bab i

31
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang penularannya terutama melalui hubungan seksual yang mencakup infeksi yang disertai gejala-gejala klinis maupun asimptomatis. Infeksi menular seksual hingga saat ini masih merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Gonore merupakan salah satu IMS yang paling sering ditemukan dan merupakan salah satu kofaktor untuk transmisi HIV. Gonore telah dikenal sejak jaman purba. Beberapa referensi dalam kitab suci mengenai penyakit menular mungkin mengacu pada gonore. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri diplokokus gram negatif dengan nama Neisseria gonorrhoeae atau dikenal juga sebagai gonokokus. Penularan penyakit ini terutama melalui kontak seksual. Umumnya infeksi bersifat lokal di tempat inokulasi, tetapi juga bisa menjadi sistemik. Orang yang memiliki kelainan orientasi seksual merupakan kelompok berisiko tinggi untuk terkena gonore kelamin faring dan rektum karena orientasi seksualnya secara orogenital reseptif dan anogenital reseptif. Infeksi di kedua daerah ini sebagian besar bersifat asimtomatis, 1

Upload: yuli-yanti

Post on 07-Dec-2014

26 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang penularannya terutama

melalui hubungan seksual yang mencakup infeksi yang disertai gejala-gejala

klinis maupun asimptomatis. Infeksi menular seksual hingga saat ini masih

merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, baik di negara maju maupun di

negara berkembang.

Gonore merupakan salah satu IMS yang paling sering ditemukan dan

merupakan salah satu kofaktor untuk transmisi HIV. Gonore telah dikenal sejak

jaman purba. Beberapa referensi dalam kitab suci mengenai penyakit menular

mungkin mengacu pada gonore. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri diplokokus

gram negatif dengan nama Neisseria gonorrhoeae atau dikenal juga sebagai

gonokokus.

Penularan penyakit ini terutama melalui kontak seksual. Umumnya infeksi

bersifat lokal di tempat inokulasi, tetapi juga bisa menjadi sistemik. Orang yang

memiliki kelainan orientasi seksual merupakan kelompok berisiko tinggi untuk

terkena gonore kelamin faring dan rektum karena orientasi seksualnya secara

orogenital reseptif dan anogenital reseptif. Infeksi di kedua daerah ini sebagian

besar bersifat asimtomatis, maka sering tidak disadari sehingga dapat menjadi

sumber penularan.

Dengan semakin meningkatnya kejadian infeksi menular seksual maka saat

ini kesehatan seksual dipandang dalam arti luas, hal ini dilihat sebagai integrasi

dari semua aspek makhluk seksual termasuk komponen fisik, emosi, intelektual,

dan sosial. Dengan demikian menjadi penting mempelajari mengenai infeksi

menular seksual ini. Maka dari itu perlu pemahaman dan pembahasan mengenai

infeksi menular seksual khususnya untuk penyakit gonorea.

Bagi seorang analis kesehatan diagnosis laboratorium untuk penyakit

gonorea merupakan salah satu keahlian yang harus dimilikinya. Maka dari itu

sebelumnya harus dikenali terlebih dahulu karakteristik bakteri penyebab gonorea

1

Page 2: BAB I

tersebut, bagaimana cara mendiagnosisnya, serta pengobatan serta pencegahan

yang harus dilakukan terhadap pasien yang terinfeksi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan diatas maka ada beberapa permasalahan yang akan

dibahas diantaranya:

1. Bagaimana karakteristik bakteri Neisseria gonorrhoeae sebagai

penyebab infeksi menular seksual ?

2. Bagaimana cara mendiagnosis infeksi menular seksual yang disebabkan

oleh Neisseria gonorrhoeae ?

3. Bagaimana cara pencegahan dan pengobatan infeksi menular seksual

yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae ?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Mengetahui karakteristik bakteri Neisseria gonorrhoeae sebagai

penyebab infeksi menular seksual.

2. Mengetahui cara mendiagnosis infeksi menular seksual yang disebabkan

oleh Neisseria gonorrhoeae.

3. Mengetahui cara pencegahan dan pengobatan infeksi menular seksual

yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae.

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan makalah ini adalah :

1. Memahami karakteristik bakteri Neisseria gonorrhoeae sebagai

penyebab infeksi menular seksual.

2. Memahami cara mendiagnosis infeksi menular seksual yang disebabkan

oleh Neisseria gonorrhoeae.

3. Memahami cara pencegahan dan pengobatan infeksi menular seksual

yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae.

