bab i

20
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi antar sel merupakan bagian yang penting untuk pengaturan dan pengendalian kegiatan sel ,jaringan,organ tubuh,dan untuk mempertahankan homeostatis. Dalam tubuh manusia terdapat dua jenis komunikasi antar sel yaitu: Wired system (komunikasi melalui saraf atau listrik) dan non wired system (komunikasi kimiawi). Sedangkan komunikasi intra sel adalah komunikasi yang terjadi di dalam sel. Komunikasi intra sel ini merupakan proses perubahan sinyal di dalam sel itu sendiri. Komunikasi listrik merupakan komunikasi yang cepat dengan hitungan milli detik. Informasi yang dihantarkan sepanjang sel saraf berbentuk potensial aksi. Penghantaran informasi dari sel saraf ke sel target berlangsung melalui sinaps,yang dikenal dengan transmisi sinaps.sedangkan komunikasi kimiawi berlangsung lebih lambat namun efeknya berlangsung lebih lama. Komunikasi saraf dan komunikasi kimiawi dapat terjadi secara tumpang tindih. Beberapa zat kimia seperti neurotransmitter,hormon dan neurohormon tidak dapat menembus sel. Informasi yang akan dihantarkan harus diubah dahulu oleh protein membrane sel ke sinyal kimia di dalam sel yang dikenal dengan transduksi sinyal. B. Manfaat dan Tujuan 1

Upload: satria-panca-karta

Post on 10-Dec-2014

86 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi antar sel merupakan bagian yang penting untuk pengaturan dan pengendalian kegiatan sel ,jaringan,organ tubuh,dan untuk mempertahankan homeostatis. Dalam tubuh manusia terdapat dua jenis komunikasi antar sel yaitu: Wired system (komunikasi melalui saraf atau listrik) dan non wired system (komunikasi kimiawi). Sedangkan komunikasi intra sel adalah komunikasi yang terjadi di dalam sel. Komunikasi intra sel ini merupakan proses perubahan sinyal di dalam sel itu sendiri.

Komunikasi listrik merupakan komunikasi yang cepat dengan hitungan milli detik. Informasi yang dihantarkan sepanjang sel saraf berbentuk potensial aksi. Penghantaran informasi dari sel saraf ke sel target berlangsung melalui sinaps,yang dikenal dengan transmisi sinaps.sedangkan komunikasi kimiawi berlangsung lebih lambat namun efeknya berlangsung lebih lama.

Komunikasi saraf dan komunikasi kimiawi dapat terjadi secara tumpang tindih. Beberapa zat kimia seperti neurotransmitter,hormon dan neurohormon tidak dapat menembus sel. Informasi yang akan dihantarkan harus diubah dahulu oleh protein membrane sel ke sinyal kimia di dalam sel yang dikenal dengan transduksi sinyal.

B. Manfaat dan TujuanAdapun manfaat dan tujuan penulisan makalah ini adalah :

Mengetahui proses komunikasi sel lebih mendalam.

Mengetahui peran berbagai sel di dalam tubuh manusia.

Mengetahui Pengaruh berbagai kekuatan rangsang terhadap respons

sel/jaringan saraf.

1

Page 2: BAB I

BAB IIPEMBAHASAN

A. Cara Komunikasi Antar Sel

Didalam tubuh terdapat tiga cara atau metode komunikasi antar sel :

1. Komunikasi Langsung

Komunikasi langsung adalah komunikasi antar sel yang sangat berdekatan. Komunikasi ini terjadi dengan mentransfer sinyal listrik (ion-ion) atau sinyal kimia melalui hubungan yang sangat erat antara sel satu dengan yang lainnya. Gapjunction,merupakan protein saluran khusus yang dibentuk oleh protein connexin. Enam connexin membentuk separuh saluran yang dikenal dengan conexon. Gabungan dua conexon membentuk kanal atau saluran penghubung antar dua sel yang sangat berdekatan. Gapjunction memungkinkan terjadinya aliran ion-ion( sinyal listrik) dan molekul-molekul kecil (sinyal kimia ), seperti asam amino, ATP, cAMP dalam sitoplasma kedua sel yang berhubungan. Gapjunction tampaknya penting dalam penghantaran sinyal lisrik antara dua sel yang berdekatan seperti pada otot jantung, otot polos, hepar, dan beberapa sel saraf. Gapjunction diduga berperan penting dalam mengontrol pembelahan dan pertumbuhan sel

