bab i - 4f1l.files.wordpress.com  · web viewmempelajari batas-batas yang dijadikan lokasi ......

69
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya alam hayati didefinisikan sebagai unsur-unsur di alam yang terdiri dari sumber-sumber alam nabati dan hewani yang bersama dengan unsur non hayati di sekitarnya secara keseluruhan membentuk suatu ekosistem (Poolock, 1991). Salah satu bentuk-bentuk sumberdaya alam adalah kekayaan hutan yang dimiliki bangsa Indonesia. Pengelolaan sumberdaya hutan bertujuan untuk mendapatkan manfaat-manfaat penting dari hutan, diantaranya sebagai penghasil kayu dan vegetasi lainnya, satwa liar, tempat rekreasi, mencegah banjir dan erosi, mempertahankan kesuburan tanah, dan mengatur kondisi iklim dan lingkungan hidup (Worrel, 1970). Hutan mempunyai banyak manfaat (multiple use) yang merupakan karakteristik sumberdaya alam yang berbeda dengan sumberdaya alam lainnya, sebab selain sebagai

Upload: lydung

Post on 06-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I - 4f1l.files.wordpress.com  · Web viewMempelajari batas-batas yang dijadikan lokasi ... Intervensi dan Adaptasi Budidaya dalam Ameliorasi Lahan Rawa ... Nas. Ilmu Tanah I,

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumberdaya alam hayati didefinisikan sebagai unsur-unsur di alam yang

terdiri dari sumber-sumber alam nabati dan hewani yang bersama dengan unsur

non hayati di sekitarnya secara keseluruhan membentuk suatu ekosistem

(Poolock, 1991). Salah satu bentuk-bentuk sumberdaya alam adalah kekayaan

hutan yang dimiliki bangsa Indonesia.

Pengelolaan sumberdaya hutan bertujuan untuk mendapatkan manfaat-

manfaat penting dari hutan, diantaranya sebagai penghasil kayu dan vegetasi

lainnya, satwa liar, tempat rekreasi, mencegah banjir dan erosi, mempertahankan

kesuburan tanah, dan mengatur kondisi iklim dan lingkungan hidup (Worrel,

1970).

Hutan mempunyai banyak manfaat (multiple use) yang merupakan

karakteristik sumberdaya alam yang berbeda dengan sumberdaya alam lainnya,

sebab selain sebagai produksi kayu, hutan juga mempunyai berbagai fungsi

penting lainnya, sehingga dalam pengambilan keputusan mengenai macam

penggunaan hutan, perlu diperhatikan bahwa tidak semua hutan cocok untuk

semua bentuk pemanfaatan (Suparmoko, 1989).

Hutan di Indonesia merupakan 75 % dari seluruh wilayah Indonesia atau

50% dari hutan tropika di Asia Tenggara dan 10 % dari seluruh wilayah hutan

tropika dunia. Hutan di Indonesia berdasarkan Tata Guna Lahan Kesepakatan

(TGHK) secara nasional seluas 144 juta hektar yang tersebar di berbagai pulau

1

Page 2: BAB I - 4f1l.files.wordpress.com  · Web viewMempelajari batas-batas yang dijadikan lokasi ... Intervensi dan Adaptasi Budidaya dalam Ameliorasi Lahan Rawa ... Nas. Ilmu Tanah I,

utama di Indonesia. Kawasan hutan seluas 144 juta hektar tersebut dalam

pembulatan presentase dibagi menjadi beberapa fungsi, yaitu 20 % sebagai hutan

konversi, 27 % sebagai hutan lindung, 9,8 % sebagai hutan suaka alam dan wisata

hutan, 17 % sebagai hutan produksi tetap, 16,1 % sebagai hutan produksi terbatas

(Arief, 2001).

Salah satu wilayah Sumatera Selatan yang memiliki hutan produksi adalah

Kabupaten Ogan Komering Ilir. Hutan produksi terdapat di berbagai lahan seperti

lahan kering, rawa lebak, dan rawa gambut. Pengembangan hutan produksi sendiri

masih memiliki berbagai kendala seperti kondisi lahan yang terbatas dan

kemampuan lahan tidak merata, maka pengembangan lahan yang lestari dan

berkelanjutan harus mempertimbangkan daya dukung lingkungan dan sistem

perencanaan yang akurat dan terukur, sehingga semua faktor yang mempengaruhi

pengembangan hutan yang berkelanjutan, termasuk faktor pendukung dan

pembatas, perlu dipikirkan sejak awal dan dituangkan dalam sebuah produk

database dan peta.

Perkembangan penggunaan sumber daya lahan sampai saat ini di

Kabupaten Ogan Komering Ilir belum sepenuhnya memiliki kontribusi yang nyata

dalam meningkatkan produksi tanaman secara berkelanjutan. Hal ini dipengaruhi

oleh kondisi lahan bervariasi berdasarkan letak geografis dan topografi, yang

sangat mempengaruhi produktifitas tanaman, sehingga diperlukan perencanaan

yang matang dalam mengambil keputusan jenis tanaman yang akan ditanam.

Perencanaan dan pengambilan keputusan yang tepat harus dilandasi oleh

data dan informasi yang yang akurat tentang kondisi lahan. Penggunaan teknologi

Page 3: BAB I - 4f1l.files.wordpress.com  · Web viewMempelajari batas-batas yang dijadikan lokasi ... Intervensi dan Adaptasi Budidaya dalam Ameliorasi Lahan Rawa ... Nas. Ilmu Tanah I,

berbasis komputer untuk mendukung perencanaan tersebut mutlak diperlukan

untuk menganalisis, memanipulasi dan menyajikan informasi dalam bentuk tabel

dan keruangan. Salah satu teknologi tersebut adalah Sistem Informasi Geografis

(SIG) yang memiliki kemampuan membuat model yang memberikan gambaran,

penjelasan dan perkiraan dari suatu kondisi faktual.

Oleh karena itu maka untuk mendapatkan model, informasi dan gambaran

keruangan tentang komoditas yang cocok di Kabupaten Ogan Komering Ilir

secara cepat dan akurat, maka dilakukan kegiatan pembuatan peta dan sistem

informasi mengenai lahan menggunakan metode GIS.

B. Tujuan

Tujuan penelitian sistem informasi lahan rawa gambut hutan produksi

Pedamaran Kayuagung Kabupaten Ogan Komering Ilir adalah :

Tujuan penelitian potensi dan pengembangan lahan hutan gambut melalui Sistem

Informasi Manajemen di Kabupaten Ogan Komering Ilir adalah:

1. Membuat database karakterisasi hutan rawa gambut sebagai data dasar dalam

membuat suatu perencanaan pengelolaan hutan rawa gambut sesuai dengan

karakteristik dan kemampuan lahan.

2. Mengidentifikasi potensi kesesuaian lahan terutama pada kawasan hutan

produksi dan menyajikan data dan informasi yang lebih akurat, obyektif dan

lengkap sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan dalam

pengembangan hutan produksi.

Page 4: BAB I - 4f1l.files.wordpress.com  · Web viewMempelajari batas-batas yang dijadikan lokasi ... Intervensi dan Adaptasi Budidaya dalam Ameliorasi Lahan Rawa ... Nas. Ilmu Tanah I,

3. Membuat Sistem Informasi Manajemen Lahan pada hutan rawa gambut di

bentang lahan Kayu Agung, Kabupaten Ogan Komering Ilir.

4. Memberikan alternatif kegiatan masyarakat dalam mengelolan kawasan hutan

secara baik dan berkesinambungan.

Page 5: BAB I - 4f1l.files.wordpress.com  · Web viewMempelajari batas-batas yang dijadikan lokasi ... Intervensi dan Adaptasi Budidaya dalam Ameliorasi Lahan Rawa ... Nas. Ilmu Tanah I,

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hutan

Hutan merupakan salah satu bentuk tata guna lahan dijumpai di daerah

tropis, subtropis, di dataran rendah maupun pegunungan bahkan di daerah kering

sekalipun. Pengertian hutan disini adalah suatu masyarakat tumbuh-tumbuhan dan

hewan yang hidup dalam lapisan dan permukaan tanah, yang terletak pada suatu

kawasan dan membentuk suatu kesatuan ekosistem yang berada dalam

keseimbangan dinamis.

Hutan adalah masyarakat tetumbuhan dan binatang yang hidup dalam

lapisan dan dipermukaan tanah dan terletak pada suatu kawasan, serta membentuk

suatu kesatuan eksosistem yang berada dalam keseimbangan dinamis (Arief,

1994).

Pengertian menurut pemerintah berdasarkan Undang-Undang Pokok

Kehutanan No.5 Tahun 1967 adalah suatu lapangan bertumbuhan pohon-pohonan

yang secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati, alam

lingkungannya dan yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai hutan (Arief, 1994)

Menurut Arief (1994), hutan produksi adalah kawasan hutan yang khusus

dikelola untuk menghasilkan jenis-jenis hasil hutan tertentu sebagai keperluan

industri dan ekspor. Contohnya hutan jati (Tectona grandis), hutan pinus (Pinus

merkusii), hutan damar (Agathis loranthifolia), hutan mahoni (Swietenia sp.) dan

sonokeling (Dalbergia latifolia).

Page 6: BAB I - 4f1l.files.wordpress.com  · Web viewMempelajari batas-batas yang dijadikan lokasi ... Intervensi dan Adaptasi Budidaya dalam Ameliorasi Lahan Rawa ... Nas. Ilmu Tanah I,

Berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) tahun 1999, total luas

hutan Indonesia adalah 120,34 juta hektar (WALHI, 2007). Departemen

Kehutanan telah mengalokasikan hutan produksi tidak produktif untuk usaha

Hutan Tanaman Rakyat (HTR) seluas 5,4 juta ha. Hutan Tanaman Rakyat

tersebut tersebar di 8 propinsi yang ada di 102 kabupaten di daratan Sumatera dan

Kalimantan, merupakan alokasi untuk tahap pertama. Untuk realisasi

pelaksanaannya terlebih dahulu akan dilakukan klarifikasi kondisi riil di lapangan

(Departemen Kehutanan, 2007) .

