bab i
DESCRIPTION
anatomi esophagus, diafragma dan gasterserta penjelasan tentang hernia hiatal.TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pencernaan adalah sebuah proses metabolisme dimana suatu makhluk hidup
memproses sebuah zat dalam rangka untuk mengubah secara kimia atau mekanik sesuatu zat
menjadi nutrisi. Namun, jika proses ini terjadi perubahan maka akan terjadi gangguan
pencernaan termasuk hernia.
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui
defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan pada hernia
abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari bagian
muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan
isi hernia. Semua hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang
potensial pada dinding abdomen yang dicetuskan oleh peningkatan
tekanan intraabdomen yang berulang atau berkelanjutan.
Pada umumnya masyarakat hanya mengetahui 1 jenis hernia saja, yaitu Hernia
Inguinal yang sering terjadi pada laki-laki. Namun ternyata, ada jenis-jenis hernia lain yang
masih jarang diketahui oleh masyarakat umum. Salah satunya adalah Hernia Hiatal atau
Hiatus. Hernia hiatal diartikan sebagai penonjolan bagian lambung ke dalam cavum thoraks
melalui hiatus esophagus pada diafragma. Selanjutnya penjelasan lebih lanjut tentang hernia
dan hiatal akan dibahas pada bab selanjutnya.
I.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi esophagus, diafragma, dan gaster?
2. Apa yang dimaksud dengan Hernia Hiatal?
I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana anatomi esophagus, diafragma dang aster.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Hernia Hiatal dan bagaimana
anatominya?
1 | “HERNIA HIATAL”
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Anatomi Fisiologi Esophagus, Diafragma, dan Gaster
A. Esophagus
Esofagus merupakan sebuah saluran berupa tabung berotot yang
menghubungkan dan menyalurkan makanan dari rongga mulut ke lambung. Dari
perjalanannya dari faring menuju gaster, esofagus melalui tiga kompartemen dan
dibagi berdasarkan kompartemen tersebut, yaitu :
1. Leher ( pars servikalis ), sepanjang 5 cm dan berjalan di antara trakea dan
kolumna vertebralis.
2. Dada ( pars thorakalis ) , setinggi manubrium sterni berada di mediastinum
posterior mulai di belakang lengkung aorta dan bronkus cabang utama kiri,
lalu membelok ke kanan bawah di samping kanan depan aorta thorakalis
bawah.
3. Abdomen ( pars abdominalis ) , masuk ke rongga perut melalui hiatus esofagus
dari diafragma dan berakhir di kardia lambung, panjang berkisar 2-4 cm
Otot esofagus 1/3 atas adalah otot serat lintang yang berhubungan erat dengan
otot-otot faring, sedangkan 2/3 bawah adalah otot polos (otot sirkular dan otot
longitudinal). Esofagus menyempit pada tiga tempat :
1. Bersifat sfingter (sfingter faringoesofageal), setinggi tulang rawan krikoid
pada batas antara faring dan esofagus (peralihan otot serat lintang -otot polos).
2. Di rongga dada bagian tengah akibat tertekan langsung aorta dan bronkus
utama kiri, tidak bersifat sfingter.
3. Di hiatus esofagus diafragma yaitu tempat hiatus esofagus berakhir di kardia
lambung, murni bersifat sfingter (sfingter gastroesofageal).
Pada orang dewasa, panjang esofagus apabila diukur dari incivus superior ke
otot krikofaringeus sekitar 15-20 cm, ke arkus aorta 20-25 cm, ke v. pulmonalis
inferior, 30-35 cm, dan ke kardioesofagus joint kurang lebih 40-45 cm. Bagian atas
2 | “HERNIA HIATAL”
esofagus yang berada di leher dan rongga dada mendapat darah dari arteri thiroidea
inferior beberapa cabang dari arteri bronkialis dan beberapa arteri kecil dari aorta.
Esofagus di hiatus esofagus dan rongga perut mendapat darah dari arteri phrenica
inferior sinistra dan cabang arteri gastrika sinistra.
