching

memiliki beberapa keuntungan, antara lain tidak banyak dilakukan pengambilan jaringan

keras gigi dan teknik perawatan relatif lebih mudah jika dibandingkan dengan pembuatan

suatu mahkota tiruan. Bleaching dapat dilakukan, baik pada gigi vital maupun gigi non vital

yang mengalami perubahan warna.

Penggunaan material bleaching, khususnya hidrogen peroksida (H2O2) saat ini masih

terus diperdebatkan karena dampaknya terhadap jaringan tubuh. Sifatnya yang hipertonik

membuat bahan tersebut sangat sensitif terhadap jaringan mulut, baik jaringan keras

maupun jaringan lunak. Akan tetapi, di lain pihak efektivitas bleaching belum tergantikan.

Saat ini masih kurang informasi tentang bahan bleaching yang aman dan efektif.

Berdasarkan hal tersebut, maka makalah ini akan membahas efek sitotoksisitas hidrogen

peroksida (H2O2) terhadap jaringan mulut.

1

Page 2: BAB I

BAB II

ISI

2.1 Mekanisme Bleaching

Hidrogen peroksida merupakan suatu zat yang mempunyai kemampuan untuk

menembus email, mencapai email dan dentin yang terkena diskolorasi. Penembusan ini

terjadi karena berat molekul hidrogen peroksida yang rendah dan mempunyai kemampuan

denaturasi protein sehingga dapat meningkatkan gerakan ion-ion melalui gigi.

Reaksi reduksi-oksidasi pada bleaching dikenal sebagai reaksi redoks. Noda-noda

yang ada di email dan dentin akan dioksidasi oleh hidrogen peroksida yang bersifat sebagai

oksidator kuat. Bahan oksidator ini mempunyai kemampuan untuk merusak molekul-

molekul zat warna, melalui reaksinya dengan oksigen bebas yang dilepaskan sehingga

warna menjadi netral dan menyebabkan terjadinya efek pemutihan.2

Bahan pemutih hidrogen peroksida akan menghasilkan HO2 (peryhydroxil) yang

merupakan radikal bebas kuat dan O sebagai radikal bebas lemah.3 Dalam bentuk cairan

murni, H2O2 merupakan asam lemah yang menghasilkan lebih banyak radikal bebas lemah

yaitu O sehingga untuk mendorong pembentukan HO2 maka hidrogen peroksida harus

dibuat basa pada pH optimum 9,5-10,8. Setelah terbentuk HO2 dalam jumlah yang besar

maka radikal bebas ini akan bereaksi dengan ikatan tidak jenuh. Hal ini menyebabkan

gangguan pada konjugasi elektron dan perubahan penyerapan energi pada molekul organik

email. Hidrogen peroksida berdifusi melalui matriks organik email dan dentin. Radikal bebas

bermuatan merupakan radikal yang tidak stabil dan akan bereaksi dengan molekul organik

atau radikal bebas lainnya terutama molekul-molekul zat warna di dalam gigi setelah zat

warna dirusak. Selain itu, terjadi perubahan berat molekul bahan organik gigi yang

memantulkan gelombang cahaya spesifik penyebab diskolorasi pada bahan dengan berat

molekul lebih rendah dan berkurangnya molekul yang merefleksikan cahaya. Dengan

demikian, akan terbentuk molekul organik yang lebih kecil dengan warna yang lebih

terang.4

Reaksi terbentuknya warna putih pada gigi oleh bleaching agent dapat ditunjukkan

melalui reaksi di bawah ini.

2

Page 3: BAB I

H2O2 H2O + O2

Ca10(PO4)6(OH)2 + O2 10 CaO + 3 P2O5 + H2O

Hidroksiapatit putih

Mekanisme terbentuknya radikal bebas dapat ditunjukkan pada gambar di bawah

ini.5

Gambar : Proses buffer menghasilkan banyak radikal bebas yang lebih kuat (peryhydroxil)

Pada awal proses bleaching, cincin karbon yang terpigmentasi akan terbuka

menjadi ikatan tidak jenuh dengan warna yang lebih terang. Apabila proses ini dilanjutkan

akan tercapai titik saturasi yang menunjukkan bahwa proses bleaching itu telah berjalan

dengan optimal. Pada proses bleaching, hidrogen peroksida berdifusi melalui matriks email.

Radikal bebas yang dihasilkan ini tidak mempunyai pasangan, bersifat elektrofilik ekstrim

dan sangat tidak stabil, dapat menyerang hampir semua molekul organik untuk

menstabilkan elektronnya dan menghasilkan radikal bebas lainnya. Sedangkan pada

permukaan email gigi, bahan tersebut dapat bereaksi dengan ikatan tak jenuh, sehingga

menghasilkan konjugasi elektron serta perubahan penyerapan energi molekul organik,

serta terbentuk juga molekul sederhana yang kurang dipengaruhi cahaya. Hal ini dapat

menjelaskan timbulnya reaksi pemutihan.4

2.2 Teknik-teknik Bleaching

2.2.1 Teknik Ekstrakoronal

3

Page 4: BAB I

1. Home Bleaching

Home bleaching merupakan suatu teknik yang sederhana dan dapat

dilakukan oleh pasien sendiri di rumah dengan menggunakan individual tray.

