bab i
TRANSCRIPT
![Page 1: BAB I](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052121/54817410b479593b728b459d/html5/thumbnails/1.jpg)
TUGAS MATA KULIAH
KIMIA ORGANIK
ALKOHOL DAN SINTESISNYA SERTA SENYAWA YANG
BERHUBUNGAN
Oleh
KELOMPOK VI :
CICI NOVITA SARI 110405022
YUDHI MULAWALPEN 110405025
KHERLIYANDA FEBRIANI 110405026
MUTIARA MENDOPA 110405027
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
![Page 2: BAB I](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052121/54817410b479593b728b459d/html5/thumbnails/2.jpg)
KATA PENGANTAR
Puji syukur praktikan ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga kami selaku penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini
dengan baik dan tepat waktu.
Dalam kesempatan ini kami selaku penulis turut juga ingin mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu saya dalam penyusunan Laporan
ini. Pihak-pihak yang dimaksud antara lain adalah Dosen Pembimbing mata kuliah Kimia
Organik, Dra. Siwarni. MZ, MS.
Orang tua yang telah memberikan dukungan baik materil maupun spiritual. Rekan-
rekan mahasiswa seangkatan yang telah memberikan dukungan kepada kami untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari yang
diharapkan. Adapun kritik dan saran yang bersifat positif, akan penulis terima dengan
senang hati. Praktikan berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang
membacanya.
Medan, 2013
Penulis
![Page 3: BAB I](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052121/54817410b479593b728b459d/html5/thumbnails/3.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Alkohol adalah turunan hidroksil dari alkana R – H, maupun sebagai turunan alkil
dari air. Terdapat di alam terutama dalam bentuk ester. Merupakan senyawa yang banyak
penggunaannya, terutama sebagai pelarut senyawa organik, disamping itu pembuat
senyawa-senyawa organik yang lain. Berdasarkan cara pembuatan maupun reaksi-
reaksinya, alkohol merupakan senyawa hidroksida turunan dari alkana atau air (Besari,
1998).
Alkohol merupakan kelompok senyawa organik yang cukup populer dan rumus
molekulnya secara umum dapat dituliskan sebagai R-OH, dengan R- adalah gugus alkil dan
gugus hidroksil –OH sebagai gugus fungsi. Fenol mempunyai struktur yang hampir mirip
dengan alkohol tetapi gugus fungsinya melekat langsung pada cincin aromatik. Dan dengan
Ar- (sebagai aril) maka rumus umum fenol dituliskan Ar-OH (Fessenden, 1997).
Oleh karena itu, perlu kiranya mempelajari sifat-sifat dari alkohol tersebut. Selain itu,
hal yang melatarbelakangi penulisan makalah ini adalah untuk membahas reaksi
pembentukan alkohol, reagensia yang terlibat, mengetahui perbedaan alkohol dan senyawa
lain serta kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal lain yang melatarbelakangi
penulisan makalah ini adalah sebagai bahan pertanggungjawaban penulis atas tugas yang
diberikan.
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah praktikan untuk mengetahui sifat-sifat
alkohol, alkil halida, reagensia yang terlibat dalam sintesis alkohol, perbedaan alkohol dan
senyawa lainnya serta kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, untuk
melengkapi tugas yang telah diberikan.
![Page 4: BAB I](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052121/54817410b479593b728b459d/html5/thumbnails/4.jpg)
1.3 Manfaat Percobaan
Manfaat dari makalah ini adalah agar penulis dan pembaca dapat mengetahui sifat-sifat
alkohol, alkil halida, reagensia yang terlibat dalam sintesis alkohol, perbedaan alkohol dan
senyawa lainnya serta kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Agar penulis dapat
mempertanggungjawabkan tugas yang diberikan.
1.4 Perumusan Masalah
Masalah yang dirumuskan pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa saja sifat-sifat alkohol.
2. Bagaimana alkil halida dan reagensia lainnya dalam sintesis alkohol.
3. Apa perbedaan alkohol dan senyawa lainnya.
4. Apa saja klasifikasi dan aplikasi alkohol dalam kehidupan sehari-hari.
![Page 5: BAB I](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052121/54817410b479593b728b459d/html5/thumbnails/5.jpg)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sifat Fisik dan Kimia Alkohol
2.1.1. Sifat Fisik Alkohol
a. Alkohol monohidroksi suku rendah (jumlah atom karbon 1-4 ) berupa cairan
tidak berwarna dan dapat larut dalam air dengan segala perbandingan.
b. Kelarutan alkohol dalam air makin rendah bila rantai hidrokarbonnya makin
panjang.
c. Makin tinggi berat molekul alkohol, makin tinggi pula titik didih dan
viskositasnya.
d. Alkohol yang mengandung atom karbon lebih dari 12 berupa zat padat yang
tidak berwarna.
e. Alkohol suku rendah tidak mempunyai rasa, akan tetapi memberikan kesan panas
dalam mulut.
