bab 4 kemoterapi pada kehamilan

29
BAB 4 KANKER-KANKER SPESIFIK YANG DIBERIKAN KEMOTERAPI SELAMA KEHAMILAN 4.1 Kanker payudara Kanker payudara selama kehamilan didefinisikan sebagai kanker payudara yang didiagnosis selama kehamilan atau dalam tahun pertama setelah melahirkan. Kanker ini merupakan penyebab paling umum dari kanker invasif pada wanita hamil dan diperkirakan terjadi dalam rasio 6,5 per 100.000 kelahiran hidup. 1 Kemoterapi harus diberikan setelah trimester pertama dan dapat diberikan sebagai terapi adjuvant atau neoadjuvant. Kejadian malformasi janin yang dilaporkan ketika menjalani kemoterapi pada trimester kedua dan ketiga adalah sekitar 3,8%, tidak lebih tinggi dari yang dilaporkan pada populasi umum. 2 Kemoterapi berbasis antrasiklin, doxorubicin dan siklofosfamid (regimen AC) atau 5-fluorouracil, doxorubicin, dan cyclophosphamide (regimen FAC), yang

Upload: radith-aulia

Post on 30-Jan-2016

52 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

Kemoterapi pada kehamilan

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 4 Kemoterapi Pada Kehamilan

BAB 4

KANKER-KANKER SPESIFIK YANG DIBERIKAN KEMOTERAPI

SELAMA KEHAMILAN

4.1 Kanker payudara

Kanker payudara selama kehamilan didefinisikan sebagai kanker payudara

yang didiagnosis selama kehamilan atau dalam tahun pertama setelah melahirkan.

Kanker ini merupakan penyebab paling umum dari kanker invasif pada wanita

hamil dan diperkirakan terjadi dalam rasio 6,5 per 100.000 kelahiran hidup.1

Kemoterapi harus diberikan setelah trimester pertama dan dapat diberikan

sebagai terapi adjuvant atau neoadjuvant. Kejadian malformasi janin yang

dilaporkan ketika menjalani kemoterapi pada trimester kedua dan ketiga adalah

sekitar 3,8%, tidak lebih tinggi dari yang dilaporkan pada populasi umum.2

Kemoterapi berbasis antrasiklin, doxorubicin dan siklofosfamid (regimen

AC) atau 5-fluorouracil, doxorubicin, dan cyclophosphamide (regimen FAC),

yang diberikan selama trimester kedua dan ketiga adalah regimen yang paling

umum digunakan untuk pengobatan kanker payudara selama kehamilan.2,3 Hahn et

al melaporkan penelitian prospektif dalam kasus kanker payudara selama

kehamilan diberikan kemoterapi sistemik FAC baik sebagai terapi adjuvant

maupun neoadjuvant (n = 57) menunjukkan hasil 40 (70%) hidup dan bebas

penyakit, 3 (5%) memiliki kanker payudara berulang, 12 (21%) meninggal karena

kanker payudara, 1 (1,7%) meninggal karena penyebab lain, dan 1 (1,7%) hilang

informasinya dalam proses pengamatan lanjut.2 Semua wanita mendapati

Page 2: Bab 4 Kemoterapi Pada Kehamilan

persalinan dengan hasil lahir hidup, dengan usia kehamilan rata-rata 37 minggu

dan rata-rata berat lahir 2890 gr. Anak yang terpapar kemoterapi selama dalam

rahim (n = 40), sebanyak 3 anak mengalami memiliki cacat bawaan (7,5%).2

Mir et al menerbitkan publikasi penggunaan taxan dalam kehamilan pada

40 wanita dan 42 neonatus. Paclitaxel diberikan pada 21 kasus, docetaxel pada 16

kasus, dan gabungan kedua obat tersebut dalam 3 kasus. Satu-satunya malformasi

yang dilaporkan adalah stenosis pilorus pada neonatus yang ibunya menerima

multi agen kemoterapi bersama dengan taxanes. Pada 2 kasus, pasien penerima

paclitaxel melahirkan bayi pada usia kehamilan 30 dan 32 minggu kemudian

mengalami gangguan pernapasan akut yang kemungkinan terkait prematuritas.