B. Lahan Gambut

a. Definisi

Rawa adalah kawasan sepanjang pantai, aliran sungai, danau atau lebak

yang menjorok masuk ke pedalaman sungai sampai sekitar 100 km atau sejauh

dirasakannya pengaruh gerakan pasang. Jadi, lahan rawa dapat dikatakan sebagai

lahan yang mendapatkan pengaruh pasang surut air laut atau sungai sekitarnya.

Pada saat musim hujan, lahan tergenang sampai satu meter, tetapi pada musim

kemarau menjadi kering bahkan sebagian muka air tanah turun sampai kedalaman

lebih dari 50 cm dari permukaan tanah (Noor, 2004).

Pengertian rawa yang lebih luas adalah rawa digolongkan sebagai lahan

basah (wetlands) atau lahan bawahan (lowlands), tetapi tidak berarti bahwa lahan

basah atau lahan bawahan hanya rawa. Menurut Ramsar yang dimaksud dengan

lahan basah adalah daerah rawa, payau, gambut, atau badan perairan lainnya, baik

alami maupun buatan, yang airnya mengalir atau tergenang, bersifat tawar, payau

Page 7: BAB I - 4f1l.files.wordpress.com  · Web viewMempelajari batas-batas yang dijadikan lokasi ... Intervensi dan Adaptasi Budidaya dalam Ameliorasi Lahan Rawa ... Nas. Ilmu Tanah I,

atau salin, termasuk kawasan laut yang mempunyai kedalaman air pada saat surut

terendah tidak lebih dari enam meter (Ramsar dalam Noor, 2004).

Hutan Rawa Gambut Tropika pada umumnya disebut pula sebagai hutan

ramin, mengingat jenis ini sangat mendominasi tipe hutan ini, meskipun pola

sebarannya cenderung berubah mengikuti trend perubahan ketebalan lapisan

gambut. Jenis Ramin (Gonystilus bancanus) pada umumnya terkonsentrasi berada

di daerah dengan ketebalan lapisan gambut berkisar antara 0,5 - 5 meter. Di

daerah-daerah dimana ketebalan lapisan gambut mencapai 5 meteran, jenis ini

cenderung berkurang, sedangkan untuk daerah-daerah peralihan (0,5 meter), jenis

ramin ini berasosiasi dengan cukup nyata dengan jenis Agathis dan beberapa jenis

meranti rawa (Anonim, 2007).

b. Sebaran Gambut

Luasan lahan gambut atau bergambut pada kondisi utuh dan asli

penutupan vegetasinya adalah identik dengan luas hutan rawa gambut, karena

pada hutan primer di lahan gambut merupakan sumber utama bahan organik

sebagai bahan utama gambut.

Luasan lahan gambut pada awalnya adalah sama dengan luas lahan

gambut, namun dengan perkembangan kebutuhan manusia dan teknologi yang ada

menusia mengelola lahan rawa gambut dan sebagian besar terjadi degradasi lahan

(Lopez dan Shanley, 2005).

Indonesia memiliki kawasan gambut dan lahan basah air tawar yang sangat luas

yaitu sekitar 19 juta hektar atau 10 persen luas wilayah negara. Delapan puluh

sembilan persen diantaranya berupa lahan gambut yang sebagian besar terletak di

Page 8: BAB I - 4f1l.files.wordpress.com  · Web viewMempelajari batas-batas yang dijadikan lokasi ... Intervensi dan Adaptasi Budidaya dalam Ameliorasi Lahan Rawa ... Nas. Ilmu Tanah I,

Papua Barat, Sumatera, dan Kalimantan. Lahan-lahan basah tropis ini secara alami

tertutup rapat oleh vegetasi hutan dan seringkali memilki jenis kayu bernilai tinggi

(Chokkalingam dan Suyanto, 2004).

Luasan lahan gambut atau bergambut pada kondisi utuh dan asli

penutupan vegetasinya (virgin forest) adalah identik dengan luas hutan rawa

gambut, karena pada hutan primer di lahan gambut merupakan sumber utama

bahan organik sebagai bahan utama gambut. Dengan demikian luasan lahan

gambut pada awalnya adalah sama dengan luas lahan gambut. Namun dengan

perkembangan kebutuhan manusia dan teknologi yang ada manusia mengelola

lahan rawa gambut dan sebagian besar terjadi degradasi lahan (Lopez dan

Shanley, 2005).

c. Proses Pembentukan

Tanah gambut terbentuk karena laju akumulasi bahan

organik melebihi proses mineralisasi yang biasanya terjadi pada

kondisi jenuh air yang hampir terus menerus sehingga sirkulasi

oksigen dalam tanah terhambat. Hal tersebut akan memperlambat

proses dekomposisi bahan organik dan akhirnya bahan organik itu

akan menumpuk (Chotimah, 2002).

Gambut terbentuk dari seresah organik yang terdekomposisi secara

anaerobik dimana laju penambahan bahan organik lebih tinggi daripada laju

dekomposisinya. Di dataran rendah dan daerah pantai, mula-mula terbentuk

gambut topogen karena kondisi anaerobik yang dipertahankan oleh tinggi

Page 9: BAB I - 4f1l.files.wordpress.com  · Web viewMempelajari batas-batas yang dijadikan lokasi ... Intervensi dan Adaptasi Budidaya dalam Ameliorasi Lahan Rawa ... Nas. Ilmu Tanah I,

permukaan air sungai, tetapi kemudian penumpukan seresah tanaman yang

semakin bertambah menghasilkan pembentukan hamparan gambut ombrogen

yang berbentuk kubah (dome). Gambut ombrogen di Indonesia terbentuk dari

seresah vegetasi hutan yang berlangsung selama ribuan tahun, sehingga status

keharaannya rendah dan mempunyai kandungan kayu yang tinggi (Radjagukguk,

1990).

d. Karakteristik Gambut

Analisis laboratorium bahan organik dinyatakan dalam kadar karbon 12-

18% atau lebih. Makin tinggi kadar karbon, bahan organik dapat dikatakan masih

segar, sedangkan makin kecil kadar karbon maka bahan organik makin lanjut

pelapukannya dan disebut dengan humus (Rismunandar, 2001).

Tanah gambut di Indonesia pada umumnya mempunyai reaksi kemasaman

tanah (pH) yang rendah, yaitu antara 3,0 – 5,0 (Hardjowigeno, 1996). Hasil

analisis di berbagai wilayah di Sumatera, Kalimantan, dan Irian Jaya,

memperlihatkan bahwa Histosols menunjukkan reaksi tanah masam ekstrim (pH

3,5 atau kurang) sampai sangat masam sekali (pH 3,6 – 4,5).

Kandungan bahan organik di seluruh lapisan, sangat tinggi ( 6 – 91 %) dan

kandungan nitrogen di seluruh lapisan gambut, sebagian besar, juga sangat tinggi

(>75 %), rasio C/N tergolong tinggi sampai sangat tinggi (16 – 69), yang berarti

walaupun kandungan N tinggi, tetapi dalam bentuk tidak tersedia bagi tanaman.

Kandungan P dan K-potensial lapisan atas (0 -50 cm) sedang sampai

tinggi, lebih baik dari pada lapisan bawah yang umumnya rendah. Pada gambut

Page 10: BAB I - 4f1l.files.wordpress.com  · Web viewMempelajari batas-batas yang dijadikan lokasi ... Intervensi dan Adaptasi Budidaya dalam Ameliorasi Lahan Rawa ... Nas. Ilmu Tanah I,

dangkal dan gambut eutrofik kandungan potensial kedua unsur tersebut termasuk

sedang sampai tinggi.

Analisis laboratorium bahan organik dinyatakan dalam kadar karbon 12-

18% atau lebih. Makin tinggi kadar karbon, bahan organik dapat dikatakan masih

segar, sedangkan makin kecil kadar karbon maka bahan organik makin lanjut

pelapukannya dan disebut dengan humus (Rismunandar, 2001).

KTK tanah karena kandungan bahan organik tinggi, semuanya

menunjukkan nilai sangat tinggi (60 – 350 Cmol(+)kg-1 tanah. Namun

sebaliknya, KB-nya semuanya termasuk sangat rendah (1-5%). Dengan demikian,

disimpulkan bahwa potensi kesuburan alami tanah gambut adalah sangat rendah

sampai rendah.

Tanah gambut memiliki berat isi yang rendah berkisar antara 0,05 – 0,25

gcm-3, semakin lemah tingkat dekomposisinya semakin rendah berat isi (BD),

sehingga daya topang terhadap bebadan diatasnya seperti tanaman, bangunan

irigasi, jalan, dan mesin-mesin pertanian adalah rendah. Gambut yang sudah

direklamasi akan lebih padat dengan berat isi antara 0,1 – 0,4 gcm-3 (Subagyono

et al., 1997).

Menurut Subagjo (2002), tanah gambut mempunyai pori-pori dan kapiler

yang tinggi, sehingga mempunyai daya menahan air yang sangat besar. Dalam

keadaan jenuh kandungan air tanah gambut dapat mencapai 4,50-30 kali bobot

keringnya.

Pada kondisi gambut pada musim kemarau, tanah gambut masih tetap

lembab dengan kadar air tinggi. Kondisi tersebut merupakan kondisi yang optimal

Page 11: BAB I - 4f1l.files.wordpress.com  · Web viewMempelajari batas-batas yang dijadikan lokasi ... Intervensi dan Adaptasi Budidaya dalam Ameliorasi Lahan Rawa ... Nas. Ilmu Tanah I,

bagi pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu, pengambilan sampel pada kondisi

lembab akan lebih mendekati keadaan di lapangan. Sifat fisik juga sangat

berkaitan dengan aspek teknik pembangunan rumah, pembuatan dan pemeliharaan

jalan, serta pembuatan saluran drainase dan irigasi (Widjaja, 1984).

Kualitas tanah gambut sangat bergantung pada vegetasi yang

menghasilkan bahan organik pembentuk tanah gambut, bahan mineral yang

berada di bawahnya, faktor lingkungan tempat terbentuknya tanah gambut dan

proses pembentukan tanahnya. Di daerah tinggi atau dingin bahan organik yang

terbentuk lebih halus atau mudah melapuk daripada di dataran rendah atau pantai.