2.1.2. Sifat Kimia Alkohol
a. Oksidasi alkohol primer
Oksidasi alkohol primer dengan menggunakan natrium bikromat dan asam sulfat
akan menghasilkan suatu aldehida dan air.
b. Oksidasi alkohol sekunder
Oksidasi alkohol sekunder dengan menggunakan natrium bikromat dan asam
sulfat akan menghasilkan suatu keton dan air.
c. Oksidasi alkohol tersier
Oksidasi alkohol tersier oleh oksigen akan menghasilkan campuran asam
karboksilat, keton, karbondiokaida dan air.
d. Reaksi dengan natrium
Alkohol bereaksi dengan logam natrium menghasilkan suatu alkoksida. Hasil
samping berupa gas hidrogen.
![Page 6: BAB I](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052121/54817410b479593b728b459d/html5/thumbnails/6.jpg)
e. Reaksi dengan asam halida
Alkohol bereaksi dengan asam halida menghasilkan alkil halida dan air.
f. Esterifikasi
Alkohol bereaksi dengan asam karboksilat menghasilkan ester dan produk
samping berupa air. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi kesetimbangan
g. Dehidrasi alkohol
Dehidrasi alkohol dengan suatu asam sulfat akan menghasilkan alkena dan air.
2.2. Reaksi Substitusi Dan Eliminasi
2.2.1. Perbedaan Antara Mekanisme Eliminasi E1 Dan E2
E1
- membentuk karbokation
- karbokation memberi proton pada basa lalu terbentuk alkena
- basa merebut proton dari atom C (beta, C yang berdampingan dengan C+)
E2
- nukleofil langsung mengambil proton dari atom C (beta) pada atom C
gugus pergi
- tidak terjadi pembentukan karbokation
- pembentukan secara serempak
2.2.2. Perbandingan E1 dan E2
E1 terjadi pada:
- konsentrasi basa rendah
- dengan pelarut basa
- dengan substrat tersier dan beresonansi (alkil halida)
E2 terjadi pada:
- pada basa kuat dengan konsentrasi tinggi
Alkil halida+basa kuat+panas -> E2
Alkil halida+asam kuat+panas -> E1
Alkohol+asam kuat+panas -> E1
![Page 7: BAB I](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052121/54817410b479593b728b459d/html5/thumbnails/7.jpg)
2.2.3. Mekanisme substitusi SN1 dan SN2
a. Mekanisme SN1
Substitusi berlangsung dengan pembentukan karbokation lalu gugus pergi lepas.
b. Mekanisme SN2
Substitusi berlangsung dengan serentak, dibutuhkan kenukleofilan yang kuat untuk
mendorong gugus pergi lepas dari ikatan C induk.
2.3. Faktor Faktor Yang Mengatur Reaksi Eliminasi Dan Substitusi
a. Kebasaan
Kemampuan pereaksi dalam menerima proton dalam reaksi asam-basa (penting
untuk eliminasi). Semakin kuat basa reaksi eliminasi lebih disukai.
Urutan sifat kebasaan dari rendah ke kuat
I- Br- Cl- ROH. H2O. CN- OH- OR-
b. Kenukleofilan
Ukuran kemampuan pereaksi dalam memberikan elektron. Penting untuk substitusi.
Makin kuat nukleofil substitusi lebih terjadi.
Urutan kenukleofilan dari rendah ke kuat
H2O. ROH. Cl- Br- OH- OR- I- CN-
Catatan penting:
-Alkil halida primer: SN 2 lebih utama, E2 reaksi lambat
-Alkil halida sekunder: bisa semua reaksi; SN2 dan E2 (utama); SN1 dam E1
(sampingan)
-Alkil halida tersier: E2 utama, dengan basa kuat OH- dan OR- Sedangkan SN1 dan
E1 sampingan, dengam basa lemaj H2O dan ROH)
-Halida Alilik dan Benzilik: SN1 (dengan nukleofil lemah) dan SN2 (dengan
nukleofil agak kuat)
c. Sifat Pelarut
Pengaruh pelarut adalah pada kemampuan mensolvasi ion-ion, karbokation,
nukleofil atau basa, dan gugus-gugus pergi. Dilihat dari tetapan dielektrik.