Para peneliti menunjukkan meskipun taxan tampaknya layak digunakan pada

trimester kedua dan ketiga, hasilnya harus diinterpretasikan dengan hati-hati

dikarenakan adanya bias metodologi dan pengumpulan data.2

Pemberian taxan selama trimester kedua dan ketiga kehamilan tampaknya

bisa digunakan, tetapi penggunaan rutin dari taxan tidak dianjurkan selama

kehamilan karena data keamanan yang belum memadai.2 Selain itu, penggunaan

trastuzumab merupakan kontraindikasi selama kehamilan karena risiko

oligohidramnion dan gagal ginjal.2,3 Namun, jika trastuzumab harus digunakan,

harus diberikan dalam durasi jangka pendek serta pengawasan jumlah air ketuban

dan monitoring pertumbuhan janin harus dilakukan.1,2

Siklofosfamid, doxorubicin dan 5-fluorouracil merupakan kombinasi

pilihan untuk kanker payudara selama kehamilan. Penelitian pada 85 perempuan

hamil yang mendapatkan tamoxifen tidak menunjukkan peningkatan risiko untuk

2

Page 3: Bab 4 Kemoterapi Pada Kehamilan

malformasi janin, penggunaannya tidak dianjurkan karena terdapat laporan cacat

lahir yaitu sindrom goldenhar dan ambigus genitalia.4

4.2 Leukemia Akut

Prevalensi leukemia selama kehamilan tergolong rendah kira-kira satu

diantara 10.000 kehamilan.5,6,7 Sebagian kasus merupakan leukemia akut,

termasuk myeloid (leukemia myeloblastik akut, sebesar dua pertiga dari kasus),

atau limfoid (leukemia limfoblastik akut).5 Leukemia kronis dan sindrom

myelodisplasia secara umum terjadi pada usia tua, sehingga jarang dilaporkan

pada kehamilan.5

Leukemia akut biasanya dilaporkan selama trimester kedua dan ketiga

kehamilan, dan dapat menyebabkan leukostasis, trombosis, dan koagulasi

intravaskular diseminata (DIC) yang mungkin diperburuk dengan kondisi

trombositopeni selama kehamilan sehingga penundaan pengobatan sampai post

partum dikaitkan dengan peningkatan mortalitas.5,6 Oleh karena itu, setelah

penegakan diagnosis leukemia akut, terapi induksi dengan rejimen yang dipilih

dengan cermat harus diberikan dengan segera.6

Protokol untuk pengobatan leukemia myeloblastik akut terdiri dari

kombinasi sitarabin dengan antrasiklin pada fase induksi dan berbagai kombinasi

intensif pada fase konsolidasi.6 Terdapat 93 kasus ibu hamil dengan terapi tunggal

sitarabin atau dengan kombinasi agen terapeutik (thioguanine, doxorubicin,

vincristine dan prednisone) untuk pengelolaan leukemia akut melaporkan 4 kasus

malformasi ekstremitas terkait dengan paparan kemoterapi pada trimester

3

Page 4: Bab 4 Kemoterapi Pada Kehamilan

pertama.6 Komplikasi lain yang terjadi termasuk 6 kasus kematian janin dalam

rahim (IUFD), 12 kasus IUGR, 5 kasus sitopeni neonatal sementara dan dua kasus

kematian neonatal sekunder karena infeksi berat.6

Stewart et al melaporkan konsentrasi anthracyclin pada janin setelah

suntikan intravena sebesar 100 hingga 1000 kali lipat di bawah yang ditemukan

dalam jaringan dewasa. Di antara tiga pasien dengan ALL, dua pasien menerima

lima obat kemoterapi konvensional, dan satu menerima pengobatan dengan

vincristine dan prednisolon saja, karena pasien tersebut berada dalam stadium

akhir kehamilan. Tidak ada laporan kematian intra-uterus atau malformasi janin.7

Terdapat insiden kelahiran prematur yang tinggi, hal ini dapat menjelaskan

alasan bayi dengan berat badan lahir rendah. Germann et al mengevaluasi bayi

dari 160 kasus yang terkena anthracyclin selama kehamilan. Rekomendasi mereka

adalah menggunakan anthracyclin dalam dosis standar, sebaiknya sebagai bolus

atau infus pendek dari trimester kedua sampai dua minggu sebelum persalinan.

Aviles et al mempublikasikan data sebanyak 84 anak-anak yang terkena

kemoterapi dalam rahim, kemudian diamati jangka panjang (median 18,7 tahun)

tidak terdapat cacat bawaan, gangguan neurologis atau efek samping psikologis

dan tidak memberikan efek kapasitas pembelajaran.7

Terdapat kekhawatiran mengenai potensi kardiotoksisitas dari anthracyclin

pada janin karena kerusakan jantung telah dijelaskan dalam beberapa kasus.8

Penelitian lain menunjukkan 160 wanita hamil dengan terapi anthracyclin

dilaporkan 3 kasus kardiotoksik, terutama berkaitan dengan dosis kumulatif terapi

