bab 4. struktur organisasikok
DESCRIPTION
lkjkml,llmkmTRANSCRIPT
BAB 4
STRUKTUR ORGANISASI
Salah satu komponen penting dalam pelaksanaan proyek konstruksi adalah
dibuatnya struktur organisasi yang akan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
proyek. Tanpa adanya organisasi yang solid maka pelaksanaan proyek tidak dapat
berjalan dengan baik, karena keberadaan organisasi sangat mempengharuhi
keberhasilan pelaksanaan proyek. Perkembangan model-model struktur organisais
proyek sejalan dengan perkembangan teknologi dan kompleksitas proyek. Proyek-
proyek yang bersifat sederhana tentu tidak memerlukan organisasi yang rumit dan
komplek. Semakin kompleks suatu proyek konstruksi akan membutuhkan sumber daya
yang besar dan pada akhirnya juga akan diperlukan struktur organisasi tertentu yang
diharapkan mampu melaksanakan proyek tersebut.
Mengingat begitu pentingnya kedudukan orgnisasi dalam konsteks proyek
konstruksi maka tim manajemen harus mampu dam memahami seluk beluk
pembentukan struktur organisasi. Dengan demikian tim maanjemen diharapkan mampu
untuk membentuk struktur organisasi yang tepat dan sesuai dengan karakteristik proyek
yan ada. Pada bab berikut akan dibahas tentang (l) konsep organisasi, (2) aliran kerja
organisasi, (3) macam-macam bentuk struktur organisasi, dan (4) keuntungan dan
kelemahan suatu bentuk struktur organisasi.
1. KONSEP ORGANISASI
Pada akhir tahun 1980-an struktur organisasi perusahaan-perusahaan
mengalami apa yang disebut revolusi tersembunyi (hidden revolution). Manajemen
mulai sadar bahwa organisasi suatu perusahaan pada hakekatnya harus bersifat dinamis,
75
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bab ini anda diharapkan dapat:
a. Menjelaskan mengapa struktur organisasi tradisional tidak sesuai lagi untuk
mengelola proyek masa kini
b. Menjelaskan konsep organisasi
c. Menjelaskan model-model organisasi tradisional/klasik
d. Menjelaskan keuntungan-keuntungan dan kekurangan-kekurangan
penggunaan organisasi tradisional/klasik
dan mampu dengan cepat melakukan restrukturisasi kondisi lingkungan yang ada.
Faktor lingkungan tersebut muncul akibat meningkatnya kompetensi pasar, perubahan
teknologi, kebutuhan untuk melakukan pengawasan terhadap sumber- sumber suatu
perusahaan yang multi produk.
Menurut Kerzner (1995), pada dasarnya ada empat faktor utama yang
menyebabkan revolusi organisasi yaitu:
a. Revolusi teknologi (kompleksitas dan berbagai macam produk, munculnya
material dan proses baru, dan pengaruh dari hasil–hasil penelitian yang semakin
banyak dilakukan)
b. Kompetisi dan tekanan untuk mencari keuntungan (kejenuhan pasar, inflasi gaji
dan harga material dan efisiensi produksi)
c. Harga pasar yang semakin tinggi
d. Permintaan konsumen yang sulit diprediksi
Oleh karena itu perlu adanya kemampuan untuk mengidentifikasi dan menginterpretasi
sinyal-sinyal yang ada, sehingga bentuk organisasi yang baru sesuai dengan kondisi dan
situasi. Menurut Grinnell dan Apple (dalam Kerzner, 1995) terdapat lima kondisi
umum mengapa struktur organisasi tradisional tidak sesuai lagi untuk mengelola suatu
proyek, yaitu
a. Manajemen sudah merasa cukup puas dengan ketrampilan teknik yang ada,
namun tidak disadari bahwa suatu proyek terkendala oleh keterbatasan waktu,
anggaran dan kebutuhan lainya
b. Munculnya komitmen yang tinggi untuk melaksanakan proyek, tetapi fluktuasi
yang besar tentang bagaimana unjuk kerja spesifikasi yang baik dapat tercapai
c. Kemampuan/bakat spesialis yang tinggi dalam proyek merasa dieksploitasi dan
disalahgunakan
d. Kelompok teknik/individu tertentu merasa acuh tak acuh dengan kelompok
lainnya dalam mengatasi kegalan-kegagalan yang terjadi dalam perusahaan.
e. Suatu proyek harus tepat waktu dan sesuai spesifikasi, tetapi ada saja suatu
kelompok/individu merasa tidak puas atas apa yang telah dicapai perusahaan.
Sayangnya kondisi yang demikian tidak disadari oleh pihak manajemen, sehingga
kadang-kadang terlambat mengantisipasi perubahan. Pihak manajemen seharusnya
secara kontinyu melihat perubahan eksternal yang terjadi dan tidak hanya
76
memperhatikan kondisi internal organisasi saja. Suatu sistem organisasi merupakan
gabungan dari faktor manusia dan non manusia, bila ingin mengadakan perubahan
organisasi maka harus mampu menganalisis sub sistem sosioteknis yang ada. Sistem
sosial organisasi dipresentasikan oleh anggota organisasi dan perilaku anggotanya.