Makin halus kadar serat bahan organik berarti yang bahan organik makin tinggi,

sehingga pada umumnya kualitas gambut makin baik (Rismunandar, 2001).

e. Klasifikasi Tanah Gambut

Menurut Soil Survey Staff (1990) tanah gambut termasuk ordo Histosol

yang dibedakaan lagi ke dalam sub ordo, great group, sub group dan famili. Sub

group terdiri dari Folist, Fibrist, Hemist dan Saprist. Pembagian pada tingkat ordo

lebih menekankan kepada tingkat kematangan gambut.

Fibrik adalah bahan organik tanah yang sangat sedikit

terdekomposisi yang mengandung serat sebanyak 2/3 volume.

Bobot volume fibrik lebih kecil dari 0.075 g cm-3 dan kandungan air

tinggi jika tanah dalam keadaan jenuh air. Saprik adalah bahan

organik yang terdekomposisi paling lanjut yang mengandung serat

kurang dari 1/3 volume dan bobot isi saprik adalah 0.195 g cm3,

sedangkan hemik adalah bahan organik yang mempunyai tingkat

Page 12: BAB I - 4f1l.files.wordpress.com  · Web viewMempelajari batas-batas yang dijadikan lokasi ... Intervensi dan Adaptasi Budidaya dalam Ameliorasi Lahan Rawa ... Nas. Ilmu Tanah I,

dekomposisi antara fibrik dengan saprik dengan bobot isi 0.075

sampai 0.195 g cm3.

Pusat Penelitian Tanah (1983), memasukkan tanah gambut kedalam tanah

organosol yang dibedakan kedalam tiga macam yaitu : 1) Organosol Fibrik, ialah

tanah organosol yang didominasi oleh bahan fibrik sedalam 50 cm atau berlapis

sampai 80 cm dari permukaan; 2) Organosol Hemik ialah tanah organosol yang

didominasi bahan hemik sedalam 50 cm atau berlapis sampai 80 cm dari

permukaan; dan 3) Organosol Saprik, ialah tanah organosol selain organosol

fibrik maupun hemik yang umumnya didominasi oleh bahan saprik.

Untuk menentukan kematangan gambut di lapangan

ditentukan melalui sidik cepat.

a. Berdasarkan Kadar Air Maksimum (KAM)

1. Fibrik – KAM 850 - > 3.000 % berat

Warna coklat kekuningan muda, coklat tua, atau coklat

kemerahan

2. Hemik – KAM 450 – 850 %

Warna coklat tua, atau coklat kemerahan

3. Safrik – KAM < 450 %

Warna coklat tua, coklat kehitaman, atau hitam

b. Berdasarkan Kadar Serat

Kematangan Kadar Serat Utuh Kadar Serat GosokFibrik > 66% > 75 %Hemik 33 – 66 % 15 – 75%Saprik < 33% < 15 %

Berdasarkan kualitasnya tanah gambut dibagi menjadi 3 macam, yaitu

gambut eutropik, mesotropik, dan oligotropik.

Page 13: BAB I - 4f1l.files.wordpress.com  · Web viewMempelajari batas-batas yang dijadikan lokasi ... Intervensi dan Adaptasi Budidaya dalam Ameliorasi Lahan Rawa ... Nas. Ilmu Tanah I,

Gambut Eutropik terdiri dari gambut topogenus yaitu gambut yang

terbentuk di daerah pedalaman dataran pantai atau dapat juga di daerah dataran

pasang surut, sehingga gambut ini relatif subur.

Gambut Topogenus dicirikan oleh akumulasi bahan organik yang tidak

terlalu tebal, yang berkisar antara 0,5 – 2,0 m, dan biasanya dijumpai pada

landform dataran gambut atau pada sisi kubah gambut.

Gambut Mesotropik dan gambut oligotropik terdiri dari gambut

ombrogenus yang terbentuk dari tumpukan bahan organik yang tidak dipengaruhi

oleh luapan air sungai dan biasanya membentuk kubah gambut (dome), serta

memiliki ketebalan > 2 m (Siswanto et al., 2006).

f. Fungsi Hutan Rawa Gambut

Maltby (1997), menekankan perlunya pengelolaan terpadu dan

pemanfaatan yang berkelanjutan untuk lahan gambut tropika. Hutan Rawa

Gambut mempunyai banyak fungsi yaitu pengamanan biodiversitas dan habitat

kehidupan liar (wildlife), serta pemeliharaan lingkungan dan bentang lahan,

seperti penyimpanan karbon bumi (global carbon storage), pengatur iklim skala

mikro dan meso, penyimpan dan pemasok air, pengaturan aliran, pencegahan

banjir, pencegahan intrusi air asin, dan sumbangan pendapatan bagi masyarakat

lokal dari hasil hutan (damar, rotan, kayu, perikanan).

Hutan gambut disamping merupakan “gudang” plasma nutfah dan genes,

juga merupakan sumber tanaman obat-obatan tradisional yang potensial. Ada

bagian lahan gambut yang lebih sesuai untuk konservasi alam dan lingkungan

Page 14: BAB I - 4f1l.files.wordpress.com  · Web viewMempelajari batas-batas yang dijadikan lokasi ... Intervensi dan Adaptasi Budidaya dalam Ameliorasi Lahan Rawa ... Nas. Ilmu Tanah I,

hidup dan ada bagian yang masih sesuai utuk poenggunaan pertanian. Wilayah

yang potensial untuk pengembangan pertanian harus dipilih secara hati-hati, dan

umumnya terbatas pada gambut topogen dangkal dengan sisipan tanah mineral,

dan atau pada gambut dangkal di wilayah pinggiran kubah gambut (peatswamp).

C. Rawa Lebak

a. Defenisi

Rawa lebak adalah wilayah daratan yang mempunyai genangan hampir

sepanjang tahun minimal selama tiga bulan dengan tinggi genangan minimal 50

cm. Rawa lebak dipengaruhi oleh iklim tropika basah atau agak basah dengan

curah hujan antara 2000-3000 mm per tahun dengan jumlah bulan basah antara 6-

7 bulan dan 3-4 bulan kering. Bulan basah adalah bulan yang mempunyai curah

hujan bulanan lebih dari 200 mm dan bulan kering adalah bulan yang mempunyai

curah hujan bulanan kurang dari 100 mm. Agih (distribition) curah hujan di

beberapa wilayah rawa lebak menunjukkan perbedaan yang terkait dengan

ketinggian tempat dari permukaan laut dan vegetasi yang tumbuh (Noor, 2004).

Swamp ialah rawa yang tertumbuhi pohon di sana sini dan lebih bersifat

air tergenang. Menurut pengertian ahli Amerika, swamp ialah rawa bergambut,

sedangkan di Inggris dinamakan bog atau morass. Kondisi rawa sangat berbeda

antara lain dengan yang genangannya dipertahankan oleh air permukaan ( runoff)

atau luapan sungai yang berlangsung secara berkala. Tebal air genangan rawa ini

berfluktuasi menurut musim hujan dan kemarau.

Page 15: BAB I - 4f1l.files.wordpress.com  · Web viewMempelajari batas-batas yang dijadikan lokasi ... Intervensi dan Adaptasi Budidaya dalam Ameliorasi Lahan Rawa ... Nas. Ilmu Tanah I,

b. Karakteristik Lahan Rawa Lebak

Rawa merupakan daerah cekungan di dataran rendah yang tergenang

secara permanen atau pada beberapa waktu akibat limpasan sumber air yang

berasal dari sungai, danau atau laut (Hanafiah, 1992).

Berdasarkan ketinggian genangan air, lahan rawa lebak dibagi menjadi

tiga macam, yaitu rawa lebak dangkal (pematang), tengahan dan dalam. Rawa

lebak dangkal mempunyai ketinggian air permukaan antara 0 cm sampai 50 cm

dengan masa genangan kurang dari 3 bulan, rawa lebak tengahan mempunyai

ketinggian air permukaan antara 50 cm sampai 100 cm dengan masa genangan

antara 3 bulan sampai 6 bulan, sedangkan rawa lebak dalam mempunyai

ketinggian air permukaan lebih dari 100 cm dengan masa genangan lebih dari 6

bulan (Waluyo et al., 1997).

Menurut Djafar (1992), tanah di kawasan lebak umumnya dicirikan oleh

kandungan bahan organik rendah hingga tinggi, kesuburan alami yang rendah,

kandungan N, P, dan K dan kejenuhan basa rendah kadar Al dan Fe tinggi serta

reaksi tanah yang masam hingga sangat masam.

Lahan rawa dapat dijumpai baik pada dataran rendah di sepanjang dan di

muara sungai maupun di dataran yang lebih tinggi, di tengah dan hulu sungai

sehingga dikenal secara awam lahan rawa lebak dan lahan rawa pasang surut.

Lahan rawa lebak secara internasional disebut sebagai fresh waterswamps karena

pada umumnya rawa ini terletak di bagian tengah hingga hulu sungai yang airnya

Page 16: BAB I - 4f1l.files.wordpress.com  · Web viewMempelajari batas-batas yang dijadikan lokasi ... Intervensi dan Adaptasi Budidaya dalam Ameliorasi Lahan Rawa ... Nas. Ilmu Tanah I,

tawar, sedangkan lahan rawa pasang surut disebut tidal swamps karena letaknya di

bagian hilir sungai yang secara langsung dipengaruhi oleh pasang surut air laut

(Departemen Pertanian, 2005).

Menurut Soebagjo dan Soepraptohardjo (1978), umumnya tanah yang

terdapat di daerah rawa lebak terdiri dari tanah tanggul sungai dan dataran rawa

belakang. Tanah tanggul sungai mempunyai jenis tanah Alluvial Hidromorf dan

Alluvial kelabu, sedangkan tanah dataran rawa belakang terletak lebih jauh dari

tanggul sungai dan didominasi oleh jenis tanah Glei Humus dan Oganosol. Tanah

Glei Humus dan Organosol mempunyai kandungan bahan organik tinggi, N

rendah, K sangat rendah, reaksi tanah (pH) umumnya masam sampai sangat

masam, KTK tinggi, dan kejenuhan basa rendah, yang mengakibatkan tanaman

tidak dapat tumbuh dengan baik.

