bab 4 hasil penelitian · 2019. 5. 21. · coaching, hasil pengecekan manipulasi, dan hasil...

40
65 BAB 4 HASIL PENELITIAN Data hasil penelitian meliputi statistik deskriptif karakteristik subjek penelitian, pengujian homogenitas antarsel, pengujian karakteristik demografi, pendeteksian efek executive coaching, pengukuran executive coaching, hasil pengecekan manipulasi, dan hasil pengujian hipotesis. 4.1. Eksperimen dan Subjek Penelitian Data eksperimen diperoleh dari workshop Indomobil Learning and Development Center yang diselenggarakan pada tanggal 20 Oktober di Wisma Indomobil, Jakarta. Workshop diselenggarakan di Jakarta dikarenakan terdapat jumlah sales head dan key account head yang besar dibanding area yang lain. Workshop diselenggarakan atas kerjasama Indomobil Learning and Development Center dengan Area Operational Head I Indomobil Nissan Datsun. Topik workshop adalah perkembangan pelatihan, individual performance management, dan integrasi cabang dengan pengiriman unit. Subjek dalam penelitian ini adalah sales head dan key account head yang memiliki pengalaman sebagai pemimpin dalam penjualan Nissan Datsun. Jumlah sales head dan key account head yaitu 71 sales head dan 39 key account head di kota Jakarta dan sekitarnya (yaitu Bogor, Bekasi, dan Tangerang ), sedangkan total sales head nasional 158 orang dan key account head nasional sejumlah 87 orang. Undangan dikirimkan ke seluruh branch head area I pada tanggal 7-8 Oktober melalui email. Tiap branch head telah mengirimkan seluruh sales head dan key account head untuk mengikuti workshop ini. Pembicara dalam workshop adalah praktisi senior yang berpengalaman di bidangnya. Adapun rincian undangan dan tingkat kehadiran peserta terlihat dalam tabel 4.1 berikut.

Upload: others

Post on 04-Feb-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 65

    BAB 4

    HASIL PENELITIAN

    Data hasil penelitian meliputi statistik deskriptif karakteristik subjek

    penelitian, pengujian homogenitas antarsel, pengujian karakteristik

    demografi, pendeteksian efek executive coaching, pengukuran executive

    coaching, hasil pengecekan manipulasi, dan hasil pengujian hipotesis.

    4.1. Eksperimen dan Subjek Penelitian

    Data eksperimen diperoleh dari workshop Indomobil Learning and

    Development Center yang diselenggarakan pada tanggal 20 Oktober di

    Wisma Indomobil, Jakarta. Workshop diselenggarakan di Jakarta dikarenakan

    terdapat jumlah sales head dan key account head yang besar dibanding area

    yang lain. Workshop diselenggarakan atas kerjasama Indomobil Learning and

    Development Center dengan Area Operational Head I Indomobil Nissan

    Datsun. Topik workshop adalah perkembangan pelatihan, individual

    performance management, dan integrasi cabang dengan pengiriman unit.

    Subjek dalam penelitian ini adalah sales head dan key account head

    yang memiliki pengalaman sebagai pemimpin dalam penjualan Nissan

    Datsun. Jumlah sales head dan key account head yaitu 71 sales head dan 39

    key account head di kota Jakarta dan sekitarnya (yaitu Bogor, Bekasi, dan

    Tangerang ), sedangkan total sales head nasional 158 orang dan key account

    head nasional sejumlah 87 orang. Undangan dikirimkan ke seluruh branch

    head area I pada tanggal 7-8 Oktober melalui email. Tiap branch head telah

    mengirimkan seluruh sales head dan key account head untuk mengikuti

    workshop ini. Pembicara dalam workshop adalah praktisi senior yang

    berpengalaman di bidangnya.

    Adapun rincian undangan dan tingkat kehadiran peserta terlihat dalam

    tabel 4.1 berikut.

  • 66

    Tabel 4.1 Rincian Undangan dan Tingkat Kehadiran Peserta

    Keterangan Jumlah Presentasi

    Jumlah undangan yang dikirim ke branch

    head area I

    32

    Jumlah sales head dan key account head

    area I

    110

    Jumlah sales head dan key account head

    area I yang hadir

    101 91.8%

    Sebagai dasar untuk pengukuran strategi penjualan maka dalam

    workshop, setiap peserta mendapatkan kuesioner. Untuk sales head dan key

    account head sebagai base line dilakukan pengukuran awal dan pengukuran

    pengujian berikutnya. Selanjutnya sales head dan key account head sebagai

    subjek penelitian atau disebut kepala penjualan.

    4.2. Randomisasi Eksperimen dan Karakteristik Subjek

    Randomisasi dilakukan pada saat pengisian daftar hadir secara acak

    kepada subjek, sehingga setiap subjek mendapatkan kelompok secara merata.

    Sebaran subjek dalam sel eksperimen dan sel kontrol dapat dilihat dalam tabel

    4.2 berikut.

    Tabel 4.2 Sebaran Subjek dalam Sel Eksperimen dan Sel Kontrol

    Kel Strategi Jumlah (org) Persentase

    A Executive coaching dengan

    kepemimpinan

    transformasional

    24 25%

    B Executive coaching dengan

    kepemimpinan transaksional

    24 25%

    C Kepemimpinan

    transformasional tanpa

    executive coaching

    24 25%

    D Kepemimpinan transaksional

    tanpa executive coaching

    24 25%

    Total subjek 96 100%

  • 67

    Dalam tabel 4.2 dinyatakan bahwa jumlah subjek tiap sel adalah sama.

    Pada awalnya jumlah keseluruhan adalah 101 orang, sehari kemudian ada 5

    orang dipindahkan ke unit usaha lain. Penempatan subjek dalam tiap sel tidak

    memerhatikan karakteristik demografi, dengan demikian randomisasi dapat

    berjalan efektif karena setiap subjek mendapat kesempatan yang sama untuk

    mendapatkan executive coaching dengan kepemimpinan transformasional,

    executive coaching dengan kepemimpinan transaksional, kepemimpinan

    transformasional, dan kepemimpinan transaksional. Secara terperinci, sebaran

    subjek dalam kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dapat dilihat

    pada tabel 4.3.

    Tabel 4.3 Deskripsi Karakteristik Responden

    Keterangan

    MANIPULASI

    Total Coaching

    Transformasional

    Coaching

    Transaksional

    Tanpa Coaching

    Transformasional

    Tanpa

    Coaching

    Transaksional

    A B C D

    Jenis Kelamin:

    Laki-laki 23 23 23 24 93

    Perempuan 1 1 1 0 3

    Usia:

    21-25 thn 0 0 0 1 1

    26-30 thn 6 9 5 6 26

    31-35 thn 12 9 13 10 44

    36-40 thn 6 6 5 7 24

    41-45 thn 0 0 1 0 1

    Jabatan:

    Kepala

    Penjualan

    24 24 24 24 96

    Lama Kerja:

    0-2 thn 5 12 7 6 30

    3-5 thn 12 9 10 5 36

    6-8 thn 5 2 5 7 19

    9-11 thn 2 1 2 5 10

    12-14 thn 0 0 0 1 1

    Sumber: Data Primer yang Diolah, 2016

  • 68

    Tabel 4.3 menunjukkan bahwa subjek pada kelompok yang menerima

    executive coaching maupun tidak menerima executive coaching memiliki

    variasi karakteristik yang tidak jauh berbeda. Jumlah subjek executive

    coaching dengan tipe kepemimpinan transformasional 24 orang, dengan tipe

    kepemimpinan transaksional 24 orang, sedangkan tanpa executive coaching

    dengan kepemimpinan transformasional 24 orang dan dengan tipe

    kepemimpinan transaksional 24 orang.