![Page 8: BAB I](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052121/54817410b479593b728b459d/html5/thumbnails/8.jpg)
Pelarut polar -> SN1
Pelarut kurang polar -> SN2 dan E2
Semakin tinggi tetapan dielektrik semakin tinggi kepolaran semakin SN1 disukai.
d. Temperatur
Relatif mendukung reaksi eliminasi pada suhu tinggi. Reaksi eliminasi berlangsung
cepat pada suhu tinggi.
e. Pengaruh struktur+nukleofil
- alkil halida primer+nukleofil kuat -> reaksi yang mungkin terjadi SN2
- alkil halida sekunder+nukleofil kuat -> reaksi yang mungkin terjadi SN2
- alkil halida sekunder+nukleofil lemah SN1 (utama) dan E1 (sampingan)
f. Pengaruh struktur+kebasaan
- alkil halida sekunder+basa kuat -> reaksi yang mungkin terjadi E2
- alkil halida tersier+basa kuat -> reaksi yang mungkin terjadi E2
- alkil halida tersier+basa lemah -> reaksi yang mungkin terjadi SN1.
2.4. Alkil Halida Dan Reagensia Lain Dalam Sintesis Alkohol
2.4.1. Alkil Halida
Alkil halida adalah turunan hidrokarbon di mana satu atau lebih hidrogennya diganti
dengan halogen. Tiap-tiap hidrogen dalam hidrokarbon potensil digantikan dengan halogen,
bahkan ada senyawa hidrokarbon yang semua hidrogennya dapat diganti. Senyawa
terfluorinasi sempurna yang dikenal sebagai fluorokarbon, cukup menarik karena
kestabilannya pada suhu tinggi.
Alkil halida juga terjadi di alam, meskpiun lebih banyak terjadi dalam organisme air
laut daripada organisme air tawar. Halometana sederhana seperti CHCl3, CCl4, CBr4,
CH3I, dan CH3Cl adalah unsur pokok alga Hawai Aspagopsi taxiformis. Bahkan ada
senyawa alkil halida yang diisolasi dari organisme laut yang memperlihatkan aktivitas
biologis yang menarik. Sebagai contoh adalah plocamen B, suatu turunan
triklorosikloheksana yang diisolasi dari alga merah Plocamium violaceum, berpotensi
seperti DDT dalam aktivitas insentisidalnya melawan larva nyamuk.
![Page 9: BAB I](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052121/54817410b479593b728b459d/html5/thumbnails/9.jpg)
Kimiawan sering menggunakan RX sebagai notasi umum untuk organik halida, R
menyimbolkan suatu gugus alkil dan X untuk suatu halogen. Konfigurasi electron dalam
keadaan dasar halogen adalah sebagai berikut:
F : 1s22s22p5
Cl : 1s22s22p63s23p5
Br : 1s22s22p63s23p63d104s24p5
I : 1s22s22p63s23p63d104s24p64d105s25p5
Perlu dicatat bahwa halogen adalah atom-atom berelektrogenatif tinggi dan hanya
kekurangan satu elektron untuk mencapai konfigurasi gas mulia. Oleh itu halogen dapat
membentuk ikatan kovalen tunggal atau ionik yang stabil.
Ikatan antara gugus metil dengan fluor, klor, brom, dan ioda terbentuk oleh
tumpang tindih orbital sp3 dari karbon dengan orbital sp3 dari fluor, klor, brom, dan iod.
Kekuatan ikatan C-X menurun dari metil fluorida ke metil iodida. Hal ini mencerminkan
prinsip umum bahwa tumpang tindih orbital-orbital lebih efisien antara orbital-orbital yang
mempunyai bilangan kuantum utama yang sama, dan efisiensinya menurun dengan
meningkatnya perbedaan bilangan kuantum utama.
Perlu pula dicatat bahwa halogen adalah lebih elektronegatif daripada karbon,
sehingga ikatan C-X bersifat polar di mana karbon mengemban muatan posisif partial (δ+)
dan halogen muatan negatif partial (δ-).
![Page 10: BAB I](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052121/54817410b479593b728b459d/html5/thumbnails/10.jpg)
Dengan demikian kerapatan elektron pada halogen lebih tinggi daripada karbon.