Pembuluh vena dimulai sebagai pleksus di submukosal esofagus. Di esofagus
bagian atas dan tengah, aliran vena dari plexus esofagus berjalan melalui vena
esofagus ke vena azigos dan vena hemiazigos untuk kemudian masuk ke vena kava
superior. Di esofagus bagian bawah, semua pembuluh vena masuk ke dalam vena
koronaria, yaitu cabang vena porta sehingga terjadi hubungan langsung antara
sirkulasi vena porta dan sirkulasi vena esofagus bagian bawah melalui vena lambung
tersebut.
Pembuluh limfe esofagus membentuk pleksus di dalam mukosa, submukosa,
lapisan otot dan tunika adventitia. Di bagian sepertiga kranial, pembuluh ini berjalan
seara longitudinal bersama dengan pembuluh limfe dari faring ke kelenjar di leher
sedangkan dari bagian dua per tiga kaudal dialirkan ke kelenjar seliakus, seperti
pembuluh limfe dari lambung. Duktus thorakikus berjalan di depan tulang belakang.
Esofagus dipersarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis. Nervus vagus
bersifat saraf parasimpatis bagi esofagus, meskipun di bawah leher nervus vagus
membawa gabungan saraf simpatis dan parasimpatis. Esofagus pars servikalis
dipersarafi oleh nervus laringeus rekuren yang berasal dari nervus vagus. Cabang
nervus.vagus dan nervus laringeus rekurens kiri mempersarafi esofagus thorakalis
atas. Nervus vagus kiri dan kanan berjalinan dengan serabut simpatis membentuk
pleksus esofagus. Persarafan simpatis berasal dari ganglion servikal superior rantai
simpatis, nervus splanikus mayor, pleksus aortik thorasikus dan ganglion seliakus.
Secara histologis dinding esofagus terdiri atas 4 lapis, yaitu: membran mukosa
(tunika mukosa); submukosa; muskularis eksterna dan tunika adventisia. Tidak
adanya tunika serosa menyebabkan keganasan pada esofagus lebih cepat menyebar
serta membuat anastomosis dan perbaikan dengan pembedahan menjadi lebih sulit.
Fungsi dasar esofagus adalah membawa material yang ditelan dari faring ke
lambung. Yang kedua, refluks gastrik ke esofagus dicegah oleh sfingter bawah
esofagus dan masuknya udara ke esofagus pada saat inspirasi dicegah oleh sfingter
3 | “HERNIA HIATAL”
atas esofagus, sfingter atas normalnya selalu tertutup akibat kontraksi tonik otot
krikofaringeus.
Ketika makanan mencapai esofagus, makanan akan didorong ke lambung oleh
gerakan peristaltik. Kekuatan kontraksi peristaltik tergantung kepada besarnya bolus
makanan yang masuk ke esofagus. Gerakan peristaltik esofagus terdiri dari gerakan
peristaltik primer dan gerakan peristaltik sekunder. Gerak peristaltik primer adalah
gerak peristaltik yang merupakan lanjutan dari gerakan peristaltik pada faring yang
menyebar ke esofagus. Gerakan ini berlangsung dengan kecepatan 3-4 cm/ detik, dan
membutuhkan waktu 8-9 detik untuk mendorong makanan ke lambung. Gerakan
peristaltik sekunder terjadi oleh adanya makanan dalam esofagus. Sesudah gerakan
peristaltik primer dan masih ada makanan pada esofagus yang merangsang reseptor
regang pada esofagus, maka akan terjadi gelombang peristaltik sekunder. Gelombang
peristaltik sekunder berakhir setelah semua makanan meninggalkan esofagus.
Esofagus dipisahkan dari rongga mulut oleh sfingter esofagus proksimal atau sfingter
atas esofagus (upper esopaheal spinchter/ UES), dan dipisahkan dengan lambung oleh
sfingter esofagus distal atau sfingter bawah esofagus (lower esophageal spinchter/
LES). Sfingter esofagus proksimal terdiri dari otot rangka dan diatur oleh nervus
vagus. Tonus dari otot ini dipertahankan oleh impuls yang berasal dari neuron post
ganglion nervus vagus yang menghasilkan asetilkolin.
Sfingter esofagus distal yang terletal 2-5 cm di atas hubungan antara esofagus
dan lambung merupakan otot polos. Secara anatomis, strukturnya tidak berbeda
dengan esofagus tetapi secara fisiologis berbeda oleh karena dalam keadaan normal
sfingter selalu konstriksi.