    Pengujian ANOVA dilakukan untuk memberikan keyakinan bahwa

    keputusan strategi penjualan subjek tidak dipengaruhi oleh perbedaan

    karakteristik demografi subjek. Hasil pengujian ANOVA dengan variabel

    dependen keputusan strategi penjualan dan variabel independen tipe

    kepemimpinan dan executive coaching demografi yang meliputi jenis

    kelamin, usia, posisi, masa kerja, dapat dilihat pada tabel 4.4 dan tabel 4.5

    berikut.

    Tabel 4.4 Karakteristik Partisipan

    cm,

    Jumlah

    (orang) %

    Usia

    - 21-30 tahun 27 28.5

    - 31-45 tahun 69 71.5

    Jenis Kelamin

    - Pria 93 96.9 - Wanita 3 3.1 Jabatan

    - Sales Head 83 85.7 - KAH 13 14.3

    Lama Kerja

    - 0-5 tahun 66 76.5 - 6-14 tahun 30 23.5

    Subjek dalam penelitian ini berjumlah 96 partisipan. Dengan masing–

    masing karakteristik yang berbeda. Partisipan pria sebanyak 93 orang dan

  • 69

    wanita 3 orang, paling banyak berusia 31-45 tahun yaitu 69 orang dan paling

    lama kerja 0-5 tahun.

    Tabel 4.5 Pengujian Perbedaan Karakteristik

    Mean

    Squares

    F

    Sig

    Usia Antargrup 0.171 0.819 0.558

    Intragrup 0.209

    Jenis

    Kelamin

    Antargrup 0.023 0.749 0.661

    Intragrup 0.030

    Jabatan Antargrup 0.066 0.488 0.816

    Intragrup 0.135

    Lama Kerja Antargrup 0.174 0.899 0.499

    Intragrup 0.193

    Hasil uji one way Anova menunjukkan bahwa karakteristik usia, jenis

    kelamin, jabatan, dan lama kerja tidak ada perbedaan signifikan terhadap

    keputusan strategi penjualan subjek. Kelompok karakteristik usia

    menunjukkan signifikan (0.558), jenis kelamin dengan signifikan (0.661),

    jabatan dengan signifikan (0.816), dan pada karakteristik lama kerja

    menunjukkan signifikansi (0.499). Hasil perbedaan karakteristik tersebut

    (usia, jenis kelamin, jabatan, dan lama kerja) tidak ada pengaruh karakteristik

    dalam teknik pengaruh proaktif pada keputusan strategi penjualan subjek.

    4.3. Analisis Deskriptif

    4.3.1. Deskripsi Taktik Pengaruh Proaktif Subjek Kontrol dengan Tipe

    Kepemimpinan Transformasional

    Analisis deskriptif yang dilakukan pada jawaban responden

    diperlukan untuk mengetahui tendensi atau kecenderungan kepemimpinan

    transformasional pada subyek yang diperlakukan sebagai kontrol.

  • 70

    Tabel 4.6 Deskripsi Taktik Pengaruh Proaktif Subjek Kontrol pada Periode

    Waktu Sebelum dengan Tipe Kepemimpinan Transformasional

    Kelompok

    Tipe

    Kepemimpinan

    Periode

    Waktu

    Dimensi

    Indeks

    Keterangan

    Kontrol Transformasional Sebelum Rational 48,7 Sedang

    Inspirational 53,5 Sedang

    Collaboration 73.6 Tinggi

    Consultation 67,5 Sedang

    Sesudah Rational 71,1 Tinggi

    Inspirational 65,2 Sedang

    Collaboration 81,7 Tinggi

    Consultation 77,4 Tinggi

    Sumber: Data Primer Diolah, 2016

    Mengacu pada hasil perhitungan indeks pada kelompok kontrol, maka

    periode waktu sebelum dan sesudah pengamatan untuk tipe kepemimpinan

    transformasional menunjukkan bahwa taktik pengaruh proaktif dimensi

    inspirational dan collaboration berada dikategori yang sama baik sebelum

    maupun sesudah periode pengamatan. Meskipun demikian, nilai indeks yang

    diperoleh pada periode sesudah pengamatan lebih tinggi dibandingkan

    periode sebelum pengamatan. Perubahan ini terjadi karena pada prinsipnya

    seseorang melakukan pembelajaran dengan peniruan (Bandura, 1963) dan

    melakukan pembelajaran transformatif (Mezirow, 2000).

    4.3.2. Deskripsi Taktik Pengaruh Proaktif Subjek Kontrol dengan

    Tipe Kepemimpinan Transaksional

    Analisis deskriptif yang dilakukan pada jawaban responden

    diperlukan untuk mengetahui tendensi atau kecenderungan kepemimpinan

    transaksional pada subyek yang diperlakukan sebagai kontrol.

  • 71

    Tabel 4.7 Deskripsi Taktik Pengaruh Proaktif Subjek Kontrol pada Periode

    Waktu Sebelum dengan Tipe Kepemimpinan Transaksional

    Kelompok Tipe

    Kepemimpinan

    Periode

    Waktu

    Dimensi Indeks Keterangan

    Kontrol Transaksional Sebelum Rational 49.7 Sedang

    Inspirational 48,7 Sedang

    Collaboration 48,6 Sedang

    Consultation 72,1 Tinggi

    Sesudah Rational 60,8 Sedang

    Inspirational 50,4 Sedang

    Collaboration 59,6 Sedang

    Consultation 83,7 Tinggi

    Sumber: Data Primer Diolah, 2016

    Mengacu pada hasil perhitungan indeks pada kelompok kontrol maka

    periode waktu sebelum dan sesudah pengamatan untuk kepemimpinan

    transaksional menunjukkan bahwa nilai indeks masing-masing dimensi

    termasuk dalam kategori yang sama. Meskipun demikian, nilai setiap dimensi

    pada taktik pengaruh proaktif mengalami peningkatan dari periode waktu

    sebelum dan sesudah pengamatan. Perubahan ini terjadi karena pada

    prinsipnya seseorang melakukan pembelajaran berdasarkan praktek yang

    dialami (Taylor, 1998) dan menurut Brown (2006) orang bisa berubah

    melalui proses melihat, merasakan, melakukan.

    4.3.3. Deskripsi Taktik Pengaruh Proaktif Subjek dengan Perlakuan

    Executive Coaching pada Tipe Kepemimpinan Transformasional

  • 72

    Analisis deskriptif yang dilakukan pada jawaban responden

    diperlukan untuk mengetahui tendensi atau kecenderungan kepemimpinan

    transformasional pada subyek yang diberikan perlakukan executive coaching.