Individual tray merupakan suatu alat yang menyerupai protesa. Bahan yang

biasanya digunakan adalah karbamid peroksida 10% yang berbentuk gel dalam

tray selama 4-8 jam. Karbamid peroksida 10% sebanding dengan 3% hidrogen

peroksida. Teknik ini juga disebut dengan “Nightguard Vital Bleaching” karena

biasanya pasien menggunakan tray-nya pada malam hari saat pasien tidur.6

Sebelum melakukan perawatan, pasien harus diberi tahu bahwa

selama proses perawatan pasien harus mengurangi jumlah konsumsi makanan

atau minuman yang dapat menyebabkan stain pada gigi yang dapat

menghambat proses bleaching. Pasien diberi tahu efek samping dari obat yang

akan diberikan selama perawatan, seperti antihistamin yang dapat

menyebabkan keadaan mulut yang kering. Dokter gigi terlebih dahulu harus

mengecek apakah pasien mempunyai alergi terhadap komponen dari bahan

bleaching dan individual tray yang akan digunakan nanti. Pasien dengan

kebiasaan merokok diminta untuk tidak merokok minimal seminggu sebelum

perawatan dimulai, selama perawatan berlangsung (kurang lebih 1 bulan), dan

minimal 1 bulan pasca perawatan.6

Teknik home bleaching mempunyai beberapa nama lain, di antaranya

nightguard vital bleaching, matrix bleaching, dentist-assisted/ prescribed

home-applied bleaching, dentist-supervised at-home bleaching, dan at-home

bleaching.6

Teknik home bleaching diindikasikan dilakukan pada keadaan antara

lain:6

1. Stain pada gigi tingkat sedang.

2. Diskolorasi gigi karena penuaan.

3. Stain tetrasiklin tingkat sedang.

4. Fluorosis ringan (kecoklatan atau keputihan).

5. Stain superfisial.

4

Page 5: BAB I

6. Stain akibat kebiasaan merokok.

7. Stain absorpsi dan penetrasi (teh dan kopi).

8. Perubahan warna gigi akibat trauma atau nekrosis pulpa.

9. Pasien yang menginginkan perawatan yang minimal.

Sebaliknya, teknik home bleaching dikontraindikasikan pada keadaan

berikut ini.6

1. Stain tetrasiklin yang parah.

2. Fluorosis yang parah.

3. Pasien yang mempunyai ruang pulpa besar.

4. Gigi atrisi, abrasi, dan erosi.

5. Gigi dengan fisur yang dalam karena sulit untuk dilakukan

perawatan bleaching.

6. Pasien yang tidak disiplin.

7. Pasien dengan gigi anterior yang direstorasi dengan ukuran besar.

8. Gigi dengan penyakit periapikal.

9. Pasien yang sedang hamil dan menyusui.

10. Pasien perokok.

11. Pasien yang hypersensitive.

Kelebihan dari teknik home bleaching ini antara lain:6

1. Sederhana, mudah, dan cepat sehingga pasien dapat melakukannya

sendiri.

5

Page 6: BAB I

2. Mempermudah dokter gigi untuk memonitor perkembangan

perubahan warna gigi.

3. Lebih efektif.

4. Biaya pembuatan individual tray tidak terlalu mahal.

5. Prosedurnya nyaman dan tidak menyakiti pasien.

6. Karena proses bleaching dilakukan sendiri, pasien dapat

melakukannya sesuai dengan jadwal masing-masing.

7. Pasien dapat melihat langsung perubahan warna giginya.

Sebaliknya, kekurangan dari teknik home bleaching ini antara lain:6

1. Perubahan warna gigi tergantung pada kedisiplinan pasien

menggunakan tray-nya. Apabila pasien tidak menggunakan tray

sesuai waktu yang telah ditentukan maka perubahan warna gigi akan

berjalan lambat.

2. Beberapa pasien kurang mengerti bagaimana cara yang benar untuk

menggunakan bleaching tray.

3. Dapat membahayakan pasien karena ada kemungkinan penggunaan

bahan bleaching dalam jumlah yang berlebihan sehingga

memberikan efek toksik.

4. Sulitnya adaptasi rongga mulut pasien dengan bleaching tray.

Ada beberapa bahan yang dapat digunakan untuk perawatan

bleaching. Misalnya, semakin tinggi konsentrasi bahan yang digunakan,

semakin banyak pengaplikasian bahan, maka semakin cepat proses bleaching

berlangsung dan bleaching tray tidak harus digunakan dalam waktu lama.6

6

Page 7: BAB I

Karbamid peroksida dalam konsentrasi antara 10-20% atau hidrogen

peroksida dalam konsentrasi 4-8% diindikasikan untuk home bleaching selama

periode waktu yang lama.7

Adapun tahap-tahap home bleaching yaitu:6

1. Pasien diberikan penjelasan mengenai perawatan yang akan

dilakukan. Tentukan warna gigi pasien yang sesuai dengan indikator

shade guide untuk digunakan sebagai pembanding dengan warna

gigi setelah dilakukan home bleaching.

2. Cetak seluruh permukaan gigi dengan menggunakan alginat.

3. Tuangkan stone ke dalam cetakan alginat untuk pembentukan model

kerja.

7

Page 8: BAB I

4. Aplikasikan block-out resin pada permukaan bukal gigi dimulai dari

gigi anterior hingga gigi molar 1, untuk membentuk reservoir bagi

bahan pemutih. Lalu, lakukan penyinaran.

5. Lakukan penyinaran selama 4 menit di dalam light box, model

diposisikan di tengah untuk memastikan terkenanya cahaya.

6. Setelah penyinaran, aplikasikan separation agent agar dapat

mempermudah penghilangan kelebihan-kelebihan yang tidak

diperlukan.8

Page 9: BAB I

7. Pilih jenis plastik yang akan digunakan sebagai bahan individual

tray, bahan yang biasa digunakan adalah ethyl vinyl acetate (Eva).

Setelah itu, letakkan plastik pada vacuum tray-forming machine.

Press-kan plastik yang telah diletakkan pada mesin ke arah model

rahang.

8. Rapikan individual tray yang sudah jadi, sisakan 1 mm di atas

marginal gingiva. Bagian servikal dan mahkota gigi dirapikan

dengan menggunakan scalpel yang telah dipanaskan agar hasil yang

didapatkan lebih akurat.

9

Page 10: BAB I

9. Lepaskan tray dari model rahang, lalu poles bagian tepinya dengan

menggunakan cotton wheel hingga tidak ada lagi bagian yang kasar.

10. Tray yang sudah siap digunakan.

11. Gel sodium fluoride digunakan untuk desensitisasi, diaplikasikan

pada tray dan dipasangkan pada gigi.