dan radiasi. Pada 2 kasus, paparan idarubicine pada trimester 2 dikaitkan dengan

4

Page 5: Bab 4 Kemoterapi Pada Kehamilan

kardiomiopati reversibel, dan satu kasus paparan pada trimester ketiga terdapat

kerusakan jantung yang mematikan.6,8

Namun, anthracyclines merupakan komponen penting pada kemoterapi

AML dan harus digunakan dengan hati-hati. Idarubisin, komponen yang lebih

lipofilik, dapat meningkat dalam transfer plasenta dan potensi toksisitas yang

lebih tinggi, dengan demikian, daunorubisin lebih dianjurkan.8

Induksi dengan sitarabin dan antrasiklin dikaitkan dengan toksisitas,

termasuk mucositis dan neutropenia berkepanjangan disertai dengan infeksi jamur

bakteri yang bersifat invasif dan membutuhkan terapi sistemik.8

4.3 Leukemia kronik

Leukemia myelositik kronis (CML) terjadi pada 10% kehamilan dan

kejadian leukemia limfositik kronis (CLL) sangat jarang.6 Secara tradisional,

terapi pilihan untuk CML transplantasi sumsum tulang, interferon alfa dan

kemoterapi. Dalam beberapa tahun pengobatan penyakit berkembang dengan

imatinib mesylate yang muncul sebagai pengobatan untuk pasien dengan CML.6

Dua puluh tiga kasus ibu hamil dengan CML diobati dengan imatinib telah

dilaporkan. Lima kehamilan diakhiri sebelum waktunya yaitu 4 kehamilan dengan

aborsi spontan di trimester pertama dan 1 kehamilan dengan aborsi terapeutik. 18

kehamilan cukup bulan, menghasilkan 19 bayi sehat tanpa cacat bawaan (satu

bayi memiliki hipospadia tapi sehat) yang signifikan.6

Literatur berisi sejumlah laporan kasus kehamilan dengan terapi imatinib

yang berhenti pengobatan baik pada trimester pertama atau yang tetap menjalani

5

Page 6: Bab 4 Kemoterapi Pada Kehamilan

terapi selama kehamilan mendapatkan hasil 125 dari total 180 kehamilan

mendapatkan perhatian mengenai keamanan obat. Sebanyak enam puluh tiga dari

125 kehamilan dengan hasil kelahiran hidup yang normal. Delapan belas dari

wanita ini menerima imatinib selama kehamilan mereka. Tiga puluh lima

perempuan (28%) mengalami persalinan elektif, 3 diantaranya mengalami

kelainan janin. 18 kehamilan lainnya (14,4%) berakhir pada aborsi spontan. Dari

sisa 9 bayi, ada 8 lahir normal dan satu bayi lahir mati, semua dengan kelainan

bawaan.9

Dalam perkembangannya penggunaan imatinib mesylate tidak boleh

diberikan selama kehamilan pada manusia karena risiko nyata yaitu aborsi,

keluaran janin yang buruk dan kelainan janin. Pye et al baru-baru ini melaporkan

data pada 180 wanita yang terkena imatinib selama kehamilan. Penulis

menyimpulkan bahwa paparan imatinib selama kehamilan dapat mengakibatkan

peningkatan risiko kelainan janin yang serius atau aborsi spontan seperti yang

dijelaskan dalam 12 kasus. Jelas bahwa paparan imatinib dikaitkan dengan risiko

tinggi aborsi spontan dan kelainan kongenital.10,11

Ketika menghindari imatinib, leukapheresis dapat digunakan sebagai

strategi yang dapat ditoleransi dengan baik namun terdapat efek samping jangka

pendek. Hidroksi urea tidak cocok karena memiliki potensi teratogenik,

menyebabkan penghambatan sintesis DNA. Interferon tidak memiliki efek yang

diketahui pada DNA. Interferon merupakan molekul besar yang tidak efektif

untuk melewati sawar plasenta. Terdapat laporan kasus pasien hamil yang

menderita CML sukses diterapi dengan Interferon.10

6

Page 7: Bab 4 Kemoterapi Pada Kehamilan

Agen lain yang digunakan dalam mengelola pasien CML selama

kehamilan adalah interferon alpha (IFN). IFN dianggap sebagai standar perawatan

pada pasien CML yang tidak memenuhi syarat untuk transplantasi sumsum

tulang. IFN merupakan modulator imun dan berhubungan dengan respon

cytogenic di kisaran 10-38%, namun efeknya cenderung berkurang seiring dengan

waktu yang berjalan. Ketika diberikan selama kehamilan, IFN tidak terkait dengan

efek teratogenik pada hewan. Hal ini mungkin terkait dengan berat molekul yang

tinggi, sehingga sulit untuk menyeberang placenta.11