    Tabel 4.8 Deskripsi Taktik Pengaruh Proaktif Subjek dengan Perlakuan

    Executive Coaching pada Tipe Kepemimpinan Transfor-masional

    Kelompok Tipe

    Kepemimpinan

    Periode

    Waktu

    Dimensi Indeks Keterangan

    Dengan

    Executive

    Coaching

    Transformasional Sebelum Rational 59,6 Sedang

    Inspirational 70,4 Tinggi

    Collaboration 81,3 Tinggi

    Consultation 78,3 Tinggi

    Sesudah Rational 78,2 Tinggi

    Inspirational 70,8 Tinggi

    Collaboration 86,5 Tinggi

    Consultation 83,9 Tinggi

    Sumber: Data Primer Diolah, 2016

    Pada dimensi rational, untuk periode waktu sebelum pengamatan

    menghasilkan indeks sebesar 59,6 (sedang) dan mengalami peningkatan

    menjadi 78,2 (tinggi) pada periode sesudah pengamatan. Dimensi-dimensi

    yang lain untuk periode waktu sebelum dan sesudah berada pada kategori

    yang sama meskipun secara nominal, indeksnya mengalami peningkatan.

    4.3.4. Deskripsi Taktik Pengaruh Proaktif Subjek dengan Perlakuan

    Executive Coaching pada Tipe Kepemimpinan Transaksional

    Analisis deskriptif yang dilakukan pada jawaban responden

    diperlukan untuk mengetahui tendensi atau kecenderungan kepemimpinan

    transaksional pada subyek yang diberikan perlakukan executive coaching.

  • 73

    Tabel 4.9 Deskripsi Taktik Pengaruh Proaktif Subjek dengan Perlakuan

    Executive Coaching pada Tipe Kepemimpinan Transaksional

    Kelompok Tipe

    Kepemimpinan

    Periode

    Waktu

    Dimensi Indeks Keterangan

    Dengan

    Executive

    Coaching

    Transaksional Sebelum Rational 74,1 Tinggi

    Inspirational 73,0 Tinggi

    Collaboration 72,3 Tinggi

    Consultation 49,2 Sedang

    Sesudah Rational 80,8 Tinggi

    Inspirational 80,5 Tinggi

    Collaboration 77,1 Tinggi

    Consultation 55,3 Sedang

    Sumber: Data Primer Diolah, 2016

    Tipe kepemimpinan transaksional pada masing-masing dimensi taktik

    pengaruh proaktif, untuk periode waktu sebelum dan sesudah executive

    coaching, berada pada kategori yang sama meskipun secara nominal,

    indeksnya mengalami peningkatan.

    4.4 Pengujian Komparatif Subyek Perlakuan dengan Kelompok

    Kontrol

    4.4.1 Kepemimpinan Transformasional Sebelum Perlakuan dengan

    Kontrol

    Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan

    pada kelompok kepemimpinan transformasional dengan kelompok kontrol

    pada periode sebelumnya.

  • 74

    Tabel 4.10 Uji Komparasi pada Kelompok Kepemimpinan Transformasional

    Sebelum Perlakuan dengan Kontrol

    Sumber: Data Primer Diolah, 2016

    Taktik Pengaruh Proaktif Signifikansi Keterangan

    Rational Persuasion 0,046 Diterima

    Inspirational Appeal 0,000 Diterima

    Collaboration 0,035 Diterima

    Consultation 0,039 Diterima

    Transformasional 0,000 Diterima

    Hasil pengujian kelompok kontrol dan masing-masing dimensi taktik

    pengaruh proaktif pada tipe kepemimpinan transformasional untuk periode

    waktu sebelum menghasilkan nilai signifikansi < 0,05 sehingga dapat

    disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pada masing-masing kelompok.

    4.4.2 Kepemimpinan Transformasional Sesudah Perlakuan dengan

    Kontrol

    Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan

    pada kelompok kepemimpinan transformasional dengan kelompok kontrol

    pada periode sesudah perlakuan.

    Tabel 4.11 Uji Komparasi pada Kelompok Kepemimpinan Transformasional

    Sesudah Perlakuan dengan Kontrol

    Taktik Pengaruh Proaktif Signifikansi Keterangan

    Rational Persuasion 0,034 Diterima

    Inspirational Appeal 0,039 Diterima

    Collaboration 0,039 Diterima

    Consultation 0,044 Diterima

    Transformasional 0,003 Diterima

    Sumber: Data Primer Diolah, 2016

  • 75

    Hasil pengujian kelompok kontrol dan masing-masing dimensi

    kepemimpinan transformasional untuk periode waktu sesudah menghasilkan

    nilai signifikansi < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat

    perbedaan pada masing-masing kelompok.

    4.4.3 Kepemimpinan Transaksional Sebelum Perlakuan dengan Kontrol

    Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan

    pada kelompok kepemimpinan transaksional dengan kelompok kontrol pada

    periode sebelum perlakuan.

    Tabel 4.12 Uji Komparasi pada Kelompok Kepemimpinan Transaksional

    Sebelum Perlakuan dengan Kontrol

    Taktik Proaktif Signifikansi Keterangan

    Rational Persuasion 0,000 Diterima

    Inspirational Appeal 0,000 Diterima

    Collaboration 0,000 Diterima

    Consultation 0,000 Diterima

    Transaksional 0,014 Diterima

    Sumber: Data Primer Diolah, 2016

    Hasil pengujian kelompok kontrol dan masing-masing dimensi taktik

    pengaruh proaktif pada tipe kepemimpinan transaksional untuk periode waktu

    sebelum menghasilkan nilai signifikansi < 0,05 sehingga dapat disimpulkan

    bahwa terdapat perbedaan pada masing-masing kelompok.

    4.4.4 Kepemimpinan Transaksional Sesudah Perlakuan dengan Kontrol

    Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan

    pada kelompok kepemimpinan transaksional dengan kelompok kontrol pada

    periode sesudah perlakuan.

  • 76

    Tabel 4.13 Uji Komparasi pada Kelompok Kepemimpinan Transaksional

    Sesudah Perlakuan dengan Kontrol

    Taktik Proaktif Signifikansi Keterangan

    Rational Persuasion 0,000 Diterima

    Inspirational Appeal 0,000 Diterima

    Collaboration 0,000 Diterima

    Consultation 0,000 Diterima

    Transaksional 0,002 Diterima

    Sumber: Data Primer Diolah, 2016

    Hasil pengujian kelompok kontrol dan masing-masing dimensi taktik

    pengaruh proaktif untuk periode waktu sesudah menghasilkan nilai

    signifikansi < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan

    pada masing-masing kelompok.

    4.5 Pengujian Hipotesis

    4.5.1 Pengujian Hipotesis 1:

    Taktik pengaruh proaktif subjek dengan tipe kepemimpinan

    transformasional lebih baik dibandingkan dengan taktik pengaruh

    proaktif subjek dengan tipe kepemimpinan transaksional

    Penelitian ini berupaya untuk mengkaji efektivitas pemberian

    executive coaching pada dua tipe kepemimpinan, yaitu kepemimpinan

    transformasional dan kepemimpinan transaksional yang dilakukan pada

    kepala penjualan. Berangkat dari desain tersebut, maka uji statistik yang

    sesuai adalah dengan menggunakan Uji Statistik Paired Sample t-Test.

    Namun, uji Paired Sample t-Test menghendaki agar distribusi data penelitian

    yang diuji memiliki atau memenuhi asumsi normalitas.

    Berikut ini diuraikan tahapan-tahapan analisis statistik yang dilakukan

    untuk menguji hipotesis penelitian.

