bab cad
DESCRIPTION
autocadTRANSCRIPT
BAB II
TRANSFORMATOR TENAGA
2.1 Teori Dasar
PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumbagsel merupakan bagian dari sistem
interkoneksi kelistrikan Sumbagsel – Sumbagteng. Konstribusi kelistrikan yang
disalurkan sektor pembangkitan Ombilin ke sistem interkoneksi sebesar 29,64 % dari
total keseluruhan pembangkit yang ada di sistem interkoneksi Sumatera Bagian Barat
dan Riau.
PLTU Ombilin terdiri dari 2 unit masing-masing unit memiliki kapasitas 100
MW. Gardu induk pada PLTU Ombilin menggunakan Gas Insulated Switchgear
( GIS ) yang berkapasitas 3150 A. Tenaga listrik yang dihasilkan PLTU Ombilin
melalui generator dengan tegangan 11,5 kV dinaikkan menjadi 150 kV melalui trafo
utama. Kemudian disalurkan melalui jaringan tegangan tinggi 150 kV yang terhubung
ke sistem interkoneksi Sumbagsel, Sumbagteng yang dikendalikan oleh Pusat
Penyaluran dan Pengaturan Beban Sumatera (P3BS).
Maka transformator tenaga merupakan bagian vital (critical part) dalam
sistem tenaga listrik, dimana PLTU Ombilin merupakan pembangkit dan penyalur
tenaga listrik. Dengan trafo, PLTU Ombilin dapat menyalurkan energi listrik ke
tegangan rendah atau sebaliknya sesuai dengan jenis trafo yang difungsikan.
2.1.1 Pengertian Transformator Tenaga
Transformator tenaga adalah suatu alat listrik yang dapat menyalurkan tenaga / daya
listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya, melalui suatu gandengan
magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnet. Dalam sistem tenaga kelistrikan
transformator mempunyai peran penting terutama pada sistem transmisi dan distribusi tenaga
listrik.
9
PLTU Sektor Pembangkitan Ombilin mempunyai 3 jenis transformator yaitu:
a. UAT (Unit Auxiliary Transformer)
UAT (Unit AuxiliaryTransformer) adalah transformator utama untuk
pemakaian sendiri yang dipasang paralel dengan trafo generator, berfungsi sebagai
penurun tegangan pembangkitan 11,5 kV menjadi 6 kV. Pada saat operasi dalam
keadaan normal seluruh kebutuhan tenaga listrik untuk peralatan listrik maupun
penerangan disuplai oleh trafo ini.
Gambar 2.1 Trafo UAT (Unit Auxiliary Transformer)
b. SST (Station Service Transformer)
Pada saat terjadi unit trip, maka untuk menjaga peralatan-peralatan vital tetap
bekerja, maka PLTU menggunakan supplay dari luar. Tegangan dari saluran
transmisi 150 kV diturunkan tegangannya menggunkan trafo SST (Station Service
Transformer).
Gambar 2.2 Trafo SST (Station Service Transformer)
10
c. Transformator Generator (Generator Transformer)
Transformator generator (Generator Transformer) berfungsi menaikkan
tegangan pembangkitan 11,5 kV menjadi 157,5 kV yang dipasok pada bus A dan B
yang berhubungan langsung dengan saluran transmisi, pada sistem interkoneksi se
Sumatra.
Gambar 2.3 Transformator Generator (Generator Transformer)
2.1.1.1 Prinsip Kerja Transformator
Transformator terdiri atas dua buah kumparan (primer dan sekunder) yang
bersifat induktif. Kedua kumparan ini terpisah secara elektris namun berhubungan
secara magnetis melalui jalur yang memiliki reluktansi (reluctance) rendah. Apabila
kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik maka fluks
bolak-balik akan muncul di dalam inti yang dilaminasi, karena kumparan tersebut
membentuk jaringan tertutup maka mengalirlah arus primer.
Akibat adanya fluks di kumparan primer maka di kumparan primer terjadi
induksi (self induction) dan terjadi pula induksi di kumparan sekunder karena
pengaruh induksi dari kumparan primer atau disebut sebagai induksi bersama (mutual
induction) yang menyebabkan timbulnya fluks magnet di kumparan sekunder, maka
mengalirlah arus sekunder jika rangkaian sekunder di bebani, sehingga energi listrik
dapat ditransfer keseluruhan (secara magnetisasi).
11
e = - n dΦdt
(volt)
dimana :
e = Gaya gerak listrik (volt)
n = Jumlah lilitan
dΦdt
= Perubahan fluks magnet (weber/second)
Perlu diingat bahwa hanya tegangan listrik arus bolak-balik yang dapat
ditransformasikan oleh transformator. Tujuan utama menggunakan inti pada
transformator adalah untuk mengurangi reluktansi (tahanan magnetis) dari rangkaian
magnetis (common magnetic circuit).
2.1.1.2 Bagian – bagian Transformator
Ada beberapa macam bagian pada transformator seperti peralatan utama,
peralatan bantu dan peralatan proteksi.
a. Peralatan Bagian Utama
1. Inti Besi
Berfungsi untuk mempermudah jalan fluksi, yang ditimbulkan oleh arus listrik
yang melalui kumparan. Inti jangkar terbuat dari susunan plat/lempengan-lempengan
besi tipis berbahan ferro magnetic yang berisolasi, yaitu suatu bahan yang mudah
dijadikan magnet dan mudah pula hilang kemagnetannya. Dengan kata lain bahan
dengan magnet elementer yang jarang. Bahan ferro dengan magnet elementer yang
demikian berfungsi untuk mengurangi kerugian hysteresis, sedangkan inti yang
dibuat berlapis berfungsi untuk mengurangi kerugian arus pusar Eddy Current.
12
Gambar 2.4 Inti Besi dan Laminasi yang diikat Fiber Glass
2. Kumparan Transformator
Adalah beberapa lilitan kawat yang terbuat bahan tembaga berlapis isolasi
email, yaitu suatu bahan yang mempunyai nilai tahanan jenis kecil, yang membentuk
suatu kumparan. Bahan tembaga ini berfungsi untuk mengurangi kerugian daya.