2. Komunikasi Local

Komunikasi local adalah komunikasi yang terjadi melalui zat kimia yang dilepaskan kecairan ekstra sel( inter sisial) untuk berkomunikasi dengan sel lain yang berdekatan (sinyal parakrin) atau sel itu sendiri( sinyal autokrin). Dengan sinyal parakrin,substansi kimia dilepas dari satu sel secara difusi ke dalam cairan interstisial akan mengaktifkan sel target yang berdekatan. Contoh sinyal parakrin adalah histamine yang merupakan zat yang dilepaskan oleh sel yang rusak. Jika kulit digoreskan dengan benda tajam, jaringan yang tergores ( rusak) akan melepaskan histamine secara difusi ke kapiler diseputar jaringan yang tergores. Histamine yang dilepas akan mengakibatkan pelebaran pembuluh darah dan meningkstkan termeabilitas terhadap cairan yang akan mengakibatkan cairan dipembuluh darah akan berkumpul di ruangan intersisial, yang mengakibatkan kemerahan dan pembengkakan di daerah yang tergores.

2

Page 3: BAB I

3. Komunikasi Jarak Jauh

Komunikasi jarak jauh adalah komunikasi antar sel yang mempunyai jarak cukup jauh. Komunikasi ini berlangsung melalui sinyal listrik yang dihantarkan sel saraf dan/atau dengan sinyal kimia (hormone atau neuro hormone) yang dialirkan melalui darah.

B. Komunikasi Listrik

1. Kelistrikan sel

Peran membrane sel dan kadar berbagai ion ekstra sel dan intra sel dalam kegitan listrik.

Daya tahan hidup sel bergantung pada kemampuan untuk mempertahankan komponen yang terdapat didalam sel yang komposisinya berbeda dengan diluar sel. Didalam sel banyak mengandung komponen untuk berbagai proses kehidupan, antara lain berbagai ion dan enzim yang mengendalikan seluruh proses kimia didalam sel. Ion yang utama adalah ion-ion K,Na,Ca, dan Mg, Cl.

Komposisi ion didalam dan diluar sel berbeda. Didalam sel banyak terdapat ion K sedangkan diluar banyak ion Na. enzim merupakan protein dan jumlahnya sangat banyak didalam sel, serta umumnya bermuatan negative, sehingga merupakan komponen anion (A-) didalam sel. Perbedaan komposisi ion didalam dan diluar sel dipertahankan oleh membrane sel.

Perbedaan kadar ion-ion tersebut menimbulkan selisih potensial antara intra dan antar sel yang besarnya sekitar -70 mV. Tanda minus menunjukkan bahwa didalam sel lebih negative. Karena potensial sebesar itu hanya ada pada saat sel dalam keadaan istirahat, maka potensial itu disebut potensial membrane istirahat( restin g membrane potential). Adanya perbedaan potensial menimbulkan adanya polarisasi. Pada membrane sel yang terdiri dari dua lapisan lemak (lipid bilayert) banyak protein membrane yang berfungsi antaralain sebagai reseptor-reseptor dank anal-kanal ion.

Reseptor

Reseptor merupakan protein yang berfungsi untuk mengikat ligand dan mengubah satu sinyal menjadi sinyal lain. Reseptor ini terdapat pada, inti sel,sitoplasma dan protein integral pada membrane sel (reseptor membrane).

3

Page 4: BAB I

Reseptor membrane adalah reseptor yang terdapat pada membrane sel, terdiri dari :

- Ligand –gated ion channels.

- Integrin yang berkaitan dengan sitoskeleton.

- Receptor –enzim, dimana ikatan ligand mengaktifkan enzim tertentu di dalam sel.

- G protein-coupled receptors.

Kanal ion

Kanal ion berperan untuk mengatur pergerakan keluar masuknya ion-ion menembus membrane sel. Pada dasarnya ada tiga tipe kanal ion :

1. Resting atau passive ion channels Secara normal terbuka pada sel istirahat . terdapat diseluruh membrane selsaraf

2. Chemically activated (chemically-gated) atau ligand-gated ion channels Saluran ion ini umumnya umumnya dalam keadaan tertutup dan akan diaktifkan oleh rangsang kimia seperti neuro transmitter. Terdapat khususnya pada dendrite dan soma.