  • 77

    Analisis Komparatif taktik pengaruh proaktif pada Tipe Kepemimpinan

    Transformasional dan Tipe Kepemimpinan Transaksional

    Bagian ini merupakan pengujian statistik yang dilakukan untuk

    mengetahui apakah secara empiris terdapat perbedaan nyata antara tipe

    kepemimpinan transformasional dan tipe kepemimpinan transaksional. Uji

    beda pada tipe kepemimpinan transformasional dan tipe kepemimpinan

    transaksional dilakukan dengan menggunakan Uji Independent Sample t-Test.

    1. Uji Asumsi Normalitas

    Uji asumsi normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data

    penelitian memiliki sebaran normal atau memenuhi asumsi normalitas.

    Pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan Uji Kolmogorov-

    Smirnov dengan kriteria sebagai berikut:

    a. Jika signifikansi > 0,05 maka data berdistribusi normal

    b. Jika signifikansi < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal

    Hasil uji Kolmogorov-Smirnov pada data kepemimpinan transfor-

    masional dan transaksional menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,869.

    Nilai signifikansi sebesar 0,869 tersebut lebih besar dari 0,05 sehingga dapat

    disimpulkan bahwa data penelitian memenuhi asumsi normalitas.

    2. Hasil Uji Beda pada Kepemimpinan Transformasional dan

    Kepemimpinan Transaksional

    Berpijak pada hasil pengujian normalitas data dapat diketahui bahwa

    data penelitian memiliki distribusi normal sehingga untuk menguji ada atau

    tidaknya perbedaan antara kepemimpinan transformasional dan transaksional

    dilakukan dengan menggunakan Uji Independent Sample t-Test. Pengujian

    dilakukan dengan tahapan berikut ini:

  • 78

    a. Pengujian asumsi homogenitas variance

    Pengujian asumsi homogenitas variance dilakukan dengan

    menganalisis nilai signifikansi Levene’s Test for Equality of Variance dengan

    kriteria sebagai berikut:

    1) Jika nilai signifikansi > 0,05 artinya variance data adalah homogen

    2) Jika nilai signifikansi < 0,05 artinya variance data adalah tidak homogen

    Hasil signifikansi nilai Levene’s Test for Equality of Variance adalah

    sebesar 0,303 sehingga dapat disimpulkan bahwa data memiliki variance

    yang homogen.

    b. Pengujian perbedaan

    Merujuk pada hasil signifikansi Levene’s Test for Equality of

    Variance maka untuk menguji ada atau tidaknya perbedaan kepemimpinan

    transformasional dan transaksional dilakukan dengan menganalisis nilai

    signifikansi pada output Equal Variance Assumed dengan kriteria sebagai

    berikut:

    1) Jika signifikansi < 0,05 artinya terdapat perbedaan yang signifikan

    2) Jika signifikansi > 0,05 artinya terdapat perbedaan yang signifikan

    Hasil pengujian komparatif dengan Uji Independent Sample t-Test

    menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,000 dimana nilai signifikansi

    tersebut lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat

    perbedaan yang nyata antara kepemimpinan transformasional dan

    transaksional.

    Tabel 4.14 Uji Komparasi pada Kepemimpinan Transformasional dan

    Transaksional

    Tipe Kepemimpinan Nilai Rerata

    1. Transformasional 2. Transaksional

    76,18

    63,98

    Pada uji komparasi tersebut nilai rerata untuk kepemimpinan

    transformasional sebesar 76,18 dan kepemimpinan transaksional sebesar

    63,98. Artinya, kepemimpinan transformasional lebih banyak dijalankan

  • 79

    dan lebih efektif di tempat penelitian dibandingkan dengan kepemimpinan

    transaksional.

    4.5.2 Pengujian Hipotesis 2:

    Taktik pengaruh proaktif subjek dibawah tipe kepemimpinan

    transformasional dengan menggunakan executive coaching lebih baik

    dibandingkan dengan taktik pengaruh proaktif subjek tanpa

    menggunakan executive coaching.

    Analisis Komparatif Efektifitas Executive Coaching pada Tipe

    Kepemimpinan Transformasional

    Bagian ini merupakan pengujian statistik yang dilakukan untuk

    mengetahui apakah secara empiris terdapat perbedaan nyata antara

    kepemimpinan transformasional sebelum diberikan perlakuan melalui

    executive coaching dengan kepemimpinan transformasional yang sudah

    diberikan perlakuan. Berikut ini uraian pengujian statistik yang dilakukan:

    1. Uji Asumsi Normalitas

    Uji asumsi normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data

    penelitian memiliki sebaran normal atau memenuhi asumsi normalitas.

    Pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan Uji Kolmogorov-

    Smirnov dengan kriteria sebagai berikut:

    a. Jika signifikansi > 0,05 maka data berdistribusi normal

    b. Jika signifikansi < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal

    Hasil uji Kolmogorov-Smirnov tersebut memberikan arah untuk

    menentukan jenis uji statistik yang digunakan. Apabila data memenuhi

    asumsi normalitas (berdistribusi normal) maka uji beda dilakukan dengan

    menggunakan Uji Paired t-Test. Namun, jika hasil uji normalitas data

    mengindikasikan bahwa data tidak berdistribusi normal maka pengujian

    komparatif dilakukan dengan menggunakan Uji Wilcoxon

  • 80

    Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas Data pada Tipe Kepemimpinan

    Transformasional sebelum Executive Coaching dan sesudah

    Executive Coaching

    Taktik Proaktif Signifikansi Distribusi

    Data

    Keterangan

    Rational Persuasion 0,005 Tidak Normal Uji Wilcoxon

    Inspirational Appeal 0,097 Normal Uji Paired t-Test

    Collaboration 0,065 Normal Uji Paired t-Test

    Consultation 0,118 Normal Uji Paired t-Test

    Kepemimpinan 0,762 Normal Uji Paired t-Test

    Sumber: Data Primer yang Diolah, 2016

    Berdasarkan hasil uji normalitas yang disajikan pada tabel 4.15 di atas

    maka dapat dilanjutkan pada pengujian berikutnya.

    Tabel 4.16 Hasil Uji Efektivitas Executive Coaching pada Tipe

    Kepemimpinan Transformasional dalam Taktik Pengaruh Proaktif

    Taktik Proaktif Uji Statistik Signifikansi Keterangan

    Rational Persuasion Uji Wilcoxon 0,000 Diterima

    Inspirational Appeal Uji Paired t-Test 0,815 Ditolak

    Collaboration Uji Paired t-Test 0,026 Diterima

    Consultation Uji Paired t-Test 0,024 Diterima

    Transformasional Uji Paired t-Test 0,000 Diterima

    Sumber: Data Primer yang Diolah, 2016

    Hasil uji komparatif yang dilakukan pada berbagai dimensi taktik

    pengaruh proaktif untuk kepemimpinan transformasional sebelum diberi

    perlakuan executive coaching dengan yang sesudah diberi perlakuan

    menunjukkan bahwa executive coaching tidak terbukti meningkatkan taktik

    pengaruh proaktif dimensi inspirational appeal artinya, baik yang diberikan

    coaching maupun tidak diberikan coaching tidak ada perbedaan dalam

    dimensi inspirational appeal. Namun, tidak demikian hasilnya pada taktik

    pengaruh proaktif yang lain. Executive coaching terbukti efektif

    meningkatkan taktik pengaruh proaktif dimensi rational persuasion,

    collaboration, consultation, dan tipe kepemimpinan transformasional itu

    sendiri.