2.4.1.1. Tata Nama Alkil Halida
Halida sederhana umumnya dinamai sebagai turunan hidrogen halida. Sistem
IUPAC menamai halida sebagai halo turunan hidrokarbon. Dalam nama umum, awalan n-,
sek- (s-), dan ter- (t-) secara berturut-turut menunjukkan normal, sekunder, dan tersier.
Dengan sistem IUPAC, penamaan semua senyawa yang hanya mengandung fungsi
univalensi dapat dinyatakan dengan awalan fungsi itu sendiri diikuti dengan nama
hidrokarbon induk; prinsip penomoran sekecil mungkin harus dipatuhi.
![Page 11: BAB I](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052121/54817410b479593b728b459d/html5/thumbnails/11.jpg)
Sering terjadi dalam penamaan umum, hidrokarbon dipandang sebagai gugus.
Istilah geminal (gem-) (latin geminus, kembar) dan vicinal (vic-) (latin vicinus,
tetangga) kadang digunakan untuk memperlihatkan posisi relatif substitutein sebagai
geminal untuk posisi 1,1 dan vicinal untuk posisi1,2.
2.3.1.2. Sifat Fisik Alkil Halida
Sifat fisik beberapa alkil halida disajikan dalam Tabel 6.1 berikut. Kebanyakan alkil
halida adalah cair; bromida, iodida, dan polihalida umumnya mempunyaikerapatan >1.
Alkil halida tidak larut dalam air, tetapi dapat saling melarutkan dengan hidrokarbon cair.
![Page 12: BAB I](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052121/54817410b479593b728b459d/html5/thumbnails/12.jpg)
2.4.1.3. Reaksi Alkil Halida
Alkil halida paling banyak ditemui sebagai zat antara dalam sintesis. Mereka
dengan mudah diubah ke dalam berbagai jenis senyawa lain, dan dapat diperoleh melalui
banyak cara. Reaksi alkil halida yang banyak itu dapat dikelompokkan dalam dua
kelompok, yaitu reaksi substitusi dan reaksi eliminasi. Dalam reaksi substitusi, halogen (X)
diganti dengan beberapa gugus lain (Z). Reaksi eliminasi melibatkan pelepasan HX, dan
hasilnya adalah suatu alkena. Banyak sekali modifikasi terhadap reaksi ini, tergantung pada
pereaksi yang digunakan.
Reaksi eliminasi melibatkan pelepasan HX, dan hasilnya adalah suatu alkena.
Banyak sekali modifikasi terhadap reaksi ini, tergantung pada pereaksi yang digunakan.
![Page 13: BAB I](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052121/54817410b479593b728b459d/html5/thumbnails/13.jpg)
2.4.2. Sintesis/Pembuatan Alkohol
Ada 2 reaksi yang dapat dipakai untuk membuat/mensintesis alkohol dari gugus
karbonil: reaksi adisi Grignard dan reaksi reduksi. Kita akan lihat satu per satu.
Reaksi adisi Grignard
Reagen grignard dibuat dengan cara mencampurkan logam magnesium dengan alkil
halida (atau haloalkana). Atom magnesium akan menempati posisi diantara gugus alkil dan
atom halogen (X) dengan rumus umum:
R-X + Mg → R-Mg-X
Pada contoh di bawah ini, digunakan bromin sebagai reagen grignard karena bromin
merupakan atom halogen yang biasa dipakai dalam pembuatan reagen grignard.
Mekanisme dari reagen Grignard yang bereaksi dengan sebuah karbonil
Sintesis dari formaldehida
Sintesis alkohol dari formaldehida dan reagen Grignard
Gambar diatas menunjukkan sintesis alkohol yang dihasilkan dari formaldehida dan reagen
Grignard. Alkohol yang dihasilkan berjenis alkohol primer.
![Page 14: BAB I](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052121/54817410b479593b728b459d/html5/thumbnails/14.jpg)
Sintesis dari aldehida
Sintesis alkohol dari aldehida dan reagen Grignard
Gambar diatas menunjukkan sintesis alkohol yang dihasilkan dari aldehida dan reagen
Grignard. Alkohol yang dihasilkan berjenis alkohol sekunder.
Sintesis dari keton
Sintesis alkohol dari aldehida dan reagen Grignard Gambar diatas menunjukkan
sintesis alkohol yang dihasilkan dari keton dan reagen Grignard. Alkohol yang dihasilkan
berjenis alkohol tersier.
Sintesis dari ester
Sintesis alkohol dari ester dengan reduksi
Gambar diatas menunjukkan sintesis alkohol dari ester dengan reaksi reduksi. Ester
dapat terhidrolisa menjadi alkohol dan asam karboksilat.