3. Voltage-activated( voltage- gated) ion channelsKanal ion ini terbuka jika terdapat rangsang listrik. Atau bila ada perubahan potensial( voltage). Kanal ion ini bertanggung jawab untuk pembentukan dan penghantaran potensial aksi. Terdapat pada dendrite, akson dam soma.

2. Pembentukan listrik sel

Pada waktu sel saraf mendapat rangsang baik secara kimia, mekanik, atau rangsang yang lain, kanal ion Na (voltage-gated Na channels) terbuka yang mengakibatkan ion Na masuk kedalam sel dengan membawa muatannya. Muatan positif ion Na ini akan menetralkan sebagian muatan negative didalam sel, sehingga sel dipolarisasi. Depolarisasi berarti berkurangnya selisih potensial antara intra sel dan ekstra sel. Depolarisasi ini terus memicu pembukaan voltage-gated Na channels yang akan mengakibatkan makin banyak ion Na masuk kedalam sel, sehingga makin memperbesar depolarisasi. Makin besar depol;arisasi akan makin memperbanyak pembukaan voltage-gated Na channels, dan seterusnya. Hal ini merupakan siklus umpan balik positif yang dikenal dengan siklus Hodgkin.

4

Page 5: BAB I

Pengaruh berbagai kekuatan rangsang terhadap respons sel/jaringan saraf

Depolarisasi diberbagai tempat pada sel saraf berbeda-beda. Ada yang bersifat bergradasi dan tidak menjalar. Bergradasi (graded) artinya besar depolarisasi bergantung kepada intensitas( kekuatan) rangsang. Makin kuat rangsangnya, depolarisasi yang terjadi makin besar dan sebaliknya makin lemah rangsangnya, depolarisasi yang terjadi juga makin kecil. Depolarisasi ini merupakan respon local terhadap rangsang.

Depolarisasi yang terjadi pada sel saraf biasanya tidak terjadi hanya pada satu tempat tertentu saja tetapi pada banyak tempat hal ini karena satu sel saraf tidak hanya menerima satu persarafan tetapi banyak. Depolarisasi dibeberapa tempat ini akan diintegrasikan sehingga terjadi penjumlahan depolarisasi itu. Bila jumlah depolarisasi dipangkal akson mencapai ambang tertentu yang diseb ut sebagai ambang letup ( firing level), maka pada pangkal akson (axon hillox) akan terjadi potensial aksi.

Potensial aksi adalah depolarisasi yang berlangsung sangat cepat. Gambaran kurvanya berbentuk khas lancip seperti paku (spike potential). Potensial aksi ini terjadi karena depolarisasi yang mencapai ambang itu memicu pembukaan kanal ion Na yang peka perubahan potensial (voltage-gated Na+ channels) yang menyebabkan ion Na di luar sel, masuk dalam jumlah besar secara pasif kedalam sel. Potensial aksi ini terjadinya mengikuti hukum gagal atau tuntas (all or none).

Depolarisasi yang sangat cepat ini disusul oleh repolarisasi, yaitu mengembalikan kondisi sel ke keadaan istirahat dengan potensial membrane sekitar -70 mV. Repolarisasi ini dicapai karena terbukanya voltage-gated K channels, yang mengakibatkan ion K yang kadarnya jauh lebih tinggi didalam sel keluar dari dalam sel, serta dikeluarkannya kembali ion Na darin dalam sel. Proses pengeluaran kembali ion Na dan pemasukan kembali ion K diperankan oleh protein membrane yang berfungsi sebagai pompa Na –K dalam berfungsinya ,protein membrane itu memecah ATP untuk memperoleh tenaga. Pompa tersebut jg dikenal dengan Na-K ATpase.

C. Proses penghantaran impuls pada susunan sel saraf

1. Peran membrane sel dan struktur saraf dalam proses penghantaran impuls

Kegiatan listrik sel diperankan oleh membrane sel beserta struktur yang membangunnya. Membrane sel memisahkan bagian dalam dengan bagian luar sel.

5

Page 6: BAB I

Timbulnya potensial aksi hanya terjadi pada bagian kecil dari membrane sel. Potensial aksi ini akan dihantarkan kesatu arah sepanjang akson sampai ujung akson. Hal ini disebabkan karena potensial aksi yang timbul pada daerah tersebut akan meningkatkan permeabilitas membrane terhadap ion Na di daerah sebelahnya yang belum terangsang.