10

Page 11: BAB I

12. Diamkan selama beberapa jam, dalam sebuah penelitian oleh

Bernardon, dkk perlakuan yang efektif didiamkan selama 8 jam

dalam 14 hari.7

13. Setelah itu, tray dilepas dan gigi dibersihkan.

14. Perawatan dilakukan selama 4-24 minggu, pasien diperiksa setiap 2

minggu.

Sebelum perawatan bleaching

Setelah perawatan bleaching

11

Page 12: BAB I

15.In- Office Bleaching

In-office bleaching merupakan teknik yang lebih disukai oleh dokter

gigi dan pasien. Hidrogen peroksida berkonsentrasi tinggi dengan agen aktivasi

panas/ cahaya untuk mempercepat proses pewarnaan. Pada home bleaching,

bahan pemutih yang biasanya digunakan berkonsentrasi lebih rendah dan

tidak menggunakan rubber dam.6

In-office bleaching berguna untuk menghilangkan stain yang meluas ke

seluruh lengkung gigi (faktor penuaan atau stain karena tetrasiklin), atau untuk

mencerahkan salah satu gigi (pasca perawatan endodontik). Proses ini

dilakukan di tempat praktek dokter gigi sehingga memungkinkan dokter gigi

untuk memonitor perkembangan perubahan warna pada gigi. Hasil dari in-

office bleaching biasanya langsung dapat terlihat dalam satu kali perawatan.

Pasien biasanya langsung merasa puas pada pertemuan pertama sehingga

mereka lebih bersemangat untuk melakukan proses perawatan selanjutnya.6

Nama lain dari in-office bleaching antara lain chairside bleaching,

power bleaching, laser bleaching, dentist administrated/ applied bleaching,

assisted bleaching/ dentist supervised bleaching.6

Bahan yang digunakan untuk in-office bleaching antara lain:6

1. Hidrogen peroksida 35% (bisa berbentuk likuid, bubuk, atau gel).

2. Karbamid peroksida 35%.

3. Kombinasi antara hidrogen peroksida dan karbamid peroksida

dengan konsentrasi yang bervariasi.

4. Sistem bleaching dual-activated (mengandung 35% gel hidrogen

peroksida yang diaktivasi dengan cahaya dan secara kimiawi).

Alat-alat yang diperlukan untuk melakukan proses perawatan yaitu:6

1. Power Bleach Materials

12

Page 13: BAB I

Gel bleaching lebih efektif karena lebih sedikit dalam

mengeluarkan panas. Selain itu, waktu yang diperlukan untuk

aktivasi dan penetrasi ke dalam gigi juga cukup singkat.

2. Tissue Protector

Alat yang biasanya digunakan untuk melindungi mukosa adalah

rubber dam, namun bisa juga digunakan likuid resin dengan aktivasi

cahaya untuk melindungi gingiva.

3. Energizing / Activating Source

Sumber aktivasi dapat berupa panas atau cahaya. Sumber cahaya ini

dapat mengaktivasi/ mengkatalisis material bleaching. Ada beberapa jenis

cahaya yang dapat digunakan antara lain:

1. Cahaya Bleaching Konvensional.

Cahaya ini digunakan untuk mengaplikasi hidrogen peroksida 35%,

langsung diarahkan ke arah rubber dam pada rongga mulut pasien

selama 1 jam. Cahaya ini dapat menyebabkan dehidrasi.

2. Regular Halogen Curing Light.

3. Plasma arc light.

4. Laser argon dan CO2.

5. Xenon power arc light

6. Heat source

Beberapa bahan bleaching dipanaskan ke dalam air panas terlebih

dahulu atau dipanaskan dengan api sebelum diaplikasikan pada gigi.

Curing light dan plasma arc light hanya menghasilkan panas yang rendah.

7. Protective clothing and eyewear

8. Mechnical timer

13

Page 14: BAB I

In-office bleaching diindikasikan untuk menghilangkan stain pada email

dan dentin, stain kuning kecoklatan, stain karena penuaan, dan stain karena

tetrasiklin tipe ringan hingga moderat. In-office/ power bleaching memiliki

beberapa keuntungan. Pasien biasanya lebih menyukai in-office/ power

bleaching daripada home bleaching karena biasanya mereka tidak biasa

menggunakan bleaching tray. Beberapa pasien juga biasanya sensitif terhadap

bahan yang digunakan pada teknik home bleaching. Waktu perawatan in-office

bleaching juga lebih singkat daripada home bleaching. Teknik ini tidak merusak

email, terbukti saat dilihat gambaran mikroskopisnya tidak tampak adanya

efek pada permukaan email.6

Teknik in-office/ power bleaching juga memiliki beberapa kerugian.

Teknik in-office/ power bleaching ini menghabiskan biaya yang lebih besar

daripada home bleaching. Waktu yang diperlukan untuk perawatan juga lebih

lama. Pada pertemuan pertama, biasanya tidak terlihat perubahan yang

signifikan pada gigi.6

Selama perawatan, gigi biasanya mengalami dehidrasi yang biasanya

dapat menimbulkan masalah lain. Karena bahan bleaching ini biasanya

berkonsentrasi tinggi dan berbahaya, jadi dapat melukai bibir, mukosa pipi,

dan gingiva pasien. Oleh karena itu, selama proses perawatan seluruh jaringan

lunak harus dilindungi.6

Teknik melakukan in-office/ power bleaching yaitu:6

1. Beritahukan kepada pasien penyebab dari diskolorasi gigi, prosedur

yang akan dilakukan, kemungkinan pengeluaran, dan kemungkinan

diskolorasi kembali pada waktu yang akan datang.

2. Lakukan foto radiografi untuk melihat adanya karies, restorasi, dan

ketinggian dari tanduk pulpa. Dentin yang terekspos biasanya

menjadi kontraindikasi untuk dilakukan bleaching.

3. Periksa warna gigi dengan menggunakan shade guide dan lakukan

pemotretan gigi sebelum perawatan.

4. Aplikasikan krim pelindung pada seluruh jaringan gingiva dan

isolasi gigi dengan rubber dam dan waxed dental floss.

