bab i 20110312

10
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan manusia semakin hari semakin pesat. Di samping dampak positif dari kemajuan ini terdapat juga dampak negatif. Salah satu dampak negatif itu adalah adanya pencemaran pada lingkungan. Pencemaran ini dapat terjadi pada tanah, air dan udara. Salah satu contoh terjadinya pencemaran ini adalah yang terjadi pada sungai Citarum. Sungai Citarum merupakan sungai yang paling tercemar di bumi (1) . Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum merupakan DAS utama yang sangat penting di Jawa Barat. Karena merupakan penyangga Ibukota Jakarta. Daerah aliran sungai ini memiliki luas 6.614 kilometer persegi atau sekitar 22 % luas wilayah Jawa Barat. DAS ini juga merupakan DAS terpadat di Jawa Barat (2) . Sungai Citarum bersumber dari Gunung Wayang di Desa Cibeureum, Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung 1

Upload: indra-saut-taruli-tua

Post on 30-Jun-2015

173 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I 20110312

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan manusia semakin hari semakin pesat. Di samping dampak

positif dari kemajuan ini terdapat juga dampak negatif. Salah satu dampak negatif

itu adalah adanya pencemaran pada lingkungan. Pencemaran ini dapat terjadi pada

tanah, air dan udara. Salah satu contoh terjadinya pencemaran ini adalah yang

terjadi pada sungai Citarum. Sungai Citarum merupakan sungai yang paling

tercemar di bumi(1).

Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum merupakan DAS utama yang sangat

penting di Jawa Barat. Karena merupakan penyangga Ibukota Jakarta. Daerah

aliran sungai ini memiliki luas 6.614 kilometer persegi atau sekitar 22 % luas

wilayah Jawa Barat. DAS ini juga merupakan DAS terpadat di Jawa Barat (2).

Sungai Citarum bersumber dari Gunung Wayang di Desa Cibeureum,

Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung yang mengalir melalui daerah Majalaya

yang banyak industri tekstilnya. Selanjutnya sungai ini mengalir ke bagian tengah

Provinsi Jawa Barat dari selatan ke arah utara dan akhirnya bermuara di Laut Jawa

di daerah Muara Gembong dengan melewati Kabupaten Bandung, Kabupaten

Cianjur, Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Karawang(3).

Untuk memanfaatkan sungai Citarum telah dibangun 3 (tiga) waduk besar

yaitu: waduk Saguling dibangun tahun 1986 dengan kapasitas 982 juta m3, waduk

1

Page 2: BAB I 20110312

2

Cirata dibangun tahun 1988 dengan kapasitas 2.165 juta m3, dan waduk Jatiluhur

dibangun tahun 1963 dengan kapasitas 3.000 m3 (3).

Waduk Jatiluhur ini merupakan bendungan terbesar di Indonesia. Yang

oleh pemerintah Indonesia dinamakan Waduk Ir. H. Juanda, dengan luas 8.300 ha.

Waduk ini memiliki fungsi serbaguna selain sebagai tempat menampung air untuk

irigasi, waduk ini juga berfungsi sebagai pembangkit listrik, sumber air baku

PAM, serta tempat rekreasi air, serta tempat budidaya ikan air tawar pada jaring

apung.

Waduk Jatiluhur merupakan waduk yang berada paling hilir dari

serangkaian waduk di aliran sungai Citarum sehingga cemaran yang berasal dari

waduk Cirata dan Saguling serta air yang berasal dari bagian hulu dapat terbawa

masuk.

Masuknya bahan pencemar ini yang membuat kualitas air menurun, dan

bila hal ini terjadi maka air dinyatakan tercemar. Cemaran air dapat berupa jasad

renik, zat atau energi yang masuk kedalam air. Keberadaan zat pencemar dalam

perairan akan mempengaruhi makhluk hidup yang ada di dalamnya. Masuknya zat

pencemar ke dalam tubuh biota air dapat melalui saluran pernapasan dan saluran

pencernaan(4). Bahan pencemar ini salah satunya disebabkan oleh karena logam

berat, yang merupakan hasil limbah industri yang ada di DAS Citarum Hulu.