Hidroksiurea (HU) adalah obat lain yang telah sering digunakan di era pra-

imatinib. HU menginduksi remisi klinis dan hematologi dalam sebagian besar

kasus, tetapi jarang menghasilkan respon sitogenik. Penelitian pra-klinis telah

menunjukkan bahwa HU teratogenik pada hewan, antara lain anomali kongenital

di jantung, sistem saraf pusat, kerangka serta cacat tabung saraf. Terlepas dari

teratogenitas yang parah pada hewan, tidak terdapat laporan pada manusia yang

menunjukkan anomali kromosom pada bayi yang baru lahir atau malformasi

utama. Hanya satu pasien mengalami aborsi spontan setelah paparan HU selama

kehamilan.11

Busulfan merupakan alkylating agen yang sebelumnya digunakan dalam

mengelola pasien CML, tapi jarang digunakan saat ini. Sebanyak lima pasien

hamil dengan CML diterapi busulfan selama trimester pertama dan tiga pasien

selama trimester kedua mendapati kelahiran bayi yang normal.11

7

Page 8: Bab 4 Kemoterapi Pada Kehamilan

4.4 Limfoma

Limfoma merupakan kanker yang berada dalam urutan keempat pada

kehamilan, dengan prevalensi diperkirakan dari 1 dari 6000 hingga 10000

kehamilan.8 Limfoma hodgkin mewakili kurang dari 1% dari semua keganasan,

puncaknya terjadi pada dekade ketiga, yaitu pada usia reproduksi. Hal ini

menjadikan limfoma hodgkin umum didiagnosis saat kehamilan. Pengobatan saat

ini terdiri dari protokol ABVD (adriamycin, bleomycin, vinblastine, dan

dacarbazine) untuk sebagian besar pasien, dengan atau tanpa radioterapi. Protokol

yang lebih agresif yaitu BEACOPP (bleomycin, etoposid, adriamycin,

siklofosfamid, vinkristin, prednison, dan procarbazine) digunakan untuk pasien

berisiko tinggi dengan stadium penyakit lanjut.8

Limfoma Non-Hodgkin (LNH) merupakan keganasan dengan kelompok

heterogen. LNH dibedakan menjadi LNH indolent, LNH jenis agresif, dan LNH

sangat agresif.8 LNH indolent termasuk limfoma folikular, limfoma limfositik

kecil atau leukemia limfositik kronis, dan limfoma zona marginal, biasanya

didiagnosis pada usia tua dengan demikian sangat jarang terjadi selama

kehamilan.8

LNH jenis agresif merupakan termasuk limfoma sel B-besar difus (diffuse

large B-cell lymphoma / DLBCL), limfoma sel mantel, dan limfoma sel-T matur

dan limfoma sel natural killer. Regimen yang paling umum digunakan untuk

keganasan ini adalah CHOP, dengan penambahan rituximab pada tumor marker

CD20+. Seperti disebutkan sebelumnya, informasi mengenai pengobatan dengan

CHOP selama kehamilan terbatas pada beberapa laporan kasus. Meskipun tidak

8

Page 9: Bab 4 Kemoterapi Pada Kehamilan

ditemukan anomali kongenital menggunakan protokol ini, termasuk 4 kasus

wanita yang diobati selama trimester pertama, jumlahnya terlalu kecil untuk

membuat kesimpulan. Laporan lainnya menggambarkan pengobatan dengan

rejimen berbeda yang mengandung alkylating agen dan anthracyclin pada pasien

dengan LNH, meskipun tidak ada anomali janin telah dilaporkan, ada beberapa

kasus kelahiran prematur dan kematian janin dalam kandungan.8

Secara umum, pengobatan pasien hamil dengan tanpa gejala pada tahap

awal limfoma hodgkin harus ditunda sampai setelah trimester kedua. Bahkan,

lebih dari 50% pasien dapat melanjutkan kehamilan tanpa pengobatan. Jika

pengobatan diperlukan, biasanya untuk mengontrol limfoma dengan kemoterapi

agen tunggal, seperti vinblastin atau anthracyclin, yang memungkinkan kehamilan

mecapai cukup bulan. Penggunaan tunggal agen vinblastin dikaitkan dengan

kelahiran bayi normal dalam banyak kasus. Pasien yang tidak mengalami

kemajuan meskipun telah diterapi vinblastine dapat diobati dengan ABVD

(doxorubisin, bleomycin, vinblastin, dakarbazin) selama trimester kedua atau

trimester ketiga.12

Beberapa laporan kasus kehamilan dengan LNH menggambarkan

penggunaan regimen CHOP-R setelah trimester pertama kehamilan, menunjukkan

hasil klinis yang baik bagi ibu dan janin. Data mengenai prevalensi kardiomiopati