14

Page 15: BAB I

5. Jangan menginjeksikan anestesi lokal.

6. Gunakan kaca mata pelindung pada pasien dan operator.

7. Bersihkan permukaan gigi dengan pumice dan air. Hindari

pemakaian pasta profilaksis yang mengandung gliserin atau fluoride.

8. Sebagai prosedur pilihan (dapat dilakukan atau tidak), aplikasikan

etsa asam pada bagian gigi yang paling gelap atau stain yang paling

parah dengan asam fosforic selama 10 detik dan bilas dengan air

selama 60 detik. Etsa dalam bentuk gel mempunyai kontrol yang

lebih optimal. Etsa email untuk bleaching ekstrakoronal sebenarnya

masih menjadi kontroversi dan tidak boleh dilakukan terlalu sering.

15

Page 16: BAB I

9. Letakkan hidrogen peroksida 30-35% pada dappen dish. Lalu,

aplikasikan larutan hidrogen peroksida pada permukaan labial gigi.

Bahan berwujud gel lebih banyak digunakan daripada yang

berbentuk cairan.

10. Aplikasikan panas dengan mesin pemanas atau sumber cahaya. Suhu

yang digunakan harus sesuai dengan toleransi pasien, biasanya

sekitar 52-60°C. Basahi kembali permukaan email dengan hidrogen

peroksida bila diperlukan.

16

Page 17: BAB I

11. Hentikan sumber panas dan biarkan suhu gigi turun dengan

sendirinya sekitar 5 menit. Lalu, bilas dengan air hangat selama 1

menit dan singkirkan rubber dam. Jangan membilas dengan air

dingin karena perubahan suhu yang terlalu drastis dapat melukai

pulpa dan mengakibatkan rasa sakit pada pasien.

12. Keringkan gigi dan poles dengan alat poles resin komposit. Seluruh

permukaan yang dietsa dan di-bleaching diolesi dengan sodium

fluoride (gel) selama 3-5 menit.

13. Beritahukan kepada pasien bahwa selama 24 jam pasca perawatan,

gigi sensitif terhadap rasa dingin. Instruksikan juga pasien untuk

berkumur fluoride setiap hari selama 2 minggu.

14. Periksa kembali keadaan gigi pasien dan efektivitas dari bleaching

pada 2 minggu setelah perawatan. Ambil foto gigi dengan shade

guide yang sama saat pertama kali dilakukan perawatan untuk

digunakan sebagai pembanding. Bila diperlukan, ulangi prosedur

perawatan.

17

Page 18: BAB I

2.2.2 Teknik Intrakoronal

Teknik intrakoronal dilakukan pada gigi yang telah dirawat endodontik

dengan baik.6

Indikasi dari teknik intrakoronal antara lain:6

1. Perubahan warnanya berasal dari kamar pulpa.

2. Perubahan warna dentin.

3. Perubahan warna yang tidak dapat diatasi dengan teknik eksrakoronal.

Sebaliknya, kontraindikasi dari teknik intrakoronal ini antara lain:6

1. Perubahan warna email superfisial.

2. Pembentukan email yang tidak sempurna.

3. Kehilangan dentin yang parah.

4. Terdapat karies.

5. Tumpatan resin komposit yang berubah warna.

Teknik intrakoronal yang umumnya dilakukan antara lain walking bleach,

teknik termokatalitik, kombinasi antara walking bleach dan teknik termokatalitik,

dan teknik foto oksidasi ultraviolet.6

1. Walking Bleach

18

Page 19: BAB I

Teknik walking bleach merupakan teknik bleaching intrakoronal yang

banyak dipilih karena waktu kunjungannya yang singkat, lebih nyaman, dan

lebih aman bagi pasien. Teknik ini dilakukan dengan cara menempatkan pasta

campuran superoxol dan sodium perborat dalam kamar pulpa.8

Teknik melakukan walking bleach yaitu:8

1. Siapkan gigi yang akan di-bleaching dengan memoles permukaan

email menggunakan pasta profilaksis untuk menghilangkan seluruh

debris permukaan atau diskolorasi.

Gambar :

Pewarnaan interna dari dentin yang

disebabkan oleh sisa material obturasi

(OM) dalam ruang pulpa, juga oleh material

dan debris jaringan di dalam tanduk pulpa

(PH)

2. Aplikasikan gel petroleum pada jaringan gingiva di sekeliling gigi

yang akan di-bleaching guna melindungi jaringan terhadap iritasi,

superoxol bila berkontak dengan kulit atau selaput lendir dapat

menimbulkan rasa yang tidak nyaman.

3. Sesuaikan rubber dam, ikat dengan waxed dental floss, dan jepitkan

dengan kuat pada gigi yang akan di-bleaching.

4. Tentukan kembali akses jalan masuk kavitas.

19

Page 20: BAB I

5. Kurangi gutta percha yang meluas ke dalam kamar pulpa dengan

instrument Weichman yang panas hingga setinggi 2 mm di bawah

orifis. Sisa bahan pengisi saluran akar yang tertinggal

dikondensasikan ke arah vertikal dengan menggunakan plugger.

6. Periksa kamar pulpa dan hilangkan sisa debris atau stain di dalam

tanduk pulpa dan sepanjang tepi insisal kavitas pulpa dengan bur

bulat kecil pada contra angle low speed.

Gambar :

Restorasi korona dibuang semua,

preparasi akses diperbaiki dan gutta

perca dibuang sampai 2 mm di bawah

orifis. Kemudian, tanduk pulpa

dibersihkan dengan bur bulat.

7. Tutup orifis saluran akar setebal 1 mm di atas gutta percha dengan

menggunakan zinc oxide eugenol.

8. Hilangkan smear layer dan buka tubuli dengan mengaplikasikan

larutan asam sitrat 25% atau larutan asam orthophospat 30% pada

permukaan dentin di kamar pulpa, bilas permukaan dengan sodium

hipoklorit atau air untuk menghilangkan asam. Smear layer akan

hilang dengan membilas kamar dengan larutan

ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA) dan sodium hipoklorit.

