bab 4.doc
TRANSCRIPT
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada Ny. AW , 31 th, datang ke Poli Kulit RS Siti Khodujah Sepanjang dengan keluhan
utama terdapat bintil-bintil yang tersebar di seluruh tubuh. Setelah dilakukan anamnesis, maka
dapat di ambil hasil yaitu terdapat gejala sebelum timbul lesi kulit seperti demam, malaise, sakit
kepala, gatal yang merupakan gejala pada stadium prodormal pada kasus-kasus varicella.
Keluhan ini terjadi sekitar 3 hari sebelumnya, hal ini sesuai dengan teori dimana stadium
prodormal berlangsung sekitar 1-3 hari. Selain itu muncul lesi pada kulit berupa bintil-bintil
berisi cairan yang awalnya muncul di bagian perut kemudian menyebar ke seluruh tubuh
meliputi dada, punggung, wajah, tangan dan kaki. Hal tersebut sesuai dengan perjalanan penyakit
varicella pada stadium erupsi yang berlangsung sangat cepat sekitar 8-12 jam kemudian, yaitu
Eksantem mulai pada kulit kepala berambut atau badan berupa makula eritema yang berkembang
cepat menjadi vesikel. Lesi menyebar secara sentrifugal dari sentral ke seluruh bagian tubuh.
Sehingga berdasarkan teori , Ny.AW bisa didiagnosis sebagai varicella.
Selain itu dari anamnesis didapatkan bahwa keluhan tersebut timbul setelah proses
persalinan anak kedua pasien. Dari anamnesis belum sangat jelas mengenahi kapan tepatnya
timbul gejala yang pasti pada pasien ini, tetapi berdasarkan teori yang ada jika gejala varicella
tersebut timbul pada hari ke-2 sampai ke-7 kelahiran bisa dimasukkan kedalam varicella
postpartum.
Sehingga pada kasus ini, diagnosa varicella post partum ditegakan karena dari anamnesa
dan pemeriksaan klinis yang ditemukan, sesuai dengan teori yang ada, yaitu pasien mengeluhkan
adanya bintil-bintil berisi cairan dengan dasar kemerahan yang terasa gatal. Sesuai dengan
23
24
karakteristik pasien dengan varicella, bintil ini muncul diawali dari daerah perut yang lama
kelamaan menyebar hingga ke dada, wajah, belakang telinga, leher punggung dan kedua
ekstremitas. Sebelum keluhan ini muncul, pasien pun mengalami beberapa gejala prodromal
sesuai dengan teori yang ada, yaitu adanya demam, sakit kepala dan malaise, dan gejala-gejala
tersebut timbul setelah persalinan.
Selain dari anamnesis, data yang mendukung lainnya adalah dari pemeriksaan fisik yang
dilakukan pada seluruh bagian tubuh pasien, dimana ditemukan vesikel dengan penyebaran
generalisata (hampir mengenai seluruh bagian tubuh namun masih terdapat kulit yang sehat).
Beberapa vesikel masih tampak utuh seperti tetesan embun, namun beberapa lagi tampak
terkelupas, cairan keluar dan basah. Beberapa bagian tampak cairan vesikel yang kerluar dan
telah mengering membentuk krusta. Hal ini sesuai dengan efloresensi pada kasus varicella yaitu
Pada seluruh tubuh tampak vesikel dikelilingi halo macula eritem “tear drop”, pustul, dan
menjadi krusta.
Untuk itu seharusnya perlu dilakukan pemeriksaan penunjang Tzanck smear untuk
memastikan diagnosis varicella, dengan cara mengambil bahan dari kerokan dasar vesikel dan
akan didapatkan sel datia berinti banyak. Tetapi pada pasien ini tidak dilakukan karena selain
dari anamnesis dan pemeriksaan dermatologi sudah mengarah ke diagnosis varicella, terdapat
keterbatasan waktu dan alat, sehingga dalam mendiagnosis hanya dengan anamnesis yang cukup
serta temuan gejala yang khas pada varicella sesuai dengan teori. Selain itu Tzanck smear ini
mahal, membutuhkan waktu yang lama, dan merupakan suatu prosedur yang invasif, jadi jarang
dilakukan. Meskipun indikasi dilakukannya Tzanck smear ini adalah untuk mendeteksi proses
inflamasi / proses infeksi kulit, khususnya infeksi herpes. Dari anamnesis juga didapatkan bahwa
kondisi bayi sehat dan tidak ada tanda-tanda yang mengarah ke disseminated varicella
25
neonatorum sehingga tidak perlu pemeriksaan atau penanganan lebih lanjut terhadap bayi. Tetapi
menurut teori, seharusnya pada bayi perlu diberikan profilaksis varicella-zoster immune globulin
(VZIG) pada kasus varicella post partum.
Pada pasien ini diberikan terapi acyclovir 5x800mg selama 5 hari, sedangkan menurut
teori pemberian acyclovir diberikan selama 7 hari. Hal ini dikarenakan sebelumnya ibu sudah
memeriksakan keluhannya ke dokter dan diberikan terapi valacyclovir 2 hari sebelum datang ke
poli dimana acyclovir atau valacyclovir memang harus diberikan dalam 3 hari pertama sejak lesi
muncul. Dan karena lesi baru masih muncul maka obat tersebut masih diteruskan. Penggantian
valacyclovir ke acyclovir dimaksudkan karena mengenahi keamanan valacyclovir terhadap janin
atau bayi masih terbatas meskipun valacycloovir lebih muda diserap. Selain itu pengobatan lokal
diberikan bedak untuk mencegah pecahnya vesikel secara dini serta menghilangkan rasa gatal.
Untuk menghindari infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik berupa salep dan oral. Dan pada
pasien ini sudah diberikan antibiotik oral Cefixim dan antibiotik topikal gentamisin salep,
dimana hal tersebut sesuai dengan teori pemberian terapi pada kasus varicella. Pasien diharuskan
kontrol selang 3 hari kemudian untuk memonitoring pemberian antivirus dan diberikan KIE jika
sudah tidak ada lesi yang muncul baru dan semua lesi sudah pecah maka boleh kontak dengan
bayinya lagi. Kita juga harus senantiasa memonitoring kesehatan bayi pasien yang mempunyai
resiko disseminated varicella neonatorum akibat dari varicella post partum yang dialami pasien.