B. Diafragma
Diafragma adalah otot yang berbentuk kubah yang tertutup di atasnya
(berbentuk cembung) dan membatasi rongga dada dari bawah (berbentuk cekung)
rongga perut. Sedangkan Bagian tengahnya adalah fasia atau tendon, disebut pusat
frenikus, sekitar bagian otot.
Bagian Bagian Diafragma
1. Pars sternalis : berorigo pada bagian belakang processus xyphoideus.
4 | “HERNIA HIATAL”
2. Pars costalis : yang berorigo pada permukaan dalam rawan costa VII - X dan costa
XI - XII.
3. 3. Pars lumbalis : dibagi menjadi dua : 1. arcus lumbo-costalis lateral dan medial,
2. crura diaphragmatica dextra dan sinistra.
Lubang-Lubang Pada Diaphragma
• Hiatus aortae: Dilewati aorta, vena azygos dan ductus thoracicus.
• Hiatus oesophagii Dilewati nervus vagus dan oesophagus.
• Foramen venae cavae Dilewati vena cava inferior dan nervus phrenicus dextra .
Lubang kecil diafragma
• Pada crura dextra yang dilalui oleh nervus sphlanchnicus major dan minor dextra.
• Tiga lubang kecil pada crura sinistra yang dilalui oleh nervus sphlanchnicus major
dan minor sinistra dan vena hemiazygos.
• Arcus lumbocostarum medialis yang dilalui oleh truncus sympathicus.
• Trigonum sternocostalis Larry (foramen Morgagni) dilalui oleh arteri epigastrica
superior serta pembuluh lymphe
• Pada pars costalis bagian kiri yang dilewati oleh nervus phrenicus sinistra.
Vascularisasi pada diafragma disuplai oleh arteri musculophrenica dan arteri
pericardiacophrenica. Bagian perifer diaphragma memperoleh persyarafan dari nervus
intercostales, bagian tengah dari nervus phrenicus.
Aliran Lymphe
• Anterior: menerima lymphe dari konveksitas hepar serta dari diaphragma bagian
anterior dan meneruskan aliran lymphenya ke lnn. sternales
• Medial : menerima aliran lymphe dari bagian tengah diaphragma dan juga
konveksitas hepar serta meneruskan lymphe ke lymphonodi mediastinalis
posterior.
• Posterior : terletak dorsal dari crura diaphragmatica dan meneruskan lymphe ke
lymphonodi mediastinalis posterior.
5 | “HERNIA HIATAL”
C. Gaster
Lambung merupakan suatu organ yang terletak antara esophagus dengan
duodenum, terletak pada region epigastrium dan merupakan organ intraperitonel.
Berbentuk menyerupai huruf J dan terdiri dari fundus, corpus dan pylorus. Memiliki
2 buah permukaan yaitu permukan anterior dan posterior serta memiliki 2 buah
kurvatura yaitu mayor dan minor. Lambung memiliki dua buah orifisium yaitu
orifisium kardia dan pilori.
Permukaan anterior lambung berhubungan dengan diafragma, lobus kiri dari
hepar serta dinding anterior abdomen. Permukaan posterior berbatasan dengan aorta,
pancreas, limpa, ginjal kiri, kelenjar supra renal serta mesokolon transversum. Suplai
pembuluh darah berasal dari beberapa arteri utama yaitu:
1. Arteri Gastrika kiri, cabang aksis coeliacus berjalan sepanjang kurvatura
minor.
2. A.Gastrika kanan, cabang arteri hepatica, beranastomose dengan arteri
gastrika kiri.
3. A.Gastroepiploika kanan, cabang arteri gastroduodenal yang merupakan
cabang arteri hepatica, memperdarahi lambung yang berjalan pada kurvatura
mayor.
4. A.Gastroepiploika kiri, cabang arteri lienalis dan beranastomosis dengan arteri
gastroepploika kanan.