Tingkat kesuburan lahan rawa lebak sangat bervariasi dan tergantung pada

sistem saluran reklamasi. Kemerosotan kesuburan lahan rawa lebak berhubungan

dengan heterogenitas lahan lebak, antara lain lahan yang mengandung pirit dan

lahan yang bergambut tebal. Kemerosotan kesuburan lahan rawa lebak dikaitkan

dengan sistem tata air. Semakin dekat dengan saluran utama, maka kematangan

bahan organik semakin meningkat (Armanto et al., 1998).

D. Sistem Informasi Geografis

a. Definisi

Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu sistem (berbasiskan

komputer) yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-

informasi geografis. Sistem informasi geografis dirancang untuk mengumpulkan,

Page 17: BAB I - 4f1l.files.wordpress.com  · Web viewMempelajari batas-batas yang dijadikan lokasi ... Intervensi dan Adaptasi Budidaya dalam Ameliorasi Lahan Rawa ... Nas. Ilmu Tanah I,

menyimpan, dan menganalisis objek-objek dan fenomena-fenomena dimana

lokasi geografis merupakan karateristik yang penting atau kritis untuk dianalisis.

Dengan demikian, SIG merupakan sistem komputer yang memiliki empat

kemampuan berikut dalam menangani data yang bereferensi geografis seperti

masukan, keluaran, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan data), dan

analisis data (Stanley dalam Prahasta, 2005).

SIG (Gambar 1) merupakan sebuah sistem yang saling serangkaian satu

dengan yang lain. BAKOSURTANAL menjabarkan SIG sebagai kumpulan yang

terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi, dan

personel yang didesain untuk memperoleh, menyimpan, memperbaiki,

memanipulasi, dan menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi

geografi. Dengan demikian, basis analisis dari SIG adalah data spasial dalam

bentuk digital yang diperoleh melalui data satelit atau data lain terdigitasi.

Analisis SIG memerlukan tenaga ahli sebagai interpreter, perangkat keras

komputer, dan software pendukung (Budiyanto, 2002).

Gambar 1. Pola keterkaiatan GIS

GISUSER

REAL

WORLD

DatabaseSoftware

Result

Page 18: BAB I - 4f1l.files.wordpress.com  · Web viewMempelajari batas-batas yang dijadikan lokasi ... Intervensi dan Adaptasi Budidaya dalam Ameliorasi Lahan Rawa ... Nas. Ilmu Tanah I,

b. Sejarah Perkembangan GIS

Dalam rangka mendeteksi perubahan yang terjadi di

permukaan bumi diperlukan suatu teknik yang dapat

mengidentifikasi perubahan-perubahan atau fenomena melalui

pengamatan pada berbagai waktu yang berbeda. Menurut Singh

(1989) salah satu data yang paling banyak digunakan adalah data

penginderaan jauh dari satelit yang dapat mendeteksi perubahan

karena peliputannya yang berulang-ulang dengan interval waktu

yang pendek dan terus menerus. Penginderaan jauh merupakan

suatu teknik untuk mengumpulkan informasi mengenai obyek dan

lingkungannya dari jarak jauh tanpa sentuhan fisik. Biasanya

menghasilkan beberapa bentuk citra yang selanjutnya diproses dan

diinterpretasi untuk menghasilkan data yang bermanfaat untuk

aplikasi sesuai dengan kebutuhannya (Lo, 1996).

Sejak SIG pertama kali hadir pada tahun 1960-an, terjadi perkembangan

yang sangat pesat di bidang perangkat lunak SIG baik yang berbasiskan data

spasial vektor maupun raster. Beberapa diantara sistem SIG ini dikembangkan

dengan tujuan eksperimental di lingkungan akademis di beberapa universitas.

Sementara sistem-sistem SIG yang lain sudah dikembangkan sebagai sistem yang

benar-benar operasional sebagaimana perangkat lunak aplikasi SIG pada saat ini.

Tetapi sayangnya, tidak sedikit dari sistem-sistem yang dikembangkan pada saat

itu tidak berfungsi secara penuh sebagai tools untuk analisis spasial. Sementara

pada kasus-kasus yang lain, sistem-sistem (khususnya SIG) tersebut masih sering

Page 19: BAB I - 4f1l.files.wordpress.com  · Web viewMempelajari batas-batas yang dijadikan lokasi ... Intervensi dan Adaptasi Budidaya dalam Ameliorasi Lahan Rawa ... Nas. Ilmu Tanah I,

mengalami gangguan seperti ‘hang’ sehingga menyebabkan kemacetan atau

kegagalan dalam menjalankan fungsi-fungsinya (Prahasta, 2001).

Penggunaan sistem informasi geografis meningkat tajam sejak tahun 1980-

an. Peningkatan pemakaian sistem ini terjadi di kalangan pemerintah, militer,

akademis, atau bisnis terutama di negara-negara maju. Perkembangan teknologi

digital sangat besar peranannya dalam perkembangan penggunaan SIG dalam

berbagai bidang. Hal ini dikarenakan teknologi SIG banyak mendasarkan pada

teknologi digital ini sebagai alat analisis (Budiyanto, 2002).

c. Cara Kerja SIG

SIG dapat merepresentasikan dunia nyata di atas monitor sebagaimana

lembaran peta dapat memrepresentasikan dunia nyata di atas kertas. Tetapi, SIG

memiliki kekuatan lebih dan fleksibilitas dari pada lembaran peta kertas. Peta

merupakan representasi grafis dari dunia nyata; objek-objek yang

direpresentasikan diatas peta disebut unsur peta atau map features (contohnya

adalah sungai, taman, kebun, jalan, dan lain-lain). Karena peta mengorganisasikan

unsur-unsur berdasarkan lokasinya, peta sangat baik dalam memperlihatkan

hubungan atau relasi yang dimiliki oleh unsur-unsurnya.

SIG menyimpan semua informasi deskriptif unsur-unsurnya sebagai

atribut-atribut di dalam basis data. Kemudian, SIG membentuk dan menyimpan

dalam tabel (relasional). Setelah itu, SIG menghubungkan unsur-unsur di atas

dengan tabel-tabel bersangkutan, dengan demikian, atribut-atribut ini dapat

diakses melalui lokasi-lokasi unsur-unsur peta, dan sebaliknya, unsur-unsur dapat

dicari dan ditemukan berdasarkan atribut-atributnya.

Page 20: BAB I - 4f1l.files.wordpress.com  · Web viewMempelajari batas-batas yang dijadikan lokasi ... Intervensi dan Adaptasi Budidaya dalam Ameliorasi Lahan Rawa ... Nas. Ilmu Tanah I,

SIG menghubungkan sekumpulan unsur-unsur peta dengan atribut-

atributnya di dalam satuan-satuan yang disebut layer. Sungai, bangunan, jalan,

laut, batas-batas administrasi, perkebunan, dan hutan merupakan contoh-contoh

layer. Kumpulan dari layer-layer ini akan membentuk basis data SIG. Dengan

demikian, perancangan basisdata merupakan hal yang esensial di dalam SIG.

Rancangan basisdata akan menentukan efektifitas dan efisiensi proses-proses

masukan, pengelolaan, dan keluaran SIG.

d. Peran Sistem Informasi Geografis

Menurut Bernhardsen (1992), dalam SIG terdapat berbagai peran dari

berbagai unsur, baik manusia sebagai tenaga ahli dan sekaligus operator,

perangkat alat (lunak/keras) maupun objek permasalahan. SIG adalah sebuah

rangkaian sistem yang memanfaatkan teknologi digital untuk melakukan analisis

spasial. Sistem ini memanfaatkan perangkat keras dan lunak komputer untuk

melakukan pengolahan data seperti perolehan dan verifikasi, kompilasi,

penyimpanan, pembaruan dan perubahan, manajemen dan pertukaran, manipulasi,

penyajian, dan analisis. Rustiadi et al. (1999) mendefinisikan analisis

spasial sebagai suatu kemampuan umum untuk memanipulasi data

spasial ke dalam bentuk-bentuk yang berbeda dan mengekstraksi

pengertian tambahan

D. Software

1. ArcView GIS

Page 21: BAB I - 4f1l.files.wordpress.com  · Web viewMempelajari batas-batas yang dijadikan lokasi ... Intervensi dan Adaptasi Budidaya dalam Ameliorasi Lahan Rawa ... Nas. Ilmu Tanah I,

ArcView GIS mempunyai kemampuan yang handal dalam manajemen

database spasial dan tabular untuk melakukan analisis data bereferensi geografis.

Saat ini Arcview telah menjadi software Sistem Informasi Geografis ternama di

dunia, paling cepat mengalami perkembangan, dan paling banyak digunakan.

Bukan saja dipakai sebagai alat analisis dalam pengambilan keputusan terhadap

masalah-masalah pengelolaan sumberdaya alam, melainkan juga akhir-akhir ini

semakin banyak digunakan dalam pemecahan masalah ekonomi, kependudukan,

kesehatan, kriminal, pariwisata, pemerintah, dan sebagainya (Nuarsa, 2005).

Arc View merupakan salah satu perangkat lunak pengolahan data spasial.

Perangkat lunak ini memiliki berbagai keunggulan yang dapat dimanfaatkan oleh

kalangan pengolah data spasial. Arcview memiliki kemampuan dalam pengolahan

atau editing arc, menerima atau konversi dari data digital lain seperti CAD, atau

dihubungkan data image seperti format JPG, TIFF, atau Image gerak.

Arc View memiliki kemampuan untuk melakukan input data spasial

(digitasi). Data hasil digitasi yang berasal dari proses input data disimpan dalam

sebuah Theme yang selanjutnya dapat diolah atau ditransfer ke perangkat lunak lain

untuk pengolahan lebih lanjut.