2

Page 3: BAB I

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Neisseria gonorrhoeae

Neisseria gonorrhoeae merupakan bakteri gram negatif, nonmotil, tidak

membentuk spora, berkembang berkoloni membentuk diplokokus. Berdiameter

0,8 um. Jika dalam bentuk monokokus berbentuk seperti ginjal. Apabila

organisme tersebut muncul berpasangan, sisi yang rata atau konkaf akan saling

menempel.

Neisseria gonorrhoeae

Neisseriae paling baik tumbuh pada kondisi aerob, namun beberapa spesies

dapat tumbuh pada lingkungan anaerob. Mereka membutuhkan syarat

pertumbuhan yang kompleks. Sebagian besar Neisseriaes sp. memfermentasikan

karbohidrat, menghasilkan asam , pola fermentasi karbohidratnya merupakan

faktor yang membedakan spesies mereka. Neisseria sp. menghasilkan oksidase

dan memberikan reaksi oksidase positif, Tes oksidase merupakan kunci dalam

mengidentifikasi mereka. Ketika bakteri terlihat pada kertas filter yang telah

direndam dengan tetrametil parafenilenediamin hidroklorida (oksidase), Neisseria

akan dengan cepat berubah warna menjadi ungu tua.

Gonococci paling baik tumbuh pada media yang mengandung substansi

organik yang kompleks seperti darah yang telah dilisiskan dengan pemanansan,

hemin, protein hewan dan dalam udara yang mengandung 5-7% CO2.

3

Page 4: BAB I

pertumbuhannya dapat dihambat oleh beberapa bahan dalam media seperti asam

lemak dan garam. Gonokokus dapat cepat mati oleh pengeringan, penjemuran,

pemanasan lembab dan desinfektan. Mereka menghasilkan enzim autolitik yang

dihasilkan dari pembengkakan yang cepat dan lisis in vitro pada suhu 25º C dan

pada pH alkalis.

Klasifikasi

Kingdom : Bacteria

Filum : Proteobacteria

Kelas : Betaprobacteria

Ordo : Neisseriales

Famili : Neisseriaceae

Genus : Neisseria

Spesies : Neisseria gonorroheae

Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Neisseria_gonorrhoeae

Reaksi Fermentasi gula beberapa spesies Neisseria sp.

Spesies MTMFermentasi

glukosa Maltosa Sukrosa Laktosa

N. gonorrhoeae + + - - -

N. meningitis + + + - -

N. lactamica + + + - +

N. sicca - + + + -

N. subflava - + + ± -

N. mucosa - + + + -

N. cinerea ± - - - -

Sumber : Brooks, Geo F.et.al. 2008. Jawetz,Melnick and Adelberg’s Medical Microbiology 23th.

Manusia merupakan satu-satunya inang (host) alami bakteri ini. Untuk

menginfeksi, bakteri membutuhkan kontak langsung dengan mukosa tubuh, bisa

lewat hubungan seks, atau penggunaan toilet duduk. Bakteri ini menempel dengan

pilinya. Infeksi ini banyak menyerang orang usia muda, belum menikah, dan

4

Page 5: BAB I

pendidikan rendah. Paling banyak terjadi pada perempuan. Gejala infeksi lebih

sering timbul pada laki-laki. Infeksi pada anorektal dan faring sering terjadi pada

laki-laki yang homoseksual.

2.1.1 Patogenesi

Pada umumnya infeksi primer dimulai pada epitel silindris dari uretra,

duktus periuretralis, atau beberapa kelenjar disekitarnya. Gonokokus juga dapat

masuk lewat mukosa serviks, konjungtivanya atau rektum. Kuman menempel

dengan pili pada permukaan sel epitel atau mukosa. Pada hari berikutnya kuman

mencapai jaringan ikat dibawah epitel, setelah menembus ruang antar sel.

Selanjutnya terjadi reaksi radang berupa infiltrasi leukosit polimorfunuklear dan

terjadi supurasi dan mengakibatkan invasi jaringan yang diikuti inflamasi kronis

dan fibrosis. Eksudat yang terbentuk dapat menyumbat saluran atau kelenjar

sehingga terjadi abses dan retensi. Penyebaran lewat saluran getah bening lebih

sering terjadi daripada lewat saluran darah. Terjadinya kerusalkan pada epitel oleh

gonokokus menyebabkan terbentuknya celah pada mukosa sehingga

mempermudah dan mempercepat masuknya gonokokus.