5. Pada fundus terdapat arteri gastrika brevis, cabang dari arteri lienalis.
Aliran vena lambung mengikuti nama dari arteri arteri yang memperdarahi
lambung dan aliran vena lambung akan menuju ke vena porta. Aliran limfe lambung
juga mengikuti daerah daerah yang diperdarahi arteri arteri lambung. Pada daerah
yang diperdarahi cabang arteri lienalis maka aliran limfe akan bermuara ke hilus
lienalis, sedangkan pada sepanjang arteri gastrika kiri akan bermuara ke limfe sekitar
aksis coeliakus. Daerah kurvatura mayor akan bermuara ke limfe nodus subpilorik
yang selanjutnya bermuara ke limfe nodus coeliacus.
Lambung mendapatkan innervasi dari nervus vagus, baik nervus vagus
anterior dan posterior masuk kedalam cavum abdominalis melalui hiatus esophagus.
6 | “HERNIA HIATAL”
Vagus anterior akan menginervasi bagian lambung di sepanjang kurvatura minor dan
permukaan anterior lambung. Sedangkan vagus posterior akan menginervasi
permukaan posterior .
Secara histologi, lambung terdiri atas 5 lapisan,yaitu: mukosa, submukosa,
muskularis, subserosa & serosa. Pada cardia terdapat kelenjar yang menghasilkan
musin/lendir. Fundus dan corpus merupakan 4/5 dari permukaan lambung memiliki 3
macam sel, yaitu:
- Sel musin yang menghasilkan lendir, terutama terletak di bagian atas
- Sel utama menghasilkan pepsinogen
- Sel parietal menghasilkan HCl dan faktor intrinsik Castle. Jika bercampur dengan
faktor ekstrinsik akan membentuk vitamin B12 (faktor antianemia).
Juga ditemukan sel argentafin yang tersebar, yaitu sel yang dapat dipulas dengan
perak dan mempunyai fungsi endokrin.
1. Mukosa , lapisan dalam lambung tersusun dari lipatan-lipatan longitudinal
yang disebut rugae, sehingga dapat berdistensi waktu diisi makanan.
2. Submukosa , jaringan areolar yang menghubungkan lapisan mukosa dan
muskularis bergerak bersama gerakan peristaltik mengandung pleksus saraf,
pembuluh darah dan saluran limfe.
3. Muskularis, tiga lapis otot polos: lapisan longitudinal (luar), lapisan sirkular
(tengah) & lapisan oblik (dalam) memecahkan, mengaduk & mencampur
dengan cairan lambung, dan mendorongnya ke arah duodenum.
4. Serosa/Subserosa, merupakan bagian dari peritoneum viseralis. Dua lapisan
peritoneum viseralis menyatu pada kurvatura minor lambung dan duodenum
dan memanjang ke arah hati, membentuk omentum minus.
Fungsi lambung sebagai berikut :
A. Fungsi motorik :
1. Fungsi Reservoir : Menyimpan makanan.
2. Fungsi Mencampur : Memecahkan menjadi pertikel kecil dan mencampurnya
dengan getah lambung melalui kontraksi otot yang mengelilingi lambung.
7 | “HERNIA HIATAL”
3. Fungsi Pengosongan: Pengosongan diatur oleh faktor saraf dan hormonal.
B. Fungsi pencernaan dan sekresi :
1. Pencernaan protein oleh pepsin dan HCL dimulai dari lambung.
2. Sintesis & skresi gastrin dipengaruhi oleh protein yang dimakan, peregangan
antrum, alkalinisasi antrum dan rangsangan vagus.
3. Sekresi faktor intrinsik → absorpsi vitamin B12 dari usus halus bagian distal.
4. Sekresi mukus → Melindungi lambung & sebagai pelumas.
II.2 Hernia Hiatal
8 | “HERNIA HIATAL”
Hernia hiatus atau hernia hiatal didefinisikan sebagai herniasi bagian lambung ke
dalam dada melalui hiatus esofagus diafragma. Pada hernia hiatus, pemisahan krura
diafragma dan melebarnya ruang antara krura otot dan dinding esophagus menyebabkan
segmen lambung yang membesar menonjol diatas diafragma. Hernia hiatus paling sering
terjadi pada orang setengah baya, mungkin karena melemahnya otot diafragma sekitar hiatus
esophagus.
Dikenal adanya dua pola anatomic pada hernia hiatal yaitu hernia aksial (sliding
hernia) dan hernia nonaksial atau hernia paraesofagus.