Sintesis dari asam karboksilat
Sintesis alkohol dari asam karboksilat dengan reaksi reduksi
Gambar diatas menunjukkan sintesis alkohol dari asam karboksilat dengan reaksi reduksi.
![Page 15: BAB I](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052121/54817410b479593b728b459d/html5/thumbnails/15.jpg)
2.5. Klasifikasi Dan Aplikasi Alkohol
Alkohol diklasifikasikan ke dalam 3 kelompok yaitu:
1. Alkohol primer, yaitu alkohol dengan gugus –OH yang terikat pada atom C primer.
Misal, methanol, etanol, n-propanol, n-butanol, dll.
CH3CH2CH2OH
n-propanol
2. Alkohol sekunder, yaitu alkohol dengan gugus –OH yang terikat pada atom C
sekunder. Misal 2-propanol (isopropyl alkohol).
CH3CHOH
CH3
2-propanol
3. Alkohol tersier, yaitu alkohol dengan gugus –OH yang terikat pada atom C tersier.
Misal 2-metil-2-propanol (ters-butil alkohol).
CH3
CH3COH
CH3
2-metil-2-propanol
(ters-butil alkohol)
Perbedaan masing-masing alkohol tersebut dapat ditunjukan dengan beberapa
pereaksi Lucas dan Kromat Anhidrat. Suatu senyawa yang mempunyai gugus fungsi
hidroksil yang sama dengan alkohol seperti fenol, dimana gugus fungsi tersebut melekat
pada suatu cincin aromatik (Ar-O = Ph-OH = C6H5 – OH) dalam banyak hal mempunyai
keasaman sifat yang besar, terutama sifat fisiknya. (Anonim, 2012).
Pada alkohol juga ada yang bersifat optis aktif yaitu dapat memutar atom atom
karbon asimetris (C kiral) yaitu keempat gugus yang terikat berbeda satu sama lain. Hal ini
akan menyebabkan adanya isomer optic dengan jumlah isomer adalah 2n2 dengan n adalah
jumlah atom yang asimetris (C*). Contoh alkohol yang bersifat optis aktif adalah 2-butanol
yang mempunyai 2 isomer optic yang satu sama lain adalah bayangan cermin. Pembuatan
alkohol secara alami yangumum adalah pembuatan methanol yang dapat disuling dari kayu
dan etanol dari hasil fermentasi dari disakarida (gula tebu) dengan ragi. (parappung, 1987)
![Page 16: BAB I](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052121/54817410b479593b728b459d/html5/thumbnails/16.jpg)
Penamaan alkohol dapat dilakuka dengan dua cara yaitu: nama trivial diberi nama
alkil alkohol (alkohol sebagai nama pokok dan rantai karbonnya sebagai gugus (subtituen).
Cara kedua berdasarkan nama sistermik, nama sistemik diberi akhiran –OL digunakan
dimana gugus –OH diberi nomor terkecil dari ujung rantai karbon dia terikat. Semua nama
alkohol adalah merupakan turunan methanol yang disebut karbinol.(Rasyid, 1989)
Alkohol berbobot molekul rendah larut dalam air, sedangkan alkil halide
padanannya tidak larut. Kelarutan dalam air ini langsung disebabkan oleh ikatan hydrogen
antara alkohol dengan air. (Fessenden, 1994)
Bagian hidrokarbon suatu alkohol besifat hidrofob, yakni menolak moekul-molekul
air. Makin panjang bagian hidrokarbon ini akan makin rndh kelarutannya dalam air. Bila
rantai karbon cukup panjang, sifat hidrofob ini akan mengalahkan sifat hidrofil gugus
hidroksil. (Fessenden, 1994)
Tidak seperti alkil halida, alkohol tak menjalani subsitusi dalam larutan netral atau
basa. Mengapa tidak? Alasannya ialah pada umumnya suatu gugus pergi haruslah basa
yang cukup lemah. Kita ketahui bahwa Cl-, Br-, dan I- merupakan gugus pergi yang baik
dan mudah digantikan dari dalam alkil halida. Ion-ion ini adalah basa yang sangat lemah.