Sedangkan sistem tehnikal meliputi teknologi, material, mesin yang digunakan dalam
pekerjaan.
Menurut kaum behaviorist bahwa tidak ada satupun struktur organisasi yang
tepat untuk mengatasi terjadinya perubahan hari esok. Struktur organisasi yang
digunakan untuk mengoptimalkan unjuk kerja perusahaan harus melihat adanya
keseimbangan antara kebutuhan sosial dan persyaratan teknis yang ada.
Organisasi dapat didefinisikan sebagai kelompok orang yang aktivitasnya harus
dikoordinasikan dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Fungsi koordinasi
mempersyaratkan adanya komunikasi yang intensif dan pemahaman yang jelas
hubungan serta interdependensi antara orang-orang dalam organisasi. Struktur
organisasi sangat dipengaruhi oleh faktor perubahan teknologi, kompleksitas, sumber
daya yang tersedia, produk/jasa yang dihasilkan, kompetisi, dan model pembuatan
keputusan. Harus disadari bahwa tidak ada struktur organisasi yang baik dan jelek,
tetapi yang hanya struktur organisasi yang sesuai atau tidak sesuai. Apakah struktur
organisasi mengelola orang atau pekerjaaan? Pada dasarnya terdapat berbagai macam
bentuk organisasi dalam usaha restrukturisasi manajemen. Metode strukturisasi yang
tepat tergantung dari orang-orang dalam organisasi, produk perusahaan, dan filsafat
manajemen yang dianut.
2. ALIRAN KERJA ORGANISASI
Suatu organisasi harus selalu direstrukturisasi agar sesuai dengan kebutuhan
perusahaan dan lingkungan. Restrukturisasi akan berakibat pada beberapa perubahan
seperti peran individu baik secara formal maupun informal. Dalam berbicara tentang
struktur organisasi pasti terkait dengan tiga konsep utama yaitu otoritas (authority),
tanggung jawab (responsibility), dan akuntabilitas (accountability).
a. Otoritas adalah kekuasaan (power) yang ada pada seseorang (karena posisinya),
sehingga ia mampu membuat suatu keputusan yang harus diikuti oleh orang lain.
b. Tangung jawab adalah kewajiban/tugas yang harus dikerjakan seseorang secara
efektif karena memiliki peran dalam suatu organisasi formal.
77
c. Akuntabilitas adalah otoritas dan tanggung jawab seseorang secara total dalam
menyelesaikan tugas secara memuaskan (akuntabilitas = otoritas + tanggung jawab).
Otoritas dan tanggung jawab dapat didelegasikan pada level bawah organisasi,
sedangkan akuntabilitas biasanya tetap melekat pada seseorang (tidak dapat
didelegasikan). Dalam pelaksanaan suatu proyek ketiga faktor tersebut sering menjadi
permasalahan, bila tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu pengelolaan ketiga faktor
tersebut menjadi salah satu faktor penentu dalam keberhasilan suatu proyek. .
3. ORGANISASI TRADISIONAL/ORGANISASI KLASIK
Tujuan umum dari dibuatnya struktur organisasi adalah agar tercipta hubungan
yang baik antara (l) pekerjaan yang akan dilaksanakan, (2) orang yang akan
melaksanakan pekerjaan dan (3) tempat dimana pekerjaan dilaksanakan (Ritz, 1994).
Dalam proyek konstruksi bentuk organisasi tradisional memiliki ciri-ciri antara lain:
a. Konsultan perencana terpisah
b. Konstraktor utama bersifat tunggal
c. Melibatkan subkontraktor atau proyek dikerjakan secara sendiri oleh kontraktor
utama
Secara garis besar ada berbagai macam struktur model organisasi tradisonal antara lain
(l) sruktur organisasi vertikal, (2) struktur organisasi horizontal, (3) struktur organisasi
vertikal dan horizontal, (4) struktur organisasi model tradisional, (5) struktur organisasi
model Rusia, (6) struktur organisasi model Polandia, (7) struktur organisasi model
Amerika, (8) ) struktur organisasi model Arab, (9) ) struktur organisasi model Cina, (10)
struktur organisasi Women Lib, (11) ) struktur organisasi model PBB, dan (12) struktur
organisasi Vatikan. Gambar-gambar berikut memperlihatkan model-model struktur
organisasi tersebut.