Sumber data dapat berasal dari perangkat lunak SIG lain seperti Arc Info, atau

perangkat lunak rancang bangun Auto CAD. Sumber data yang akan dimasukkan

kedalam sebuah proyek ArcView akan dianggap sebagai sebuah Theme baru. Theme

merupakan serangkaian penampakan Geografi dalam sebuah View. Sebuah Theme

sebaiknya hanya berisi satu macam tema data. Misalnya, sebuah Theme berisi data

tentang peta dasar, jaringan jalan, jaringan sungai, bentuk lahan, penutup lahan, dan

lain-lain.

Page 22: BAB I - 4f1l.files.wordpress.com  · Web viewMempelajari batas-batas yang dijadikan lokasi ... Intervensi dan Adaptasi Budidaya dalam Ameliorasi Lahan Rawa ... Nas. Ilmu Tanah I,

Arcview dalam operasi rutinnya secara default-membaca, menggunakan dan

mengolah data spasial dengan format yang disebut sebagai Shapefile. Format yang

dikembangkan dan dipublikasikan oleh ESRI digunakan untuk menyimpan informasi-

informasi atribut dan geometri non-topologi features spasial di dalam sebuah

kumpulan data. Geometri feature ini disimpan sebagai shape yang terdiri dari

sekumpulan koordinat-koordinat vektor (ESRI, 1997). Shapefile dapat mendukung

representasi sebagai features baik titik (point), garis (line), maupun poligon (area).

Setiap feature poligon direpresentasikan sebagai loop tertutup. Data atribut disimpan

dalam format perangkat lunak Database Management System (DBMS) Dbase. Setiap

record, memiliki relasi one to one terhadap feature data spasial yang bersangkutan

(Prahasta, 2002).

2. Microsoft Access

Microsoft Access merupakan program aplikasi yang termasuk dalam

kelompok Microsoft Office. Microsoft Access merupakan suatu sistem

Manajemen Database relasional yang bisa mengatur, memilih dan melaporkan

data dan informasi penting yang diperlukan dengan bidang subjek yang berbeda

ke dalam tabel-tabel sehingga antara tabel yang satu dengan yang lainnya saling

berhubungan.

Microsoft Access 2003 yang untuk selanjutnya disingkat Access 2003

merupakan pengembangan dari Microsoft Access versi sebelumnya yang

dikonsentrasikan agar program aplikasi database ini mudah dipakai, fleksibel,

mudah diintegrasikan dengan program aplikasi Microsoft Office XP lainnya,

dapat bekerja sama pada sistem jaringan dengan lebih baik serta dapat

memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang terdapat pada internet dan atau intranet.

Page 23: BAB I - 4f1l.files.wordpress.com  · Web viewMempelajari batas-batas yang dijadikan lokasi ... Intervensi dan Adaptasi Budidaya dalam Ameliorasi Lahan Rawa ... Nas. Ilmu Tanah I,

Tata cara pengaktifan program Microsoft Access menuruti urutan yang

telah ditetapkan pada Microsoft Access, dengan memanfaatkan fasilitas tabel dan

form yang ada di dalam Microsoft Access.

III. PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan di areal hutan Pedamaran Kayuagung

Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan. Analisis tanah

dilakukan di Laboratorium Kimia, Biologi, dan Kesuburan Tanah dan

Laboratorium Fisika Tanah Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas

Sriwijaya, Indralaya. Waktu pelaksanaan penelitian akan dimulai awal September

2007 hingga Desember 2007.

B. Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ; 1) bahan-bahan

untuk pengambilan contoh tanah di lapangan, 2) contoh tanah, 3) bahan-bahan

kimia untuk analisis tanah di laboratorium.

Sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1) alat-alat

survai dan pengambilan contoh tanah di lapangan, 2) alat-alat fisika tanah untuk

analisis tanah di laboratorium, 3) alat-alat laboratorium untuk analisis contoh

Page 24: BAB I - 4f1l.files.wordpress.com  · Web viewMempelajari batas-batas yang dijadikan lokasi ... Intervensi dan Adaptasi Budidaya dalam Ameliorasi Lahan Rawa ... Nas. Ilmu Tanah I,

tanah, dan 4) komputer yang mampu bekerja dengan program Microsoft Access,

Arc View 3.3.

C. Metode Penelitian

Metode pengumpulan data mencakup koordinasi dan konsultasi dengan

instansi terkait, metode sampling survai dan wawancara untuk mendapatkan data

sekunder dan data primer yang menjadi output. Satuan contoh ditentukan dengan

metode purposive sampling yaitu berdasarkan pada keperluan serta tujuan

pembuatan peta dan analisis lahan yang nantinya memungkinkan untuk digunakan

pada setiap lahan. Untuk mendapatkan unsur keterwakilan data tiap-tiap lahan,

maka sample ditempatkan di setiap lahan yang diambil sampel tanah nya.

Data primer dan sekunder yang didapatkan dari kegiatan lapangan

dimasukkan(entry) ke dalam Microsoft Access 2003 dan Arc View. Hasil dari

verifikasi lapangan ini digunakan untuk membuat klasifikasi ulang, guna

mendapatkan database informasi lahan. Seluruh data yang disajikan dalam bentuk

skripsi. Bagan alir Kegiatan Sistem Informasi Lahan Rawa Gambut Produksi

Pedamaran Kayuagung Kabupaten Ogan Komering Ilir disajikan pada Gambar 2.

Kegiatan Karakterisasi Lahan Rawa Gambut Hutan Produksi

Pedamaran

Bahan Database Karakteristik Lahan Gambut Untuk Sistem Informasi Manajemen Lahan

Ms . Access dan Arc View 3.3

Page 25: BAB I - 4f1l.files.wordpress.com  · Web viewMempelajari batas-batas yang dijadikan lokasi ... Intervensi dan Adaptasi Budidaya dalam Ameliorasi Lahan Rawa ... Nas. Ilmu Tanah I,

D. Cara Kerja

Dalam pelaksanaan penelitian dilakukan melalui empat tahap yaitu :

1. Sebelum Pekerjaan Lapangan

Kegiatan pengumpulan data dan informasi memerlukan instrumen yang

sangat penting berupa studi pustaka, kuesioner dan pedoman wawancara

(interview guide). Kuesioner diperlukan untuk pengumpulan data yang dilakukan

melalui survai dan pengukuran. Sedangkan pedoman wawancara digunakan untuk

mendapatkan informasi dari instansi terkait maupun informasi dari kelompok

masyarakat.

Sebelum dilaksanakan survai lapangan, terlebih dulu dilakukan analisis

citra satelit untuk mendapatkan peta penutupan lahan misalnya hutan, perkebunan,

sawah, ladang, semak belukar, pemukiman dan lahan kosong. Kemudian

dilakukan pengecekan lapangan untuk menentukan penutupan lahan yang

sebenarnya.

Selain data dari citra satelit, diperlukan juga data-data pendukung lain

seperti peta administrasi, peta land system, peta topografi dan data lain yang dapat

Database Sistem Informasi Manajemen Lahan Gambut Di Bentang Lahan

Kayu Agung Kabupaten Ogan Komering Ilir

Gambar 2. Bagan alir Kegiatan Sistem Informasi Lahan Rawa Gambut Produksi Pedamaran Kayuagung Kabupaten Ogan Komering Ilir

Page 26: BAB I - 4f1l.files.wordpress.com  · Web viewMempelajari batas-batas yang dijadikan lokasi ... Intervensi dan Adaptasi Budidaya dalam Ameliorasi Lahan Rawa ... Nas. Ilmu Tanah I,

diperoleh dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Kehutanan, Bappeda

Kabupaten dan Biro Pusat Statistik.

2. Kegiatan di Lapangan

a. Survai Pendahuluan

Sebelum melakukan survai utama, perlu dilakukan survai pendahuluan

yang bertujuan untuk untuk mengetahui kondisi umum lokasi penelitian, meliputi

kegiatan :

1. Meninjau daerah survai untuk mendapatkan gambaran menyeluruh tentang

kondisi lapangan.

2. Mempelajari batas-batas yang dijadikan lokasi penelitian.

3. Penentuan tempat pengambilan contoh tanah.

b. Survai Utama

Survai utama dilakukan mulai bulan September 2007, yaitu kegiatan

pengambilan data primer pada setiap lahan yang telah ditentukan. Data primer

yaitu data yang diambil langsung dari lapangan berupa ground chek penutupan

lahan hasil dari analisis citra satelit. Data lain yang diambil untuk keperluan

mendukung analisis kesesuaian lahan berupa data fisik lapangan.

Untuk keperluan analisis sifat kimia tanah maka pengambilan contoh

tanah dilakukan dengan metode contoh tanah tidak utuh yaitu menggunakan bor

tanah, sedangkan untuk sifat fisika pengambilan contoh tanah dilakukan dengan

ring tanah untuk mendapatkan contoh tanah utuh.

Page 27: BAB I - 4f1l.files.wordpress.com  · Web viewMempelajari batas-batas yang dijadikan lokasi ... Intervensi dan Adaptasi Budidaya dalam Ameliorasi Lahan Rawa ... Nas. Ilmu Tanah I,

Kelengkapan data fisik lapangan tersebut di atas, dilakukan juga

wawancara atau tanya jawab dengan masyarakat maupun petugas-petugas di

intansi terkait. Untuk pertimbangan efektivitas dan efisiensi dalam pengambilan

data di lapangan maka kuesioner disusun sesederhana mungkin dan dapat

digunakan semudah mungkin. Kuisioner ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang

diperlukan untuk menjaring informasi di lokasi. Di samping itu daftar pertanyaan

dalam kuisioner juga akan berisi pertanyaan yang sangat berguna untuk verifikasi

data dari sumber lain.

3. Kegiatan di Laboratorium

Kegiatan laboratorium yaitu menganalisis sifat kimia tanah di

Laboratorium Kimia, Biologi, dan Kesuburan Tanah, sedangkan analisis sifat

fisika tanah di Laboratorium Fisika Tanah Jurusan Tanah Fakultas Pertanian

Universitas Sriwijaya Indralaya.

4. Pengolahan Data

Data-data yang berhasil dikumpulkan akan dianalisis dengan

menggunakan beberapa software yaitu Ms.Excel (pengolah data numerik),

Ms.Access (pengolah database), ArcInfo, ArcView (pengolah peta dan citra).