Namun -OH, yang akan menjadi gugus pergi dari suati alkohol dalam larutan netral atau
basa adalah basa kuat dan kaenya merupaka gugus pergi yang sangat buruk. (Fessenden,
1994)
![Page 17: BAB I](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052121/54817410b479593b728b459d/html5/thumbnails/17.jpg)
BAB III
PEMBAHASAN
1. Hal-hal yang membedakan etanol dengan alkohol yang lain dimana etanol relatif aman
digunakan untu melarutkan berbagai senyawa organik yang tidak dapat larut dalam air,
hal ini disebabkan karena etanol memiliki sifat kepolaran yang tinggi. Selain itu, etanol
dapat larut dalam air dibandingkan butanol karena memiliki karbon C yang lebih pendek
dan dapat bereaksi dengan alkali seperti NaOH dibandingkan propanol dan butanol serta
alkohol lain yang memiliki rantai C lebih panjang atau rangkap.
2. Telah diketahui bahwa alkohol sekunder dan alkohol tersier terkadang mengalami
penataan ulang bila diolah dengan HX, Kebanyakan alkohol primer tidak, Maka di
simpulkan bahwa alkohol sekunder dan tersier bereaksi dengan hidrogen halida dengan
jalan SN1 (lewat karbokation), sedangkan alkohol primer bereaksi lewat jalan SN2
(pergeseran dari belakang).
Reaksi substitusi alkil halida dengan nukleofilik dapat terjadi oleh suatu jalir mekanisme
SN1 atau jalur SN2 . Metil halida, alkil halida primer dan sekunder terutama bereaksi
dengan jalur SN2, Laju reaksi SN2 meningkat dengan bertambahnya nukleofilitas
sepesis penyerang. Nukleofil yang lazim baiknya adalah OH-, -OR, dan-CN. Rintangan
yang meninkat disekitar karbon terhalogenkan mengurangi laju reaksi SN2. Alkil halida
tersier terlalu terintangi untuk menjalani reaksi dengan jalur SN2, namun dapat
menjalani reaksi dengan suatu jalur SN1 dengan suatu nuleofil seperti H2O atau ROH.
Metil halida dan alil halida primer samasekali tidak mengalami reaksi SN1;alkil halida
sekunder bereaksi lambat dengan jalur ini.
3. Perbedaan etanol dan fenol:
1. Hidrogen pada fenol bersifat asam dari pada etanol
2. Gugus –OH pada fenol terikat dengan cincin aromatik sedangkan pada alkoholterikat
pada atom karbon terbuka. Gugus OH pada aromatik sulit disubtitusi pada etanol bisa
disubtitusi.
3.Gugus –OH pada aromatik (fenol) sulit tersubtitusi dibandingkan gugus –OH pada
etanol.
![Page 18: BAB I](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052121/54817410b479593b728b459d/html5/thumbnails/18.jpg)
4.Pada uji kelarutan dalam air etanol larut dalam air sedangkan pada fenol tidak larut
dalam air.
4. Adapun dampak penggunaan etanol secara berlebihan antara lain akan menimbulkan
kerusakan hati, jantung, pangkreas dan peradangan lambung, otot syaraf, mengganggu
metabolisme tubuh, membuat cacat kelamin pada pria, impoten serta gangguan seks
lainnya. Selain itu dampaknya dapat menyebabkan mabuk, membuat korban sakit
kepala, mual, muntah serta nyeri pada bagian tubuh tertentu, berat badan naik, tekanan
darah tinggi, imunitas menurun, kanker, gangguan pernapasan. Dampak psikologisnya
menyebabkan gangguan daya ingat, orientasi, gangguan bahasa, perubahan kepribadian,
psikosis, psikiatrik, neurologis, reaksi yang katastropik, sidroma sundowner, dan
sindrom otak organik.
5. Reaksi substitusi nuleofilik adalah reaksi antara suatu alkil halida dan ion hidroksida,
bila alkil halida primer dipanasi dengan natrium hidroksida dalam air, terjadi reaksi
SN2. Sutu reaksi grignard memberikan suatu cara yang sangat baik untuk membuat
alkohol yaitu:
Dengan formaldehida menghasilkan suatu alkohol primer, dengan aldehida lain
menghasilkan sutu alkohol sekunder, dengan keton menghasilkann suatu alkohol tersier.
Misalnya sutu regensia yang menghasilkan alkohol primer yaitu etilena oksida, reaksi
antara regensia gringnard dan suatu suatu ester menghasilkan suatu alkohol tersier.