dikaitkan dengan anthracyclin selama trimester kedua atau ketiga masih

kontroversial. Agen alkylating dianggap aman dan tidak ada data mengenai

kerusakan neurologis pada janin yang disebabkan oleh alkaloid Vinka. Untuk

9

Page 10: Bab 4 Kemoterapi Pada Kehamilan

menyimpulkan, kombinasi anthracyclines dan siklofosfamid dianggap relatif

aman selama trimester kedua dan trimester ketiga kehamilan.13

Penggunaan profilaksis CNS dengan metotreksat dosis tinggi intravena

(HDMTX) harus diberikan hanya setelah melahirkan. MTX diketahui dapat

melewati sawar darah plasenta bahkan segera setelah penggunaan intratekal. Oleh

karena itu, penggunaan agen ini harus dihindari selama trimester pertama.13

Penggunaan rituximab pada trimester pertama kehamilan menunjukkan

hasil yang baik. Sebuah tinjauan baru-baru ini oleh Global Drug Safety Database

menunjukkan 231 kehamilan terkait dengan paparan rituximab. Indikasi tersebut

termasuk limfoma, sitopenia autoimun, dan penyakit autoimun lainnya.

Kebanyakan rituximab tidak diberikan sebagai agen tunggal. Dari 153 kehamilan

dievaluasi, 33 mengalami keguguran selama trimester pertama, sedangkan 90

kehamilan menghasilkan kelahiran hidup. Dua puluh dua bayi (24%) yang lahir

prematur, dua dengan kelainan bawaan dan satu kematian neonatal. Sebelas

neonatus memiliki kelainan hematologi (5 bayi mengalami deplesi sel B, 3 bayi

mengalami trombositopenia dan 3 bayi mengalami leukopenia). Data saat ini,

meskipun terbatas, penggunaan rituximab sendiri atau dalam kombinasi dengan

kemoterapi multi agen, selama trimester kedua dan ketiga dapat dianggap aman.13

4.5 Kanker ovarium

Dengan menggunakan pencitraan USG rutin pada kehamilan, tidak jarang

menemukan massa pada adneksa dengan perkiraan 1 diantara 600-1500

kehamilan.14 Penggunaan penanda tumor terkait dengan keganasan ovarium,

10

Page 11: Bab 4 Kemoterapi Pada Kehamilan

secara umum meliputi gonadotropin, alpha-fetoprotein, dan nilai CA-125, laktat

dehidrogenase. Baru-baru ini biomarker human protein epididimis 4 (HE4)

terbukti berguna dalam deteksi dan manajemen kanker ovarium.14

Dalam kehamilan, keganasan ovarium yang paling umum didiagnosis

antara lain tumor sel germinal, sex cord-stromal, borderline tumor, yang lebih

jarang yaitu invasive epithelial ovarian cancer. Penggunaan standar kemoterapi,

yaitu platinum dapat digunakan dengan efek samping yang minimal.14

Pada kasus keganasan ovarium tipe epithelial invasif, stadium II hingga IV

perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan sebelum 24 minggu, dan

melakukan prosedur terapi untuk keganasan ovarium dan disertai kemoterapi.15

Pada kasus keganasan ovarium tipe non-epitelial, kemoterapi dapat dilakukan

sebagai terapi adjuvant.15

Kemoterapi dapat dilakukan trimester kedua atau ketiga, dan ditemukan

bahwa efek samping kemoterapi terkait malformasi kongenital tidak lebih besar

daripada risiko yang terjadi pada populasi umum.16 Penelitian yang dilakukan

Kwon et al tiga pasien dengan tumor sel germinal menerima kemoterapi BEP

selama kehamilan, bayi yang lahir sehat tanpa kejadian malformasi kongenital.17

Laporan mengenai regimen BEP dan ajuvan cisplatin dan siklofosfamid

digunakan pada kehamilan tanpa efek samping. Laporan kasus yang menjelaskan

penggunaan kombinasi paclitaxel dan carboplatin pada kehamilan, dan tidak ada

efek samping pada janin yang muncul secara signifikan ketika diberikan selama

trimester kedua atau ketiga.17

11

Page 12: Bab 4 Kemoterapi Pada Kehamilan

Grimm et al melakukan studi mengenai keganasan ovarium epithelial

selama kehamilan, menunjukkan bahwa keganasan ovarium epithelial merupakan

penyakit yang kemosensitif.18 Penggunaan kemoterapi selama trimester pertama,

dikaitkan dengan risiko aborsi atau teratogenik.18 Sebaliknya, kemoterapi selama

trimester kedua dan ketiga cenderung aman. Doll et al menunjukkan risiko

teratogenik hanya 1,3% untuk kombinasi carboplatin pada trimester kedua dan

ketiga, berbeda dengan peningkatan risiko hingga 25% jika diberikan pada

trimester pertama. Penggunaan bevacizumab, yaitu antibodi monoklonal

manusiawi terhadap faktor pertumbuhan endotel vaskular dan inhibitor PARP

yang merupakan kelas baru agen antineoplastik, saat ini diuji dalam uji klinis dan