78
Lebih dari kurun waktu dua abad struktur manajemen organisasi tradisional digunakan
dalam suatu organisasi. Beberapa contoh struktur organisasi tradisional:
Gambar 4.4.. Model Tradisional
A
B
C
FB C D E
A
Gambar 4. 2. Struktur Horisontal
Gambar 4..3. Organisasi Vertikal dan Horisontal
Gambar 4.1 Struktur Vertikal
79
Gambar 4.5. Model Rusia
Gambar 4.6. Model Polandia
80
Gambar 4.7. Model Amerika
Gambar 4.8. Model Arab
81
Gambar 4.9. Model China
Gambar 4.10. Model Women Lib
82
Gambar 4.11. Model PBB
Gambar 4. 12. Model VatikanSumber: Kerszner, 1995
4. KEUNTUNGAN DAN KELEMAHAN PENGGUNAAN ORGANISASI
KLASIK
Keuntungan Penggunaan Organisasi Klasik
Pada dasarnya ada beberapa keuntungan dalam penggunaan struktur organisasi klasik
antara lain:
83
1) Sistem anggaran dan pengawasan penggunaan dana sangat mudah, karena
hanya menejer fungsional yang memiliki hak absolut mengontrol anggaran
proyek.
2) Kemungkian untuk melakukan pengawasan teknis lebih baik karena dapat
dilakukan pengelompokan keahlian (spesialis) guna berbagi pengetahuan dan
tanggung jawab
3) Personel dapat ditugaskan dalam berbagai macam proyek
4) Seluruh proyek dapat mengambil keuntungan dari penggunaan teknologi
mutakhir (lebih baik digunakan dalam situasi kelangkaan personel/tenaga)
5) Penggunaan tenaga kerja lebih fleksibel
6) Menyediakan tenaga kerja yang banyak.
7) Menyediakan kesinambungan dalam disiplin fungsional, kebijakan, prosedur,
dan garis tanggung jawab mudah didefinisikan dan dapat dipahami
8) Dapat melakukan produksi masal dengan spesifikasi yang mapan/jelas.
9) Menyediakan sistem pengawasan yang bagus terhadap personel
10) Komunikasi dilakukan secara vertikal dan setiap bawahan hanya bertanggung
jawab terhadap satu atasan.
11) Cepat melakukan tanggapan terhadap suatu masalah
Kelemahan Organisasi Klasik
Demikian pula penggunaan struktur organisasi klasik memiliki beberapa kekurangan
antara lain:
1) Tidak ada seorangpun yang memiliki tanggung jawab penuh pada keseluruhan
proyek (tidak ada otoritas formal; tidak ada tim penyelesaian masalah); sebagai
akibatnya adalah koordinasi antara staf fungsional menjadi sulit, sehingga
eksekutif puncak harus terlibat dengan kegiatan teknis sehari-hari yang bersifat
rutin.
2) Tidak memiliki penekanan yang tegas pada orientasi proyek dalam
menyelesaikan tugas-tugas proyek
3) Koordinasi menjadi kompleks, pengambilan keputusan menjadi panjang
4) Keputusan yang dibuat didominasi oleh kelompok fungsional yang paling kuat
5) Tidak ada orientasi khusus pada pelanggan
6) Respon terhadap keinginan/keluhan konsumen rendah
84
7) Sulit menunjuk siapa yang paling bertanggung jawab; ini akibat dari tidak ada
sistem pelaporan langsung, perencanaan yang berorientasi proyek sangat kecil,
dan tidak ada otoritas dalam proyek
8) Motivasi dan inovasi menurun
9) Ide-ide yang muncul cenderung berorientasi pada kelompok fungsional dari
pada pengembangan proyek secara keseluruhan.
5. BEBERAPA MODEL STRUKTUR ORGANISASI PADA PROYEK
Pada umumnya ada beberapa model struktur organisasi yang sering dijumpai di
lapangan antara lain:
5.1. DEPARTEMENISASI
Departemenisasi dilakukan dalam usaha untuk membagi tugas-tugas/pekerjaan ke
dalam unit-unit yang lebih kecil. Setiap departemen yang dibentuk mempunyai
tanggung jawab mandiri sesuai bidang garapannya. Pemimpin proyek dalam setiap
departemen tidak mempunyai otoritas untuk mengkoordinasikan aktivitas/pekerjaan
pada yang departemen lain. Struktur organisasi model departemenisasi dilukiskan
seperti gambar 4.13 berikut.
Gambar 4.13. Departemenisasi Dalam Manajemen Proyek
DIVISION MENEJERDIVISION
MENEJER
DEPARTEMEN XDEPARTEMEN X
DEPARTEMEN XDEPARTEMEN X
DEPARTEMEN XDEPARTEMEN X
PROJECT LEADERPROJECT
LEADER
PROJECT LEADERPROJECT
LEADER
PROJECT LEADERPROJECT
LEADER
SECTION LEVEL SECTION LEVEL SECTION LEVEL
85
5.2. ORGANISASI LINI
Organisasi ini sering disebut organisasi bentuk lurus, karena setiap direktur
memiliki garis komando lurus ke bawah sampai karyawan terendah, sehingga kesatuan
perintah dapat dipertahankan. Bentuk organisasi ini termasuk sederhana, karena
wewenang dan tanggung jawab masing-masing lini jelas. Struktur organisasi model lini
dilukiskan seperti gambar 4.14 berikut.