Selain itu alkohol dapat dibuat dari senyawa karbonil dengan reaksi reduksi, dimana
atom – ayom hidrogen ditambahkan kepada gugus karbonilnya. Misalnya reduksi suatu
keton dengan hidrogensasi katalitik atau dengan suatu hidrida logam menghasilkan suatu
alkohol sekunder. Bila suatu alkena diolah dengan air dan suatu asam kuat, yang
berperan sebagai katalis, unsur-unsur air mengadisi ikatan rangkap dalam suatu reaksi
hidrasi. Produknya adalah alkohol.kemudian reaksi alin yang digunakan untuk
mensitesis alkohol yaitu etanol dari peragian. Etanol yang digunakan dalam minuman
diperoleh dari peragiaan karbohidrat yang berkatalis enzim. Satu tipe enzim mengubah
karbohidrat ke glukosa, kemudian ke etanol, tipe yang
Lain menghasilkan cuka, dengan etanol sebagai zat perantara.
![Page 19: BAB I](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052121/54817410b479593b728b459d/html5/thumbnails/19.jpg)
Et2O
CH2-O-CH2
HBr+
6. Adapun cara membuat normal butanol dengan menggunakan reagensia etil bromida
melalui reaksi grignard. Adapun reaksi cara membuat normal butanol dari reagensia Etil
Bromida :
CH3CH2Br CH3 CH2 CH2 CH2OH
Reagensia Grignard
7. Adapun perbedaan halogenasi dan chlorinasi adalah Reaksi Halogenasi merupakan suatu
reaksi yang melibatkan gugus atau atom dari golongan halogen, yaitu golongan VII A,
F, Cl, Br, I-. Sedangkan reaksi klorinasi merupakan suatu reaksi yang hanya melibatkan
Cl- atau elektrofil klorin dalam reaksi tersebut.
Regensia yang digunakan untuk mengubah alkohol menjadi alkil halida, regensia
halogenasi lain disamping hidrogen halida, dapat digunakan untuk mengubah alkohol
menjadi alkil halida. Hanya ada dua regensia yaitu Tionil klorida (SOCl2) dan Fosforus
tribromida (PBr3)
Kedua regensia ini menjalani reaksi dengan alkohol untuk membentuk ester anorganik,
yaitu senyawa yang dihasilkan oleh reaksi antara alkohol dan asam mineral (seperti
HNO3 atau H2SO4).
8. Perbedaan antara Hidrogen Alilik, Hidrogen Vinilik dan Hidrogen Benzilik
Hidrogen Alilik : sebuah hidrogen yang berdekatan pada sebuah karbon yang
berikatan-rangkap
Hidrogen vinilik : sebuah hidrogen yang berikatan pada sebuah karbon yang
berikatan-rangkap
Hidrogen Benzilik : sebuah hidrogen yang berikatan pada sebuah cincin benzen
9. Perbedaan antara Dehidrohalogenasi dan Eliminasi
Dehidrohalogenasi merupakan suatu reaksi kimia yang menghasilkan hidrogen atau air
dengan melibatkan unsur-unsur halogen didalamnya, sedangkan reaksi eliminasi belum
tentu terjadi hidrolisis, karena reaksi eliminasi umumnya bersifat oksidasi sehingga
terjadi peningkatan pada bilangan oksidasi sehingga menghasilkan ikatan rangkap.
10. Cara membuat senyawa dibawah ini melalui 2-bromopropana, magnesium dan lainnya:
a. 2, 3 dimetil- 2 butanol
![Page 20: BAB I](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052121/54817410b479593b728b459d/html5/thumbnails/20.jpg)
Et2OH3O+
Et2OH3O+
Et2O
C3H7Br + Mg C3H7MgBr
C3H7MgBr + (CH3)2CHO C5H13CHO
b. 3 metil, 2 butanol
C5H7Br + Mg C3H7MgBr
C3H7MgBr + (CH2)2CHO C4H11CHO
11. Senyawa yang paling larut diantara :
a. Normal butil alkohol, isobutil alkohol, t-butil alkohol
Senyawa yang paling larut adalah Normal butil alkohol. Hal ini karena kelarutan
berkurang seiring dengan bertambahnya panjang rantai hidrokarbon dalam alkohol.
Meskipun n-butanol hanya sedikit larut, t-butil alkohol (CH3)3COH dapat larut dalam
air. Hal itu disebabkan oleh kurang hidrofobnya gugus t-butil dibandingkan dengan
gugus n-butil. Bertambah banyaknya gugus OH juga menaikkan hidrofilitas dan
kelarutan .
b. Dietil eter, tetrahidrofuran
Senyawa yang lebih cepat larut adalah tetrahidrofuran hal ini disebabkan karena
tetrahidrofuran mempunyai titik didih lebih tinggi dibandingkan dietil eter.