9 | “HERNIA HIATAL”
Hernia slidding (hernia hiatus direck) membentuk 95 persen kasus, penonjolan
lambung di atas diafragma menyebabkan dilatasi berbentuk lonceng yang bagian bawahnya
dibatasi oleh penyempitan diafragma. hernia aksial ini ditandai dengan perbatasan lambung-
esofagus yang tergeser ke dalam rongga toraks, terutama bila penderita berada dalam posisi
berbaring. Kompetensi sfingter esofagus bagian bawah dapat rusak dan menyebabkan
terjadinya esofahitis refluks. Kelainan ini sering bersifat asintomatik dan ditemukan secara
kebetulan sewaktu pemeriksaan untuk mencari penyebab berbagai gangguan epigastrium,
atau pada pemeriksaan rutin dengan radiografi saluran gastrointestinal.
Pada hernia paraesofagus (rolling), bagian lambung tersendiri, biasanya kurvatura
mayor, masuk ke toraks foramen yang melebar. Pada hernia ini ditandai dengan bagian
fundus lambung menggulung melewati hiatus, dan perbatasan gastro-esofagus tetap di bawah
diafragma. Tidak dijumpai adanya isufisiensi mekanisme sfingter esofagus bagian bawah,
dan akibatnya tidak terjadi esofagitis refluks. Penyulit utama hhernia para-esofageal adalah
strangulasi.
Penyebab kelainan anatomi ini tidak diketahui. Namun diperkirakan bahwa hernia
hiatus disebabkan oleh lubang hiatus esophagus yang lebih besar dari normalnya, sebagai
akibat dari pembukaan besar, bagian dari perut "slip" ke dada. Faktor-faktor yang berpotensi
memberikan kontribusi lainnya meliputi:
10 | “HERNIA HIATAL”
1. Pemendekan permanen dari kerongkongan (mungkin disebabkan oleh peradangan dan
jaringan parut dari refluks atau regurgitasi asam lambung) yang menarik perut ke atas.
2. Lampiran abnormal longgar kerongkongan ke diafragma yang memungkinkan
kerongkongan dan perut untuk menyelinap ke atas.
Faktor Resiko yang dapat memicu terjadinya hernia hiatal ada beberapa yaitu :
Kongenital kelemahan pada otot diafragma yang melewati kerongkongan ke
pengosongan perut.
Kerusakan yang dapat menyebabkan tekanan yang luar biasa untuk merobek perut
dari beberapa bagian diafragma.
Sembelit kronis dan kelelahan saat melakukan gerakan usus.
Obesitas.
Kehamilan.
Konstan kelelahan atau menarik otot-otot perut saat mengangkat.
Merokok.
Berusia di atas 50 tahun.
Hernia hiatus yang kecil biasanya tidak menimbulkan gejala, gejala akan timbul jika
hernia hiatus yang terjadi besar. Gejala yang timbul berupa rasa panas dan nyeri pada dada
yang diakibatkan karena regurgitasi asam lambung. Hernia hiatus sering terjadi pada usia di
atas 50 tahun. Pada bayi dan anak – anak biasanya disebabkan karena cacat bawaan yang
gejalanya berupa muntah tersedak.
Berdasarkan pemeriksaan radiografik, hernia hiatus dilaporkan pada 1% sampai 20%
orang dewasa, dengan insidensi meningkat seiring usia. Namun, hanya sekitar 9% heart burn
(rasa nyeri seperti terbakar pada retrosternum), atau regurgitasi getah lambung ke dalam
mulut. Gejala ini lebih sering disebabkan oleh inkompetensi sfingter esophagus bawah
daripada hernia hiatus dan diperparah oleh posisi yang memudahkan refluks (membungkuk,
berbaring terlentang) dan kegemukan. Walaupun sebagian besar pasien dengan hernia hiatus
sliding tidak mengalami esophagitis refluks, mereka yang mengalami esophagitis refluks
besar kemungkinannya mengidap hernia hiatus sliding. Penyulit lain yang mengenai kedua
jenis hernia hiatus ini adalah ulserasi, perdarahan, bahkan perforasi mukosa. Mukosa
paraesofagus jarang memicu refluks tetapi dapat mengalami strangulasi atau obstruksi.