  • 81

    Tabel 4.17 Perubahan Tipe Kepemimpinan Transformasional sebelum dan

    sesudah Perlakuan Executive Coaching

    Tipe

    Kepemimpinan

    Sebelum

    Executive

    Coaching

    Sesudah

    Executive

    Coaching

    Rational 59,58 78,08

    Collaboration 81,25 86,63

    Consultation 78,33 84,13

    Transformasional 72,39 79,96

    Sumber: Data Primer yang Diolah, 2016

    4.5.3 Pengujian Hipotesis 3:

    Taktik pengaruh proaktif subjek yang memiliki tipe kepemimpinan

    transaksional dengan menggunakan executive coaching lebih baik

    dibandingkan dengan taktik pengaruh proaktif subjek tanpa

    menggunakan executive coaching.

    Analisis Komparatif Efektivitas Executive Coaching pada Tipe

    Kepemimpinan Transaksional

    Bagian ini merupakan pengujian statistik yang dilakukan untuk

    mengetahui apakah secara empiris terdapat perbedaan nyata antara tipe

    kepemimpinan transaksional sebelum diberikan perlakukan dengan executive

    coaching dengan kepemimpinan transaksional yang sudah diberikan

    perlakuan. Berikut ini uraian pengujian statistik yang dilakukan:

    1. Uji Asumsi Normalitas

    Uji asumsi normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data

    penelitian memiliki sebaran normal atau memenuhi asumsi normalitas.

    Pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan Uji Kolmogorov-

    Smirnov dengan kriteria sebagai berikut:

    a. Jika signifikansi > 0,05 maka data berdistribusi normal

    b. Jika signifikansi < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal

    Hasil uji Kolmogorov-Smirnov tersebut memberikan arah untuk

    menentukan jenis uji statistik yang digunakan. Apabila data memenuhi

  • 82

    asumsi normalitas (berdistribusi normal) maka uji beda dilakukan dengan

    menggunakan Uji Paired t-Test. Namun, jika hasil uji normalitas data

    mengindikasikan bahwa data tidak berdistribusi normal maka pengujian

    komparatif dilakukan dengan menggunakan Uji Wilcoxon.

    Tabel 4.18 Hasil Uji Normalitas Data pada Tipe Kepemimpinan

    Transaksional sebelum Executive Coaching dan sesudah

    Executive Coaching

    Taktik Proaktif Signifikansi Distribusi

    Data

    Keterangan

    Rational 0,116 Normal Uji Paired t-Test

    Inspirational 0,097 Normal Uji Paired t-Test

    Collaboration 0,171 Normal Uji Paired t-Test

    Consultation 0,196 Normal Uji Paired t-Test

    Kepemimpinan 0,497 Normal Uji Paired t-Test

    Sumber: Data Primer yang Diolah, 2016

    Berdasarkan hasil uji normalitas yang disajikan pada tabel 4.18 di atas

    maka dapat dilanjutkan pada pengujian berikutnya.

    Tabel 4.19 Hasil Uji Efektivitas Executive Coaching Berbagai Taktik

    Pengaruh Proaktif pada Tipe Kepemimpinan Transaksional

    Taktik Proaktif Uji Statistik Signifikansi Keterangan

    Rational Persuasion Uji Wilcoxon 0,018 Diterima

    Inspirational Appeal Uji Paired t-Test 0,023 Diterima

    Collaboration Uji Paired t-Test 0,129 Ditolak

    Consultation Uji Paired t-Test 0,058 Ditolak

    Transaksional Uji Paired t-Test 0,000 Diterima

    Sumber: Data Primer yang Diolah, 2016

    Hasil uji komparatif yang dilakukan pada berbagai tipe kepemimpinan

    untuk tipe kepemimpinan transaksional sebelum diberi perlakuan executive

    coaching dengan yang sesudah diberi perlakukan menunjukkan bahwa

    executive coaching tidak terbukti meningkatkan taktik pengaruh proaktif pada

    dimensi collaboration dan consultation artinya, baik yang diberikan coaching

  • 83

    maupun tidak diberikan coaching tidak ada perbedaan dalam taktik pengaruh

    proaktif collaboration dan consultation. Namun, tidak demikian hasilnya

    pada dimensi taktik pengaruh proaktif yang lain. Executive coaching terbukti

    efektif meningkatkan dimensi rational persuasion, inspirational appeal, serta

    kepemimpinan transaksional itu sendiri

    Tabel 4.20 Perubahan Taktik Pengaruh Proaktif Subjek pada Tipe

    Kepemimpinan Transaksional sebelum dan sesudah Perlakuan

    Executive Coaching

    Taktik

    Pengaruh Proaktif

    Sebelum

    Executive Coaching

    Sesudah

    Executive Coaching

    Rational 73,96 80,83

    Inspirational 72,92 80,42

    Transaksional 61,30 69,89

    Sumber: Data Primer yang Diolah, 2016

    4.5.4 Pengujian Hipotesis 4:

    Taktik pengaruh proaktif subjek dengan executive coaching pada tipe

    kepemimpinan transformasional lebih baik dibandingkan dengan

    taktik pengaruh proaktif subjek dengan tipe kepemimpinan

    transaksional

    Analisis Komparatif Efektivitas Executive Coaching pada Tipe

    Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional.

    Bagian ini merupakan pengujian statistik yang dilakukan untuk

    mengetahui efektivitas pemberian Executive Coaching pada tipe

    kepemimpinan transformasional dan tipe kepemimpinan transaksional. Untuk

    kepentingan ini, pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Independent

    Sample t-Test dengan tahapan pengujian yang diuraikan sebagai berikut:

    1. Uji Asumsi Normalitas

    Uji asumsi normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data

    penelitian memiliki sebaran normal atau memenuhi asumsi normalitas.

  • 84

    Pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan Uji Kolmogorov-

    Smirnov dengan kriteria sebagai berikut:

    a. Jika signifikansi > 0,05 maka data berdistribusi normal

    b. Jika signifikansi < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal

    Hasil uji Kolmogorov-Smirnov pada data tipe kepemimpinan

    transformasional dan transaksional yang memperoleh Executive Coaching

    menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,479. Nilai signifikansi sebesar 0,479

    tersebut lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data

    penelitian memenuhi asumsi normalitas.

    2. Hasil Uji Beda pada Tipe Kepemimpinan Transformasional dan

    Transaksional dengan Executive Coaching.

    Berpijak pada hasil pengujian normalitas data dapat diketahui bahwa

    data penelitian memiliki distribusi normal sehingga untuk menguji ada atau

    tidaknya perbedaan antara tipe kepemimpinan transformasional dan

    transaksional yang memperoleh Executive Coaching dilakukan dengan

    menggunakan Uji Independent Sample t Test. Pengujian dilakukan dengan

    tahapan berikut ini:

    a. Pengujian asumsi homogenitas variance

    Pengujian asumsi homogenitas variance dilakukan dengan

    menganalisis nilai signifikansi Levene’s Test for Equality of Variance dengan

    kriteria sebagai berikut:

    1) Jika nilai signifikansi > 0,05 artinya variance data adalah homogen

    2) Jika nilai signifikansi < 0,05 artinya variance data adalah tidak homogen

    Hasil signifikansi nilai Levene’s Test for Equality of Variance adalah

    sebesar 0,357 sehingga dapat disimpulkan bahwa data memiliki variance

    yang homogen.

    b. Pengujian perbedaan

    Merujuk pada hasil signifikansi Levene’s Test for Equality of

    Variance maka untuk menguji ada atau tidaknya perbedaan tipe

    kepemimpinan transformasional dan transaksional yang memperoleh

  • 85

    executive coaching dilakukan dengan menganalisis nilai signifikansi pada

    output Equal Variance Assumed dengan kriteria sebagai berikut:

    1) Jika signifikansi < 0,05 artinya terdapat perbedaan yang signifikan

    2) Jika signifikansi > 0,05 artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan

    Hasil pengujian komparatif dengan Uji Independent Sample t-Test

    menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,000 dimana nilai signifikansi

    tersebut lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tipe

    kepemimpinan trasnformasional dengan executive coaching secara statistik

    terbukti memiliki perbedaan dengan tipe kepemimpinan transaksional dengan

    Executive Coaching.