Isolasi email berfungsi untuk menghindari terjadinya hubungan singkat antara batang
– batang kawat. Kumparan tersebut terdiri dari kumparan primer dan kumparan
sekunder. Kumparan input (primer) berfungsi untuk tempat masuknya daya listrik
yang akan dirobah dan dipindahkan. Kumparan output (sekunder) berfungsi untuk
menampung daya yang telah dipindahkan dari kumparan input. Kumparan trafo ini
juga berfungsi sebagai alat transformasi tegangan dan arus.
13
Gambar 2.5 Kumparan Phasa RST
3. Pasak
Terbuat dari bahan vakelit yaitu suatu bahan berupa isolasi yang berfungsi
untuk memadatkan susunan dari batang – batang kawat dari kumparan ke dua
rangkaian, baik rangkaian input maupun rangkaian out put. Pemadatan susunan
batang – batang kawat ini berfungsi untuk mengurangi kerugian akibat getaran.
4. Minyak Transformator
Minyak trafo merupakan minyak mineral yang secara umum terbagi tiga jenis,
yaitu parafinik, naphatik, dan aromatic. Ketiga jenis minyak ini tidak boleh
dilakukan pencampuran karena memiliki sifat fisik dan kimia yang berbeda. Sebagian
besar kumparan-kumparan dan inti trafo tenaga direndam dalam minyak trafo,
terutama trafo-trafo tenaga yang berkapasitas besar. Minyak trafo ini berfungsi
sebagai media isolasi, media pemindah, pendingin, dan pelindung belitan dari
oksidasi.
5. Bushing
Bushing adalah sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator. Berfungsi
sebagai penghubung antara kumparan trafo ke jaringan luar. Isolatornya berfungsi
sebagai penyekat antara konduktor bushing dengan tangki trafo.
14
Bushing dilengkapi dengan fasilitas untuk pengujian tentang kondisi bushing
yang sering disebut center tap.
6. Tangki Konservator
Minyak transformator saat terjadi kenaikan suhu operasi dapat memuai
sehingga volumenya bertambah. Sebaliknya saat terjadi penurunan suhu operasi,
minyak akan menyusut dan volume minyak akan turun. Konservator berfungsi untuk
menampung minyak cadangan dan uap / udara akibat pemanasan trafo karena arus
beban.
Seiring dengan naik turunya volume minyak di konservator akibat pemuaian
dan penyusutan minyak trafo, volume udara di dalam konservator pun akan
bertambah atau berkurang. Penambahan dan pembuangan udara di dalam konservator
akan berhubungan dengan udara luar. Untuk menjaga agar minyak tidak
terkontaminasi oleh kelembaban dan oksigen yang masuk bersama udara dari luar
melalui saluran pelepasan dan masukanya udara kedalam konservator, diperlukan
media penyerap uap air pada udara yang disebut dengan silica gel.
Hal lain yang dapat dilakukan untuk menghindari agar minyak trafo tidak
berhubungan lansung dengan udara luar adalah dengan merancang konservator
dengan menggunakan Brether bag / Rubber Bag, yaitu sejenis balon karet yang
dipasang di dalam tangki konservator.
Gambar 2.6 Konservator minyak trafo15
b. Peralatan Bagian Bantu
1. Sistem Pendingin
Trafo yang dialiri arus akan menjadi panas (akibat rugi – rugi besi dan rugi –
rugi tembaga) yang sebanding dengan arus yang mengalir serta temperatur udara
disekeliling trafo tersebut. Jika temperatur luar cukup tinggi dan beban trafo juga
tinggi maka trafo akan beroperasi dengan temperatur yang tinggi pula. Sehingga
dapat menyebabkan kerusakan pada isolasi ( di dalam trafo). Untuk mengatasi hal
tersebut trafo perlu dilengkapi dengan sistim pendingin untuk menyalurkan panas
keluar trafo.
Media sistem pendingin dapat berupa udara / gas, minyak, air, dan lainnya.
Bentuk pengaliran (sirkulasi) dapat dengan cara alamiah ( natural) dan tekanan atau
paksaan. Cara alamiah bisa memanfaatkan cairan pendingin dan dengan cara
mensirkulasikan secara teknis baik yang menggunakan sistem radiator, sirip-sirip
yang tipis berisi minyak dan dibantu dengan hembusan angin dari kipas-kipas sebagai
pendingin yang dapat beroperasi secara otomstis berdasar pada setting relai
temperatur dan sirkulasi air yang bersinggungan dengan pipa minyak isolasi panas.
Dari sistem pendingin tersebut maka trafo dapat dibagi berdasarkan sistem
pendinginnya seperti ONAN, ONAF, OFAN, OFAF dan OFWF.
Untuk mempercepat penyaluran panas trafo, maka sistem pendingin trafo
dapat dilengkapi dengan peralatan pompa – pompa sirkulasi minyak, udara dan air.
Cara ini disebut pendinginan paksa (forced).
16
Tabel 2.1 Macam-Macam Pendingin pada Transformator
NoMacam
Pendingin
Media
Dalam Transformator Luar Transformator
Sirkulasi
Alamiah
Sirkulasi
Paksa
Sirkulasi
Alamiah
Sirkulasi
Paksa
1. AN - - Udara -
2. AF - - - Udara
3. ONAN Minyak - Udara -
4. ONAF Minyak - - Udara
5. OFAN - Minyak Udara -
6. OFAF - Minyak - Udara
7. OFWF - Minyak - Air
8. ONAN/ONAF Kombinasi 3 dan 4
9. ONAN/OFAN Kombinasi 3 dan 5
10. ONAN/OFAF Kombinasi 3 dan 6
11. ONAN/OFWF Kombinasi 3 dan 7
*) menurut IEC pada tahun 1997
2. Alat Pernapasan (Dehydrating Breather)
Alat pernapasan ini berfungsi untuk melindungi minyak trafo dari
kontaminasi udara di luar tangki konservator (penampung). Karena pengaruh naik
turunnya beban transformator maupun suhu luar udara transformator mempengaruhi
suhu minyak trafo yang akan berubah – ubah mengikuti keadaan tersebut.