Kecepatan hantar potensial aksi bergantung dari diameter sel saraf. Makin besar diameter sel saraf makin cepat hantaran potensial aksi tersebut. Ada tidaknya selubung myelin juga mempengaruhi kecepatan hantar potensial aksi. Makin lebar selubung myelin kecepatan hantar potensial aksi akan semakin cepat. Potensial aksi di pangkal akson akan menginduksi pembukaan kanal ion di nodus (takik) ranvier yang terdekat, sehingga di takik ranvier itu terjadi potensial aksi. Demikian selanjutnya potensial aksi di takik ranvier pertama akan menginduksi terjadinya potensial aksi di takik ranvier berikutnya ,dan seterusnya, sehingga potensial aksi ini menjalar sampai diujung akson. Dengan demikian potensial aksi ini menjalar secara meloncat-loncat dari satu takik ranvier ke takik ranvier berikutnya (salutatory conduction). Potensial aksi yang menjalar ini disebut IMPULS.

Kecepatan hantar potensial aksi pada sel saraf ini dapat diukur dengan menempatkan elektroda perangsang disalah satu bagian akson dan elektroda perekam pada bagian akson yang lain pada jarak tertentu. Dengan memberikan rangsang yang adekuat melalui elektroda perangsang dan respon yang ditimbulkannya direkam oleh elektroda perekam, waktu yang diperlukan dari rangsangan sampai dapat direkam dibagi dengan jarak antara elektroda perangsang dengan elektroda perekam adalah kecepatan hantar sel saraf tersebut.

2. Proses penghantaran impuls di sinaps dan neuro muscular-junction Sinaps

Pemindahan impuls dari satu sel saraf ke sel saraf atau sel yang lain terjadi melalui tempat khusus yang dikenal dengan sinaps. Sinaps terbentuk dari komponen ujung sel saraf sebelum sinaps (sel saraf presinaps) dengan bagian tertentu dari sel saraf sesudah sinaps (sel saraf pascasinaps). Antara sel saraf presinaps dengan sel saraf pasca sinaps terdapat celah sinaps (synaptic cleft) yang berisi cairan ekstra sel dan merupakan tempat dilepaskannya neurotransmitter dari ujung sel saraf presinaps. Penghantaran sinyal melalui sinaps ini di kenal dangan transmisi sinaps (synaptic transmission).

Secara mikroskopik tampak adanya perbedaan bangunan dalam komponen presinaps dengan komponen pascasinaps. Komponen presinaps m engandung banyak mitakomdria dan gelembong atau pesikel berisi zat kimia penghantar yang disebut

6

Page 7: BAB I

neurotransmitter. Komponen pascasinaps tidak mengandung pesikel neurotransmitter namun banyak mengandung reseptor site yang khas untuk menangkap neurotransmitter dari sel saraf presinaps.

Transmisi sinaps dapat terjadi secara listrik yang dikenal dengan sinaps listrik (electrical synapse) dan secar kimia yang dikenal dengan sinaps kimia (cemical synapse). Secara mikroskopik strutur sinaps listrik berbeda dengan sinaps kimia. Sinaps listrik tidak mempunyai pesikel neurotransmitter presinaps maupun reseptor sitepost sinaps. Jelas sinapsnya dapat sangat sempit, disebut gap jungtion, atau tidak ada, disebut tight jungtion. Implus dipindahkan melalui proses listrik searah dari sel saraf presinaps ke sel saraf pascasinaps. Penghantaran listrik ini memungkinkan karena tahanan listrik membrane pasca sinaps lebih rendah dari pada presinaps.

Pemindahan implus di sinaps kimia terjadi melalui proses kimia. Implus yang tiba di ujung sel saraf presinaps menyebabkan permehabilitas membrane sel terhadap ion Ca di aktif zone ujung sel saraf. Perubahan ini menyebabkan banyaknya ion Ca masuk ke ujung sel saraf. Ion Ca ini akan menginduksi pemecahan pesikel neurotransmiter ke celah sinaps. Neurotransmiter kemudian ditangkap dan bereaksi dengan reseptornya yang spesifik di membrane sel saraf pasca sinaps. Reaksi ini menyebabkan perubahan tata listrik sel saraf pascasinaps (post synaptic potential). Perubahan ini dapat secara langsung jika reseptornya merupakan bagian dari kanal yang tertentu. Dapat juga secara tidak langsung melalui pembawa pesa kedua (second messenger) jika reseptornya bukan merupakan bagian dari kanal ion tertentu.