Umumnya air limbah industri mengandung logam berat, karena dalam proses

produksinya banyak melibatkan bahan kimia, seperti industri kimia, industri cat,

industri pupuk (5). Selain itu logam berat juga dihasilkan oleh pelapukan batuan

Page 3: BAB I 20110312

3

yang berada ditanah, akibat dari proses pertambangan, limbah barang-barang

elektronik, limbah batu baterai, limbah aki, kabel, pipa, cat antikarat.

Cemaran logam berat dapat menimbulkan efek gangguan terhadap

kesehatan, baik manusia maupun hewan. Tergantung pada tempat di mana logam

berat terikat dalam tubuh serta besar dosis paparannya. Efek toksis dari logam

berat ini menghalangi kerja enzim sehingga metabolisme tubuh menjadi

terganggu. Efek lainnya dapat menjadi mutagen, teratogen, dan karsinogen bagi

tubuh manusia dan hewan.

Logam berat adalah logam yang massa atom relatifnya besar dan terdapat

80 jenis dari sejumlah 109 unsur kimia yang telah teridentifikasi di muka bumi

ini. Logam berat memiliki karakteristik yaitu memiliki berat jenis yang besar

(lebih dari 4), mempunyai nomor atom 22 -34 dan 40 – 50 serta unsur lantanida

dan aktinida, serta memiliki respon biokimia yang khas pada organisme hidup (6).

Berdasarkan penelitian dari Laboratorium Jatiluhur dan Institut Teknologi

Bandung (ITB), ditemukan empat kandungan logam berat yang terdapat dalam

ikan yang diambil dari jaring terapung milik warga di waduk Cirata. Empat

kandungan logam berat itu adalah timbal (Pb) 0,6 part per million (ppm), zinc

atau seng (Zn) 22,45 ppm, crom (Cr) 0,1 ppm, dan air raksa atau merkuri (Hg)

179,13 partikel per berat badan (ppb)(7).

Hasil penelitian terbaru yang dilakukan oleh Ratri Indri Hapsari Sutarto

terhadap kontaminasi logam berat pada ikan mas (Cyprinus carpio L.) budidaya

jaringan apung di waduk Cirata tahun 2007 untuk logam Cu, Cd, Pb, dan Hg

masih berada di bawah baku mutu ADI berdasarkan FAO/WHO. Dari hasil

Page 4: BAB I 20110312

4

penelitian Badan Pengelola waduk Cirata (BPWC) pada triwulan pertama dan

kedua tahun 2008 menunjukkan kadar timbal (Pb) di sejumlah lokasi penelitian

mencapai 0,04 mg/l. Pada triwulan pertama kadar timbal mencapai 0,03 mg /l

dan 0,11 mg/l pada triwulan kedua. Pada hal ambang batas ideal untuk air baku

minum, perikanan dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) berdasarkan

peraturan gubernur Jawa Barat Nomor 39 tahun 2000 tentang Baku Mutu Air

adalah 0,02 mg/l untuk tembaga (Cu) dan 0,03 mg/l untuk timbal (Pb). (8)

Masuknya cemaran kedalam tubuh dapat melalui proses rantai makanan,

memungkinkan perpindahan zat pencemar dalam hal ini timbal (Pb), dari suatu

makhluk hidup ke makhluk hidup lain yang mengkonsumsinya.

Dalam penelitian ini digunakan ikan mas (Cyprinus carpio L.) sebagai

sampel yang akan diteliti. Ikan mas (Cyprinus carpio L.) dipilih karena ikan yang

banyak dibudidayakan dalam jaring apung di waduk Jatiluhur. Dan ikan ini

merupakan ikan yang dikonsumsi oleh masyarakat. Pemeriksaan kadar timbal

(Pb) dan pada ikan ini akan menjadi indikator pencemaran lingkungan disamping

juga untuk mengetahui apakah ikan mas (Cyprinus carpio L.) yang dibudidayakan

masih layak untuk dikonsumsi. Konsumsi ikan yang mengandung timbal (Pb)

sangatlah berbahaya karena sifatnya yang terakumulasi dan sukar dihilangkan dari

dalam tubuh.