Sel epitel a. normal, b. mengalami kerusakan karena invasi bakteri

Pada pria biasanya terdaapt uretritis dengan pus yang berwarna kuning

keruh dan sakit ketika berkemih. Proses ini dapat menyebar ke epididimis. Seiring

dengan meredanya supurasi pada infeksi yang tidak diterapi akan muncul fibrosis

dan kadang menimbulkan striktur uretra. Infeksi uretra pada pria dapat tanpa

gejala. Pada wanita infeksi primernya dapat terjadi pada endoserviks dan

menyebar ke uretra dan vagina menyebabkan peningkatan sekret mukopuluren

dan dapat terus menyebar ke tuba uterine. Infertilitas terjdi 20% pada wanita.

2.1.2 Antigen Neisseria gonorrhoeae

5

Page 6: BAB I

N. gonorrhoeae adalah antigen yang heterogen dan mampu berubah struktur

permukaannya pada tabung uji (in vitro) yang diasumsikan berada pada organisme

hidup (in vivo) untuk menghindar dari pertahanan inang (host). Struktur

permukaannya adalah sebagai berikut:

Antigen pada Neisseria gonorrhoeae

1. PILI

Pili adalah bagian dari sel bakteri berbentuk rambut yang dapat memanjang

hingga beberapa mikrometer dari permukaan gonoccoci. Perpanjangan

tersebut menempel pada sel inang dan resisten terhadap fagositosis. Mereka

terbuat dari sekumpulan protein pilin (BM 17.000-21.000). Terminal amino

dari molekul pilin, yang mengandung persentase yang tinggi dari asam

amino hidrofobik tetap dipertahankan. Rangkaian asam amino yang dekat

dengan setengah porsi molekul juga dipertahankan; porsi tersebut menempel

pada sel inang dan kurang dikenal oleh respon kekebalan. Asam amino yang

dekat terminal karboksil sangat bervariasi; porsi molekul ini sangat dikenal

oleh respon kekebalan. Pili-pili dari hampir seluruh strain N. Gonorrhoeae

secara antigen berbeda-beda dan setiap strain dapat membuat bentuk pilin

yang unik secara antigen.

2. POR

Por menjulur dari membran sel gonokokus. Por membesar hingga mencapai

membran sel gonoccoci. Ini terjadi dalam trimer untuk membentuk pori-pori

pada permukaan melalui nutrisi yang masuk ke dalam sel. Berat molekul

por sangat bervariasi 34.000 hingga 37.000. Setiap strain gonoccocus hanya

menampilkan satu tipe por, tetapi por dari strain yang berbeda, berbeda pula

6

Page 7: BAB I

secara antigen. Pengklasifikasian secara serologis terhadap por dengan

menggunakan reaksi aglutinasi dengan antibodi monoklonal dapat

dibedakan menjadi 18 serovar PorA dan 28 serovar PorB (serotyping hanya

dapat dilakukan berdasarkan referensi laboratorium).

3. OPA

Protein ini berfungsi dalam adhesi gonoccoci dalam koloni dan dalam

penempelan gonoccoci pada sel inang, khususnya sel-sel yang menampilkan

antigen karsinoembrionik (CD 66). Satu porsi dari molekul Opa berada di

bagian terluar dari membrangonoccoci dan sisanya berada pada permukaan.

Berat molekul Opa berkisar antara 24.000 hingga 32.000. Setiap strain

gonoccocus dapat menampilkan hingga tiga tipe Opa, dimana masing-

masing strain memiliki lebih dari 10 gen untuk Opa yang berbeda-beda.

4. RMP (Reduction Modifiable Protein)

Protein ini (BM sekitar 33.000) secara antigen tersimpan di semua

gonoccoci. Protein ini mengubah berat molekulnya pada saat terjadi reduksi.

Mereka bergabung dengan Por pada saat pembentukan pori-pori pada

permukaan sel.

5. LIPOOLIGOSAKARIDA (LOS)

Berbeda dengan batang enterik gram negatif, pada gonococci LPS tidak

memiliki rantai antigen-O panjang dan disebut dengan lipooligosakarida.