telah mulai implementasi dalam pengobatan rutin.18

Meskipun cisplatin merupakan obat yang efektif, generasi kedua dari

cisplatin yaitu carboplatin senyawa memiliki efek samping yang lebih sedikit. Mir

et al. menunjukkan tujuh kasus penggunaan carboplatin selama kehamilan yang

diberikan sebagai agen tunggal atau kombinasi dengan paclitaxel dalam tiga

pasien dan dalam kombinasi dengan siklofosfamid pada satu pasien. Tidak ada

malformasi atau toksisitas janin dilaporkan dan semua bayi yang baru lahir

sehatpada follow-up dalam jangka waktu rata-rata 13,5 bulan. Berdasarkan hal

tersebut disarankan menggunakan carboplatin bukan cisplatin karena toksisitas

yang lebih rendah.18

Data penggunaan taxan selama kehamilan lebih terbatas daripada

penggunaan platinum. Tidak dilaporkan kelainan kongenital janin sejauh ini.

Akan tetapi, pengawasan tindak lanjut jangka panjang belum diketahui. Karena

12

Page 13: Bab 4 Kemoterapi Pada Kehamilan

efek samping dari carboplatin dan paclitaxel untuk ibu dan bayi dapat ditoleransi,

kami sarankan hal ini sebagai rejimen standar untuk keganasan ovarium epitelial

selama kehamilan.18

Machado et al. dalam studinya menunjukkan tumor sel germinal dan

karsinoma epitel invasif memerlukan kemoterapi adjuvant. Cisplatin paling

banyak diteliti dan paling sering digunakan selama kehamilan manusia. Satu

kasus ventrikulomegali ditemukan pada neonatus.19 Yeol han et al. menunjukkan

laporan kasus mengenai penggunaan bleomycin, etoposide dan cisplatin untuk

tumor sel germinal. Seorang wanita menerima kombinasi kemoterapi ini dari

minggu ke-21 hingga melahirkan bayi perempuan normal pada 39 minggu

kehamilan. Kasus kedua yang dilaporkan dalam literatur menunjukkan bayi lahir

dengan ventrikulomegali sekunder dan atrofi otak setelah terpapar agen

kemoterapi selama kehamilan.20

4.6 Kanker Serviks

Kanker serviks terjadi pada 1 dari 10.000 kehamilan. Dua-pertiga dari

perempuan didiagnosis di trimester pertama atau kedua dan berada pada tahap Ib.

Diagnosis mungkin tertunda, karena gejala yang muncul sering dikaitkan dengan

kehamilan dan penilaian kolposkopi serviks pada kehamilan tidak selalu mudah.21

Studi yang dilakukan oleh Teefey et al. menunjukkan laporan kasus

karsinoma neuroendokrin serviks. Karsinoma jenis ini merupakan keganasan

langka yang memiliki perjalanan klinis yang agresif dan mengurangi

kelangsungan hidup bila dibandingkan dengan subtipe histologis yang lebih

13

Page 14: Bab 4 Kemoterapi Pada Kehamilan

umum (sel skuamosa dan adenokarsinoma).22 Pasien berada dalam stadium FIGO

kelas 1B1. Pasien telah diberikan konseling tentang sifat agresif tumor dan telah