Gambar 4.14. Struktur Organisasi Bentuk Lini
Gambar 4.15. Divisi Teknik Dengan Depertemen Penghubung (liaison)
5.3. ORGANISASI LINI STAF
MENEJER PEMASARAN MENEJER PEMASARAN
DIRUTDIRUT
MENEJER TEKNIK MENEJER TEKNIKMENEJER KEUANGAN
MENEJER KEUANGAN
PENJUALANPENJUALAN
MENEJER. LAPANGANMENEJER.
LAPANGAN
AKUTANSIAKUTANSI
PROMOSIPROMOSI
STAFSTAF
PELAKSANAPELAKSANA
MANDORMANDOR
KASIRKASIR
STAFSTAF
ENGINEERING DIVISIONENGINEERING
DIVISION
ELECTRONICELECTRONIC
THERMODINAMICTHERMODIN
AMIC
STRUTRURESTRUTRURE
R & DR & DLIAISON
DEPT.LIAISON DEPT.
86
= OTORITAS FORMAL
= INFORMAL /PELAPORAN
Semakin kompleks suatu proyek, penggunaan struktur organisasi lini semakin
tidak mampu mengatasi permasalahan yang muncul. Oleh karena itu dikembangkan
struktur organisasi lini-staf. Dalam gambar di bawah dua kemungkinan bisa terjadi
yaitu
a. Pertama: keberadaan menejer proyek dipandang hanya sebagai pusat (focal point)
pengawasan aktivitas proyek. Dalam hal ini menejer proyek berfungsi sebagai
penasehat Dirut, dan tidak memiliki wewenang formal untuk mengambil kebijakan
pada tingkat menejer di bawahnya (menejer teknik atau menejer keuangan). Dalam
hal ini menejer proyek hanya memiliki wewenang pengawasan saja serta berfungsi
sebagai staf akhli/konsultan pemberi nasehat bagi Dirut.
b. Kedua: menejer proyek diberi wewenang lebih; dalam hal ini menejer proyek dapat
terlibat langsung dalam aktivitas menejer lini di bawahnya. Namun menejer
dibawahnya tetap memiliki wewenang penuh untuk mengambil kebijakan. Dalam
hal ini menejer proyek berfungsi sebagai staf akhli yang mengerjakan pekerjaan
khusus di segala bidang untuk membantu menejer lini dibawahnya.
Dalam model struktur organisasi ini prinsip kesatuan komando tetap dipertahankan.
Pimpinan puncak perusahaan didampingi oleh staf akhli (menejer proyek), sehingga
mempunyai kebebasan lebih luas untuk bertanggung jawab ke departemen/bagian
lainnya. Struktur organisasi model lini staf dilukiskan seperti gambar 4.16 berikut.
Gambar 4.16. Struktur Organisasi Lini-Staf
5.4. ORGANISASI PRODUK MURNI
= OTORITAS FORMAL
= OTORITAS FORMAL/ INFORMAL
DIRUTDIRUT
MENEJER PROYEKMENEJER
PROYEK
MENEJER.TEKNIKMENEJER.
TEKNIK
MENEJER.KEUANGANMENEJER.
KEUANGAN
87
Organisasi ini dibuat karena perusahaan menangani berbagai macam produk.
Misalnya perusahaan jasa konstruksi bergerak dalam produk jasa A (rumah sederhana)
, produk jasa B (ruko) dan produk B (apartemen mewah), sehingga sulit ditangani
dengan struktur organisasi fungsional. Dalam struktur organisasi ini dibuat divisi-divisi
yang menangani masing-masing produk. Setiap divisi dipimpin oleh seorang menejer
produksi, yang bersifat setengah mandiri, yang memiliki otoritas untuk merancang,
membuat dan memasarkan sendiri produk yang dihasilkan. Dalam setiap divisi dibentuk
sub divisi yang pembagian kerjanya didasarkan pada fungsi masing-masing.
Keuntungan struktur organisasi produk murni ini adalah setiap menejer divisi memiliki
wewenang penuh pada keseluruhan proyek, dengan demikian setiap individu memiliki
garis komando pelaporan hanya pada satu orang saja, sehingga sistem pengawasan
terhadap personel menjadi lebih baik. Komunikasi dilakukan secara vertikal dan setiap
bawahan hanya bertanggung jawab terhadap satu atasan, dengan demikian cepat
melakukan tanggapan terhadap suatu masalah yang muncul.
Namun kelemahan struktur organisasi ini adalah biaya/anggaran organisasi
yang tinggi. Tidak dapat melakukan pemindahan personil dari satu divisi ke divisi
lainnya. Motivasi personel juga menjadi permasalah dalam struktur organisasi ini.
Demikian pula pengawasan perhadap pengggunaan sumber daya/peralatan perusahaan
akan menjadi masalah jika suatu sumber daya/peralatan akan dibutuhkan bersama oleh
dua/lebih divisi.