Berat molekulnya adalah 3000 - 7000. Gonococci dapat menampilkan Iebih

dari satu rantai LOS yang secara antigen berbeda secara simultan. Toksisitas

pada injeksi gonococci sebagian besar disebabkan oleh efek endotoksin dari

LOS. Dalam bentuk perkembangbiakan secara molekuler, gonococci

membuat molekul LOS yang secara struktural mirip dengan membran sel

manusia, yaitu glikosfingolipid. Gonococci LOS dan glikosingolipid

manusia dengan struktur kelas yang sama, bereaksi dengan antibodi

monokloral yang sama, mengindikasikan perkembangan secara molekuler

LOS yang dipertahankan memiliki lakto-N-neotetraose glikose moietas

yang sama terbagi dalam serial paraglobosid glikosfingolipid manusia.

Struktur glukosa neisseria LOS lainnya, globosid, gangliosid dan laktosid.

7

Page 8: BAB I

Tampilan permukaan gonoeoci yang sama dengan struktur permukaan pada

sel manusia membantu gonococci untuk menghindar dari pengenalan

kekebalan (immune recognition). Terminal galaktosa dari glikostmoolipid

sering berkonjugasi dengan asam sialat. Asam sialat adalah asam 9 karbon

yang juga disebut dengan asam N asetilneuraminat (NANA). Gonococci

tidak membuat asam sialat tetapi membuat sialiltransferase yang berfungsi

untuk mengambil NANA dari nukleotida otila asam sitidine 5-monofosfo-

N-asetilneuraminat (CMP-NANA) dan menempatkan NANA pada terminal

galaktosa dari gonococci penerima LOS. Sialilasi berdampak pada

patogenesis dari infeksi gonococci. Ini membuat gonococci resisten untuk

dimatikan oleh sistem antibodi manusia dan mengintervensi gonococci yang

mengikat pada penerima (reseptor) dari sel fagositik. Neisseria meningtidis

dan Haemophilus influenzae membuat banyak tapi tidak semua struktur

LOS yang sama pada N gonorrhoeae. Biologi dari ketiga spesies LOS dan

beberapa dari spesies neisseriae nonpatogenik adalah sama. Empat serogrup

dari N. meningtidis membuat kapsul asam sialat yang berbeda,

mengindikasikan bahwa mereka juga memiliki pola biosintetik yang

berbeda dari gonococci. Keempat serogrup ini bersialilate dengan LOS-nya

menggunakan asam sialat yang berasal dari kolam endogenus.

6. PROTEIN LAIN

Beberapa protein gonococci yang konstan secara antigen memiliki kinerja

yang kurang jelas dalam patogenesisnya. Lip (H8) adalah protein yang

terdapat pada permukaan dimana heat- modifiable seperti Opa. Fbp (iron

binding protein), yang berat molekulnya sama dengan Por, tampak pada saat

persediaan besi terbatas, misalnya infeksi pada manusia. Gonococci

mengkolaborasi IgA1 protease yang memisah dan menonaktifkan IgA1,

sebagian besar selaput lendir immunoglobulin manusia. Meningococci,

Haemophilus influenzae dan Streptococcus pneumoniae mengelaborasi

protease IgA1 yang sama.

2.1.3 Infeksi yang Ditimbulkan Neisseria gonorrhoeae

8

Page 9: BAB I

Neisseria gonorrhoeae menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim,

rektum, tenggorokan, dan bagian putih mata (konjungtiva). Gonore bisa menyebar

melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian. Pada

wanita, gonore bisa menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam

pinggul sehingga timbul nyeri pinggul dan gangguan reproduksi.

Area infeksi Neisseria

Gonorhea merupakan penyakit infeksi yang menyerang lapisan epitel

(lapisan paling atas dari suatu jaringan), bila tidak diobati, infeksi ini akan

menyebar ke jaringan yang lebih dalam. Biasanya membentuk koloni di daerah

mukosa, orofaring, dan anogenital. Menghasilkan nanah yang akut yang mangarah

ke invasi jaringan; hal yang diikuti dengan inflamasi kronis dan fibrosis.

Pada pria, biasanya terjadi peradangan uretra (uretritis), nanah berwarna

kuning dan kental, disertai rasa sakit ketika kencing. Proses tersebut dapat

menyebar ke epididimis. Sebagian nanah pada infeksi yang tidak diobati, fibrosis

dan kadang-kadang mengarah ke urethral strictures. Infeksi uretral pada pria

dapat menjadi penyakit tanpa gejala. Pada wanita, infeksi primer terjadi di

9

Page 10: BAB I

endoserviks dan menyebar ke uretra dan vagina, meningkatkan sekresi cairan

yang mukopurulen. Ini kemudian dapat berkembang ke tuba uterina,

menyebabkan salpingitis, fibrosis dan obliterasi tuba. Ketidaksuburan (infertilitas)

terjadi pada 20% wanita dengan salpingitis karena gonococci. Cervicitis kronis

yang disebabkan oleh gonococci atau proctitis seringkali tanpa gejala.