11 | “HERNIA HIATAL”
Diagnosis hernia hiatus sliding dan rolling ditegakkan melalui pemeriksaan radiogram
atau endoskopi. Pertanyaan klinis yang penting adalah apakah terjadi refluks esofagus, karena
keadaan ini menyebabkan terjadinya hal-hal yang serius yaitu, esofagitis disertai tukak dan
striktur, asma, dan pneumonia aspirasi. Pematauan pH esofagus secara terus menerus
menggunakan pH meter kecil akan sangat bermanfaat dalam menunjukan refluks dan
mengaitkan refluks tersebut dengan gejala yang timbul.
Pengobatan hernia hiatus sliding terutama ditujukan untuk mencegah refluks,
menetralkan bahan refluks, dan melindungi mukosa esofagus. Paasien dianjurkan utnuk
makan makanan adalam jumlah sedikit dalam frekwensi sering dan ditambah dengan antasit.
Obat penghambat H2 ( misalnya ranitidin) dan obat protektif (sukralfat) dapat membantu.
Apabila penderita memiliki berat badan yang berlebihan, anjurkan agar berat badannya
diturunkan. Obat penghambaat saluran kalsium dan anti kolinergik tidak boleh diberikan
karena akan menghambat pengsongan lambung dan relaksasi esofagus bagian bawah.
Metoklopramit (suatu derifat prokainamid) meningkatkan tonus esofagus bagian bawah dan
berguna untuk mengobati beebrapa kasus refluks tertentu. Omefrazol (suatu obat yang
menekan seksresi asam lambung) dapat diberikan kepada pasien yang resisten. Penggunaan
nikoton harus dihindari karena memiliki efek menurunkan tonus. Penderita sebaiknya
mnghindari gerakan membungkuk, terutama setelah makan. Bagian kepala tempat tidur
sebaiknya selallu lebih tinggi sewaktu penderita tidur untuk mencegah terjadinya refluks.
Pembedahan diindikasikan apabila pengobatan tidak memberi hasil dan bila terdapat bukti-
bukti menetapnya esofagitis refluks atau pembentukan striktur.
BAB III
PENUTUP
12 | “HERNIA HIATAL”
III.1 Kesimpulan
Hernia hiatus atau hernia hiatal didefinisikan sebagai herniasi bagian lambung ke
dalam dada melalui hiatus esofagus diafragma. Terdapat dua pola anatomi pada hernia hiatal
yaitu hernia aksial (sliding hernia) dan hernia nonaksial atau hernia paraesofagus. Penyebab
dari kelainan ini belum diketahui, namun ada beberapa factor resiko yang dapat
mempengaruhi terjadinya hernia hiatal. Hernia hiatus yang kecil biasanya tidak menimbulkan
gejala, gejala akan timbul jika hernia hiatus yang terjadi besar.
DAFTAR PUSTAKA
13 | “HERNIA HIATAL”
ArtikelBedah. (2011) Esophagus, Anatomi dan Fisiologi http://ilmubedah.info/esofagus-
anatomi-dan-fisiologi-20110215.html Diakses tanggal 4 Januari 2013.
ArtikelBedah. (2011) Gaster, Lambung, Anatomi Fisiologi http://ilmubedah.info/gaster-
lambung-anatomi-fisiologi-20110215.html Diakses tanggal 4 Januari 2013.
Guyton, Arthur C, & John E, Hall. (2007) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.Jakarta :
EGC.
http://faqudin.staff.umm.ac.id/files/2010/01/Kuliah-Situs-Thoracis.pdf
Khan, Ali, Nawas. (2011) Hiatal Hernia Imaging.
http://emedicine.medscape.com/article/369510-overview.html. Diakses tanggal 10
Januari 2013.
Moore, Keith, L., & Agur, Anne, M., R.. (2002) Anatomi Klinis Dasar. Jakarta : Hipokrates.
Price, Sylvia Anderson, & Wilson Lorraine McCarty.(2005) Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit Vol. 1. Jakarta : EGC
Robbins, Stanley L., dkk. (2007) Buku Ajar Patologi Edisi 7 Volume 2, Jakarta : EGC
.
14 | “HERNIA HIATAL”