Neurotransmitter Setelah di Lepaskan ke Celah Sinaps

Neurotransmitter yang dilepaskan ke celah sinaps akan mengalami :

1. Ditangkap oleh reseptornya di membrane pasca sinaps2. Masuk kedalam pembuluh darah untuk ikut dengan aliran darah.3. Masuk kedalam sel glia sekitar sel presinaps.4. Di pecah oleh enzim yang sesuai.5. Direuptake kedalam sel presinaps.

Neuromuscular Jungction

Penghantaran implus dari sel saraf ke serat otot terjadi melalui proses yang terjadi pada hubumgan sel saraf dengan serat otot, yang dikenal dengan neuromuscular jungction. Ujung sel saraf yang mempersarafi serat otot akan kehilangan selubung miealinya dan bercabang-cabang membentuk seperti terminal button. Komponen presinaps yang melebar di sebut end-feetnya. Satu serat saraf akan membentuk hubungan dengan satu atau lebih serat otot yang disebut motor unit.

7

Page 8: BAB I

Pemindahan implus melalui neuromuscular – junction ini mirip dengan pemindahan implus di sinaps. Implus yang tiba di ujung sel saraf menyebabkan masuknya ion Ca kedalam sel akibat terbukanya kanal ion Ca oleh rangsang listrik (coltage-gated Ca channels). Ion Ca ini membantu pengelepasan neurotransmitter dari vesikel melalui proses eksositosis. Neurotransmitter yang dilepaskan adalah asetilkolin. Asetikkolin masuk kedalam celah sinaps dan berikatan serta bereaksi dengan reseptornya pada motor end-plate reaksi ini akan mengatifkan kanal ion Na dank anal ion K. Dengan masuknya ion Na dan kemudian keluarnya ion K, terjadilah depolarisasi end-plate yang disebut end-plate potential (atau EPP). Bila EPP cukup besar maka membrane sel otot sekitar end-plate akan terdepolarisasi sampai mencapai ambang letup dan timbul potensial aksi. Potensial aksi yang terbentuk kemudian menjalar sepanjang sel otot yang akan memulai peristiwa kontraksi serat otot.

Eksositosis neurotransmitter dari ujung sel saraf presinaps baik di sinaps maupun hubungan saraf otot tidak hanya di sebabkan oleh adanya implus saraf. Ternyata tampa implus saraf neurotransmitter tetap di lepaskan dalam jumlah sedikit. Depolarisasi yang di hasilkan kecil sekali yang disebut miniature post synaptic potential pada sinaps atau miniature end-plate potential pada hubungan saraf otot.

3. Pengaturan Penghantaran Sinaps

Penghantaran sinaps akan mengalami perlambatan karna diperlukanwaktu untuk melintasi sinaps. Ini disebabkan oleh proses pengubahan sinyal yang terjadi di sinaps dan membrane pascasinaps. Makin banyak rangkaian sinaps yang di bentuk akan semakin lambat transmisi sinaps. Hal ini juga akan berpengaruh pada respons yang akan di timbulkannya.

Hubungan sel saraf presinaps dan sel saraf pasca sinaps dapat memungkinkan pengaturan atau medulasi kegiatan sinaps. Makin banyak rangkaian sinaps yang dibentuk akan semakin lambat transmisisinaps. Susunan konvergen terjadi bila akson dari beberapa sel saraf presinaps membentuk sinaps dengan satu sel saraf pascasinaps.

Susunan hubungan sel saraf ini dapat menimbulkan penjumlahan atau sumasi, dapat sumasi ruang ,sumasi waktu atau dapat juga menimbulkan oklusi. Sumasi ruang terbentuk jika beberapa sel saraf presinaps bersamaan merangsang dan menimbulkan efek yang lebih besar pada sel saraf pasca sinaps. Sumasi waktu terjadi jika rangsangan sel saraf pre sinaps diberikan atau diterima sel saraf pascasinaps. Secara berurutan sebelum respon dari ransang sebelum berakhir. Sedangkan oklusi terjadi jika rangsangan saraf presinaps berikutnya pada sel saraf pascasinaps merupakan inhibisi sehingga akan mengakibatkan hiper polarisasi sel saraf pascasinapsis.