Lalu, gigi dikeringkan.

9. Bilas kamar pulpa dengan alkohol 70% dan keringkan dengan udara

agar dentin benar-benar kering.

10. Lindungi wajah pasien yang terbuka dan tutup mata pasien dengan

kaca mata. Pakaian pasien sebaiknya ditutup dengan apron plastik.

20

Page 21: BAB I

Operator sebaiknya menggunakan sarung tangan untuk melindungi

tangannya.

11. Campur bubuk sodium perborat dengan superoxol sampai menjadi

pasta.

12. Masukkan pasta tersebut ke dalam kamar pulpa dengan instrumen

plastis dan pastikan seluruh permukaan fasial kamar pulpa tertutup

dengan pasta.

Gambar :

Basis semen protektif (B) diletakkan di atas

gutta percha dan tidak melampaui margin

gingival. Setelah sisa semen saluran akar dan

material dibersihkan dari kamar pulpa dengan

pelarut, letakkan pasta (P) campuran dari Na-

perborat dengan air yang konsistensinya seperti

pasir basah. Daerah insisal diberi undercut

guna retensi tumpatan sementara

13. Letakkan cotton pellet yang dibasahi dengan superoxol di atas pasta

pemutih.

14. Tutup kavitas dengan tumpatan sementara zinc oxide eugenol.

Gambar :

Tutup akses dengan campuran tebal OSE (Z)

21

Page 22: BAB I

15. Kunjungan berikutnya dilakukan 3-7 hari kemudian. Bila pemutihan

gigi belum berhasil, ulangi prosedur di atas, tetapi bila sudah

berhasil, bersihkan gigi. Kemudian lakukan tumpatan tetap dengan

resin komposit.

Menambal kamar pulpa dengan tumpatan

sementara yang putih (TS) atau dengan

polikarboksilat atau Zn-fosfat berwarna muda.

Komposit (C) etsa asam merestorasi akses

lingual dan meluas ke tanduk pulpa untuk

retensi dan mendukung insisal.

22

Page 23: BAB I

16.Teknik Termokatalitik

Teknik termokatalitik merupakan teknik intakoronal dengan

meletakkan material oksidator di dalam kamar pulpa dan kemudian

memanaskannya. Teknik ini menggunakan panas untuk mempercepat proses

oksidasi. Sumber panas yang digunakan adalah rheostat controlled photoflood

light activated atau instrumen Woodson.8

Teknik termokatalitik dilakukan dengan prosedur sebagai berikut.8

1. Isolasi gigi yang akan dirawat dengan rubber dam. Lindungi jaringan

lunak dengan gel petroleum.

2. Buang bahan pengisi dari kamar pulpa 2-3 mm di bawah orifis.

3. Buang dentin di bagian labial kamar pulpa dengan bur bulat dengan

kecepatan rendah.

4. Bersihkan kamar pulpa dengan kloroform atau xylene, kemudian

keringkan dengan hembusan udara.

5. Lindungi jaringan lunak dan gigi tetangga dari panas yang berasal

dari sumber panas. Letakkan kasa yang telah dibasahi air di bawah

rubber dam untuk menutup bibir dan jaringan lunak.

6. Letakkan sebuah kapas dalam kamar pulpa yang dibasahi hidrogen

peroksida 30-35%, tutup permukaan labial gigi dengan kapas yang

telah dibasahi bahan pemutih. Arahkan sumber panas pada gigi

tersebut.

23

Page 24: BAB I

7. Basahi lagi kapas dengan hidrogen peroksida. Ulangi langkah ini

sebanyak 4-5 kali.

8. Evaluasi efek pemutihan. Bila belum berhasil, pertemuan berikutnya

dilakukan seminggu setelah kavitas ditutup tumpatan sementara.

Apabila hasilnya sudah memuaskan, bersihkan kamar pulpa dengan

kloroform xylene atau alkohol, kemudian lapisi dengan zinc oxide

eugenol sebelum dilakukan tumpatan tetap dengan resin komposit.

Kerusakan berat yang timbul karena teknik termokatalitik ini adalah

resorpsi eksterna dari akar di daerah servikal akibat iritasi pada sementum dan

24

Page 25: BAB I

ligamen periodontal. Iritasi mungkin berasal dari bahan oksidator yang

dikombinasikan dengan panas. Oleh karena itu, aplikasi panas selama

pemutihan harus dibatasi. Teknik termokatalitik tidak terbukti lebih efektif

dibandingkan metode lain dan tidak direkomendasikan untuk teknik

intrakoronal secara rutin.8

Pada teknik termokatalitik, dengan menggabungkan pemanasan dan

konsentrasi hidrogen peroksida yang tinggi dapat menyebabkan resorpsi di

bagian servikal. Teknik termokatalitik ini tidak sering digunakan lagi pada saat

ini.9

9. Teknik Kombinasi

Teknik kombinasi merupakan teknik bleaching yang

menggabungkan teknik walking bleach dengan teknik termokatalitik

secara bergantian sehingga hasilnya dapat lebih cepat dan memuaskan.8

Pada prosedur teknik kombinasi, langkah pertamanya sama

dengan teknik termokatalitik. Setelah dilakukan pemanasan, kapas yang

telah dibasahi hidrogen peroksida dalam kamar pulpa dikeluarkan, lalu

gigi dikeringkan. Kemudian pasta hasil pencampuran superoxol dengan

bubuk natrium perborat diletakkan ke dalam kamar pulpa. Tindakan

selanjutnya dilakukan sama seperti walking bleach.8

10.Teknik Foto Oksidasi Ultraviolet

Sinar ultraviolet diaplikasikan pada permukaan labial gigi yang

akan diputihkan. Cairan hidrogen peroksida 30-35% diletakkan di dalam

kamar pulpa dengan kapas, lalu dilakukan penyinaran ultraviolet selama

2 menit. Diduga hal inimengakibatkan pelepasan oksigen sama dengan

teknik termokatalitik. Cara ini kurang efektif jika dibandingkan dengan

teknik walking bleach serta memerlukan waktu yang lebih lama.8

25

Page 26: BAB I

1. Efek Sitotoksisitas Bleaching Agent

Jika dipandang biokompatibilitas bleaching agent, perawatan bleaching ini memiliki

efek terhadap struktur gigi, jaringan pulpa, mukosa oral, serta dapat berakibat sistemik.