Analisis citra landsat TM dengan menggunakan software Arcview dilakukan

untuk mendapatkan gambaran penutupan lahan seluruh wilayah. Analisis ini

dilakukan dengan mengelompokkan nilai-nilai pixel dalam kisaran tertentu ke

dalam beberapa kelas penutupan lahan. Metode klasifikasi yang digunakan adalah

metode klasifikasi terbimbing yaitu mengelompokkan citra ke dalam beberapa

Page 28: BAB I - 4f1l.files.wordpress.com  · Web viewMempelajari batas-batas yang dijadikan lokasi ... Intervensi dan Adaptasi Budidaya dalam Ameliorasi Lahan Rawa ... Nas. Ilmu Tanah I,

kelas penutupan lahan dengan mengacu pada peta dasar, dan kemudian melakukan

verifikasi lapangan untuk masing-masing penutupan lahan tersebut.

Data yang dimasukkkan ke dalam Ms. Access digunakan sebagai database

informasi lahan hutan rawa gambut hutan produsi pedamaran Kayu Agung.

Hasil kegiatan ini antara lain menilai kesesuaian lahan pada beberapa

lahan yang berbatasan langsung dengan hutan aslinya. Masyarakat akan

mendapatkan informasi karakteristik lahan dan akan lebih giat memanfaatkan

lahan daripada tergantung pada hutan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kegiatan Karakteristik Gambut

No. SampelTanah Gambut

Kedalaman(cm)

Vegetasi Kemasaman(pH)

1. 1 0 – 100300 – 400

Purun tikus 3,673,61

2. 4 0 – 100200 – 300

Purun tikus, Pakis, tumbuhan semak

3,743,38

3. 6 0 – 100400 – 500

Perpat, purun tikus, tumbuhan semak, Pakis

3,593,51

4. 9 0 – 100400 – 500

Purun tikus, Pakis, tumbuhan semak

3,433,75

pH, Dari hasil analisis tanah, terlihat bahwa tanah gambut bereaksi sangat

masam baik pada lapisan atas maupun lapisan bawahnya. Menurut Jones

(1984), nilai pH rendah itu disebabkan oleh asam-asam organik,

pirit (senyawa sulfur), dan ion hidrogen dapat ditukar (H-dd) yang

tinggi terkandung dalam tanah gambut. Menurut Buckman dan

Brady (1982), secara umum kompleks koloid gambut dipengaruhi

Page 29: BAB I - 4f1l.files.wordpress.com  · Web viewMempelajari batas-batas yang dijadikan lokasi ... Intervensi dan Adaptasi Budidaya dalam Ameliorasi Lahan Rawa ... Nas. Ilmu Tanah I,

oleh hidrogen yang menyebabkan pH tanah gambut lebih rendah

daripada tanah mineral.

No. SampelTanah Gambut

Kedalaman(cm)

Kemasaman(pH)

C-Organik(%)

N-Total(%)

1. 1 0 – 100300 – 400

3,673,61

35,5931,48

0,730,69

2. 4 0 – 100200 – 300

3,743,38

27,9626,12

0,760,67

3. 6 0 – 100400 – 500

3,593,51

32,7532,01

0,760,73

4. 9 0 – 100400 – 500

3,433,75

36,0630,91

0,790,58

C-Organik, dari hasil analisis contoh tanah dan berdasarkan kriteria

penilaian sifat kimia tanah PPT (1983) menunjukkan kandungan C-organik

yang sangat tinggi. Tingginya kandungan C-organik menunjukkan akumulasi

bahan organik yang tinggi (seresah). Terlihat dari data hasil analisis, tanah bagian

atas memiliki kandungan C-organik yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanah

bagian bawahnya. Hal ini dilkarenakan tanah bagian atas telah terdekomposisi

lebih lanjut dari tanah di bawahnya, karena terjadi pengeringan setiap musim

kemarau terutama pada kemarau panjang.

N-total, Hasil analisis contoh tanah menunjukkan kadar N-total (%)

termasuk dalam kriteria tinggi hingga sangat tinggi. Sumber Nitrogen yang

utama adalah bahan organi, Nitrogen dalam tanah berasal dari bahan organik

tanah (Hardjowigeno, 1995). Dari hasil analisis yang diperoleh terlihat bahwa

kandungan N-total pada tanah lapisan atas lebih tinggi dari tanah lapisan

Page 30: BAB I - 4f1l.files.wordpress.com  · Web viewMempelajari batas-batas yang dijadikan lokasi ... Intervensi dan Adaptasi Budidaya dalam Ameliorasi Lahan Rawa ... Nas. Ilmu Tanah I,

bawahnya. Lebih rendahnya kandungan N-total pada lapisan bawah gambut

dikarenakan keadaan yang selalu jenuh air.

No. SampelTanah Gambut

Kedalaman(cm)

Na(me/100 g)

Ec(mhos)

1. 1 0 – 100300 – 400

0,440,33

0,8101,090

2. 4 0 – 100200 – 300

0,330.44

0,8901,710

3. 6 0 – 100400 – 500

0,330,55

1,3501,260

4. 9 0 – 100400 – 500

0,440,55

1,1401.410

Na, Kadar Na berkisar antara kriteria rendah sampai sedang.

Ec, Berdasarkan hasil analisis contoh tanah lokasi penelitian termasuk dalam topologi salin ringan (<1) hingga sedang (1-4)

Na, Kadar Na berkisar antara kriteria rendah sampai sedang. Ec, Berdasarkan

hasil analisis contoh tanah lokasi penelitian termasuk dalam topologi salin ringan

(<1) hingga sedang (1-4).

Pirit, pada lokasi penelitian reaksi tanah terhadap peroksida sangat cepat ini

menunjukkan kadar pirit yang tergolong tinggi (potensi sulfat) terdapat pada

lapisan tanah mineral di bawah gambut. Tanah mineral di bawah gambut memiliki

tekstur liat dengan warna 5G 6/2.

Page 31: BAB I - 4f1l.files.wordpress.com  · Web viewMempelajari batas-batas yang dijadikan lokasi ... Intervensi dan Adaptasi Budidaya dalam Ameliorasi Lahan Rawa ... Nas. Ilmu Tanah I,

No. SampelTanah Gambut

Kedalaman(cm)

C-Organik(%)

BO(%)

1. 1 0 – 100300 – 400

35,5931,48

61,3571654,27152

2. 4 0 – 100200 – 300

27,9626,12

48,2030445,03088

3. 6 0 – 100400 – 500

32,7532,01

56,46155,18524

4. 9 0 – 100400 – 500

36,0630,91

62,1674453,28884

No.

SampelTanah Gambut

Kedalaman(cm)

Kadar Abu(%)

BO(%)

1. 1 0 – 100300 – 400

5,865,43

61,35754,272

2. 4 0 – 100200 – 300

7,595,39

48,20345,031

3. 6 0 – 100400 – 500

5,515,72

56,46155,185

4. 9 0 – 100400 – 500

6,224,09

62,16753,289

Abu (%), Dari data analisis tanah, terlihat bahwa kadar abu tergolong rendah. Hal

ini menunjukkan tanah gambut pada lokasi penelitian tergolong gambut dalam

dengan tingkat pelapukan yang belum lanjut. Kadar abu gambut yang belum

terganggu tergolong rendah, peningkatan intensitas pertanian dapat meningkatkan

kadar abu seiring dengan meningkatnya mineralisasi tanah, (Noor, 2001).

Page 32: BAB I - 4f1l.files.wordpress.com  · Web viewMempelajari batas-batas yang dijadikan lokasi ... Intervensi dan Adaptasi Budidaya dalam Ameliorasi Lahan Rawa ... Nas. Ilmu Tanah I,

0

100

200

300

400

500

600

0 5 10 15

Titik Pengamatan

Kete

bala

n G

ambu

t

Series1

No. SampelTanah

Gambut

Ketebalan Gambut

(cm)

Genangan(cm)

Tingkat Kematangan

Warna tanah

1. 1 400 -15 HemikFibik

10YR 3/110YR 3/2

2. 2 300 -20 HemikFibik

10YR 3/110YR 3/2

3. 3 150 0 HemikHemik

10YR 3/110YR 3/2

4. 4 300 -30 HemikHemik

10YR 2/110YR 3/1

5. 5 500 - 50 HemikFibik

10YR 3/110YR 3/2

6. 6 >500 -50 HemikHemik

10YR 3/110YR 3/2

7. 7 >500 -50 HemikFibik

10YR 3/110YR 3/2

8. 8 >500 -10 HemikFibik

10YR 3/110YR 3/2

9. 9 >500 -5 HemikFibrik

10YR 2/110YR 3/3

10. 10 >500 -5 HemikHemik

10YR 3/110YR 3/2

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, ketebalan gambut pada lokasi

penelitian berkisar dari gambut tengahan hingga sangat dalam. Gambut terdalam

pada titik pengamatan 6,7,8,9, dan 10 (lebih dari 5 m). Gambut tengahan terdapat

pada titik pengamatan 3, gambut dalam terdapat pada titik pengamatan 2 dan 4,

dan gambut sangat dalam berada pada titik pengamatan 1,5,6,7,8,9, dan 10.

Page 33: BAB I - 4f1l.files.wordpress.com  · Web viewMempelajari batas-batas yang dijadikan lokasi ... Intervensi dan Adaptasi Budidaya dalam Ameliorasi Lahan Rawa ... Nas. Ilmu Tanah I,

Rawa, lokasi penelitian termasuk lahan rawa lebak tengahan. Tinggi genangan

dapat mencapai lebih dari 100cm pada saan nusim hujan. Nanun pada saat

pengamatan dilakukan permukaan air tanah di bawah permukaan gambut, hal ini

dikarenakaan musim kemarau.

Warna, warna gambut lapisan atas lebih gelap dari lapisan bawahnya hal ini

dikarenakan bagian atas gambut lebih terdekomposisi, dan sebagian lokasi

pengamatan telah terbakar.