Tetrahidrofuran mempunyai titik didih 67 oC sedangkan dietil eter 35 oC.
c. 1-bromooktana, 1-oktena, 1-oktanol
Senyawa yang paling larut antara 1-bromooktana, 1-oktena, 1-oktanol adalah 1-
oktanol > 1-bromooktana > 1-oktena. Sebab pada senyawa hidrokarbon, jika suatu
senyawa memiliki ikatan rangkap, maka senyawa tersebut akan sukar larut
dibandingkan dengan ikatan tunggal. Sehingga senyawa 1-bromooktana lebih mudah
larut daripada 1-oktena. Sedangkan pada alkohol, memiliki titik didih lebih besar
dibandingkan senyawa hidrokarbon sehingga gugus alkohol lebih mudah larut
dibandingkan senyawa hidrokarbon.
d. Pentana, 1-pentanol, 3-pentanol, 1,5-pentanadiol
Senyawa yang paling larut ialah 1-pentanadiol. Hal ini karena gugus alkohol
mempunyai kelarutan lebih besar dari turunan senyawa hidrokarbon yaitu pentana.
Sedangkan jika dibandingkan dengan senyawa alkohol lainnya 1,5-pentanadiol lebih
![Page 21: BAB I](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052121/54817410b479593b728b459d/html5/thumbnails/21.jpg)
larut disebabkan karena 1-pentanadiol mempunyai lebih banyak gugus –OH
dibandingkan 1-pentanol dan 3-pentanol. Semakin banyak jumlah gugus –OH dan
percabangan pada alkohol semakin besar kelarutannya pada air.
12. Cara membedakan Reagensia Propanol, dimetil alkohol dan Isobutanol adalah untuk
membedakan reagensia yang tersedia kita dapat melihat melalui sifat – sifat fisika maupun
kimia yang dimilkinya. Selain itu juga dapat ditentukan melalui rumus kimia yang
dimilikinya melalui keterangan yang tersedia di wadah bahan seperti propanol mempunyai
rumus kimia (C3H7OH), dimetil alkohol (CH3)2OH, isobutanol (C4H9OH).
![Page 22: BAB I](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052121/54817410b479593b728b459d/html5/thumbnails/22.jpg)
BAB IV
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Alkohol adalah turunan hidroksil dari alkana R – H, maupun sebagai turunan alkil dari
air. Terdapat di alam terutama dalam bentuk ester. Merupakan senyawa yang banyak
penggunaannya, terutama sebagai pelarut senyawa organik, disamping itu pembuat
senyawa-senyawa organik yang lain. Berdasarkan cara pembuatan maupun reaksi-
reaksinya, alkohol merupakan senyawa hidroksida turunan dari alkana atau air Zat
antara karbokation biasanya menghasilkan campuran produk-produk subtitusi suatu
alkena dan juga produk penataan ulang.
2. Alkohol mengalami reaksi substitusi oleh adanya HX alkohol sekunder dan tersier
bereaksi dengan hidrogen halida dengan jalan SN1 (lewat karbokation), sedangkan
alkohol primer bereaksi lewat jalan SN2 (pergeseran dari belakang).
3. Urutan kesetabilan karbokation adalah tersier > skunder > primer > CH3
4. Suatu reaksi SN2 adalah reaksi serempak yang mengakibatkan konfigurasi invers
5. Alkohol besifat polar, dapat membentuk ikatan hidrogen antara molekul-molekulnya ,
alkohol dapat dibuat melalaui reaksi SN2 dari suatu alkil halida primer dengan OH -.
Alkohol mengalami reaksi subtitusi oleh adanya alkohol primer,alkohol skunder,dan
tersier.
6. Etanol merupakan senyawa alkohol primer dengan tingkat kepolaran yang tinggi
sehingga dapat melarutkan zat-zat yang tidak larut dalam air.
7. Etanol berdampak buruk bila digunakan secara berlebihan.
![Page 23: BAB I](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052121/54817410b479593b728b459d/html5/thumbnails/23.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
rr
Anonim. 2012. Ringkasan SN1, SN2, E1, E2 dan Reaksi Bersaingan. http://chemistry is my
life.org. Diakses 22 Maret 2013
Ami, Sulpahmi. 2012. Makalah Kimia Organik.http://makalah-kimia-organik-.amie.
blogspot.com. Diakses 22 Maret 2013
Fressenden dan Fressenden. 1986. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga
Pine, Stanley, dkk. 1988. Kimia Organik. Bandung : Institut Teknologi Bandung.