Pada konservator ini permukaan minyak diusahakan tidak boleh
bersinggungan dengan udara karena kelembaban udara yang mengandung uap air
17
akan mengkontaminasi minyak walaupun prosesnya berlangsung cukup lama dan
dapat menurunkan nilai tegangan tembus minyak trafo.
Untuk mengatasi udara yang masuk kedalam tangki konservator, yaitu pada
saat minyak menjadi dingin dan jumlahnya yang menyusut mengakibatkan alat
pernapasan akan menghisap udara dari luar dan masuk kedalam tangki. Hal ini dapat
menyebabkan minyak terkontaminasi oleh kelembaban udara. Untuk menghindari hal
tersebut maka diujung pipa penghubung udara luar dilengkapi dengan alat penghisap
kelembaban, yaitu silica gel, berupa tabung berisi Kristal zat hygroskopis.
Silica gel mempunyai batasan kemampuan untuk menyerap uap air. Apabila
silica gel sudah jenuh dengan uap air, maka tidak bisa lagi menyerap air. Hal tersebut
dapat ditandai dengan berubahnya warna silica gel. Pada kondisi masih mampu
menyerap air, warna silica gel adalah biru tua. Semakin berkurang kemampuannya,
warnanya akan berubah menjadi bening.
3 Tap Changer
18
Gambar 2.7 Air Breather
Tap changer adalah alat perubah perbandingan transformasi untuk
mendapatkan tegangan operasi sekunder yang lebih baik (diinginkan) dari tegangan
jaringan / primer yang berubah-ubah. Untuk memenuhi kualitas tegangan pelayanan
sesuai kebutuhan konsumen (PLN Distribusi), tegangan keluaran (sekunder)
transformator harus dapat dirubah sesuai keinginan. Untuk memenuhi hal tersebut,
maka pada salah satu atau pada kedua sisi belitan transformator dibuat tap (penyadap)
untuk merubah perbandingan transformasi (rasio) trafo.
Tap changer yang dapat dioperasikan ketika berbeban atau trafo yang sedang
beroperasi disebut dengan on load tap changer sedangkan off load tap changer hanya
dapat diopersikan ketika trafo tidak sdeang beroperasi.
Gambar 2.8 Off Load Tap Changer
19
c. Indikator-indikator ( berguna untuk mengawasi trafo selama sedang
beroperasi) :
1. Thermometer
Adalah alat pengukur tingkat panas dari trafo baik panasnya kumparan primer
dan sekunder juga minyak. Thermometer ini bekerja atas dasar air raksa (mercuri/Hg)
yang tersambung dengan tabung pemuaian dan tersambung dengan jarum indikator
derajat panas. Beberapa thermometer dikombinasikan dengan panas dari resistor
khusus yang tersambung dengan CT yang terpasang pada salah satu fasa (fasa tengah)
dengan demikian penunjukan yang diperoleh adalah relatif terhadap kebenaran dari
panas yang terjadi.
Gambar 2.9 Oil or Winding
2. Permukaan Minyak
Permukaan Minyak adalah alat penunjukan tinggi permukaan minyak yang
pada konservator. Ada beberapa jenis seperti penunjukan lansung yaitu dengan cara
memasang gelas penduga pada salah satu sisi konservator sehingga akan mudah
mengetahui level minyak. Sedangkan jenis lain jika konservator dirancang
sedemikian rupa dengan melengkapi semacam balon dari bahan elastis dan diisi
20
dengan udara biasa dan dilengkapi dengan alat pelindung seperti pada sistem
pernapasan sehingga pemuaian dan penyusutan minyak udara yang masuk kedalam
balon dalam kondisi kering dan aman.
2.1.1.3 Jenis – jenis Gangguan pada Transformator
Dalam masa kerjanya atau saat beroperasi meskipun mempunyai proteksi
(pengaman), trafo bisa saja megalami beberapa gangguan yang dikarenakan beberapa
sebab baik berasal dari dalam trafo tersebut maupun dari luar trafo tersebut yang
dibatasi oleh wilayah kerja proteksi masing – masing.
Berdasarkan penyebab / sumbernya gangguan - gangguan tersebut dapat
berupa :
a. Gangguan di Luar Daerah Pengaman
Merupakan gangguan yang terjadi diluar daerah proteksi transformator.
Umumnya gangguan ini terjadi pada jaringan yang dirasakan dan berdampak
terhadap ketahanan kumparan primer maupun sekunder/tersier transformator.
Fenomena gangguan ekternal seperti :
1. Hubung singkat pada jaringan sekunder (penyulang) atau tersier yang
menimbulkan through fault current. Frekuensi gangguan dan besaran arus
gangguan diprediksi akan mengurangi umur operasi trafo.
2. Pembebanan lebih (overload).
3. Overvoltage akibat surja hubung atau surja petir.
4. Under atau overfrequency akibat gangguan sistem.
5. External system short circuit.
6. Gangguan yang berasal dari alam misalnya, petir, angin, hujan dsb.
7. Gangguan yang disebabkan kesalahan penanganan oleh manusia (operator)
seperti : menggali jalan tanpa memperhatikan jalur saluran kabel.
21
b. Gangguan di Dalam Daerah Pengaman
Merupakan gangguan yang terjadi didalam daerah yang diproteksi, yaitu :
1. Kegagalan isolasi pada belitan, lempengan inti atau baut pengikat inti atau
penurunan nilai isolasi minyak yang dapat disebabkan oleh kualitas minyak
buruk, tercemar uap air dan adanya dekomposisi karena overheating, oksidasi
akibat sambungan listrik yang buruk.