Ikan mas (Cyprinus carpio L.) yang akan diambil sebagai sampel adalah

ikan mas (Cyprinus carpio L.) layak konsumsi yaitu yang berusia 3 – 4 bulan (9).

Pemilihan ini agar lebih mendekati kemungkinan ikan mas (Cyprinus carpio L.)

ini dikonsumsi dimasyarakat.

Page 5: BAB I 20110312

5

Dalam penelitian ini akan dilakukan pengukuran kadar logam berat timbal

(Pb) dalam ikan mas (Cyprinus carpio L) pada berbagai bobot dan dalam daging

serta tulang ikan yang berasal dari waduk Jatiluhur, Jawa Barat dengan metode

Spektrometer Serapan Atom (SSA).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan diatas yang memenjadi permasalahan penelitian

adalah :

1. Apakah ikan mas (Cyprinus carpio L.) yang dibudidayakan dalam jaring

apung di waduk Jatiluhur tercemar logam timbal (Pb)?

2. Berapa besarkah kandungan cemaran logam timbal (Pb) pada ikan mas

(Cyprinus carpio L.) yang dibudiayakan di wadak Jatiluhur?

3. Amankah ikan mas (Cyprinus carpio L.) yang dibudidayakan di waduk

Jatiluhur untuk dikonsumsi?

4. Apakah terdapat perbedaan kadar logam berat timbal (Pb) pada berbagai

bobot ikan mas (Cyprinus carpio L)?

5. Apakah terdapat perbedaan kadar logam berat timbal (Pb) pada daging

dan tulang ikan mas (Cyprinus carpio L)?

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada pengkajian analisa kadar logam berat timbal

(Pb) yang terkandung dalam berbagai bobot dan analisa kadar logam berat

timbal (Pb) dalam daging dan tulang terdapat pada ikan mas (Cyprinus carpio

Page 6: BAB I 20110312

6

L.) yang dibudidayakan di waduk Jatiluhur dengan metoda SSA. Dan kaitannya

dengan kelayakan konsumsi ikan mas (Cyprinus carpio L.).

D. Rumusan Masalah

Pada analisa kadar logam berat timbal (Pb) yang terkandung dalam

berbagai bobot dan analisa kadar logam berat timbal (Pb) dalam daging dan

tulang terdapat pada ikan mas (Cyprinus carpio L.) yang dibudidayakan di

waduk Jatiluhur dengan metoda SSA. Dan kaitannya dengan kelayakan

konsumsi ikan mas (Cyprinus carpio L.).

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui adanya cemaran logam timbal (Pb) yang terdapat pada ikan

mas (Cyprinus carpio L.) yang dibudiayakan di waduk Jatiluhur.

2. Mengetahui apakah Ikan mas (Cyprinus Carpio L.) dari waduk Jatiluhur

memenuhi syarat untuk dikonsumsi.

3. Sebagai indikasi adanya cemaran logam timbal (Pb) di waduk Jatiluhur.

4. Mengetahui adakah perbedaan kadar logam timbal (Pb) dalam berbagai

bobot ikan mas (Cyprinus carpio L) yang dibudidayakan di waduk

Jatiluhur.

5. Apakah ada perbedaan antara kadar logam timbal (Pb) dalam daging dan

tulang ikan mas (Cyprinus carpio L) yang dibudidayakan di waduk

Jatiluhur.

Page 7: BAB I 20110312

7

F. Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat

bahaya logam timbal (Pb) tehadap kesehatan dan lingkungan.

2. Sebagai masukan bagi masyarakat agar waspada akan bahaya logam Pb

pada Ikan mas (Cyprinus carpio L.).

3. Masukan terhadap pemerintah setempat untuk menjaga air dari

pencemaran. Aliran sungai Citarum pada umumnya dan khususnya di

waduk Jatiluhur.