bab i
DESCRIPTION
neoTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara harfiah neoplasia berarti pertumbuhan baru, dan pertumbuhan baru ini disebut
neoplasma. Menurut Sir Rupert Willis seorang onkolog dari Inggris, neoplasma ialah massa
jaringan yang abnormal, tumbuh berlabihan, tidak terkoordinasi dengan jaringan normal dan
tumbuh terus meskipus rangsangan yang menimbulkannya/memulainya telah hilang. Kepada
sifat-sifat ini harus ditambahkan jaringan yang abnormal itu tidak mempunyai tujuan, merugikan
penderitanya dan tumbuh otonom.1
Pada neoplasma, proliferasi berlangsung terus-menerus meskipun rangsang yang
memulainya telah hilang. Proliferasi demikian disebut proliferasi neoplastic. Proliferasi
neoplastic mempunyai sifat progresif, tidak bertujuan, tidak memperdulikan jaringan sekitarnya,
tidak ada hubungan dengan kebutuhan tubuh dan bersifat parasitik.1
Proliferasi neoplastik menimbulkan massa neoplasma, menimbulkan
pembengkakan/benjolan pada jaringan tubuh, membentuk tumor. Istilah tumor mula-mula
dipergunakan untuk pembengkakan akibat radang, pembengkakan oleh sembab jaringan atau
perdarahan. Kini istilah tumor berarti neoplasma yang menurut sifat biologiknya dibedakan
menjadi tumor jinak dan tumor ganas. Semua tumor ganas disebut kanker (cancer).1
Limfangioma, tumor ini tidak begitu banyak ditemukan bila dibandingkan dengan
hemangioma. Tetapi seperti hemangioma, tumor inipun bersifat kongenital. Limfangima
merupakan tumor jinak dari pembuluh limfe. Tempaat predileksi dalam mulut berturut-turut
adalah lidah, palatum, mukosa bukal, gingiva, dan bibir.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Lympangioma merupakan malformasi pembuluh limfatik yang biasanya terjadi setelah
lahir, secara klinis dan histopatologi diklasifrkasikan menjadi 3 bentuk: 3
1. Lympangioma sirkumskripta lokalisata (limfangioma simpleks)
2. Lympangioma sirkumskriptum (tipe klasik)
3. Lympangioma kavernosa.
B. Epidemiologi
Penyakit ini tersebar di seluruh dunia. Tidak dijumpai adanya predileksi jenis kelamin.
Dalam kebanyakan kasus biasanya terdeteksi sebelum usia dua tahun. Sekitar 60% terlihat saat
lahir dan 80 - 90% gejala muncul pada usia dua tahun.3
C. Etiologi
Penyebab yang pasti tidak diketahui, dianggap sebagai kelainan perkembangan kelainan
bawaan dari malformasi sistem limfatik.3
D. Patofisiologi
Pada tahun 1976 Whimster mempelajari pathogenesis limfangioma sirkumkriptum,
ditemukan bendungan limfe di limfe di lapisan subkutan yang terpisah dari jaringan normal
pembuluh getah bening. Whismster berteori bendungan limfe dapat berasal dari kantung getah
bening primitif yang gagal untuk berhubungan dengan sistem limfatik selama perkembangan
embrio.4
Lapisan tebal serat otot menyebabkan kontraksi ritmis kantung primitif. Kontraksi
berirama meningkatkan tekanan intramural, menyebabkan pelebaran saluran yang berasal dari
dingding kista ke kulit. Penelitian menunjukkan kista besar meluas jauh ke dalam kulit dan luar
lesi klinis. Limfangioma yang terletak jauh di dalam dermis menunjukkan bukti tidak ada
hubungan sistem limfatik. Penyebab kegagalan kantung getah bening untuk berhubungan dengan
sistem limfatik tidak diketahui.4
Secara mikroskopik, vesikula limfangioma sirkumkriptum merupakan saluran getah
bening yang sangat besar yang menyebabkan papillary dermis meluas. Ada beberapa saluran
dalam dermis atas yang sering memanjang ke subkutan (lapisan dermis yang lebih dalam, yang
sebagian besar mengandung jaringan lemak dan jaringan ikat). Pembuluh yang lebih besar
memiliki dinding tebal otot polos. Lumen diisi dengan cairan limfatik, tetapi sering mengandung
sel darah merah, limfosit, makrofag, dan neutrophil. Saluran yang dilapisi dengan sel endotel.
Interstitium memiliki banyak sel limfoid dan menunjukkan adanya fibroplasia (pembentukan
jaringan fibrosa). Nodul (sebuah massa kecil jaringan atau agregasi sel) di limfangioma
kavernosa besar, salurannya tidak teratur di retikuler dermis dan jaringan subkutan dibatasi oleh
satu lapissan sel endotel. Lapisan otot polos juga melapisi dinding saluran ini. Stroma terdiri dari
jaringan ikat longgar dengan banyak sel-sel inflamasi. Tumor ini biasanya menembus otot.