diberikan penjelasan untuk menjalani histerektomi radikal diikuti oleh adjuvant

kemoterapi. Pasien diberikan etoposid dan cisplatin (EP) karena ada cukup bukti

yang menunjukkan rejimen ini aman. Setelah diamati selama 24 bulan, anak tidak

menunjukkan kelainan fisik dan memenuhi semua tahap perkembangan.22

Studi yang dilakukan Tae wook et al pada pasien hamil dengan kanker

serviks stadium FIGO IB menunjukkan bahwa kemoterapi yang diberikan selama

trimester kedua dan ketiga dikaitkan dengan hambatan pertumbuhan dalam

kandungan, prematuritas, dan berat lahir rendah sekitar satu setengah dari bayi

yang terpajan. Zemlickis et al. menganjurkan menggunakan dosis yang lebih

rendah dari kemoterapi selama kehamilan karena konsentrasi agen kemoterapi

bebas lebih tinggi pada wanita hamil dibandingkan dengan wanita yang tidak

hamil. Dalam penelitian ini, NACT dengan dosis yang dikurangi dari cisplatin (60

mg/m2) dan paclitaxel (135mg/m2) setiap 3 minggu digunakan. Selain

pengurangan dosis, NACT dalam waktu 3 minggu setelah persalinan atau setelah

usia kehamilan 35 minggu tidak diberikan untuk menghindari mielosupresi

neonatal dan potensial komplikasi yang mungkin terjadi seperti perdarahan,

sepsis, dan kematian pada saat persalinan.23

Calsteren et al. dalam studi nya menunjukkan bahwa kanker serviks

selama kehamilan, obat sitotoksik yang paling efektif termasuk cisplatin dan

paclitaxel.24 Jacobs et al dan Henderson et al melaporkan bahwa paparan pada

janin usia 12 minggu tidak menghasilkan efek yang merugikan. Otton et al

14

Page 15: Bab 4 Kemoterapi Pada Kehamilan

melaporkan kasus kemoterapi berbasis platinum pada kehamilan, selama trimester

kedua dan ketiga dan malformasi yang dilaporkan meliputi: gangguan pernapasan

sebanyak dua kasus, gangguan pendengaran bilateral, alopecia dan neutropenia

satu kasus; pertumbuhan intra-uterin yang terhambat sebanyak dua kasus; anemia

neonatal satu kasus serta atrofi otak dan ventrikulomegali dalam satu kasus.24

Cardonick dan Iacobucci mengikuti empat kasus paparan cisplatin selama

kehamilan dengan bayi yang normal.24 Penggunaan taxan pada kehamilan jarang

dilaporkan. Cardonick dan Iacobucci melaporkan empat kasus penggunaan

paclitaxel pada kehamilan manusia tanpa efek janin yang merugikan.24

Penelitian yang dipublikasikan oleh Hunter et al melaporkan tentang

penggunaan cisplatin (50 mg / m2, hari 2 dan 3) dan bleomycin (30 mg, hari 1)

pada pasien yang didiagnosis dengan kanker serviks pada kehamilan usia 14

minggu. Kemoterapi diberikan pada usia kehamilan 17 minggu dan diberikan lagi

pada usia kehamilan 20 minggu. Pasien kemudian menolak perawatan lebih

lanjut, baik selama atau setelah kehamilan. Saat ini bayi berusia 3 tahun dengan

tidak ada bukti gangguan perkembangan neurologis. Sayangnya, pasien

meninggal sekitar 1 tahun setelah melahirkan. Beberapa laporan kasus telah

menyebutkan penggunaan platinum dalam kombinasi dengan paclitaxel pada

trimester kedua dan ketiga, tanpa efek samping pada janin atau efek jangka

panjang yang dilaporkan.25

Dawood et al. mempublikasikan suatu laporan kasus pasien hamil 11

minggu dengan kanker serviks stadium 2B. Pasien memutuskan untuk

melanjutkan kehamilan hingga dapat dilakukan persalinan dengan menggunakan

15

Page 16: Bab 4 Kemoterapi Pada Kehamilan

kemoterapi neo-adjuvan. Waktu target persalinan adalah kehamilan dua puluh

delapan minggu. Kemoterapi cisplatin dimulai tiga minggu setelah scan, di awal

trimester kedua. Kemoterapi neo-ajuvan diberikan dalam siklus dua mingguan

dengan dosis 50 mg / m2 serta MRI dilakukan setiap empat minggu untuk

memantau status penyakit. Operasi caesar elektif dilakukan pada usia kehamilan

dua puluh delapan minggu, dua minggu setelah siklus kemoterapi neoadjuvant

terakhir, dengan kortikosteroid antenatal. Seorang bayi seberat 1,8 kg lahir dengan

apgar skor 9, 9 dan 10. Setelah persalinan, Ibu melanjutkan kemoterapi gabungan

dengan radioterapi eksternal. Laporan kasus ini menambah literatur terkait

penggunaan kemoterapi neoadjuvant pengobatan kanker serviks pada kehamilan.

Cisplatin merupakan terapi yang dapat diandalkan dalam pengobatan.26

16

Page 17: Bab 4 Kemoterapi Pada Kehamilan

1. Dziadek, O. & Singh, P. Breast Cancer in Pregnancy. Case Reports Women’s Heal. 3-4, 7–9 (2014).

2. Krishna, I. & Lindsay, M. Breast cancer in pregnancy. Obstet. Gynecol. Clin. North Am. 40, 559–71 (2013).

3. Córdoba, O. et al. Multidisciplinary approach to breast cancer diagnosed during pregnancy: maternal and neonatal outcomes. Breast 22, 515–9 (2013).

4. Amant, F., Van Calsteren, K., Vergote, I. & Ottevanger, N. Gynecologic oncology in pregnancy. Crit. Rev. Oncol. Hematol. 67, 187–95 (2008).