Page 34: BAB I - 4f1l.files.wordpress.com  · Web viewMempelajari batas-batas yang dijadikan lokasi ... Intervensi dan Adaptasi Budidaya dalam Ameliorasi Lahan Rawa ... Nas. Ilmu Tanah I,

Kriteia Penilaian Sifat Kimia Tanah

Sifat tanah SR R S T ST

C-organik (%)N-total (%)Nisbah C/NP2O5-Bray (µg g-1)KTK (cmol (+) kg-1)K-dd (cmol (+) kg-1)Na-dd (cmol (+) kg-1)Mg-dd (cmol (+) kg-1)Ca-dd (cmol (+) kg-1)Kejenuhan basa (%)Kejenuhan Al (%)

<1,00<0,1<5<10<5

<0,1<0,1<0,4<2<20<5

1,00-2,000,1-0,25-1010-155-16

0,1-0,30,1-0,30,4-1,0

2-520-355-50

2,01-3,000,21-0,50

11-1516-2517-240,4-0,50,4-0,71,1-2,06-1036-5021-30

3,01-5,000,51-0,75

16-2526-3525-400,6-1,00,8-1,02,1-8,011-2051-7031-60

>5,00>0,75>25>35>40

>1,00>1,00>8,00>20>70>60

pH – H2O SM M AM N AB B<4,5 4,5-5,5 5,6-6,5 6,6-7,5 7,6-8,5 >8,5

Keterangan : SM = Sangat Masam M = MasamAM = Agak Masam N = NetralAB = Agak Basa B = BasaSR = Sangat Rendah R = RendahST = Sangat Tinggi S = Sedang

T = Tinggi

Sumber : Pusat Penelitian Tanah, 1983.

Page 35: BAB I - 4f1l.files.wordpress.com  · Web viewMempelajari batas-batas yang dijadikan lokasi ... Intervensi dan Adaptasi Budidaya dalam Ameliorasi Lahan Rawa ... Nas. Ilmu Tanah I,

A. Sifat Fisik Tanah yang dinilai

Menurut CSR/FAO Staff (1983), sifat fisik tanah yang dinilai adalah kelas

drainase, kedalaman efektif tanah, dan tekstur tanah. Sifat fisik tanah ini

berpengaruh terhadap kondisi perakaran.

1. Kelas Drainase

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, pada lokasi penelitian

semuanya memiliki kelas draenase tanah yang tergolong baik. Hal ini dapat dilihat

dari semua titik pengamatan tidak ditemukannya adanya lahan yang tergenagang.

Menurut CSR/FAO Staff (1983), kriteria tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman

karet pada lokasi penelitian tergolong S1 (sangat sesuai).

2. Kedalaman Efektif Tanah

Dari hasil pengamatan di lapangan kedalaman efektif tanah pada lokasi

penelitian adalah 150 cm. Hal ini diketahui dengan ditemukanya lapisan krokos

pada kedalaman 150 cm. Dengan adanya lapisan krokos, maka akar tanaman

sukar untuk menembus lapisan ini sehingga lapisan krokos merupakan salah satu

faktor pembatas kedalaman efektif tanah.

Berdasarkan kriteria penilaian tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman

karet menurut CSR/FAO Staff (1983) kedalaman efektif tanah pada lokasi

penelitian adalah tergolong S2 (cukup sesuai).

Page 36: BAB I - 4f1l.files.wordpress.com  · Web viewMempelajari batas-batas yang dijadikan lokasi ... Intervensi dan Adaptasi Budidaya dalam Ameliorasi Lahan Rawa ... Nas. Ilmu Tanah I,

3. Tekstur Tanah

Tekstur tanah pada lokasi penelitian adalah lempung berpasir dan lempung

liat berpasir, tetapi didominasi oleh lempung berpasir. Dari hasil analisis

laboratorium, diketahui bahwa pada titik T1, T5, T8, T13, T21, T23, T26 dan T29

memiliki tekstur tanah lempung berpasir sedangkan pada titik T11 dan T15

memiliki tekstur tanah lempung liat berpasir.Berdasarkan kriteria penilaian

tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman karet menurut CSR/FAO Staff (1983)

tektur tanah pada lokasi penelitian adalah tergolong S1 (sangat sesuai).

Tabel….Data Hasil Analisis Sifat Fisik Tanah Lokasi Penelitian

Kode Kelas Tekstur Kelas Draenase

KedalamanEfektif (cm)

T1

T5

T8

T11

T13

T15

T21

T23

T26

T29

Lempung BerpasirLempung BerpasirLempung Berpasir

Lempung Liat BerpasirLempung Berpasir

Lempung Liat BerpasirLempung BerpasirLempung BerpasirLempung BerpasirLempung Berpasir

BaikBaikBaikbaikBaikBaikBaikBaikBaikBaik

150150150150150150150150150150

B. Sifat Kimia Tanah yang dinilai

Sifat kimia tanah yang dinilai adalah meliputi retensi hara (pH dan KTK) dan

ketersediaan hara (N, P2O5, dan K2O).

1. Retensi unsur hara (pH dan KTK)

Page 37: BAB I - 4f1l.files.wordpress.com  · Web viewMempelajari batas-batas yang dijadikan lokasi ... Intervensi dan Adaptasi Budidaya dalam Ameliorasi Lahan Rawa ... Nas. Ilmu Tanah I,

Dari hasil analisis di laboratorium, pH tanah pada lokasi penelitian adalah

berkisar antara 4,34 – 5,44. Berdasarkan kriteria penilaian tingkat kesesuaian

lahan untuk tanaman karet menurut CSR/FAO Staff (1983), pH tanah pada lokasi

penelitian adalah tergolong S1 (sangat sesuai).

Nilai KTK pada lokasi penelitian tergolong dalam kategori rendah yaitu

antara 13,05 – 16, 31 cmol(+)kg-1. Rendahnya nilai KTK pada lokasi penelitian ,

diduga karena kadar liat pada tanah yang rendah. Nilai KTK tanah tertinggi pada

lokasi penelitian ditemukan pada sampel tanah T11 dengan tekstur tanah lempung

liat berpasir dan nilai KTK terendah adalah pada titik T26.

Berdasarkan kriteria penilaian tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman

karet menurut CSR/FAO Staff (1983) KTK tanah pada titik T11 tergolong dalam

tingkat kesesuaian kelas S1, sedangkan untuk titik pengamatan yang lain

tergolong S2 (cukup sesuai).

2. Ketersediaan hara N, P, dan K.

1. N-total

Dari hasil analisis laboratorium, diperoleh nilai N-total pada lokasi

penelitian tergolong rendah sampai sedang, yaitu berkisar antara 0,15 % – 0,29%.

Berdasarkan kriteria kesesuaiaan lahan CSR/FAO (1983) tiik T1, T5, T8, T13, T23,

dan T26 yang memiliki nilai N-total sedang tergolong kelas kesesuaian S1 (sangat

sesuai) sedangkan titik T11, T15, T21 dan T29 yang memiliki kandungan N-total

rendah tergolong kelas kesesuiaian S2 (cukup sesuai) untuk tanaman karet.

2. P-tersedia

Page 38: BAB I - 4f1l.files.wordpress.com  · Web viewMempelajari batas-batas yang dijadikan lokasi ... Intervensi dan Adaptasi Budidaya dalam Ameliorasi Lahan Rawa ... Nas. Ilmu Tanah I,

Berdasarkan hasil analisis laboratorium, kandungan P2O5 dalam tanah pada

lokasi penelitian berkisar antara 3,67 sampai 93,04 ug g-1. dengan demikian,

kandungan P2O5 pada lokasi penelitian tergolong sangat rendah sampai sangat

tinggi. Berdasarkan kriteria kesesuaian lahan CSR/FAO (1983) untuk tanaman

karet , pada lokasi penelitian yang diwakili oleh titik T1,T5, T8, T26 dan T29

memiliki kandungan P-tersedia tergolong kelas kesesuaian N (tidak sesuai), titik

T13 dan T21 memiliki kandungan P-tersedia rendah tergolong kelas kesesuaian S3

(kurang sesuai), titik T11 memiliki kandungan P-tersedia sedang tergolong kelas

kesesuaian S2 (cukup sesuai) sedangkan untuk titik T15 dan T23 memiliki

kandungan P-tersedia sangat tinggi tergolong kelas kesesuaian S1 (sangat sesuai).

Dari data yang diperoleh tingkat kesesuaian lahan pada lokasi penelitian

untuk kandungan tersedia sangat bervariasi yaitu dari N (tidak sesuai) sampai

(sangat sesuai).

3. K-tersedia

Kandungan K2O dilokasi penelitian tergolong rendah sampai tinggi,

dengan kisasaran 0,29 sampai 0,99 cmol(+)kg-1. Berdasarkan kriteria kesesuaian

lahan CSR/FAO (1983) untuk tanaman karet, kandungan K2O pada lokasi

penelitian tergolong kelas kesesuaian S1 (sangat sesuai).

Page 39: BAB I - 4f1l.files.wordpress.com  · Web viewMempelajari batas-batas yang dijadikan lokasi ... Intervensi dan Adaptasi Budidaya dalam Ameliorasi Lahan Rawa ... Nas. Ilmu Tanah I,

Tabel....Hasil Analisis sifat kimia pada lokasi penelitian.Kode

sampelN – Total

(%)P2O5- Bray

(µg g-1)K2O

(Cmol(+) Kg-1)KTK

(Cmol(+) Kg-1) pH

T1

T5

T8

T11

T13

T15

T21

T23

T26

T29

0,24 (S)0,29 (S)0,27 (S)0,16 (R) 0,23 (S)0,18 (R)0,19 (R)0,21 (S)0,21 (S)0,15 (R)

5,15 (SR)9,62 (SR)3,67 (R)16,03 (S)14,42 (R)61,83 (ST)11,34 (R)93,09 (ST)8,93 (SR)9,62 (SR)

0,42 (T) 0,29 (R) 0,42 (T)

0,57 (T)

0,42 (R)0,99 (T)0,57 (T)0,42 (T)0,29 (R)0,57 (T)

15,23 (R) 13,05 (R)14,14 (R)16,31 (S)14,14 (R)15,23 (R)15,23 (R)12,18 (R)11,31 (R)14,14 (R)

4,99 (M)4,94 (M)4,93 (M)4,34 (SM)4,77 (M)5,44 (SM)4,96 (M)5,03 (M)5,10 (M)4,87 (M)

Sumber : Laboratorium Kimia Tanah, Jurusan Tanah Fakultas Pertanian UNSRI, 2007

Keterangan : SM = Sangat masam M = Masam SR = Sangat rendah T = Tinggi S = Sedang R = Rendah

Page 40: BAB I - 4f1l.files.wordpress.com  · Web viewMempelajari batas-batas yang dijadikan lokasi ... Intervensi dan Adaptasi Budidaya dalam Ameliorasi Lahan Rawa ... Nas. Ilmu Tanah I,

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007. (http://www.kalteng.go.id/indo/kehutanan_potensi.htm). Diakses tanggal 25 Mei 2007

Arief, Arifin. 2001. Hutan & Kehutanan. Kanisius, Yogyakarta.