Radikal bebas yang dihasilkan oleh bleaching agent ini dapat bereaksi dengan protein, lipid,

dan asam nukleat, yang dapat merusak sel. Karena hidrogen peroksida ini berpotensial

untuk berinteraksi dengan DNA, berhubungan dengan karsinogenik, dan co-karsinogenik

yang ditimbulkannya, namun sejauh ini, penelitian substansi belum terbukti.10

Ada dua metode untuk mengetahui sensitivitas yang terjadi selama perawatan

bleaching yaitu aktif dan pasif. Perawatan pasif meliputi waktu bleaching, frekuensi, atau

konsentrasi bahan untuk mendapatkan larutan yang cocok untuk pasien. Metode aktif

menggunakan fluoride atau potasium nitrat yang diaplikasikan pada tray. Fluoride

mengurangi sensitivitas dengan memblok tubulus dentin sehingga pergerakan cairan dapat

dikontrol, seperti yang telah dijelaskan pada teori hidrodinamik. Potasium nitrat

mengurangi sensitivitas melalui ikatan kimia dengan mencegah repolarisasi dari serabut

saraf dari pulpa setelah depolarisasi dan mengeluarkan nitrat oksida.5

1. Gigi Sensitif

Beberapa pasien mempunyai riwayat gigi sensitif setelah sekali

mengaplikasian dari bahan bleaching. Gigi menjadi sensitif terhadap udara serta

makanan dan minuman yang panas, dingin, dan manis. Bleaching agent ini dapat

merusak prisma email. Hidrogen peroksida dalam bentuk gel atau pasta memiliki

sifat hipertonik dibandingkan cairan struktur gigi dan jaringn sekitarnya. Kondisi

tersebut menyebabkan terjadinya proses penyerapan air dari tekanan yang lebih

rendah, yaitu dari email, tubulus dentin, dan lapisan epitel mukosa atau gingiva.

Proses dehidrasi tersebut menyebabkan kerusakan prisma email setelah

dilakukan bleaching sehingga menimbulkan rasa ngilu dan sensitif.11

26

Page 27: BAB I

Gambar : (A) Foto mikrograf dari permukaan email tanpa prosedur bleaching.

(B) Foto mikrograf dari permukaan email dengan prosedur bleaching.

2. Efek terhadap Jaringan Keras Gigi

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk melihat perubahan morfologi email

dan dentin terhadap karbamid peroksida 10%, juga terhadap hidrogen peroksida.

Hidrogen peroksida memiliki potensi yang berpengaruh pada email karena pH-nya

yang asam. Konsentrasi 30% dapat menurunkan kekerasan email dan dentin, yaitu 5

menit pada dentin dan 15 menit pada email. Dengan penambahan waktu kontak

selama satu minggu, terbukti dapat menurunkan rasio kalsium dan fosfor di email,

dentin, dan sementum sehingga mengindikasikan terjadinya demineralisasi. Beberapa

penelitian menyatakan bahwa terjadi sedikit perubahan morfologi email pada pH yang

bervariasi.12

Penelitian secara in vitro yang menguji bahan pemutih hidrogen peroksida 6%

terhadap email menyatakan bahwa pengikisan email akibat penggunaan bahan

tersebut masih dapat diterima. Karbamid peroksida secara signifikan tidak memberikan

pengaruh pada jaringan email dan dentin. Karbamid peroksida 10% menurunkan

kekuatan mikrodentin tetapi meningkat kembali setelah 14 hari akibat remineralisasi

saliva. Efek terhadap dentin dan sementum dipengaruhi juga oleh waktu kontak dan

konsentrasi. Hidrogen peroksida 30% dapat mengubah struktur kimia dentin dan

sementum sehingga menjadikannya lebih mudah untuk kehilangan komponen

organik.12

27

Page 28: BAB I

Studi yang dilakukan oleh Rostein, dkk, yang mengatakan bahwa hidrogen

peroksida memberikan efek terhadap microhardness dari jaringan keras gigi. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa hidrogen peroksida menyebabkan perubahan level

kalsium, fosfor, sulfur, dan potasium pada hidroksiapatit yang terdapat pada jaringan

keras gigi. Penurunan yang signifikan yang terlihat pada sementum dan dentin lebih

tinggi dibandingkan dengan email.12

3. Efek Penetrasi ke Kamar Pulpa

Dari penelitian baru-baru ini, menunjukkan bahwa baik H2O2 maupun karbamid

peroksida berpenetrasi ke dalam enamel dan dentin, yang kemudian masuk ke kamar

pulpa dan enzim pulpa secara signifikan berubah akibat adanya H2O2. Efek dari panas

dan H2O2 yang diaplikasikan secara bersamaan atau terpisah dapat menyebabkan

kerusakan pulpa. Adanya aplikasi panas lebih mempercepat proses kerusakannya,

kerusakan pulpa disebabkan karena adanya ketidakaktifan enzim dan ketidakteraturan

dari aktivitas sel yang normal.

Semakin tinggi konsentrasi dari hidrogen peroksida, semakin tinggi pula

penetrasi bleaching agent masuk ke dalam kamar pulpa, serta dipengaruhi pula oleh

lamanya dentin terpapar. Dari penelitian Osman, dkk., menunjukkan bahwa penetrasi

yang paling besar terhadap gigi yang telah direstorasi adalah saat konsentrasi H2O2

30%. Berdasarkan penelitian ini pula, sedikitnya ada 2 dorongan yang bekerja

melawan difusi flux molekul bahan bleaching ke dalam pulpa, yaitu tekanan positif

pulpa dan tekanan osmotik gel bleaching.13

Pemakaian hidrogen peroksida dapat menyebabkan perubahan sel-sel enzim

di dalam pulpa yang mungkin dapat menyebabkan timbulnya sensitivitas pada pulpa.

