bab i

8
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam kelompok masyarakat, bayi dan balita merupakan yang paling peka terhadap gizi. Laju pertumbuhan bayi yang lahir dengan mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) yang cukup dapat mencapai keadaan gizi yang baik. Meskipun ASI sudah diketahui keunggulannya namun makin banyak bayi yang diberikan susu formula terutama di negara-negara berkembang (Esterik, 2000). Menurut World Health Organization (WHO), 98% wanita mempunyai kemampuan fisiologis untuk menyusui, yang berarti hanya 2% wanita yang tidak mampu menyusui karena alasan fisiologis. Bayi-bayi yang tidak mendapatkan ASI karena berbagai sebab dan pertimbangan perlu pemberian susu formula bayi (artinya pemberian susu formula pada bayi hanya dilakukan bila memang benar-benar dibutuhkan) (Pudjiadi, 2005). 1

Upload: rika-setiawan

Post on 11-Dec-2014

67 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dalam kelompok masyarakat, bayi dan balita merupakan yang paling

peka terhadap gizi. Laju pertumbuhan bayi yang lahir dengan mendapatkan Air

Susu Ibu (ASI) yang cukup dapat mencapai keadaan gizi yang baik. Meskipun

ASI sudah diketahui keunggulannya namun makin banyak bayi yang diberikan

susu formula terutama di negara-negara berkembang (Esterik, 2000).

Menurut World Health Organization (WHO), 98% wanita mempunyai

kemampuan fisiologis untuk menyusui, yang berarti hanya 2% wanita yang tidak

mampu menyusui karena alasan fisiologis. Bayi-bayi yang tidak mendapatkan

ASI karena berbagai sebab dan pertimbangan perlu pemberian susu formula bayi

(artinya pemberian susu formula pada bayi hanya dilakukan bila memang benar-

benar dibutuhkan) (Pudjiadi, 2005).

Hasil penelitian membuktikan bahwa bayi yang mendapat ASI secara

eksklusif, morbilitas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) jauh lebih

rendah dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI dicampur dengan susu

formula, apalagi bila dibandingkan dengan yang tidak mendapat ASI (Esterik,

2000).

Dilihat dari jumlah ibu dan lamanya menyusui dibanyak bagian dunia

telah menunjukkan penurunan karena berbagai alasan sosial, ekonomi, budaya

1

Page 2: BAB I

dan sebagian besar diberikan susu formula. Di Indonesia saat ini terutama di

kota-kota besar dan sekarang sudah sampai kepedesaan (Soetjiningsih, 2007).

Survei Sosial Ekonomi Nasional pada 2007-2008 membuat hati ini

semakin miris dan sedih. Data tersebut mengungkapkan bahwa cakupan

pemberian ASI eksklusif pada bayi usia nol hingga enam bulan di Indonesia

menunjukkan penurunan dari 62,2 % pada 2007 menjadi 56,2 % pada 2008.

Sedangkan cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai enam bulan

turun dari 28,6 % pada 2007 menjadi 24,3 % pada 2008. Sementara jumlah bayi

di bawah enam bulan yang diberi susu formula meningkat dari 16,7 % pada 2002

menjadi 27,9 % pada 2003. Dari data tersebut di atas, kita mendapatkan

gambaran bahwa bayi di Indonesia hanya mendapatkan ASI eksklusif selama 2-3

bulan kehidupannya dan selanjutnya adalah pemberian susu formula.

Dari Profil Dinkes Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2009 diperoleh data

jumlah bayi 50.733 dan yang diberi ASI Eksklusif sebanyak 16.985 (33,45%). Di

tahun 2010 diperoleh data jumlah bayi 65.806 dan yang diberi ASI Eksklusif

sebanyak 11.660 (17,72%) (Profil Dinkes Provinsi Sulawesi Tenggara, 2010-

2011).

Dari Profil Dinkes Kota Kendari tahun 2009 diperoleh data jumlah bayi

5.719 dan yang diberi ASI Eksklusif sebanyak 685 (11,98%). Di tahun 2010

diperoleh data jumlah bayi 5.614 dan yang diberi ASI Eksklusif sebanyak 1.474

(26,26%) (Profil Dinkes Kota Kendari, 2010-2011).