Keuntungan Struktur Organisasi Produk Murni:
Secara umum struktur organisasi produk murni memiliki beberapa keuntungan
antara lain:
1) Memberikan garis wewenang yang jelas pada seluruh proyek (otoritas
pengawasan yang kuat pada sebuah proyek)
2) Personel bertangung jawab langsung pada menejer proyek, sehingga suatu
masalah dapat diketahui dengan cepat dan segera dapat ditangani
3) Terdapat saluran komunikasi yang kuat dan jelas
4) Para staf dapat mengembangkan keahliannya secara maksimal
5) Memberikan tanggapan yang cepat terhadap suatu permasalahan
6) Personel proyek dapat menunjukkan loyalitas yang tinggi
7) Mampu memberilan perhatian tinggi terhadap konsumen
8) Fleksibel dalam pengelolaan waktu dan anggaran
88
9) Interfase manajemen semakin mudah diatasi
10) Eksekutif puncak memiliki waktu yang banyak untuk memikirkan masalah-
masalah kebijakan penting, karena tidak terbebani dengan masalah-msalah
teknis sehari-hari.
Kelemahan Struktur Organisasi Produk Murni
Demikian pula struktur organisasi produk murni memiliki beberapa kelemahan antara
lain:
1) Biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan struktur organisasi yang
menghasilkan multi produk ini sangat mahal, misalnya dalam penggunaan
sumber daya pada dua divisi secara bersamaan (misalnya harus beli dua
peralatan)
2) Kecenderungan untuk menggunakan/mempertahankan tenaga kerja pada satu
proyek dalam waktu lama
3) Pengembangan teknologi kurang, karena tidak ada kelompok fungsional yang
kuat, yang memikirkan pengembangan program/teknologi baru.
4) Pengawasan terhadap fungsi-fungsi khusus organisasi membutuhkan
koordinasi tingkat atas
5) Tidak ada kesempatan untuk melakukan pertukaran teknisi antara proyek
6) Karir personel tidak bisa meningkat.
Gambar 4.17. Organisasi Produk Murni
5.5. STRUKTUR ORGANISASI MATRIK
TEKNIKTEKNIK
GENERAL MANAGERGENERAL MANAGER
MENEJER PRODUKSI AMENEJER
PRODUKSI A
MENEJER PRODUKSI BMENEJER
PRODUKSI B
MENEJER PRODUKSI CMENEJER
PRODUKSI C
MANUFAK TURMANUFAK
TUR
TEKNIKTEKNIK
MANUFAKTURMANUFA
KTUR
TEKNIKTEKNIK
MANUFAK TURMANUFAK
TUR
89
Struktur organisasi matrik berusaha untuk mengkombinasikan keunggulan-
keunggulan yang ada pada struktur organisasi fungsional dan struktur organisasi produk
murni. Seperti terlihat pada bagan dibawah, setiap menejer proyek memiliki garis
pelaporan langsung kepada menejer umum (general manager). Kekuasaan dan
wewenang para menejer proyek, langsung berasal dari menejer umum. Menejer proyek
memiliki tanggung jawab dan akuntabilatas penuh pada keberhasilan proyek. Pada
sisi lain, departemen fungsional memiliki tanggung jawab fungsional untuk memelihara
keunggulan teknis proyek. Setiap unit fungsional dikepalai oleh seorang menejer
departemen, yang memiliki tanggung jawab utama untuk menjamin bahwa kebutuhan
tiap-tiap proyek yang terkait dengan bidangnya dapat terpenuhi dengan baik.
Manajemen proyek memiliki fungsi koordinasi, sebaliknya manajemen matrik
memiliki fungsi kollaborasi (kerjasama). Pada fungsi koordinasi, setiap pekerjaan
umumnya ditugaskan pada pekerja/unit khusus, yang akan mengerjakannya sendiri.
Pada fungsi kolaborasi, informasi/pekerjaan mungkin wajib dibagi dan beberapa orang
mungkin diperlukan untuk melakukan bagian-bagian pekerjaan yang sama. Dalam
organisasi fungsional wewenang untuk membuat keputusan berada pada
pimpinan/mananjer proyek, sedangkan dalam organisasi matrik wewenang berada pada
tim. Menurut Kerzner (1995) ada beberapa aturan umum dalam pembuatan suatu
struktur organisasi matrik antara lain:
a. Personel proyek harus bekerja penuh waktu pada proyek; ini untuk memberi
kepastian loyalitas personel terhadap proyek
b. Saluran komunikasi horizontal dan vertikal harus tetap berjalan sebaik mungkin,
untuk menciptakan komitmen tinggi pada proyek
c. Harus ada metode yang efektif untuk mengatasi konflik yang muncul
d. Harus ada saluran dan akses komunikasi yang baik antara menejer/pimpro
e. Semua menejer yang ada harus bisa memberi masukan pada proses perencanaan
f. Menejer harus berorientasi secara horisontal dan vertikal dalam penggunaan
sumber daya
g. Lini horisontal harus mampu untuk bekerja secara terpisah tetapi tetap sebagai
satu kesatuan kecuali untuk kepentingan administrasi.
Konsep dasar dari pengembangan struktur matrik adalah berusaha untuk menciptakan
sinergi pembagian tanggung jawab antara proyek dan manajemen fungsional. Hal ini
memang gampang diucapkan tetapi sulit dikerjakan .