Bakteremia yang disebabkan oleh gonococci mengarah pada lesi kulit

(terutama Papula dan Pustula yang hemoragis) yang terdapat pada tangan, lengan,

kaki dan tenosynovitis dan arthritis bernanah yang biasanya terjadi pada lutut,

pergelangan kaki dan tangan. Gonococci dapat dikultur dari darah atau cairan

sendi dari 30% pasien yang menderita arthritis yang disebabkan oleh gonococci.

Endocarditis yang disebabkan oleh gonococci kurang dikenal namun merupakan

infeksi yang cukup parah. Gonococci kadang-kadang menyebabkan meningitis

dan infeksi pada mata orang dewasa; penyakit tersebut memiliki manifestasi yang

sama dengan yang disebabkan oleh meningococci.

Opthalmia neonatorum yang disebabkan oleh gonococci, yaitu suatu infeksi

mata pada bayi yang baru lahir, didapat selama bayi berada di saluran lahir yang

terinfeksi. Conjunctivitis inisial dengan cepat dapat terjadi dan bila tidak diobati

dapat menimbulkan kebutaan. Untuk mencegah opthalmia neonatorum ini,

pemberian tetracycline atau erythromycin ke dalam kantung conjunctiva dari bayi

yang baru lahir banyak dilakukan di seluruh dunia.

Gonococci yang menyebabkan infeksi lokal biasanya sensitif terhadap

serum tetapi relatif resistan terhadap obat antimikroba. Sebaliknya, gonococci

yang masuk ke aliran darah dan meninibulkan infeksi yang luas biasanya resisten

terhadap serum tetapi mungkin cukup sensitif terhadap penicillin dan obat

antimikroba laitinya.

2.2 Diagnosis Laboratorium untuk Neisseria gonorrhoeae

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk

mendeteksi keberadaan Neisseria gonorrohoeae terdapat beberapa metode yang

bisa digunakan yaitu: microscopy, culture dan PCR. Tetapi berdasarkan pedoman

WHO kultur merupakan gold standart yang mungkin dilakukan untuk mendeteksi

10

Page 11: BAB I

keberadaan Neisseria gonorrohoeae. Berikut disajikan algoritma untuk kultur dan

identifikasi Neisseria gonorrohoeae :

Sumber: Lai-King Ng, PhD and Irene E Martin, BSc

Spesimen yang diambil untuk deteksi Neisseria gonorrhoeae diantaranya:

nanah dan sekresi diambil dari uretra, serviks, rektum, konjunctiva, tenggorokan,

atau cairan sinovial untuk dibuat kultur dan hapusan. Kultur darah diperlukan

pada penyakit sistemik, tetapi sistem kultur spesial sangat membantu, karena

gonococci dan meningococci sensitif terhadap polyanethol sulfonate pada media

11

Page 12: BAB I

kulsur darah. Berikut metode pengambilan sampel:

Sumber: Lai-King Ng, PhD and Irene E Martin, BSc

Smear : Smear dari urethra atau eksudat dari endoserviks yang diberi

pewarnaan gram akan menampakkan banyak diplokokus di dalam sel nanahnya.

Hal ini memberikan diagnosa yang mungkin dapat dipercaya. Smear eksudat dari

urethra pria yang telah diberi pewarnaan tersebut memiliki tingkat sensitivitas

90% dan spesifikasi 99%. Smear dari eksudat dari endocervical yang telah diberi

pewarnaan memiliki tingkat sensitivitas 50% dan tingkat spesifitas 95% ketika

diuji dengan mikroskop.

pengambilan dan penyimpanan spesimen

12

Page 13: BAB I

pewarnaan gram hasil smear uretra dan endoserviks

Kultur : Sesaat setelah pengumpulan spesimen, dipindahkan ke dalam media

selektif yang telah diperkaya seperti media Thayer-Martin yang telah dimodifikasi

- Public Health rep 1966; 81:559) dan diinkubasi pada atmosfir yang

mengandung 5% CO, pada.suhu 37oC selama 24-48 jam. Untuk menghambat flora

normal, media kultur mengandung antibiotik seperti vancomycin 3 g/mL untuk

menghambat bakteri gram positif kokus; colistin 7,5 g/mL untuk menghambat

bakteri gram negatif batang; amphotericin B1 g/mL; dan trimethroprim 3 g/mL

untuk mencegah swarming Proteus. Jika inkubasi tidak dapat segera dilakukan,

spesimen dimasukan ke dalam media transpor seperti stuart atau amies.