    Tabel 4.21 Uji Komparasi pada Kepemimpinan Transformasional dan

    Transaksional sesudah executive caoaching

    Tipe Kepemimpinan Nilai Rerata

    1. Transformasional 2. Transaksional

    79,96 69,88

    Pada analisis deskriptif diperoleh nilai rerata untuk tipe kepemimpinan

    transformasional dengan executive coaching sebesar 79,96 dan

    kepemimpinan transaksional dengan executive coaching sebesar 69,88.

    Artinya, executive coaching lebih efektif bila diberikan pada tipe

    kepemimpinan transformasional dibandingkan dengan tipe kepemimpinan

    transaksional.

    4.6 Hasil Penelitian

    4.6.1 Hasil Hipotesis 1

    H1: Taktik pengaruh proaktif subjek dengan tipe kepemimpinan

    transformasional lebih baik dibandingkan dengan taktik pengaruh

    proaktif subjek dengan tipe kepemimpinan transaksional

  • 86

    Hasil pengujian hipotesis 1 menunjukkan bahwa nilai rerata tipe

    kepemimpinan transformasional sebesar 76,18 dan kepemimpinan

    transaksional sebesar 63,98. Dengan demikian, hal ini berarti bahwa tipe

    kepemimpinan transformasional lebih berpengaruh terhadap strategi

    penjualan taktik pengaruh proaktif kepala penjualan dibanding tipe

    kepemimpinan transaksional dan dijalankan di tempat penelitian.

    Pelaksanaan field experiment yang berkaitan dengan hipotesis 1 yaitu

    dilakukan berdasarkan kelompok 3 dan 4 yaitu kepemimpinan

    transformasional tanpa executive coaching dan kepemimpinan transaksional

    tanpa executive coaching. Pelaksanannya 4 kali selama 4 minggu sesuai

    dengan tabel 4.22 berikut.

    Tabel 4.22 Group 1, 2 dan Tanggal Eksperimen

    Group Tipe Tanggal Eksperimen

    1 Transformational Leadership

    tanpa executive coaching

    10/11, 17/11, 24/11

    dan 1/12

    2 Transactional Leadership tanpa

    executive coaching

    10/11, 17/11, 24/11

    dan 1/12

    Tipe kepemimpinan transformasional dilakukan dengan tujuan agar

    para kepala cabang mampu meningkatkan penjualan bagi para kepala

    penjualan dengan mengubah perilakunya. Tipe kepemimpinan

    transformasional merupakan alat untuk memberi motivasi subjek untuk

    memiliki semangat dalam mencapai tujuan. Metode dalam penggunaan tipe

    kepemimpinan transformasional dengan cara memberikan kata-kata motivasi,

    memberi nasihat, kadang solusi yang memberi kesempatan yang

    bersangkutan memiliki ide baru, petunjuk yang membuat lebih kreatif dan

    penulisan dengan menggunakan huruf biasa. Penekanan bertanya pada proses.

    Pertama-tama disusun kalimat yang menggambarkan pendekatan

    kepemimpinan transformasional. Pertanyaan awal untuk semua subjek adalah

  • 87

    sama, yang kemudian proses selanjutnya menyesuaikan dalam proses tanya

    jawab antara subjek dengan tim ILDC.

    Salah satu penggalan isi percakapan dengan tipe kepemimpinan

    transformasional tanpa executive coaching terlihat sebagai berikut:

    1) Percakapan kepemimpinan transformasional tanpa Executive Coaching

    Pertanyaan:

    Selamat pagi, target tahun

    ini cukup besar, kita akan

    bersama-sama menghadapi.

    Jawaban:

    Selamat pagi juga Team

    Coaching Ildc….

    Keadaan saya baik dan

    bersemangat pagi

    ini…Betul, target kita besar

    Tahun ini tapi

    saya tidak putus asa dengan informasi

    gosip bahwa tahun ini lebih sulit dari

    tahun sebelumnya, itu berarti saya harus

    mempunyai strategi penjualan, bagai-

    mana agar Customer tertarik membeli

    produk Datsun, saya dengan gencar akan

    melakukan promo-promo berupa Lucydip

    dan memberikan reward kepada Team

    Sales agar mereka lebih bersemangat

    untuk jualan.

    Tengkiyu….

    Percakapan kedua ini dilakukan pada minggu kedua, dengan sapaan

    tipe kepemimpinan transformasional maka percakapannya menunjukkan

    antusias dan menjelaskan kegiatannya meski kalimatnya pendek.

    Tipe kepemimpinan transaksional dilakukan dengan tujuan para

    kepala cabang mampu memberikan motivasi kepada para kepala penjualan

    meningkatkan penjualan dengan mengubah perilakunya. Metode dalam

    2) Percakapan Kepemimpinan Transformasional tanpa Executive Coaching

    Pertanyaan:

    Menghadapi tantangan diakhir

    bulan, diperlukan upaya yang

    lebih baik lagi.

    Jawaban: Mengejar SPK lebih banyak dan

    mengejar DO lebih banyak lagi

    meskipun akhir bulan kita harus tetap

    semangat mengejar SPK dan DO

    sebanyak-banyaknya. Memfollow up

    customer lebih intens lagi. Mencari CC

    dan CH lebih banyak lagi lewat Pameran

    dan Moving – moving perumahan serta

    memfollow up customer – customer

    lama.

  • 88

    penggunaan tipe kepemimpinan transaksional dengan cara memberikan kata-

    kata motivasi, nasihat, dan solusi yang menekan, petunjuk yang terasa

    memaksa serta penulisan dengan menggunakan huruf kapital. Penekanan

    pertanyaan terletak pada hasil (result). Pertama-tama disusun kalimat yang

    menggambarkan pendekatan kepemimpinan transaksional. Pertanyaan awal

    untuk semua subjek adalah sama, yang kemudian proses selanjutnya

    menyesuaikan dalam proses tanya jawab antara subjek dengan tim ILDC.

    Adapun salah satu isi percakapan dengan pendekatan kepemimpinan

    transaksional pada minggu pertama yakni sebagai berikut:

    Percakapan pada minggu kedua antara pemimpin tipe transaksional

    dengan kepala penjualan dengan menekankan pada target dan dijawab sangat

    simpel.

    1) Percakapan Kepemimpinan Transaksional tanpa Executive Coaching

    Pertanyaan.

    PAGI,

    FOKUS TAHUN INI TARGET KITA

    BESAR.

    TARGET BESAR ITU MENJADI

    AGENDA UTAMA KITA, ANDA

    INGAT ITU.