Dari Puskesmas Lepo-Lepo pada tahun 2010 diperoleh data jumlah bayi

298 orang dan yang diberi ASI Eksklusif sebanyak 239 bayi (80%). Pada tahun

2

Page 3: BAB I

2011 diperoleh data jumlah bayi 239 orang dan yang diberi ASI Eksklusif

sebanyak 113 bayi (47%). Dari data tersebut terjadi penurunan dalam pemberian

ASI Eksklusif (Profil Puskesmas Lepo-Lepo, 2010-2011).

Rendahnya pemberian ASI disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: faktor

sosial budaya, psikologis, faktor fisik ibu serta tingkat pengetahuan ibu. Hal ini

seiring dengan peran ibu disamping melaksanakan tugas-tugasnya sebagai ibu

rumah tangga juga mencari pekerjaan tambahan sebagai pekerja di kantor,

diperusahaan, atau berjualan guna membantu meningkatkan perekonomian

dikeluarga, ketidaktahuan ibu dan suami tentang manfaat pemberian ASI bagi

bayi hingga berusia 24 bulan adalah salah satu faktor penyebabnya (Esterik,

2000).

Menurut Roesli (2005), menjelaskan bahwa pandangan yang keliru dari

kalangan ibu yang menyusui merupakan salah satu faktor yang mendorong

pengambilan keputusan untuk tidak menyusui atau mempercepat penyapihan,

disamping itu muncul pula mitos bahwa menyusui dapat mengubah bentuk

payudara serta menyebabkan kesukaran untuk menurunkan berat badan (Utami

Roesli, 2005).

Hasil pengambilan data awal menunjukan jumlah bayi di Puskesmas

Lepo-lepo 2011 sebanyak 239 bayi, dari 239 bayi, 126 bayi diantaranya diberikan

susu formula (Profil Puskesmas Lepo-lepo, 2011).

Data tahun 2012 periode Januari – Maret terdapat 133 bayi yang berusia

0-12 bulan (Register Puskesmas Lepo-Lepo, Januari-Maret 2012).

3

Page 4: BAB I

Berdasarkan observasi awal di Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari, dari

hasil wawancara yang dikumpulkan peneliti, dari 15 ibu yang memiliki bayi usia 0-

12 bulan, 9 orang diantaranya memberikan susu formula pada bayinya. Empat

orang ibu memberikan susu formula sebagai Pengganti ASI (PASI) karena ibu

bekerja, tiga orang ibu memberikan susu formula sebagai pendamping ASI

karena ibu merasa produksi ASI nya kurang, dan dua orang ibu memberikan

susu formula karena menurut ibu susu formula lebih baik daripada ASI.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Pemberian Susu Formula Pada Bayi Usia 0-12 Bulan Di Puskesmas Lepo-Lepo

Tahun 2012”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah pengetahuan ibu berhubungan dengan pemberian susu formula pada

bayi usia 0-12 bulan di Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari tahun 2012 ?

2. Apakah pekerjaan ibu berhubungan dengan pemberian susu formula pada

bayi usia 0-12 bulan di Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari tahun 2012 ?

3. Apakah produksi ASI ibu berhubungan dengan pemberian susu formula pada

bayi usia 0-12 bulan di Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari tahun 2012 ?

4

Page 5: BAB I

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian

susu formula pada bayi usia 0-12 bulan di Puskesmas Lepo-Lepo Kota

Kendari tahun 2012.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu terhadap pemberian susu

formula pada bayi usia 0-12 bulan.

b. Untuk mengetahui hubungan pekerjaan ibu terhadap pemberian susu

formula pada bayi usia 0-12 bulan.

c. Untuk mengetahui hubungan produksi ASI ibu terhadap pemberian susu

formula pada bayi usia 0-12 bulan.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

a. Bagi para ibu

Sebagai informasi bagi para ibu agar memilih ASI sebagai satu-satunya

makanan yang terbaik bagi bayi.

b. Bagi Puskesmas

Sebagai informasi bagi pengelola, program KIA agar merencanakan

program prioritas utamanya, dalam upaya melaksanakan penyuluhan

kepada keluarga mengenai manfaat ASI.

5

Page 6: BAB I

2. Manfaat Teoritis/Ilmiah

a. Hasil penelitian diharapkan menjadi pengalaman yang berharga bagi

peneliti khususnya dalam meningkatkan wawasan dalam bidang penelitian

dan sebagai syarat dalam penyelesaian study peneliti pada program studi

ilmu keperawatan dan memperoleh gelar sarjana keperawatan.

b. Sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya

6