Neisseria gonorrhoeae pada agar coklat dan Media Thayer Martin

Pada hari ketiga diamati pada media Thayer Martin, koloni gonococci

berbentuk cembung, berkilau, meninggi dan sifatnya mukoid berdiameter 1-5 mm.

Koloni transparan atau pekat, tidak berpigmen atau putih. Terhadap koloni

tersangka yang ada pada MTM agar dilakukan :

13

Page 14: BAB I

1. Tes Oksidasi

Reagenoksidase (larutan tetra methyl para phenylen diamin

dihydrochlorida 0,5 - 1%) . Positif bila terjadi perubahan warna dari

bening menjadi ungu.

2. Pengecatan gram terhadap koloni yang oksidase positif

Berbentuk seperti biji kopi, tersusun berpasangan (diplococcic),

berwarna merah, sifat gram negative.

3. Penanaman pada media gula – gula CTA (Cystine-tryptic digest agar)

inkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam tanpa atau dengan CO2.

Pada hari keempat diamati hasilnya, dicocokan dengan tabel berikut:

Spesies Glukosa Maltosa Sukrosa

Neisseria meningitis + + -

Neisseria gonorrhoeae + - -

Sumber: Lai-King Ng, PhD and

Irene E Martin, BSc

4. Dilakukan juga tes Penicciinlase Producing Neisseria gonorrhoeae.

Tes tersebut untuk mengetahui apakah strain Neisseria gonorrhoeae

tersebut resisten terhadap penisilin apa tidak.

bn

tes oksidase

14

Page 15: BAB I

Cystine tryptic agar untuk uji fermentasi gula

Serologi: Serum dan cairan genital yang mengandung antibodi IgG dan 1gA

bekerja melawan pili gonococci, membran protein paling luar dan LPS. Beberapa

lgM dari serum manusia bersifat bakterisidal terhadap gonococci pada percobaan

in vitro. Pada individu yang terinfeksi, antibodi yang melawan pili gonococci dan

membran protein paling luar, dapat dideteksi dengan menggunakan tes

immunoblotting, pemeriksaan radioimmunoassay dan ELISA. Namun, tes-tes ini

tidak berguna untuk membantu suatu diagnosa, karena beberapa alasan berikut,

yaitu antigen dari gonococci bersifat heterogen; terjadinya penundaan

perkembangan antibodi pada infeksi akut; tingginya resistensi terhadap antibodi

pada populasi yang aktif melakukan hubungan seksual.

2.3 Pencegahan dan Pengobatan Infeksi Menular Seksual Neisseria

gonorrhoeae

Karena penggunaan penicillin yang sudah meluas, resistensi gonococci

terhadap penicillin juga meningkat, namun karena seleksi dari kromosom yang

bermutasi, maka banyak strain membutuhkan penicillin G dalam konsentrasi

tinggi yang dapat menghambat pertumbuhan gonococci tersebut (MIC > 2

g/mL). N. gonorrhea yang memproduksi penicillinase (PPNG, Penicillinase

Producing N gonorrhea) juga meningkat secara meluas. Resistensi terhadap

tetracycline (MIC > 2 g/mL) secara kromosomal sering ditemui, dengan 40%

atau lebih gonococci yang resisten pada tingkat ini. Tingkat resistensi yang tinggi

terhadap tetracycline (MIC > 32 g/mL) juga terjadi. Resistensi terhadap

spectinomycin seperti halnya resistensi terhadap antimikroba lain telah menjadi

15

Page 16: BAB I

perhatian. Karena adauya masalah resistensi N. gonorrhea terhadap antimikroba,

Pelayanan Kesehatan Masyarakat AS merekomendasikan untuk mengobati infeksi

genital yang bukan komplikasi dengan ceftriaxone 125 mg secara intramuskular

dengan dosis sekali pakai.

Minimal inhibitory concentration (MIC) ranges (mg/L) of Neisseri

gonorrhoeae reference strains.