2. Kebocoran minyak
3. Ketidaktahanan terhadap arus gangguan (electrical dan mechanical stresses).
4. Gangguan pada tap changer
5. Gangguan pada sistem pendingin
6. Gangguan pada bushing
Berdasarkan sifatnya gangguan dapat dibagi atas 2, yaitu :
a. Gangguan Kontemporer
Gangguan kontemporer yaitu gangguan dimana setelah gangguan tersebut
hilang tidak ada terjadi kerusakan pada peralatan, misalnya gangguan pada saluran
transmisi, ranting menyentuh jaringan distribusi.
b. Gangguan Permanen
Gangguan permanen adalah gangguan dimana setelah gangguan tersebut
hilang masih terdapat kerusakan sehingga perlu perbaikan.
2.1.2 Proteksi Transformator Tenaga
Sistem proteksi merupakan bagian penting dalam suatu instalasi tenaga listrik,
karena merupakan suatu perangkat yang berfungsi meminalisir, mencegah,
mengurangi, maupun melokalisasi gangguan baik yang berasal dari dalam (internal)
maupun dari luar.
22
2.1.2.1 Fungsi Sistem Proteksi Transformator
Fungsi sistem proteksi adalah melepaskan dengan cepat berbagai elemen
sistem listrik dari pelayanan pada saat sistem tersebut mengalami gangguan atau pada
saat beroperasi pada kondisi yang tidak normal, sehingga dapat menyebabkan
kerusakan atau bahkan mengganggu operasi efektif yang normal. Peralatan proteksi
yang bertugas untuk tujuan ini dilakukan oleh relai dan dibantu oleh pemutus daya
(PMT) yang akan memutuskan elemen dan operasi berhenti.
Secara sederhana fungsi sistem pengaman adalah mendeteksi perubahan
parameter sistem, mengevaluasi besar perubahan parameter dan membandingkan
dengan besaran dasar yang telah ditentukan sebelumnya, untuk selanjutnya memberi
perintah kepada peralatan untuk melakukan proses switching yang berfungsi
menghubungkan atau memisahkan bagian – bagian tertentu sistem dari sumber daya.
Secara garis besar fungsi sistem pengaman adalah :
Melindungi elemen sistem tenaga terhadap gangguan yang terjadi dalam
sistem agar tidak sampai mengalami kerusakan.
Meminalisir gangguan, agar tidak meluasnya di dalam sistem sehingga bagian
yang tidak mengalami gangguan tetap mendapatkan suplai tenaga listrik.
Gangguan yang terjadi dalam sistem tenaga listrik, jika dibiarkan berlansung
lama pada suatu sistem tenaga akan memberikan pengaruh – pengaruh yang
merugikan seperti :
a. Berkurangnya batas – batas kestabilan untuk sistem tenaga listrik.
b. Rusaknya peralatan yang berada dekat dengan gangguan disebabkan oleh arus
yang besar, arus tak seimbang (baik berupa gangguan hubungan singkat
maupun rangkaian terbuka).
c. Ledakan – ledakan yang mungkin terjadi pada peralatan – peralatan yang
banyak mengandung minyak isolasi yang dapat memicu kebakaran.
23
2.1.2.2 Jenis – Jenis Sistem Proteksi Transformator
Secara garis besar sistem proteksi dapat dibagi atas tiga yaitu :
Proteksi utama ( main protection), merupakan proteksi utama yang terdapat
serta bekerja dengan cepat dan selektif terhadap gangguan yang terjadi pada
daerah yang diproteksi
Proteksi Cadangan (back up protection), berfungsi jika pengaman utama
mengalami kegagalan dalam mengamankan dari gangguan.
Proteksi Tambahan (auxulary), berfungsi untuk menguatkan / membantu
proteksi utama.
2.1.3 Relai Pengaman
Relai berfungsi untuk menunjukkan lokasi dan macam gangguannya sehingga
memudahkan evaluasi pada saat terjadi gangguan.
Pada prinsipnya relai pengaman yang terpasang pada sistem tenaga listrik
mempunyai tiga macam fungsi, yaitu :
1. Mendeteksi, mengukur dan menentukan bagian sistem yang terganggu serta
memisahkan secepatnya.
2. Mengurangi kerusakan yang lebih parah dari peralatan yang terganggu.
3. Mengurangi pengaruh gangguan terhadap bagian sistem yang lain yang tidak
terganggu di dalam sistem tersebut dan dapat beroperasi normal serta mencegah
meluasnya gangguan.
2.1.3.1 Klasifikasi Relai Pengaman
Klasifikasi dari relai pengaman :
1. Berdasarkan Besaran Input
a. Arus (I) : Over Current Relay (OCR)
Under Current Relay (UCR)
b. Tegangan (V) : Over Voltage Relay (OVR)
Under Voltage Relay (UVR)
24
c. Frekuensi (F) : Over Frekwensi Relay (OFR)
Under Frekwensi Relay (UFR)
d. Impedansi (Z) : Relai jarak (Distance)
e. Beda arus : Differential Relay
2. Berdasarkan Karakteristik Waktu Kerja
a. Seketika (instant Relay)
b. Penundaan waktu (time relay)
Definite time relay
Inverse time relay
c. Kombinasi instan dengan tunda waktu
3. Berdasarkan Jenis Kontak
a. Relai dengan kontak dalam keadaan normal terbuka (normally open
contact).
b. Relai dengan kontak dalam keadaan normal tertutup (normally close
contact).