Arief, Arifin. 1994. Hutan : Hakikat dan Pengaruhnya terhadap Lingkungan. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

Armanto, M. E., M. S. Imanudin., dan I. Naning. 1998. Evaluasi Dampak Reklamasi Rawa Lebak Terhadap Kemerosotan Produksi Padi di Kabupaten OKI. Seminar Workshop Proceeding on Setting the Action Plants for Revitalization of the South Sumatera Province. Indralaya, 26-27 Oktober 1998.

Bernhardsen, Tor. 1992. Geographics Information Systems. Viak IT, Norway.

Budiyanto, Eko. 2002. Sistem Informasi Geografis Menggunakan ArcView GIS. Penerbit Andi, Yogyakarta.

Chokkalingam, U. , Suyanto. 2004 Kebakaran, mata pencaharian, dan kerusakan lingkungan pada lahan basah di Indonesia : lingkaran yang tiada berujung pangkal.. Fire Brief. No. 4. CIFOR, Bogor, Indonesia.

Djafar , Z.R. 1992. Potensi Lahan Lebak Mencapai dan Pelestarian Swasembada Pangan. Dalam Makalah Seminar Nasional Pemanfaatan Potensi Lahan Rawa untuk Pencapaian dan Pelestarian Swasembada Pangan. Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Palembang.

Departemen Pertanian. 2005. Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Lebak Melalui Penguatan Sistem Kelembagaan dan Infrastruktur Pendukung Dalam Rangka Penyangga Produksi Tanaman Pangan, Jakarta.

Page 41: BAB I - 4f1l.files.wordpress.com  · Web viewMempelajari batas-batas yang dijadikan lokasi ... Intervensi dan Adaptasi Budidaya dalam Ameliorasi Lahan Rawa ... Nas. Ilmu Tanah I,

Departemen Kehutanan. 2007. Dephut Alokasikan Lahan Hutan 5,4 Juta Hektar Untuk Usaha Hutan Tanaman Rakyat, (ttp://www.indonesia.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=3152&Itemid=694) diakses tanggal 25 Mei 2007.

ESRI. 1997. ESRI Shapefile : A Technical Description.An ESRI White Paper, May 1997.

Hanafiah, K. A. 1992. Intervensi dan Adaptasi Budidaya dalam Ameliorasi Lahan Rawa untuk Pertanian. Dalam : Prosiding Seminar Nasional Pemanfaatan Lahan Rawa untuk Pencapaian dan Pelestarian Swasembada Pangan. Fakultas Pertanian. Universitas Sriwijaya, Palembang.

Lo, C. P. 1996. Penginderaan Jauh Terapan. Terjemahan: Purbowaseso, B. UI Press, Jakarta.

Lopez, C. Dan Shanley. 2005. Kekayaan Hutan Asia. Makanan, rempah-rempah, kerajinan tangan dan resin. PT Gramedia Pustaka Utama.

Noor, Muhammad. 2004. Lahan Rawa : Sifat dan Pengelolaan tanah bermasalah sulfat masam. PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Nuarsa, I Wayan. 2005. Menganalisis Data Spasial dengan ArcView GIS 3.3 untuk Pemula. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 2000. Kriteria Kesesuain Lahan untuk Komoditas Pertanian. Badan Penelitian Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor.

Prahasta, Eddy. 2005. Sistem Informasi Geografis:Tutorial ArcView. Informatika Bandung, Bandung.

Prahasta, Eddy. 2001. Konsep-konsep dasar sistem informasi geografis. Informatika Bandung, Bandung.

Radjagukguk, B. 1990. Prospek pengelolaan tanah-tanah gambut untuk perluasan lahan pertanian. Seminar Nasional Tanah-tanah bermasalah di Indonesia KMIT Fakultas Pertanian UNS Surakarta 15 Oktober 1990, Surakarta.

Rismundar, T. 2001. Pemanfaatan Lahan Gambut untuk Menciptakan Pembangunan Berwawasan Lingkungan. Makalah Falsafah Sains. Juni 2001. Institut pertanian Bogor. Program Pasca Sarjana (S3).

Page 42: BAB I - 4f1l.files.wordpress.com  · Web viewMempelajari batas-batas yang dijadikan lokasi ... Intervensi dan Adaptasi Budidaya dalam Ameliorasi Lahan Rawa ... Nas. Ilmu Tanah I,

Rustiadi, E., K. Mizuno and S. Kobayashi. 1999. Measuring Spatial Pattern of Suburbanization Process. Journal of Rural Planning Association 18 (1):31-41

Singh, A. 1989. Review Article. Digital Change Detection

Techniques Using Remotely-sensed Data. International Journal Remote Sensing. 10 (6): 989-1003.

Siswanto, Agus B., Candradinata, S., Lilih M, dan Nata S. 2006. Karakteristik dan Penyebaran Lahan Gambut di Indonesia. Climate Change, Forests, and Peatlands in Indonesia. Wetlands International.

Soepraptohardjo, M. 1961a. Klasifikasi Tanah Kategori Tinggi. Kong. Nas. Ilmu Tanah I, Bogor.

Soepraptohardjo, M. 1961b. Jenis Tanah di Indonesia. Mimeograph 25 hlm. Lembaga Penyelidikan Tanah, Bogor.

Soil Survey Staff, 1975. Soil Taxonomy. A Basic System for Making Interpreting Soil Surveys. USDA-SCS Agric. Handb. 436.

Subagyono H. Suharta N., dan Siswanto A.B. 2000. Tanah-Tanah pertanian di Indonesia. Sumberdaya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya. Hal 21 – 61. Puslittanak. Badan Litbang Pertanian, Bogor.

Soepraptohardjo, M. and P.M. Dreissen. 1976. The lowland and peat of Indonesia, a challange for the future. In Peat and Podsolic and Their Potential fof Agriculture in Indonesia. Bull. Soil Res., Bogor, 3:11-19.

Subagjo dan M. Soepraptohardjo. 1978. Beberapa Catatan Kecil Tentang Potensi/Aspek Tanah Daerah Lebak/Rawa di Sumatera Selatan. Makalah Pada Simposium Pemanfaatan Potensi Daerah Lebak, Palembang.

Subagjo, H., D. Suharta, dan A.B. Siswanto. 2000. Sumberdaya Lahan Indonesia. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.

Subagjo, H. 2002. Penyebaran dan Potensi Tanah Gambut di Indonesia untuk Pengembangan Pertanian.Technical Report 41.02. Wetlands International-Indonesia Programme, Wildlife Habitat, Bogor.

Subagyono. K, Vadari T., dan Widjaja-Adhi I.P.G. 1997. Strategi Pengelolaan Air dan Tanah pada Lahan Rawa pasang Surut : Prospek dan Kendala. Makalah disampaikan pada Pertemuan Pembahasan dan Komunikasi Hasil Penelitian Tanah dan Agroklimatm Tanggal 4 s/d 6 Maret.

Page 43: BAB I - 4f1l.files.wordpress.com  · Web viewMempelajari batas-batas yang dijadikan lokasi ... Intervensi dan Adaptasi Budidaya dalam Ameliorasi Lahan Rawa ... Nas. Ilmu Tanah I,

Suparmoko. 1989. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Pusat Antar Universitas Gajah Mada Yogyakarta, Yogyakarta.

WALHI, 2007. Hentikan Perluasan dan Pembangunan HTI Baru di Indonesia. (http://www.walhi.or.id/kampanye/hutan/konversi/070307_hti_li/) diakses tanggal 25 Mei 2007.

Waluyo, Suparwoto, A. Suzana, Muzhar, R. Dewi, I. W. Supartha, T. Arief, Z. Arifin, M. Syarief, dan Suhendi. 1997. Pengkajian Model Sistem Usahatani di Lahan Lebak Kayu Agung Sumatera Selatan. Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Puntikayu. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian Sumatera Selatan, Palembang.

Widjaja, Adhi, I P.G. 1984. Masalah Tanaman Di Tanah Gambut. Prosiding Pertemuan Teknis Penelitian Pola Usahatani Menunjang Transmigrasi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta.

Widjaya, Adhi, I. P. G. 1988. Physical and chemical characteristics of peat soils of Indonesia. IARDJ 10 (3) : 59 – 64.

Worrel, A.C. 1970. Principle of Forest Policy. McGraw Hill Book Company, New York.

Page 44: BAB I - 4f1l.files.wordpress.com  · Web viewMempelajari batas-batas yang dijadikan lokasi ... Intervensi dan Adaptasi Budidaya dalam Ameliorasi Lahan Rawa ... Nas. Ilmu Tanah I,

LAMPIRAN

Page 45: BAB I - 4f1l.files.wordpress.com  · Web viewMempelajari batas-batas yang dijadikan lokasi ... Intervensi dan Adaptasi Budidaya dalam Ameliorasi Lahan Rawa ... Nas. Ilmu Tanah I,

Lampiran 1. Peta Kabupaten Ogan Komering Ilir

Kws. Agropolitan(SP. PadangKws. AgropolitanKws. AgropolitanLempuing

PETA AGROPOLITANKABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

Sei Menang

Kota TaniPusat Distrik

KEC.MESUJI MAKMUR

KEC.MESUJI

RAYA

KEC.LEMPUING

KEC.PEDAMARAN TIMUR

JAYA

KEC.PANGKALAN LAMPAM

KEC.TELUK GELAM