90
Gambar 4.18. Organisasi Matrik
Keunggulan Struktur Organisasi Matrik
Dalam pelaksanaannya struktur organisasi matrik memiliki beberapa
keunggulan antara lain:
1) Menejer proyek memegang kontrol proyek secara penuh, baik berupa sumber daya,
anggaran dan personel
2) Kebijakan dan prosedur dapat dibuat secara independen untuk setiap proyek (asal
tidak berlawanan dengan kebijakan dan prosedur perusahaan)
3) Menejer proyek memiliki wewenang mengelola sumber daya perusahaan, asalkan
penggunaan sumber daya tidak menimbulkan masalah dengan proyek lainnya
4) Pengambilan tindakan/respon terhadap masalah perusahaan, pemecahan konflik
dan kebutuhan proyek lainnya dapat dilakukan secara cepat.
5) Organisasi fungsional yang ada mempunyai tugas utama untuk memberi dukungan
pada proyek
6) Setiap orang yang berkerja pada proyek akan tetap merasa senang walaupun
kegiatan proyek telah selesai, karena masih mempunyai tempat bernaung (tidak di
PHK) pada perusahaan induk.
MENEJER UMUMMENEJER UMUM
TEKNIKTEKNIK
OPERASIOPERASI
PENGADAANPENGADAAN
KEUANGANKEUANGAN
MENEJER PROYEKMENEJER
PROYEK
MENEJER PROYEKMENEJER
PROYEK
MENEJER PROYEKMENEJER
PROYEK
TANGGUNG JAWAB PROYEKTANGGUNG JAWAB PROYEK
TANGGUNG JAWAB FUNGSIONALTANGGUNG JAWAB FUNGSIONAL
91
7) Para akhli perusahaan dapat dibagi pada beberapa proyek, sehingga anggaran bisa
diminimalisir.
8) Konflik yang timbul dapat diminimalisir
9) Menciptakan kesimbangan antara biaya, anggaran dan mutu
10) Para akhli dapat meningkatkan keahliannya karena tetap berinduk pada organisasi
fungsionalnya
11) Ada pembagian wewenang dan tanggung jawab yang jelas.
12) Tekanan-tekanan (stress) yang timbul dapat di distribusikan pada anggota tim
lainnya, misalnya pada departemen fungsional.
Kelemahan Struktur Organisasi Matrik
Demikian pula struktur organisasi matrik dalam kenyataannya juga memiliki
beberapa kelemahan antara lain:
1) Memunculkan aliran informasi multidimensional
2) Memunculkan aliran kerja multidimensional
3) Terjadi model pelaporan ganda
4) Keberlangsungan prioritas perubahan terganggu
5) Tujuan proyek dan tujuan perusahaan bisa tidak sejalan
6) Potensi untuk timbul konflik secara berkelanjutan
7) Monitoring dan pengawasan sulit dilakukan
8) Pada perusahaan besar, struktur organisasi ini dari segi biaya tidak efektif, karena
orang yang ada lebih banyak dari pada yang dibutuhkan, khususnya untuk kegiatan
administratif.
9) Setiap proyek yang ada dijalankan secara independen. Harus diperhatikan adanya
duplikasi kegiatan
10) Dibandingkan dengan struktur organisasi tradisional, dibutuhkan waktu dan usaha
yang lebih banyak pada awal penentuan kebijakan dan prosedur.
11) Menejer fungsional mungkin bisa bias (menyimpang dengan menejer proyek) dalam
menentukan prioritas kegiatan
12) Keseimbangan kekuasan antara menejer proyek dan menejer fungsional harus selalu
dipantau
13) Keseimbangan pengaturan waktu, biaya, dan mutu harus selalu dimonitor
14) Konflik dan pemecahannya merupakan proses yang akan terus berlangsung.
92
Mengingat banyak kelemahan pada struktur organisasi matrik, maka dalam
usaha penerapan model matrik pada suatu perusahaan dibutuhkan:
a. Pelatihan dalam menjalankan organisasi
b. Pelatihan memelihara/melaksanakan sistem komunikasi terbuka
c. Pelatihan pemecahan masalah
d. Sistem pemberian penghargaan (compatible reward system)
e. Pendefinisian/kejelasan peran masing-masing personel.
Dalam organisasi matrik yang lebih kompleks pimpro setiap proyek (proyek A, B, C)
dipimpin lagi oleh seorang pimpro umum yang berada di bawah Dirut, yang khusus
mengani semau proyek proyek. Gambar 4.19 melukiskan model struktur organisasi
matrik yang menangani banyak proyek yang bersifat komoplek.
Gambar 4.19. Organisai Matrik Yang Kompleks
DIRUT
DIRUT PIMRO DIRUT TEKNIK
DIRUT OPERASIONAL
DIRUT LAIN
PIMPRO PROYEK A
PIMPRO PROYEK B
PIMPRO PROYEK C
93
6. STRUKTUR ORGANISASI PROYEK MENURUT PMBO
Proyect Management Institut (2004) dalam PMBOK melukiskan berbagai
macam struktur organisasi yang biasa digunakan dalam mengani proyek. Pembuntukan
struktur organisasi dalam mengani sutau proyek sangat tergantung dari berbagai faktor
seperti ketersediaan SDM, peralatan, iklim perusahaan dan sebagainhya. Berikut
dilukiskan berbagai macam bentuk struktrur organisasi dalam mengani suatu proyek.