4. Berdasarkan Fungsi
a. Relai proteksi
b. Relai monitor
c. Relai programming
- Reclosing relay
- Synchro check relay
d. Relai pengaturan (regulating relay)
e. Relai bantu
- Sealing unit
- Lock out relay
- Closing relay
25
2.1.3.2 Jenis – jenis Relai Proteksi pada Transformator
a. Relai Differential
Relai differensial merupakan pengaman utama pada transformator daya (trafo
tenaga). Relai ini sangat selektif sehingga bekerja tanpa koordinasi dengan relai
lainnya, dan bekerja sangat cepat tanpa waktu tunda. Relai differensial digunakan
sebagai pengaman utama untuk generator, transformator tenaga, busbar, motor listrik
kapasitas besar.
b. Restriched Earth Fault (REF)
Restriched Earth Fault (REF) mengamankan transformator bila ada gangguan
satu fasa ke tanah di dekat titik netral transformator yang tidak dirasakna oleh relai
differential.
Berfungsi untuk membantu relai differential dalam mengamankan dari
gangguan hubungan tanah di dalam belitan trafo. Relai ini diperlukan karena
sensitifitasnya sangat terbatas, terutama dalam mendeteksi terjadinya hubungan
singkat di dekat titik netral.
c. Relai Bucholz (Relai Deteksi Gas)
Penggunaan relai bucholz pada Transformator yang terendam minyak adalah
untuk mengamankan transformator dari gangguan yang dapat menimbulkan gas di
dalam transformator. Gas-gas tersebut dikumpulkan pada ruangan relai dan akan
mengerjakan kontak-kontak alarm.
Gas yang timbul diakibatkan karena :
1. Hubungan singkat antar lilitan/dalam phasa
2. Arcing
3. Partial Discharge
4. Hubungan singkat antar phasa
5. Hubungan singkat antar phasa ke tanah
26
6. Busur api listrik antar laminasi
7. Busur listrik karena kontak yang kurang baik
Relai deteksi gas juga dapat tanggap terhadap tingginya ketidaknormalan
aliran minyak yang timbul pada waktu transformator terjadi gangguan serius.
Peralatan ini akan menggerakkan kontak trip yang terhubung dengan rangkaian trip
pemutus arus dari instalasi transformator tersebut.
d. Relai Jansen
Digunakan untuk mengamankan ruang OLTC. Terdapat beberapa jenis antara
lain sama seperti relai bucholz tetapi tidak ada kontrol gas, jenis tekanan ada yang
menggunakan membran/selaput timah yang lentur sehingga bila terjadi perubahan
tekanan karena gangguan relai akan berkerja, relai jansen tidak menggunakan alarm
tapi langsung trip dan dengan prinsip yang sama dengan relai buhcoltz hanya
menggunakan pengaman tekanan atau saklar tekanan.
e. Pengaman Tekanan Lebih (Explosive Membrane)/Bursting Plate
Adalah relai yang bekerja karena tekanan lebih akibat gangguan didalam
trafo, dapat mengamankan tangki transformator terhadap kenaikan tekanan gas yang
timbul dalam tangki (yang akan pecah pada tekanan tertentu) dan kekuatannya lebih
rendah dari kekuatan tangki transformator. Alat ini berupa membran yang terbuat dari
kaca, plastik, tenbaga, atau katup berpegas. Jika tekanan ini melebihi kemampuan
membran yang terpasang maka membran akan pecah dan minyak karena tekanan
tinggi akan keluar dari dalam trafo.
f. Relai tekanan lebih (Sudden Pressure Relay)
Relai tekanan lebih berfungsi untuk mengamankan transformator terhadap
tekanan lebih yang terjadi mendadak di dalam tangki transformator dan lansung
menjatuhkan PMT. Misalnya flash over atau hubung singkat yang timbul pada
transformator yang terendam minyak, akan berkaitan dengan tekanan lebih didalam
27
tangki, karena gas terbentuk oleh dekomposisi dan evaporasi minyak.. Apabila
tekanan lebih ini tidak dapat dieliminasi dalam waktu beberapa millidetik, tangki
trafo akan meledak dan terjadi panas lebih pada cairan.
g. Relai Pengaman tangki
Relai bekerja sebagai pengaman jika terjadi arus mengalir tangki akibat
gangguan fasa ke tangki atau dari instalasi bantu seperti motor kipas, sirkulasi dan
motor-motor bantu yang lain, pemanas dan lain-lain. Arus ini sebagai pengganti relai
differensial sebab sistem relai pengaman tangki biasanya dipasang pada trafo yang
tidak dilengkapi trafo arus disisi primer dan biasanya pada trafo dengan kapasitas
kecil.
Trafo dipasang diatas isolator sehingga tidak terhubung ke tanah kemudian
dengan menggunakan kabel pentanahan yang dilewatkan melalui trafo arus dengan
tingkat isolasi dan ratio yang kecil kemudian tersambung pada relai tangki tanah
dengan ratio CT antara 300 s.d. 500 dengan sisi sekunder hanya 1 Ampere.
h. Over Current Relai ( OCR)
Relai arus lebih, merupakan relai pengaman yang bekerja karena adanya
besaran arus dan terpasang pada jaringan tegangan tinggi, tegangan menengah juga
pada pengaman trafo tenaga.
Relai ini berfungsi untuk mengamankan peralatan listrik akibat adanya
gangguan fasa – fasa.
i. Ground Fault Relay (GFR)
Relai Hubung Singkat (GFR), merupakan pengaman yang bekerja apabila
terjadi gangguan fasa tanah ( salah satu fasa berdempetan dengan netral).
28
2.2 Protection Generator Transformer 140 MVA
2.2.1 Generator Transformer
Generator transformer berfungsi menaikkan tegangan pembangkitan 11,5 kV
menjadi 157,5 kV yang dipasok pada bus A dan B yang berhubungan langsung
dengan saluran transmisi, pada sistem interkoneksi se - Sumatra.
Pada PLTU Sektor Pembangkitan Ombilin terdapat dua buah trafo generator.