Pengamatan secara klinis terhadap bahan pemutih karbamid peroksida dan hidrogen

peroksida memperlihatkan tingkat yang bervariasi dalam sensitivitas gigi yang timbul

pada 24-48 jam setelah pemutihan. Peroksida terdeteksi di dalam pulpa 15 menit

setelah email terpapar hidrogen peroksida 10%, 15%, dan 30% sehingga menimbulkan

terganggunya kerja enzim. Sementara pada penelitian secara in vivo pada karbamid

peroksida 10% dengan teknik home bleaching, ternyata tidak didapat perubahan pulpa

ireversibel.

28

Page 29: BAB I

4. Iritasi Gingiva

Selama proses bleaching, jaringan gingiva dapat menjadi iritasi. Iritasi

gingiva dapat meluas yang berhubungan dengan konsentrasi peroksida yang

ditemukan pada bahan bleaching. Selain itu, dapat juga disebabkan oleh tray,

yang mendorong melawan gingiva selama proses bleaching yang menyebabkan

trauma mekanis. Larutan bleaching dengan konsentrasi tinggi dapat

menyebabkan trauma khemis. Hal-hal ini dapat menyebabkan resesi gingiva

secara permanen.8

5. Resorpsi Akar Eksternal

Laporan kasus dan studi histologis menujukkan bahwa teknik bleaching

intrakoronal dapat menyebabkan resorpsi akar eksternal yang mungkin disebabkan

oleh agen oksidasi dari hidrogen peroksida 30-35%. Mekanisme ini menyebabkan

kerusakan pada jaringan periodontal dan sementum. Iritasi kimia ini berdifusi melalui

tubulus dentin yang tidak terlindung, defekasi sementum dan menyebabkan nekrosis

pada sementum, inflamasi ligamen periodontal, dan akhirnya menyebabkan resorpsi

akar. Proses ini akan lebih cepat terjadi jika dilakukan dengan aktivasi panas atau

infeksi bakteri. Injuri traumatik dan umur juga dapat menjadi faktor predisposisi.

Hidrogen peroksida 30% bersifat kausatif. Oleh karena itu, saat memakai larutan ini

harus menggunakan proteksi dengan vaseline atau oralbase.8

Berdasarkan suatu penelitian dan pemeriksaan secara histologis, teknik

intrakoronal biasanya biasanya merangsang resorpsi akar daeah servikal. Kombinasi

hidrogen peroksida 30 % dan aplikasi pemanasan pada kamar pulpa terdapat dalam

29

Page 30: BAB I

teknik termokatalitik. Peningkatan resiko resorpsi akar dikaitkan dengan teknik

termokatalitik ini. Resorpsi akar merupakan hasil pemanasan atipikal yang diikuti injuri

sel ligamen periodontal, yang mengaktifkan sel yang meresorpsi tulang. Tanpa

mempedulikan teknik yang diadopsi, peletakkan barrier resin-modified glass-ionomer

atau resin komposit pada cementoenamel junction (CEJ) mengurangi terjadinya

kemungkinan resorpsi servikal.8,14

6. Efek terhadap Mukosa

Bleaching agent yang bersifat kausatik dapat mengakibatkan kerusakan pada

mukosa oral. Ulser pada mukosa biasanya disebabkan karena gas oksigen yang

terdapat pada jaringan. Pada umumnya mukosa terlihat putih, namun lama kelamaan

menjadi nekrotik dan meninggalkan luka pada jaringan. Kejadian ini dapat

mengakibatkan rasa tidak nyaman pada pasien.

Hidrogen peroksida 30% yang merupakan material bersifat kausatik yang dapat

menyebabkan gingiva terbakar dan mengelupas sehingga jaringan lunak harus dilapisi

terlebih dahulu dengan pasta pelindung. Laporan dari penelitian pada hewan

menyatakan bahwa katalase yang diaplikasikan pada jaringan lunak mulut sebelum

pengggunaan H2O2 dapat mencegah rusaknya jaringan.8 Pada kasus yang lebih parah

dapat dirawat dengan anestesi topikal dan kebersihan rongga mulut yang baik.

Pengaplikasian krim pelindung atau katalase dapat mencegah komplikasi ini.

30

Page 31: BAB I

7. Efek terhadap Bahan Restorasi

1. Resin Komposit

Banyak penelitian yang mengatakan bahwa bleaching memiliki efek

menghilangkan ikatan antara resin komposit dan permukaan gigi. Dari

reaksi reduksi dan oksidasi yang terjadi saat proses bleaching, agen oksidasi

yang memiliki radikal bebas tanpa pasangan elektron akan tereduksi dan

substansi yang menerima akan mengalami oksidasi, senyawa yang terbentuk

inilah yang menghilangkan kekuatan ikatan antara resin komposit dan

permukaan gigi.12

Adanya senyawa yang berpenetrasi ke dalam pertemuan antara enamel

dan resin dihubungkan karena perubahan dimensi material pengikat resin,

perbedaan dalam koefisien termal ekspansi antara gigi dan resin komposit,

dan adsorpsi higroskopis material. Perubahan dalam material ini

menyebabkan dorongan internal yang menghasilkan celah antara material

dan gigi, hal inilah yang menyebabkan microleakage.

Hidrogen peroksida tidak dapat dieliminasi secara total oleh

pembersihan dengan air biasa dari kamar pulpa, namun dari suatu penelitian

mengatakan bahwa hidrogen peroksida dapat dieliminasi secara total dengan

pengaplikasian katalase (c-40) yang diketahui sebagai pereduksi oksido

H2O2, merupakan suatu enzim esensial yang berfungsi dalam mekanisme

pertahanan sehingga menghilangkan residu dan mencegah penetrasi

radikular. Oleh karena itu, katalase juga mengurangi microleakage resin

komposit pada permukaan gigi yang telah di-bleaching.15

Dengan mikroskop elektron terlihat adanya interaksi antara resin

komposit dan residu yang dihasilkan oleh hidrogen peroksida yang

menyebabkan perubahan polimerisasi dan peningkatan porositas resin.