8

Page 9: BAB I

Jika rangsangan dalam bentuk potensial aksi di sel saraf presinaps diberikan dalam waktu yang lama akan mengakibatkan kanal ion Ca terbuka dalam waktu yang lama pula. Keadaan ini akan meningkatkan kegiatan siklik AMP didalam sel yang akan memfosfolirasi melambat dan potensial aksi memanjang. Peristiwa ini dikenal dengan vesilitasi.

Kegiatan penghantar sinaps dapat pula diatur oleh penghambatan atau inhibisi presinaps maupun inhibisi pascasinaps. Inhibisi pascasinaps dapat terjadi jika perangsangan presinaps akan menimbulkan hiperpolarisasi di pascasinaps sehingga terjadi hambatan untuk menimbulkan potensial aksi di pascasinaps. Penghambatan ini disebut inhibisi langsung. Penghambatan tak langsung jika penghambatan presinaps terjadi selama hiperpolarisasi ikutan di pascasinaps.

Penghambatan presinaps biasanya terjadi akibat penurunan jumlah neurotransmitter yang dilepaskan karena ada hambatan dari sel saraf lain yang bersinaps pada sel saraf presinaps atau penglepasan neurotransmitter yang bersifat penghambat. Dengan demikian depolarisasi yang terbentuk di pascasinaps kecil.

Hambatan lain dapat terjadi jika terdapat koleteral pada akson yang bersangkutan. Kolateral akson suatu neuron melalui suatu interneuron penghambar yqang dikenal dengan sel Renshaw, akan kembali bersinaps pada soma neuron tersebut. Impuls yang dibentuk neuron tersebut merangsang sel Renshaw yang kemudian menghambat impuls neuron itu sendiri.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penghantaran sinaps dan hubungan saraf otot dalam

Reseptor di sinaps mempunyai fungsi untuk mengidentifikasi atau mendeteksi neurotransmitter spesifik dan mengaktifkan kegiatan sel efektor. Berdasarkan efek reseptor terhadap kanal ion sel efektor, dapat dibagi menjadi reseptor ionotropik dan metabotropik. Reseptor ionotropic akan langsung mengaktifkan kanal ion. Sedangkan reseptor metabotropik akan mengaktifkan kanal ion secara tidak langsung. Reseptor metabotropik ini dapat dibagi menjadi: G protein-coupled receptors dan recertors tirosin kinase.

G protein-coupled receptors memerlukan protein lain untuk mengaktifkan efektornya. Efektornya adalah enzim yang menghasikan second messenger. Second messenger ini akan memicu tahapan proses kimia dengan mengaktifkan enzim protein kinase yang akan memposforilasi berbagai protein dalam sel atau dengan memobilisasi ion Ca intra sel. Yang termasuk dalam reseptor ini adalah reseptor

9

Page 10: BAB I

adrenergic, asetilkolin muskarinik, GABAb, glutamate, serotonin, neuropeptida, odoran dan rodopsin.

Reseptor tirosin kinase merupakan enzim yang memfosforilasi protein tirosin sendiri atau protein lain pada residu tirosin. Fosforilasi dari reseptor ini akan berikatan dan mengaktifkan protein lain termasuk kinase yang lain yang akan mengaktifkan kanal ion. Reseptor ini diaktifkan oleh hormone, factor pertumbuhan dan neuropeptida.

Komunikasi kimiawi

Komunikasi antar sel dengan zat kimia ini dapat berlangsung denganmenskresi zat kimia tertentu. Ada empat tipe zat kimia yang biasa digunakan sel untuk berkomunikasi dengan sel targetnya : autokrin, parakrin, neurotransmitter, hormone atau neurohormon. Zat-zat kimia ini disintesa khusus oleh sel tertentuuntuk menjawab rangsangan yang bekerja melalui reseptor tertentu pada sel targetnya. Zat kimia ini juga dikenal dengan ligan.