    BERAPA TARGET ANDA BULAN

    INI??

    APA YANG AKAN ANDA

    LAKUKAN??

    Jawaban.

    PAGI.

    TARGET BULAN INI MINIMAL 15 UNIT.

    YANG SAYA LAKUKAN

    MEMONITORING KEGIATAN SALES

    DAN MEMBERI SEMANGAT, MOTIVASI,

    DAN ARAHAN KEPADA SALESMAN

    SEHINGGA DAPAT MENINGKATKAN

    SPK DAN DO DIBULAN INI.

    2) Percakapan Kepemimpinan Transaksional tanpa executive coaching

    Pertanyaan.

    SAMPAI SEKARANG TARGETMU

    YANG SUDAH TERCAPAI

    BERAPA?

    Jawaban.

    TARGET YANG SUDAH TERCAPAI 7

    UNIT DAN MASIH OPTIMIS, TARGET

    PASTI AKAN TERCAPAI.

  • 89

    Pertanyaan pada minggu ketiga, dan tipe pemimpin yang transaksional

    pertanyaannya selalu menekankan target dan menekan. Pertanyaan inilah

    yang sering membuat kepala penjualan dan timnya semakin tertekan.

    3) Percakapan Kepemimpinan Transaksional

    tanpa Executive Coaching Pertanyaan.

    SEBENTAR LAGI CLOSING

    BAGAIMANA DENGAN

    TARGETMU?

    SEKARANG KURANG BERAPA

    UNIT DAN BISA DIPENUHI TIDAK?

    TERUS KEJAR TARGETMU!

    Jawaban

    TARGET SAYA MASIH

    KURANG 35 UNIT

    SAYA AKAN KEJAR SUPAYA

    BISA SAMPAI BAHKAN

    MELEBIHI TARGET.

    Pada minggu keempat tetap pada pola yang sama dan jawaban kepala

    penjualan tampak semakin tertekan karena ditanyakan mengenai target bulan

    lalu yang dikaitkan dengan bulan kini. Pendekatan hasil atau target justru

    menimbulkan beban bagi semua bagian sehingga bisa mengakibatkan gagal

    fokus.

    4) Percakapan Kepemimpinan Transaksional

    tanpa Executive Coaching Pertanyaan

    BAGAIMANA HASIL

    CLOSINGMU BULAN KEMARIN?

    KAMU HARUS MENINGKATKAN

    PENJUALANMU BULAN INI!

    Jawaban.

    HASIL CLOSING SAYA BLN

    KEMARIN AGAK SEDIKIT

    MENGECEWAKAN, KARENA ADA 4

    BAHAN SAYA YANG TIDAK

    SEMPAT NAIK DO, SAYA PASTI

    AKAN LEBIH FOKUS LAGI UNTUK

    KEJAR DO BULAN INI UNTUK

    MENUTUPI KEKURANGAN DO

    SAYA BULAN KEMARIN

    4.6.2 Hasil Hipotesis 2

    H2: Taktik pengaruh proaktif subjek dibawah tipe kepemimpinan

    transformasional dengan menggunakan executive coaching lebih baik

  • 90

    dibandingkan dengan taktik pengaruh proaktif subjek tanpa

    menggunakan executive coaching.

    Hasil pengujian hipotesis 2 menunjukkan bahwa executive coaching

    dengan tipe kepemimpinan transformasional memiliki rata-rata 76,18.

    Dengan demikian, hal ini berarti bahwa kecenderungan responden untuk

    melakukan keterampilan dengan menggunakan tipe kepemimpinan

    transformasional tinggi.

    Tipe kepemimpinan transformasional merupakan alat yang memberi

    motivasi subjek untuk memiliki semangat dalam mencapai tujuan. Metode

    dalam penggunaan tipe kepemimpinan transformasional dengan cara

    memberikan kata-kata motivasi, memberi nasihat namun bukan solusi.

    Penekanan bertanya pada proses dan perilaku, bukan result. Pertama-tama

    disusun kalimat yang menggambarkan pendekatan kepemimpinan

    transformasional. Pertanyaan awal untuk semua subjek adalah sama, yang

    kemudian proses selanjutnya menyesuaikan dalam proses tanya jawab antara

    subjek dengan tim ILDC. Eksperimen berdasarkan group 1 dan 2 yaitu

    kepemimpinan transfomasional dengan executive coaching dan

    kepemimpinan transaksional dengan executive coaching. Adapun

    pelaksanaannya dapat dilihat pada tabel 4.23 berikut.

    Tabel 4.23 Pelaksanaan Eksperimen

    Group Tipe Tanggal Eksperimen

    1 Transformasional Leadership

    dengan executive coaching

    11/11, 18/11, 25/11 dan

    2/12

    2 Transaksional Leadership

    dengan executive coaching

    12/11, 19/11, 26/11 dan

    3/12

    Salah satu contoh penggalan isi executive coaching dengan

    kepemimpinan transformasional dengan identitas Coachee : Lecy, laki-laki,

    cabang PIK Jakarta, sudah bekerja selama 5,3 tahun.

  • 91

    Contoh percakapan antara coach dan coachee dengan tipe

    kepemimpinan transformasional. Sapaan dan pertanyaan coach yang

    sederhana mampu mengeksplorasi pikiran dan keterbukaan coachee.

    1) Percakapan Executive Coaching dengan Tipe Kepemimpinan Transformasional

    Coach:

    Selamat pagi, bagaimana

    keadaanmu hari ini? Target kita

    tahun ini cukup besar, dan ini

    tantangan kita bersama.

    Menurutmu apa ide yang mesti kita

    lakukan?

    Coachee:

    Dear Coach, Selamat pagi, salam

    luar biasa..Menghadapi tantangan

    dan target kita tahun ini cukup

    besar, menurut saya yang harus

    dilakukan adalah kerjasama dan

    bersinergi antara bagian. Seperti

    contoh permasalahan yang hangat

    sekarang ini mengenai delivery

    kendaraan (ISL) yang belum

    terselesaikan, sehingga kami pihak

    dealer yang langsung berhubungan

    dengan konsumen bisa

    berhubungan dengan baik dan

    terjadi repeat order.

    Menghadapi tantangan bisnis akhir

    tahun yang sangat berat kondisi

    jualan yang tidak mudah jika

    konsumen kecewa. Tidak akan

    terjadi repeat order dan penilaian

    SSI juga akan menurun. Demikian

    pendapat saya.

    Coach:

    Terima kasih coachee, saya

    memahami persoalan yang kamu

    hadapi tentang pelayanan ISL. Hal

    ini sangat berdampak terhadap

    pelayanan customer. Apa tindakanmu

    selanjutnya?

    Coachee:

    Betul sekali coach, sangat amat

    berdampak..Pimpinan cabang saya

    sangat aktif dalam hal ini. Dia sangat

    membantu untuk menghubungi pihak

    terkait dengan email namun tetap

    unit tidak sampai-sampai juga.

    Coach:

    Usahamu sangat baik, ada lagi

    yang akan kamu lakukan?

    Coachee:

    Saya akan follow up terus dengan

    kacab ke korwil dan bagian terkait.

    Saya harap minggu ini sudah selesai.

    Coach:

    Baik terima kasih, sukses ya..

  • 92

    2). Percakapan Executive Coaching dengan

    Tipe Kepemimpinan Transformasional

    Coach:

    Bagaimana perkembangan

    seminggu ini?