31

Page 32: BAB I

Gambar :

Pertemuan antara resin komposit

dan permukaan gigi yang tidak di-

bleaching.

Gambar :

Pertemuan antara resin komposit

dan permukaan gigi yang telah di-

bleaching selama 2 hari.

Gambar :

Pertemuan antara resin komposit

dan permukaan gigi yang telah di-

bleaching selama 4 hari.

Gambar :

Pertemuan antara resin komposit

dan permukaan gigi yang telah di-

bleaching selama 7 hari.

32

Page 33: BAB I

2. Glass Ionomer Cement (GIC)

Penurunan dari bond strength juga ditemukan antara GIC dan dentin

ketika dentin berkontak dengan hidrogen peroksida. Kerusakan lebih banyak

bersifat kohesif daripada adhesif. Penurunan dari bond strength mungkin

disebabkan oleh presipitasi dari hidrogen peroksida dan kolagen yang

terbentuk pada dentin yang terekspos setelah bleaching. Oleh karena itu,

dianjurkan agar tidak melakukan bleaching sebelum terjadi adhesi pada

email dan dentin.11

3. Amalgam

Bleaching agent dapat mempercepat pelepasan merkuri dari bahan

amalgam sehingga dapat menyebabkan perubahan warna menjadi lebih

buram.1

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bleaching merupakan suatu cara pemutihan kembali gigi yang berubah warna

sampai mendekati warna gigi asli melalui proses perbaikan secara kimiawi. Dalam hal

33

Page 34: BAB I

memperbaiki perubahan warna (diskolorasi), teknik perawatan bleaching yang dilakukan

pun berbeda-beda, tergantung dari derajat keparahan dan kondisi perubahan warna gigi,

baik secara intrinsik maupun ekstrinsik. Bleaching agent yang umumnya digunakan adalah

hidrogen peroksida (H2O2).

Hidrogen peroksida (H2O2) bersifat hipertonik sehingga menyebabkan bahan

tersebut sangat sensitif terhadap jaringan mulut. Efek sitotoksisitasnya dapat menyebabkan

gigi sensitif, resorpsi akar eksternal, dapat berpenetrasi ke kamar pulpa sehingga

mengakibatkan perubahan sel-sel enzim di dalam pulpa yang mungkin dapat menimbulkan

sensitivitas pada pulpa. Efek H2O2 dapat menimbulkan efek terhadap microhardness

jaringan keras gigi, yaitu email, dentin, dan sementum.

Di sisi lain, hidrogen peroksida (H2O2) juga dapat menimbulkan efek terhadap

jaringan lunak mulut, misalnya iritasi gingiva dan kerusakan mukosa. Efek terhadap bahan

restorasi pun dapat terjadi, yaitu pada restorasi resin komposit, glass ionomer cement

(GIC), dan amalgam. Hidrogen peroksida dapat mengurangi bond strength pada restorasi

resin komposit dan glass ionomer cement (GIC), serta mempercepat pelepasan merkuri dari

bahan amalgam.

3.2 Saran

Proses bleaching yang dilakukan sebaiknya sesuai dengan indikasi agar diperoleh

hasil yang memuaskan. Selain itu, perlu diperhatikan juga konsentrasi bleaching agent dan

teknik perawatannya agar efek sitotoksisitas yang ditimbulkan oleh bleaching agent,

khususnya hidrogen peroksida (H2O2), dapat diminimalkan sehingga pasien dapat lebih

yakin terhadap hasil dari bleaching tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

1. Tarigan, R. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti), ed 2. Jakarta: EGC; 2006.

2. Feinman R.A. Bleaching Teeth. Chicago: Quintessence Publishing; 1987.

3. Joiner, A. The bleaching of teeth: A review of the literature, Journal of

Dentistry. 2006 Feb 16; 34:412-419.

34

Page 35: BAB I

4. Goldstein RE, Garber DA. Complete Dental Bleaching. Chicago: Quintessence

Publishing; 1995.

5. Eleanor T, Martyn T. Corboune. New Development in Tooth Whitening, The

Current Status of External Bleaching in Orthodontics, Journal of Orthodontics.

2009; 36:194-201.

6. Dunitz, M. Bleaching Techniques in Restorative Dentistry. London: Thieme for

Martin Dunitz Publishers; 2001.

7. Bernardon J, Sartori N. Clinical Perfomance of Vital Bleaching Techniques,

Operative Dentistry Journal. 2010; 35-1:3-10.

8. Walton, R.E. & Torabinejad, M. Principles and Practice of Endodontics, ed 2.

Philadelphia: W.B. Saunders Co.; 1996.

9. Greenwall, L. Bleaching Techniques in Restorative Dentistry. New York: Martin

Dunitz Ltd.; 2001.

10. Council on Scientific Affairs. Tooth Whitening/ Bleaching; Treatment

Considerations for Dentist and Their Patient, American Dental Association.

2009 Sept.

11. Dahl, J.E., Pallesen E. Tooth Bleaching – A Critical Review of The Biological

Aspects. 2003; 14(4):292-304.

12. Bonrue J. Craig. Tooth Whitening: Efficacy, Effects and Biological Safety,

Probe Scientific Journal. 1999; 33(6):169-174.

13. Gokay, Oesman, et al. Penetration of The Pulp Chamber by Bleaching Agents in

Teeth Restored with Various Restorative Materials, Journal of Endodontics.

2000 Feb; 26(2):92-94.

14. Deliperi, Simone. Clinical Evaluation of Non Vital Tooth Whitening and

Composite Resin Restorations: Five-years Results, The European Journal of

Esthetic Dentistry. 2008; 3(2):14-25.

35

Page 36: BAB I

15. Sajjan G, Ellias E. Effect of Bleaching on Microleakage of Resin Composite

Restorations in Nonvital Teeth: An In-vitro Study, Endodontic Journal. 2002;

14:9-13.

.

36