Gambar 4.20 . Organisasi Fungsional
Gambar 4 21. Organisasi Proyek
DIREKTUR EKSEKUTIFDIREKTUR
EKSEKUTIF
MENEJER FUNGSIONAL MENEJER
FUNGSIONAL
MENEJER FUNGSIONAL MENEJER
FUNGSIONAL
MENEJER FUNGSIONAL MENEJER
FUNGSIONAL
Koordinasi ProyekKoordinasi Proyek
STAFSTAF
STAFSTAF
STAFSTAF
STAFSTAF
STAFSTAF
STAFSTAF
STAFSTAF
STAFSTAF
STAFSTAF
( Kotak diarsir: staf yang dilibatkan dalam aktivitas proyek)( Kotak diarsir: staf yang dilibatkan dalam aktivitas proyek)
( Kotak diarsir: staf yang dilibatkan dalam aktivitas proyek)
DIREKTUR EKSEKUTIFDIREKTUR
EKSEKUTIF
MENEJER PROYEK MENEJER
PROYEK
MENEJER PROYEK MENEJER
PROYEK
Koordinasi ProyekKoordinasi Proyek
STAFSTAF
STAFSTAF
STAFSTAF
STAFSTAF
STAFSTAF
STAFSTAF
STAFSTAF
STAFSTAF
STAFSTAF
MENEJER PROYEKMENEJER
PROYEK
94
Gambar 4.22. Organisasi Matrik Lemah
Gambar 4.23. Organisasi Matrik Sedang
DIREKTUR EKSEKUTIFDIREKTUR
EKSEKUTIF
MENEJER FUNGSIONAL MENEJER
FUNGSIONAL
MENEJER FUNGSIONAL MENEJER
FUNGSIONAL
MENEJER FUNGSIONAL MENEJER
FUNGSIONAL
STAFSTAF
STAFSTAF
STAFSTAF
STAFSTAF
STAFSTAF
STAFSTAF
STAFSTAF
STAFSTAF
STAFSTAF
( Kotak diarsir: staf yang dilibatkan dalam aktivitas proyek)
Koordinasi Proyek
DIREKTUR EKSEKUTIFDIREKTUR
EKSEKUTIF
MENEJER FUNGSIONAL MENEJER
FUNGSIONAL
MENEJER FUNGSIONAL MENEJER
FUNGSIONAL
MENEJER FUNGSIONAL MENEJER
FUNGSIONAL
STAFSTAF
STAFSTAF
MENEJER PROYEKMENEJER
PROYEK
STAFSTAF
STAFSTAF
STAFSTAF
STAFSTAF
STAFSTAF
STAFSTAF
( Kotak diarsir: staf yang dilibatkan dalam aktivitas proyek)
Koordinasi Proyek
95
Gambar 4.24. Organisasi Matrik Kuat
Gambar 4.25. Organisasi Komposit
Tabel 4.1. Otorritas dan Peran Dalam Struktur Organisasi
DIREKTUR EKSEKUTIFDIREKTUR
EKSEKUTIF
MENEJER FUNGSIONAL MENEJER
FUNGSIONAL
MENEJER FUNGSIONAL MENEJER
FUNGSIONAL
MENEJER FUNGSIONAL MENEJER
FUNGSIONAL
STAFSTAF
STAFSTAF
STAFSTAF
STAFSTAF
STAFSTAF
STAFSTAF
STAFSTAF
STAFSTAF
STAFSTAF
( Kotak diarsir: staf yang dilibatkan dalam aktivitas proyek)
MENEJER DARI MENEJER PROYEK MENEJER DARI
MENEJER PROYEK
MANJ. PROYEKMANJ. PROYEK
MANJ. PROYEKMANJ. PROYEK
MANJ. PROYEKMANJ. PROYEK
Koordinasi Proyek
DIREKTUR EKSEKUTIFDIREKTUR
EKSEKUTIF
MENEJER FUNGSIONAL MENEJER
FUNGSIONAL
MENEJER FUNGSIONAL MENEJER
FUNGSIONAL
MENEJER FUNGSIONAL MENEJER
FUNGSIONAL
STAFSTAF
STAFSTAF
STAFSTAF
STAFSTAF
STAFSTAF
STAFSTAF
STAFSTAF
STAFSTAF
STAFSTAF
( Kotak diarsir: staf yang dilibatkan dalam aktivitas proyek)
MENEJER DARI MENEJER PROYEK MENEJER DARI
MENEJER PROYEK
MANJ. PROYEKMANJ. PROYEK
MANJ. PROYEKMANJ. PROYEK
MANJ. PROYEKMANJ. PROYEK
Koordinasi Proyek AKoordinasi Proyek B
96
Matrik
Proyek Murni
Lemah Sedang Kuat
Otoritas menejer
proyek
Sedikit/tidak ada Terbatas Rendah s.d
sedang
Sedang s.d tinggi Tinggi s.d
hampir total
Ketersediaan
sumber
Sedikit/tidak ada Terbatas Rendah s.d
sedang
Sedang s.d tinggi Tinggi s.d
hampir total
Pengawas
Anggaran
Menejer
fungsional
Menejer
fungsional
Berbagai pihak
(campuran)
Menejer
proyek
Menejer
Proyek
Peran Menejer Part-time Part-time Full-time Full-time Full-time
Staf Administrasi
Proyek
Part-time Part-time Part-time Full-time Full-time
Sumber: PMBOK, 2004:28
7. HASIL PENELITIAN
Penelitian Lendra dan Andi.2006, tentang “Tingkat Kepercayaan Dalam
Hubungan Kemitraan Antara Kontraktor dan Subkontraktor di Surabaya, menyimpulkan
hasil pengukuran tingkat kepercayaan dalam hubungan kemitraan antara kontraktor dan