//Antibiotic WHO B* WHO C* WHO F* ATCC 49226†

Penicillin 0.032–0.125 0.25–1.0 0.008–0.032 0.25–1.0

Spectinomycin 16.0–32.0 16.0–32.0 16.0–32.0 8.0–32.0

Tetracycline 0.125–0.25 0.5–1.0 0.25–0.5 0.25–1.0

Erythromycin 0.063–0.125 0.5–1.0 0.5–1.0 1.0–2.0

Ceftriaxone 0.002–0.008 0.008–0.032 0.00025–0.001 0.004–0.016

Ciprofloxacin 0.002–0.008 0.002–0.008 0.002–0.008 0.001–0.008

Cefixime 0.004–0.016 0.008–0.032 0.0005–0.002 0.004–0.032

Azithromycin 0.032–0.063 0.063–0.125 0.125–0.25 0.5–1.0*

*MICs for the World Health Organization (WHO) strains were determined using GC medium base (Difco, USA) supplemented with 1% Kellogg's defined supplement. Ranges established by the National Microbiology Laboratory in Winnipeg, Manitoba.

16

Page 17: BAB I

†Acceptable ranges of MICs as per National Committee for Clinical Laboratory Standards document M100-S13 (M7-A6), January 2003 . standar WHO A sangat sensitif quinolon, sensitif asam nalidiksat. resisten spektinomismn, WHO B, WHO C kontrol negatif 13 iaktamase, WHO D, WHO E kontrol positif β-laktamase.

PPNG pertama kali muncul pada tahun 1975. Strain gonococci yang resisten

terhadap penicillin ini muncul di banyak bagian dunia, dengan kejadian tertinggi

pada populasi khusus seperti 50% kasus yang terdapat di tempat prostitusi yang

ada di Filipina. Wilayah lain dengan tingkat kejadian tinggi adalah Singapura,

sebagian Gurun Sahara - Afrika, dan Miami- Florida. Fokus dari wabah penyakit

yang disebabkan oleh PPNG telah terjadi di banyak wilayah di Amerika Serikat

dan di tempat lain dan fokus endemik sedang dikembangkan.

Il-Minimum inhibitory concentrations (MIC)* for the 66 PPNG isolates

AntibioticConcentration (ug/ml) :% isolates inhibited

0,5 1,0 2,0 4,0 8,0 16,0 32,0 64,0 128,0 >128

Penisilin - - - - - - - 9 11 80

Ampicilin - - - - - - - 3 12 85

Tetrasiklin 32 27 21 20 - - - - - -

Streptomicin - - - - 19 71 6 - - -

Sumber : Jo-ANNE R. DILLON, MARIELLE PAUZ, and A. GORDON JESSAMINE.

Pada dasarnya pengobatan baru diberikan setelah diagnosa ditegakkan.

Fasilitas untuk menegakkan diagnosis penyebab secara pasti pada suatu daerah

kadang-kadang belum tersedia, sehingga diagnosis dengan mengandalkan tanda-

tanda klinis atau dengan pendekatan sindrom masih dipandang sangat efektif.

Obat-obat yang digunakan sebagai terapi tergantung beberapa faktor :

Pola resistensi menurut area geografi maupun sub populasi

Obat-obatan yang tersedia

Efektivitas yang dikaitkan dengan harga obat

Bila kemungkinan ada concomitant

Terapi uretritis gonore tanpa komplikasi :

17

Page 18: BAB I

Golongan Cephalosporin :

Cefixime 400 mg per oral

Ceftriaxone 250 mg im

Golongan Quinolone :

Ofloxacin 400 mg per oral

Ciprofloxacin 500 mg per oral

Spectinomycin : 2 gram

Kanamycin : 2 gram

Semua diberikan dalam dosis tunggal. Untuk Ciprofloxacin CDC

menganjurkan untuk tidak diberikan pada area geografi tertentu karena sudah

resisten seperti Inggris, Wales, Kanada sedangkan Asia, Kepulauan Pasifik,

California dilaporkan masih peka dan sensitif.

Terapi uretritis gonore dengan komplikasi :

- Ciprofloxacin : 500 mg per

hari selama 5 hari

- Ofloxacin : 400 mg per hari

selama 5 hari

- Ceftriaxone : 250 mg per hari

selama 3 hari

- Spectinomycin : 2 gram per

hari selama 3 hari

- Kanamycin : 2 gram per 3 hari.

Opthalmia neonatorum yang disebabkan oleh gonococci dapat dicegah

dengan penggunaan aplikasi lokal dari salep erythromycin opthalmic 0,5% atau

salep tetracycline 1% pada conjunctiva dari bayi yang baru lahir. Meskipun

instalasi dari solusi perak nitrat juga efektif dan merupakan metode klasik

mencegah infeksi opthalmia neonatorum. Perak nitrat sulit untuk disimpan dan

menyebabkan iritasi pada konjuntiva. Pemakaian perak nitrat telah diganti dengan

penggunaan salep erythromycin atau tetracycline.