Autokrin adalah zat kimia yang diskresikan atau dilepaskan oleh sel yang akan mempengaruhi kegiatan sel itu sendiri, dan parakrin jika mempengaruhi sel yang berdekatan. Neurotransmitter adalah zat kimia yang dihasilkan oleh ujung-ujung sel saraf dan dilepaskan kedalam celah hubungan antar sel saraf (sinaps). Jika zat kimia tersebut dihasilkan dari kelenjar khusus yang tidak mempunyai saluran tetapi dilepaskan langsung kedalam sirkulasi darah dikenal dengan hormone. Jika hormone tersebut disekresi oleh sel-sel saraf dikenal dengan neurohormon.

Beberapa zat kimia penting lain untuk komunikasi antar sel :

Neuromedulators : dapat sebagai parakrin dan autokrin yang diskresi

oleh sel saraf

Sitokines : peptide pengatur yang biasanya bekerja pada sel

dekat dengan tempat disekresikannya.

Eikosanoids : Parakrin golongan lipid, berperan penting pada

proses inflamasi dan respon alergi. Terdiri dari

prostaglandin, tromboksan, dan leukotrien.

10

Page 11: BAB I

Tergantung strukturnya, zat kimia tersebut ada yang mudah menembus membrane sel dan ada pula yang sukar sehingga harus dibantu oleh protein perantara di membrane sel. Zat kimia yang sukar menembus membrane akan diikat oleh protein khusus yang dikenal dengan reseptor spesifik yang terdapat di membrane sel, sitoplasma, atau nucleus. Ikatan ini akan memicu tahapan perubahan pada sel yang akan mengakibatkan efek fisiologis suatu sel.

Transduksi sinyal

Pengubahan sinyal didalam sel dapat terjadi sebagai berikut :

1. Sinyal molekul ekstra sel berikatan dan mengaktifkan protein atau glikoprotein membrane sel. Molekul protein yang diikat reseptor akan mengaktifkan : 1). Protein kinase, 2). Enzim penguat yang menggiatkan caraka kedua (second messengers).

2. Caraka kedua

Mengubah kegiatan enzim, khususnya protein kinase

Meningkatkan ion kalsium intrasel

Menggiatkan kanal ion tertentu

Fosforilasi protein atau kegiatan ion kalsium mengubah fungsi sel sebagai respon sel

Protein yang dimodifikasi ion kalsium dan proses fosforilasi akan mengontrol :

Enzim-enzim metabolic

Kontraksi otot dan pergerakan sitoskeleton

Protein yang mengatur kegiatan gen dan sintesis protein

Transport membrane dan kegiatan protein reseptor.

11

Page 12: BAB I

BAB III

KESIMPULAN

Komunikasi antar sel merupakan bagian penting dalam fungsi sel, jaringan dan

organ tubuh dan untuk mempertahankan homeostasis. Terdapat dua jenis komunikasi

dalam tubuh yaitu komunikasi saraf atau listrik yang berlangsung sangat cepat dan

komunikasi kimiawi yang berlangsung lebih lambat karena harus melalui proses

kimiawi yang memerlukan waktu. Pada sel saraf komunikasi juga dipengaruhi

hubungan sel saraf satu dengan sel saraf yang lainnya.

12

Page 13: BAB I

DAFTAR PUSTAKA

1. Bear, MF., et al. neuroscience: Exploring the Brain. 2nd ed.Maryland: Lippincott Wiliams & Wilkins: 2001. P 89-129

2. Fox, S1; Human Fsiology, 9th ed..New York: Mc GrewHill 2006. P126-188

3. Greger R and Windhorst U, (ed) Comprehensive Human Physiology; From cellular Mechanisms to integration. Berlin Heidelberg new York, Spring-Verlag 1996, p95-171

4. Kandel, ER.,et al. of neural science. 4th ed. New York: Mc GrewHill: 2000.p63-309

5. Rhoades R and Pflanzer R, ed; Human Physiology 3rd ed. Saunders college Pulishing, 1996. P29-176

6. Sherwood L: Human physiology: From cells to systems. 5th ed. St.Paul: West Publishing. Company; 2004 p

7. Silverthorn DU: Human Physiology: an integrated approach. 2nd ed. Upper saddle River, NJ: Prentice-Hall Inc; 2001. P153-166

8. Vander AJ,Sherman JH, Luciano DS: Human Physiology; The Mechanisms of Body Funcion. 9th ed..New York; Mc Grew Hill Publishing Company; p 109-189

13