subkontraktor di Surabaya menjukkan bahwa (l) secara umum tingkat kepercayaan
berada pada tingkat yang tinggi. Keempat elemen kepercayaan (exhibiting trust,
achieving results, acting with entegrity dan demionstrating concern) dapat digunakan
untuk mengukur tingkat kepercayaan; hal ini dapat dilihat tingginya nilai korelasi
Pearson. (2) parameter-parameter perusahaan mitra kerja yang paling mempengaruhi
kepercayaan dalam hubungan kemitraaan antara kontraktor dan subkontraktor di
Surabaya yaitu SDM, pengalaman perusahaan menangani tipe pekerjaan dan ukuran
proyek yang sama, peralatan dan perlengkapan serta jangka waktu pelaksanaan proyek.
Menurut Ervianto (2005) secara fungsional ada tiga pihak yang berperan
dalam proyek konstruksi yaitu pemilik proyek, konsultan dan kontraktor. Untuk
proyek-proyek yang besar, kontraktor utama biasanya mensubkan lagi beberapa
pekerjaan proyek kepada subkontraktor-subkontraktor. Agar suatu proyek berhasil maka
hubungan antara kontraktor utama dan sub kontraktor harus baik artinya hubungan
kemitraan antara kontraktor dan subkontraktor harus berada pada level yang tinggi.
Jika hubungan kemitraan antara kontraktor utama dan subkontraktor berada pada
level yang rendah maka tentu akan mumcul berbagai permasalah dalam pelaksanaan
proyek yang akhirnya dapat menghambat pelaksaaan pekerjaan.
8. RANGKUMAN
97
Struktur Organisasi
Karakteristik
Fungsional
Organisasi dapat didefinisikan sebagai kelompok orang yang aktivitasnya harus
dikoordinasikan dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Fungsi koordinasi
mempersyaratkan adanya komunikasi yang intensif dan pemahaman yang jelas
hubungan serta interdependensi antara orang-orang dalam organisasi. Struktur
organisasi sangat dipengaruhi oleh faktor perubahan teknologi, kompleksitas, sumber
daya yang tersedia, produk/jasa yang dihasilkan, kompetisi, dan model pembuatan
keputusan. Tujuan umum dari dibuatnya struktur organisasi adalah agar tercipta
hubungan yang baik antara (l) pekerjaan yang akan dilaksanakan, (2) orang yang akan
melaksanakan pekerjaan dan (3) tempat dimana pekerjaan dilaksanakan. Beberapa
macam bentuk struktur organisasi antara lain struktur organisasi fungsional, organisasi
bentuk matrik dan organisasi produk murni. Organisasi fungsional atau organisasi lini
adalah organisasi bentuk lurus, karena setiap direktur memiliki garis komando lurus ke
bawah sampai karyawan terendah, sehingga kesatuan perintah dapat dipertahankan.
Bentuk organisasi ini termasuk sederhana, karena wewenang dan tanggung jawab
masing-masing lini jelas. Organisasi produk murni adalah organisasi yang menangani
berbagai macam produk. Misalnya perusahaan jasa konstruksi bergerak dalam produk
jasa A (rumah sederhana) , produk jasa B (ruko) dan produk B (apartemen mewah),
sehingga sulit ditangani dengan struktur organisasi fungsional. Struktur organisasi
matrik adalah organisais yang berusaha untuk mengkombinasikan keunggulan-
keunggulan yang ada pada struktur organisasi fungsional dan struktur organisasi produk
murni.
9. PERTANYAAN EVALUATIF
a. Jelaskan mengapa struktur organisasi tradisional tidak sesuai lagi untuk mengelola
proyek masa kini
b. Jelaskan konsep organisasi
c. Jelaskan model-model organisasi tradisional/klasik
d. Jelaskan keuntungan-keuntungan dan kekurangan-kekurangan penggunaan
organisasi tradisional/klasik
98