Tulisan ini hanya akan membahas generator transformer #1 11,5/157,5 kV 140 MVA
dengan merek GEC ALSTHOM. Data-data generator transformer adalah sebagai
berikut :
Tabel 2.2 Sfesifikasi Generator Transformer
No Nama Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
Jumlah fasa
Frekuensi
Impedansi
Daya pengenal
Tegangan sisi tinggi
Tegangan sisi rendah
Arus nominal sisi 157,5 kV
Arus nominal sisi 11,5 kV
3 fasa
50 Hz
12,83 %
140 MVA
157,5 kV
11,5 kV
513,2 Ampere
7028 Ampere
29
1. Off Circuit Tapping Switch
Tabel 2.3 Pengaturan Tap
Tap Position
Number
Switch
Connections
High Voltage Across Low Voltage Across
RII SII TII r2 s2 t2
kV Amps kV Amps
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10-9
10-8
10-7
10-6
10-5
10-4
10-3
10-2
10-1
173,25
169,31
165,38
161,44
157,50
153,56
149,63
145,69
141,75
466,5
477,4
488,8
500,7
513,2
526,4
540,2
554,8
570,2
11,50 7028
2. Sistem Pendingin
Ada tiga jenis sistem pendinginan pada trafo generator yaitu ONAN (Oil
Normal Air Normal), ONAF (Oil Normal Air Force), dan OFAF (Oil Force Air
Force). Sistem pendinginan trafo berasal dari radiator, yang mengsirkulasikan air
lewat pipa dengan diameter 200 mm. Dibawah radiator ada fan yang berfungsi untuk
menghembuskan udara paksa untuk pendinginan trafo.
3. Indikator Suhu Lilitan Tegangan Tinggi
ONAF 14,50C pada 3,80 ampere
OFAF 130C pada 4,75 ampere
Setting :
Fans IN / OUT 750C / 500C
Pump IN / OUT 800C / 550C
30
Alarm 1050C
Trip 1200C
4. Indikator Suhu Minyak
Setting :
Alarm 900C
Trip 1050C
5. Trafo Arus
a. Penempatan : Bushing tegangan tinggi
Penggunaan : Pengaman differensial bias
Rasio : 1000/1
VA : 30
Kelas : 5P20
Nomor : 3
b. Penempatan : Bushing tegangan tinggi
Penggunaan : Impedansi rendah
Rasio : 1000/1
VA : 30
Kelas : 5P20
Nomor : 3
c. Penempatan : Bushing tegangan tinggi
Penggunaan : Pengukuran
Rasio : 600/5
VA : 30
Kelas : 0,2
Nomor : 3
d. Penempatan : Bushing tegangan tinggi
Penggunaan : Indikator suhu lilitan tegangan tinggi
Rasio : 600/5
31
VA : 30
Kelas : 5
Nomor : 3
e. Penempatan : Bar Cleat tegangan tinggi
Penggunaan : Pengaman differensial bias
Rasio : 8000/5
VA : 30
Kelas : 5P20
Nomor : 3
f. Penempatan : Bar Cleat netral
Penggunaan : Pemantau arus
Rasio : 600/5
VA : 30
Kelas : 0,5
Nomor : 3
2.2.2 Differential Protection Generator Transformer 140 MVA
Relai Differential
Relai differential merupakan pengaman utama pada transformator daya (trafo
tenaga). Relai ini sangat selektif sehingga bekerja tanpa koordinasi dengan relai
lainnya, dan bekerja sangat cepat tanpa waktu tunda. Relai differential digunakan
sebagai pengaman utama untuk generator, transformator tenaga, busbar, motor listrik
kapasitas besar.
Sifat Khusus Relai Differential
Sangat selektif dan cepat
Sebagai pengaman utama
Tidak dapat digunakan sebagai pengaman cadangan
32
Bekerja berdasarkan perbedaan arus yang melewati CT, yang dibantu
oleh ACT (auxiliary CT). fungsinya untuk:
1. Mencocokan jumlah arus yang masuk / keluar, ke / dari relai
differential pada masing – masing sisi kumparan CT
2. Mencocokan pergeseran fasa dari arus-arus akan masuk ke relai
3. Mengkoreksi perbedaan rasio CT
4. Sebagai kompensasi arus netral
Daerah pengamanannya (daerah kerjanya) dibatasi oleh trafo arus (CT)
Prinsip Kerja Relai differential
Fungsi relai differential pada trafo tenaga adalah mengamankan transformator
dari gangguan hubung singkat yang terjadi di dalam transformator, antara lain hubung
singkat antara kumparan dengan kumparan atau antara kumparan dengan tangki.
Relai ini harus bekerja kalau terjadi gangguan di daerah pengamanannya yaitu dari
CT pada kumparan primer trafo sampai CT pada kumparan sekunder trafo dan tidak
boleh bekerja dalam keadaan operasi normal atau terjadinya gangguan di luar daerah
pengamanannya. Relai ini bekerja berdasarkan Hukum Kirchof, dimana arus yang
masuk pada suatu titik, besarnya sama dengan arus yang keluar dari titik tersebut.
Gambar 2.10 Hukum Kirchoff I
Relai differential bekerja dengan mengidentifikasi arus yang melewati ACT
(auxulary current transformer) yang terletak pada CT (Current Transformer)
kemudian membandingkan arus yang masuk ke kumpraran primer CT dengan yang
33
keluar pada kumparan sekunder CT tersebut. Jika terdapat perbedaan besarnya arus
maka relai differential akan bekerja ( mentripkan PMT).
Gambar 2.11 Wilayah Kerja Relai Differential
Ketidakseimbangan arus sekunder dengan primer pada CT dapat disebabkan :
a) Pengaruh kejenuhan dari CT utama dan ACT
Kejenuhan CT utama dan ACT dapat mengakibatkan arus sekunder yang
melalui relai tidak sama. Karena saat CT dan ACT jenuh, ia tak dapat merasakan
besarnya arus yang lewat.
b) Pengaruh tap ACT
Adanya arus ketidakseimbangan dapat terjadi karena tap dari ACT tidak
mempunyai harga tepat sesuai dengan kenyataan pembebanannya.
c) Pengaruh dari tap changer
Dengan adanya OLTC (On Load Tap Changer) pada trafo daya, maka pada
waktu beroperasi perbandingan transformasinya selalu berubah-ubah sesuai dengan
tegangan yang masuk.