5. Brenner, B., Avivi, I. & Lishner, M. Haematological cancers in pregnancy. Lancet 379, 580–7 (2012).

6. Shapira, T., Pereg, D. & Lishner, M. How I treat acute and chronic leukemia in pregnancy. Blood Rev. 22, 247–59 (2008).

7. Saleh, a J. M. et al. Leukemia during pregnancy: long term follow up of 32 cases from a single institution. Hematol. Oncol. Stem Cell Ther. 7, 63–8 (2014).

8. Abadi, U., Koren, G. & Lishner, M. Leukemia and Lymphoma in Pregnancy. Hematol. Oncol. Clin. North Am. 25, 277–291 (2011).

9. Apperley, J. CML in pregnancy and childhood. Best Pract. Res. Clin. Haematol. 22, 455–74 (2009).

10. Klamová, H. et al. Response to treatment in women with chronic myeloid leukemia during pregnancy and after delivery. Leuk. Res. 33, 1567–1569 (2009).

11. Azim, H. a, Pavlidis, N. & Peccatori, F. a. Treatment of the pregnant mother with cancer: a systematic review on the use of cytotoxic, endocrine, targeted agents and immunotherapy during pregnancy. Part II: Hematological tumors. Cancer Treat. Rev. 36, 110–21 (2010).

12. Gobbi, P. G., Ferreri, A. J. M., Ponzoni, M. & Levis, A. Hodgkin lymphoma. Crit. Rev. Oncol. Hematol. 85, 216–37 (2013).

13. Avivi, I., Farbstein, D., Brenner, B. & Horowitz, N. a. Non-Hodgkin lymphomas in pregnancy: tackling therapeutic quandaries. Blood Rev. 28, 213–20 (2014).

17

Page 18: Bab 4 Kemoterapi Pada Kehamilan

14. Salani, R., Billingsley, C. C. & Crafton, S. M. Cancer and pregnancy: an overview for obstetricians and gynecologists. Am. J. Obstet. Gynecol. 211, 7–14 (2014).

15. Marret, H. et al. Guidelines for the management of ovarian cancer during pregnancy. Eur. J. Obstet. Gynecol. Reprod. Biol. 149, 18–21 (2010).

16. Gezginç, K. et al. Ovarian cancer during pregnancy. Int. J. Gynaecol. Obstet. 115, 140–3 (2011).

17. Kwon, Y.-S. et al. Ovarian cancer during pregnancy: clinical and pregnancy outcome. J. Korean Med. Sci. 25, 230–4 (2010).

18. Grimm, D., Woelber, L., Trillsch, F., Keller-v Amsberg, G. & Mahner, S. Clinical management of epithelial ovarian cancer during pregnancy. Eur. J. Cancer 50, 963–71 (2014).

19. Machado, F. et al. Ovarian cancer during pregnancy: Analysis of 15 cases. Gynecol. Oncol. 105, 446–450 (2007).

20. Han, J.-Y., Nava-Ocampo, A. a, Kim, T.-J., Shim, J.-U. & Park, C.-T. Pregnancy outcome after prenatal exposure to bleomycin, etoposide and cisplatin for malignant ovarian germ cell tumors: report of 2 cases. Reprod. Toxicol. 19, 557–61 (2005).

21. Kyrgiou, M. & Shafi, M. I. Invasive cancer of the cervix. Obstet. Gynaecol. Reprod. Med. 23, 343–351 (2013).

22. Teefey, P., Orr, B., Vogt, M. & Roberts, W. Neuroendocrine carcinoma of the cervix during pregnancy: A case report. Gynecol. Oncol. case reports 2, 73–4 (2012).

23. Kong, T.-W. et al. Neoadjuvant and postoperative chemotherapy with paclitaxel plus cisplatin for the treatment of FIGO stage IB cervical cancer in pregnancy. Obstet. Gynecol. Sci. 57, 539–43 (2014).

24. Van Calsteren, K., Vergote, I. & Amant, F. Cervical neoplasia during pregnancy: diagnosis, management and prognosis. Best Pract. Res. Clin. Obstet. Gynaecol. 19, 611–30 (2005).

25. Hunter, M. I., Tewari, K. & Monk, B. J. Cervical neoplasia in pregnancy. Part 2: current treatment of invasive disease. Am. J. Obstet. Gynecol. 199, 10–8 (2008).

18

Page 19: Bab 4 Kemoterapi Pada Kehamilan

26. Dawood, R., Instone, M. & Kehoe, S. Neo-adjuvant chemotherapy for cervical cancer in pregnancy: a case report and literature review. Eur. J. Obstet. Gynecol. Reprod. Biol. 171, 205–208 (2013).

19