Di Indonesia, infeksi gonore menempati urutan yang tertinggi dari semua

jenis PMS. Beberapa penelitian di Surabaya, Jakarta, dan Bandung terhadap WPS

menunjukkan bahwa prevalensi gonore berkisar antara 7,4%-50%.

Gonorrhea yang secara khusus ditularkan melalui hubungan seksual,

kebanyakan merupakan infeksi yang tanpa gejala. Tingkat infeksi dari organisme,

yang dilihat dari kemungkinan seseorang untuk mendapat infeksi dari. pasangan

18

Page 19: BAB I

seksualnya yang telah terinfeksi, mencapai 20 - 30% pada pria dan lebih besar lagi

pada wanita. Tingkat infeksi dapat dikurangi dengan menghindari berganti-ganti

pasangan, pemberanrasan gonorrhea dari individu yang terinfeksi (yang dapat

dilakukan dengan diagnosa dini dan pengobatan), serta temuan kasus-kasus dan

kontak-kontak melalui penyuluhan dan penyaringan populasi yang beresiko

tinggi. Mekanisme profilaksis (kondom) dapat menjadi perlindungan yang

parsial..

19

Page 20: BAB I

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KESIMPULAN

1. Neisseria gonorrhoeae termasuk bakteri gram negatif kokus berbentuk

diplokokus. Memiliki pili, POR, LOS, RMP, dan protein lain sebgai

antigennya. Patogenitasnya bakteri ini melekat pada sel epitel dengan pilinya

kemudian melakukan invasi ke jaringan dalam menyebabkan supurasi.

2. Diagnosis ditegakan dengan kultur pada media MTM, Chocolate agar.

Dengan spesimen pemeriksaan yang bisa diambil adalah nanah dan sekresi

diambil dari uretra, serviks, rektum, konjunctiva, tenggorokan, atau cairan

sinovial untuk dibuat kultur dan hapusan.

3. Pengobatan dilakukan dengan pemberian antibiotik dengan memperhatikan

pola PPNG yang telah diketahui agar pemberian antibiotik tepat dosis dan

tepat sasaran. Pencegahan dilakukan dengan menghindari perilaku seks bebas

dan menyimpang.

3.2 SARAN

1. Agar dilakukan studi pustaka yang lebih mendalam mengenai karakteristik,

identifikasi, dan pola resistensi PPNG pada Neisseria gonorrhoeae.

2. Memahami cara untuk mengidentifikasi Neisseria gonorrhoeae merupakan

hal yang penting dipelajari dan dipahami bagi tenaga medis khususnya analis

kesehatan dalam rangka mendukung program pemerintah dalam

pemberantasan infeksi menular seksual.

20

Page 21: BAB I

DAFTAR PUSTAKA

Brooks, Geo F.et.al. 2008. Jawetz,Melnick and Adelberg’s Medical Microbiology

23th Ed (Terjemahan). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG.

Gould, Dinah. Cristine Brooker. 2003. Applied Microbiology For Nurses

(Terjemahan). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG.

Jo-ANNE R. DILLON,et.al. 1981. Penicillinase-producing Neisseria

gonorrhoeae in Canada. [Jurnal Online PDF]. http://www. cma journal//.

Diunduh pada, 24 Maret 2013.

Kollar, Linda. Brian R. Shmaefsky. 2005. Gonorrhea. [E-book PDF Online].

http://www.BookFi.org. Diunduh pada, 12 Maret 2013.

Kurniati, Iis. Dan Asep Dermawan. 2012. Penuntun dan Jurnal Praktikum Media

dan Reagensia. Bandung: Poltekkes Bandung Jurusan Analis Kesehatan.

Ng, Lai-King. and Irene E Martin, BSc. 2005. The laboratory diagnosis of

Neisseria gonorrhoeae. [Online] http://www.ncbi.nlm.nih.gov /pmc/

articles/PMC2095009/. Diunduh pada, 24 Maret 2013.

Tapsall, John. 2001. Antimicrobial Resistance In Neisseria Gonorrhoeae. [Jurnal

WHO PDF Online]. http://www.who.int/drugresistance /Antimicrobial_

resistance_in_Neisseria_gonorrhoeae.pdf. Diunduh pada, 12 Maret 2013.

21