Sedangkan tap dari ACT tetap pada harga tertentu, sehingga pada waktu
beroperasi jika OLTC berubah pada kedudukan lain, maka akan terjadi arus sirkulasi
pada relai differential.
Bentuk Proses Kerja Relai Differential
Relai differential dalam keadaan normal
Adalah keadaan relai yang tidak bekerja dalam keadaan tidak ada gangguan,
dengan syarat :
34
1. CT primer dan CT sekunder maupun ACT nya yang mempunyai rasio
sedemikian rupa harus mengalirkan arus dengan jumlah sama. (hukum kirchoff 1)
2. Sambungan dan polaritas CT primer dan CT sekunder maupun ACTnya harus
benar.
3. Karakteristik ke dua trafo arusnya sama
Relai differential pada saat terjadi gangguan di dalam trafo
Gambar 2.12 prinsip kerja relai differensial saat gangguan di dalam
Jika terjadi gangguan pada sisi sekunder trafo, sehingga menyebabkan
perbedaan arus pada kumparan primer trafo dengan kumparan sekunder trafo. Relai
differential akan bekerja dengan mentripkan PMT.
Relai differential pada saat terjadi gangguan di luar trafo
Jika terjadi gangguan diluar sisi sekunder trafo, ini tidak menyebabkan
perbedaan arus pada kumparan primer trafo dengan kumparan sekunder trafo. Jadi
relai differential tidak akan bekerja dengan mentripkan PMT.
35
Gambar 2.13 Prinsip kerja relai differensial saat gangguan di luar trafo
B = ACT
R = relai Differential
Faktor yang mempengaruhi kerja relai differential:
1. Harmonic
Dipengaruhi oleh :
Switching trafo tanpa beban
Energize shunt reaktor pada busbar bertegangan
Adanya inrush current
2. Inrush Current
Adalah Jika trafo daya dihubungkan kesuatu sumber tenaga (jaringan) maka
pada sisi primernya akan terjadi proses transient yaitu menaiknya arus yang
dinamakan arus magnetisasi (magnetising inrush current) yang besarnya dapat
mencapai 8 sampai 30 kali dari arus beban penuh yang terjadi dalam waktu
relatif cepat. Peristiwa ini dapat membawa pengaruh terhadap kerja suatu relai
kendatipun pada daerah pengamanan tidak terjadi kesalahan. Penyebabnya adalah :
Overexsitasi trafo
Perubahan arus magnetisasi yang disebabkan kenaikan tegangan atau
penurunan frekuensi
Karakteristik operasi Relai differential
Relai ini merupakan unit pengamanan dan mempunyai selektifitas mutlak.
Karakteristik differential dibuat sejalan dengan unbalances current (Iμ), untuk
menghindari terjadinya kesalahan kerja. Kesalahan kerja disebabkan karena ratio CT
mismatch, adanya pergeseran fasa akibat belitan transformator tenaga yang terhubung
(Y) – (∆).
36
Perubahan tap tegangan (perubahan posisi tap changer) pada transformator
tenaga oleh Off Load Tap Changer (OLTC) yang menyebabkan CT mismatch juga
ikut berubah. Kesalahan akurasi CT, perbedaan kesalahan CT di daerah jenuh
(saturasi CT), dan inrush current pada saat transformator energize menimbulkan
unbalances current (Iμ) yang bersifat transient.
Untuk mengatasi masalah unbalances current (Iμ) pada relai differensial yaitu
dengan menambahkan kumparan yang menahan bekerjanya relai di daerah
unbalances current (Iμ). Kumparan ini disebut restraining coil, sedangkan kumparan
yang mengerjakan relai tersebut di sebut operating coil.
Arus differensial didapat dari menjumlahkan komponen arus sekunder per
fasa di belitan primer dan sekunder secara vektor.
Jika arus berlawanan dalam arti yang satu menuju relai dan yang lainnya
meninggalkan relai, maka akan saling mengurangi dan sebaliknya jika arus searah
berarti yang kedua – duanya menuju atau meninggalkan relai, maka akan saling
menjumlahkan.
37
Gambar 2.14 Prinsip Pengoperasian Relai Differential
%Slope = I d
I H
× 100%
Arus penahan (restrain) didapat dari arus maksimal komponen arus sekunder
per fasa di belitan 1(|I 1
→|), dan belitan 2 (|I 2
→|)Irestrain = Ir
= max (|I 1
→|) ,(|I 2
→|)Slope didapat dengan membagi antara komponen arus differensial dengan
arus penahan. Slope 1 akan menentukan arus differensial dan arus penahan pada saat
kondisi normal dan memastikan sensitifitas relai pada saat gangguan internal dengan
arus gangguan yang kecil.
Sedangkan slope 2 berguna supaya relai tidak bekerja oleh gangguan eksternal
yang berarus sangat besar sehingga salah satu CT mengalami saturasi ( diset dengan
slope lebih dari 50%)
Gambar 2.15 Karakteristik Pengoperasian Relai
Wiring Relai Differential
Pada wiring relai differensial perlu diperhatikan beberapa hal berikut:
1) Besarnya arus yang masuk dan keluar dari relai differential harus sama
2) Fasa arus yang masuk dan yang keluar dari relai harus sama atau berlawanan
38
Persyaratan pengawatan suatu proteksi differential untuk trafo dapat dilihat
pada table berikut :
Tabel 2.4 Hubungan CT trafo tenga dengan ACT
Hubungan Trafo
Daya
Hubungan CT Hubungan ACT
Primer Sekunder
Y Y Y ∆
∆ Y Y Y
Jika trafo daya di hubungkan bintang (Y), maka CT dan ACT primer
dihubungkan bintang sedangkan ACT sekunder dihubungkan segitiga (∆). Dan
apabila trafo dayanya dihubungkan segitiga maka CT, ACT primer dan ACT
sekunder dihubungkan bintang.