Higroma kistik sulit dibedakan dengan imfoma kavernosa secara histologi.5
Limfangioma siirkumkriptum menunjukkan riwayat dari sejumlah kecil vesikel khas
pada kulit saat lahir atau segera setelah lahir. Dalam tahun-tahun berikutnya, vesikel cenderung
meningkat dalam jumlahnya, dan daerah kulit yang terkena terus bertambah. Vesikel atau
gangguan kulit lainnya mungkin tiak diperhatikan sampai beberapa tahun setelah kelahiran.
Biasanya lesi tidak menunjukkan gejala atau menunjukkan tidak ada bukti penyakit, namun,
sebagian besar, pasien secara acak mungkin mengalami pendarahan dari vesikula yang pecah.5
Limfangioma kavernosa pertama kali muncul pada masa bayi, ketika nodul seperti karet
tanpa perubahan jelas di kulit pada wajah, badan, atau ekstremitas. Lesi ini sering tumbuh cepat,
mirip dengan hemangioma.5
E. Gambaran Klinis
Limfangioma
1. Limfangioma Sirkumskripta Lokalisata (Limfangioma Simpleks)
Lesi timbul saat bayi, berupa bercak soliter, kecil, diameter < 1cm, terdiri dari vesikel-vesikel
berdinding tebal, berisi cairan limfe, menyerupai telur katak. Bila tercampur darah lesi dapat
berwarna keunguan.4
2. Limfangioma Sirkumskriptum (Tipe Klasik)
Lesi yang timbul pada saat lahir atau pada awal kehidupan, ditandai oleh satu atau beberapa
bercak besar dengan vesikel-vesikel jernih, dapat dalam jumlah sangat banyak. Dinding vesikel
tipis disertai edema yang difus pada jaringan subkutis di bawahnya. Lokasi pada daerah aksila,
lengan, dada lateral, sekitar mulut dan lidah. Vesikel dapat berisi darah.4
3. Limfangioma Kavernosa (Higroma Kistik)
Lesi berupa pembengkakan jaringan subkutan yang sirkumskripta atau difus, konsistensi lunak
seperti lipoma atau kista. Bila mengenai pipi, lidah, biasanya murni merupakan limfangioma
kavernosa. Bila terletak pada leher, aksila, dasar mulut disebut higroma kistik.4
F. Histopatologi
Gambaran histopatologi dari limpangioma memiliki karakteristik yaitu adanya daerah
kista yang berkumpul dalam papillary derma. Daerah kista dibatasi oleh sel endotelial yang
sering mengandung sel darah merah, seperti cairan limfatik. Pada derma yang dalam dan lemak
di subkutan, pembesaran saluran limfatik juga dapat terlihat, yang beberapa di antaranya
memiliki dinding otot yang tebal(1).
G. Tatalaksana
Ada beberapa pilihan terapeutik yang dapat diberikan pada pasien yang mengalami
manifestasi limpangioma pada rongga mulut. Eksisi merupakan pilihan yang paling sering
diambil ketika lokasi lesi tidak sulit. Tatalaksana yang lain adalah penggunaan carbon dioxide
laser dan terapi cairan nitrogen. Tetapi, penelitian lain membuktikan bahwa metode tersebut
tidak efisien karena memungkinkan terjadinya relaps.7
Walaupun banyak metode yang dapat dipilih, operasi atau eksisi masih menjadi pilihan
yang terbaik dalam penatalaksanaan limpangioma. Akan tetapi, jika lokasi di leher dapat
mengakibatkan konsekuensi yang fatal. Di lain pihak, pengangkatan total diperlukan untuk
menekan resiko rekuren.8
DAFTAR PUSTAKA
1. Pringgoutomo, Sudarto., Sutisna Himawan., Achmad Tjarta. Buku Ajar Patologi (Umum). Edisi ke-1. Jakarta: Sagung Seto, 2006.
2. Sudiono, Janti, et al. Penuntun Praktikum Patologi Anatomi. Jakarta: EGC, 2001.
3. Tiza Melina, Sudjatmiko Gentur, Wardhana Aditya. Treatment of Buccal Lymph-hemangioma by Suction and Intralesional Steroid Injection. Jurnal Plastik Rekonstruksi. Jakarta. Indonesia. 2012. Vol 1 :22-24
4. Scwartz, R.A. Arterial Vascular Malformation Including Hemangiomas and Lymphangiomas. Medcsape Reference. New Jersey. 2011
5. Amouri M, Masmoudi A, Boudaya S, et al. Acquired lymphangioma ciscumscriptum of the vulva. Dermatology online journal 13 (4): 10
6. Stanescu L, et al. Lymphangioma of The Oral Cavity. Case Report. Romanian Journal of Morphology and Embryology 2006, 47(4):373-377.
7. Vasconcelos MG, et al. Oral Lymphangioma: Case Report. RSBO 2011 Jul-Sep;8(3):352-6.
8. Grasso DL, et al. Lymphangiomas of The Head and Neck in Children. Acta Otorhinolaryngologica Italica 2008;28:17-20.