2.3 Analisa
2.3.1 Perhitungan Setting Relai Differential Transformator 140 MVA
Pemilihan CT Ratio
Pemilihan CT disesuaikan dengan alat ukur dan proteksi. Pemilihan CT
dengan kualitas baik akan memberikan perlindungan sistem yang baik pula. Relai
diferensial sangat tergantung terhadap karakteristik CT.
Jika karakteristik CT bekerja dengan baik, maka sistem akan terlindungi
oleh relai diferensial ini secara optimal. CT ditempatkan dikedua sisi peralatan
yang akan diamankan oleh transformator tenaga.
CT ratio untuk relai differential yang dipilih sebaiknya memiliki nilai
yang mendekati nilai Irating.
¿= SkV x √3
39
Dimana :
In : arus nominal (A)
S : Daya yang tersalur
(MVA
Dari persamaan diatas, arus nominal dikedua sisi transformator adalah sebagai
berikut :
¿ sisi157,5 kV = 140 MVA157,5 kV x √3
=513,2 A
¿ sisi11,5kV = 140 MVA
11,5kV x √3=7028 A
Jika transformator dapat menarik beban lebih hingga 110% dari
kapasitasnya, selama temperatur belitan dibawah temperatur maksimumnya.
I rating=110 % x∈¿
I rating Primer CT sisi157,5 kV =110% x 513,2 A=564,52 A
I rating Primer CT sisi11,5kV =110% x7028 A=7730,8 A
Maka perbandingan ratio trafo arus (CT ratio) dapat dihitung dari nilai arus
rating dikedua sisi tegangan transformator tenaga tersebut dan disesuaikan
dengan spesifikasi CT ratio yang ada dipasaran sedangkan nilai sekunder CT (5A
atau 1A) disesuikan dengan peralatan proteksinya.
Untuk CT ratio sisi 157,5 kV (CT 1 )=1000 :1=1000
Dan
Untuk CT ratio sisi 11,5kV (CT 2 )=8000: 5=1600
Tap Auxillary
Auxillary CT adalah CT bantu yang berguna untuk menyesuaikan besar arus
yang masuk ke relai diferensial akibat proses pergeseran fasa oleh transformator
tenaga dan beda tegangan primer dan sekunder transformator tenaga.
Untuk pemilihan tap auxillary CT sama dengan CT dan penempatan CT
auxillary diletakkan pada sisi 11,5 kV yang CT dihubung delta untuk
menghilangkan arus urutan nol dan menyamakan fasa.
Untuk menghitung nilai tap ratio dari Auxillary CT di mulai dari arus
nominal sekunder CT yang tidak dihubungkan Δ, yang untuk transformator ini 40
ada di sisi 157,5 kV. Pada sisi tegangan 157,5 kV ini menggunakan ratio CT
=1000 : 1 sehingga:
I 11,5kV=157,5 kV11,5 kV
x 1000=13695,65 A
Arus yang mengalir di sisi sekunder CT2 adalah:
I(CT 2)=5 A
8000 Ax 13695,65=8,62 A
Karena Sekunder CT2 di hubung Δ , maka arusnya menjadi:
I ∆=I x
¿8,62 A x√3=14,93 A
Maka tap auxillary yang dipilih adalah 14,93 : 5
Setelan Relai Differential
Diatas telah dihitung nilai CT ratio pada kedua sisi transformator tenaga,
maka sekarang dapat dihitung di hitung nilai arus diferensial (Id) dan arus
restraint (Ir) kemudian didapat nilai Setting Arus(I set).
Relai diferensial hanya akan beroperasi saat ada gangguan didalam
transformator dan tidak beroperasi saat keadaan gangguan diluar dan keadaan
normal.
Error Mismatch
Meskipun dari perhitungan telah di dapat ratio CT. Pada sisi 157,5 kV (CT1)
= 1000 : 1, dan pada sisi 11,5 kV (CT2) = 8000 : 5. Nilai CT ratio yang dipilih ini
adalah sesuai dengan CT yang ada dipasaran. Karena adanya perbedaan ini maka
akan terjadi kesalahan dalam membaca perbedaan arus dan tegangan di sisi
primer dan sekunder transformator tenaga serta pergeseran fasa di trafo arus
kesalahan ini disebut mismatch error.
Pada relai diferensial untuk melihat mismatch error didapat dari
perbandingan CT dengan tegangan pada persamaan dibawah ini :
41
CT 2
CT 1
=V 1
V 2
Untuk menghitung error mismatch sebelumnya terlebih dahulu
menghitung nilai CT yang ideal di salah satu sisi transformator tenaga, misal
untuk sisi 11,5 kV (CT2) dengan persamaan :
CT 2 (ideal )=CT1 xV 1
V 2
Dimana :
CT1 : current transformer pada sisi primer
CT2 : current transformer pada sisi sekunder
V1 : tegangan di sisi primer (KV)
V1 : tegangan di sisi sekunder (KV)
CT 2 ( ideal )=10001
x157,5 kV11,5kV
Maka ratio CT2 di sisi 11,5 kV saat maxsimum load adalah = 13695,65 : 5
Ratio CT yang digunakan di sisi 11,5 kV adalah 8000 : 5, sedangkan
idealnya CT untuk sisi 11,5 kV adalah 13695,65 : 5 . Maka, error mismatch didapat
dari perbandingan antara CT ideal dengan CT yang ada dipasaran. Error mismatch
untuk relai diferensial adalah:
CT Ideal
CT 2
%=13695,658000
¿1,71 %
Kesalahan relai diferensial dalam mengamankan transformator dari gangguan
adalah sebesar 1,71 % .Untuk memperbaiki error mismatch pada relai diferensial ini
dapat dilakukan dengan menaikkan atau menurunkan tap pada CT. Error mismatch
diharapkan nilainya sekecil mungkin agar proteksi relai diferensial bekerja secara
optimal dalam mengamankan transformator tenaga. Dengan syarat kesensitifan
42