    Coachee:

    Kabarnya luar biasa coach, penuh

    berkat dari Tuhan. Salam semangat..

    Coach:

    Apa yang menjadi kegiatan tim

    kamu dalamm emanfaatkan

    waktu dengan optimal, sehingga

    menunjang aktivitasmu?

    Coachee:

    Kegiatan tim saya dari tanggal 12

    sampai 20 bulan ini adalah

    1. Pameran food centrum

    2. Pameran citragarden

    3. Moving malam pademangan

    4. Datsun on the street di pasar malam

    Mediros hari minggu dan malam

    kamis

    5. Datsun on the street di pasar malam

    Kemayoran

    6. Moving pagi ke Cempaka Putih

    7. Moving pagi ke Sunter

    8. Moving malam di perumahan

    Kayumanis

    9. Moving ke masjid Sunda Kelapa

    setiap hari Jumat

    10. Training product knowledge

    Datsun dan semua produk

    Nissan setiap briefing pagi

    11. Cerita movitasi setiap akhir

    briefing pagi.

    Coach:

    Apa yang kamu dapatkan?

    Coachee:

    Untuk hasil yang didapatkan sampai

    tanggal 21 sekarang adalah :

    1. Perolehan SPK sampai tanggal

    12 hanya 2 spk

    2. SPK per tanggal 12 sampai

    tanggal 20 nambah 3 SPK

    Datsun 2 unit Xtrail 1 unit

    3. Laporan CH sampai tanggal

    sekarang ada 17 CH

    Apakah perlu saya lampirkan

    fotonya?

    Coach:

    Terima kasih atas kerja smart mu.

    Berdasarkan respon dari coachee, maka proses executive coaching

    berhasil. Sangat menarik bahwa coachee merespon sesuai dengan kalimat

    yang diberikan oleh coach. Ada perbedaan yang signifikan yaitu, executive

    coaching dengan kepemimpinan transformasional, para coachee menjawab

    dengan penjelasan yang baik yaitu berupa proses dan rencana tindakan.

    Mereka menjelaskan dengan antusias, bahkan menunjukkan action plannya.

    Ketika coachee menjelaskan action plan, maka dapat dikatakan bahwa sudah

    terjadi trust antara coach dan coachee, yang memiliki dampak pada

  • 93

    komunikasi yang terbuka. Trust yang sudah ada membawa coachee pada

    pemahaman bahwa coach bukanlah atasan mereka, coach adalah seorang

    yang memberi stimulus dalam memprovokasi pikiran untuk proses

    pemberdayaan dan mencapai tujuan. Cara berpikir seperti itu menghilangkan

    gap sehingga proses optimalisasi coachee dapat tercapai. Melalui percakapan

    tersebut, tampak bahwa coachee sangat membutuhkan proses secara

    berkesinambungan karena mereka rasakan sebagai bagian bahwa dirinya

    diakui, diperhatikan dan didukung untuk pekerjaannya.

    Evaluasi yang dipaparkan semua mengatakan bahwa model coaching

    yang dilakukan sangat berguna dalam rangka untuk mengeksplorasi pikiran,

    memberdayakan kemampuan mereka untuk menemukan ide-ide baru,

    sekaligus eksekusinya. Proses menemukan ide sampai pada perencanaan

    menjadi terbuka, sehingga menentukan time frame tidak hanya sekedar

    berdasarkan waktu, lebih mempertimbangkan momentum sehingga tujuan

    lebih cepat tercapai. Gundersen, Hellesoy, dan Raeder (2012) dalam risetnya

    menemukan bahwa tipe kepemimpinan transformasional di lingkungan kerja

    yang dinamis memberikan dampak kinerja yang efektif bagi karyawan dan

    efektifitas bagi organisasi.

    Hasil uji komparatif yang dilakukan pada berbagai tipe kepemimpinan

    transformasional sebelum diberi perlakuan executive coaching dengan yang

    sesudah diberi perlakuan menunjukkan bahwa executive coaching tidak

    terbukti meningkatkan inspirational appeal artinya, baik yang diberikan

    coaching maupun tidak diberikan coaching tidak ada perbedaan dalam

    inspirasional appeal. Namun, tidak demikian hasilnya pada dimensi taktik

    pengaruh proaktif yang lain. Executive coaching terbukti efektif

    meningkatkan tipe kepemimpinan transformasional dengan taktik pengaruh

    proaktif khususnya dimensi rational persuasion, collaboration, dan

    consultation. Hal tersebut terlihat pada tabel 4.24 berikut.

  • 94

    Tabel 4.24 Taktik Pengaruh Proaktif Kepemimpinan Transformasional

    sebelum dan sesudah Perlakuan Executive Coaching

    Taktik Proaktif

    Sebelum

    Executive

    Coaching

    Sesudah

    Executive

    Coaching

    Rational 59,58 78,08

    Collaboration 81,25 86,63

    Consultation 78,33 84,13

    Sumber: Data Primer yang Diolah, 2016

    Perlakuan executive coaching terhadap tipe kepemimpinan

    transformasional memiliki dampak yang tepat terhadap taktik pengaruh

    proaktif. Hal ini dikarenakan pada rational persuasion digunakan argumen

    logis dan bukti faktual yang menunjukkan bahwa permintaan layak dan

    relevan untuk kepentingan dalam mencapai tujuan. Consultation, yaitu

    meminta orang untuk memberi saran perbaikan atau membantu

    merencanakan kegiatan atau perubahan yang diajukan untuk mendukung

    tujuan yang diinginkan. Collaboration, menawarkan sumber daya yang

    relevan atau bantuan jika orang tersebut akan melakukan perubahan. Dengan

    demikian, kinerja kepala penjualan dinyatakan meningkat dikarenakan

    adanya pendekatan pembelajaran melalui executive coaching dan dipengaruhi

    oleh tipe kepemimpinan transformasional sebagai coach dalam proses

    pembelajaran. Hal tersebut terlihat pada tabel 4.25 berikut.

    Tabel 4.25 Hasil Uji Efektivitas Executive Coaching Berbagai Taktik

    Pengaruh Proaktif pada Tipe Kepemimpinan Transformasional

    Taktik Proaktif Uji Statistik Signifikansi Keterangan

    Rational Uji Wilcoxon 0,000 Diterima

    Inspirational Uji Paired t-Test 0,815 Ditolak

    Collaboration Uji Paired t-Test 0,026 Diterima

    Consultation Uji Paired t-Test 0,024 Diterima

    Sumber: Data Primer yang Diolah, 2016

  • 95

    4.6.3 Hasil Hipotesis 3

    H3 Taktik pengaruh proaktif subjek yang memiliki tipe kepemimpinan

    transaksional dengan menggunakan executive coaching lebih baik

    dibandingkan dengan taktik pengaruh proaktif subjek tanpa

    menggunakan executive coaching.

    Hasil pengujian hipotesis 3 menunjukkan bahwa executive coaching

    dengan tipe kepemimpinan transaksional memiliki rata-rata 63,98. Dengan

    demikian, hal ini berarti bahwa kecenderungan responden untuk melakukan

    keterampilan dengan menggunakan tipe kepemimpinan transaksional sedang.

    Executive coaching dengan tipe kepemimpinan transaksional

    dilakukan dengan tujuan agar para kepala penjualan mampu meningkatkan

    penjualan bagi para tenaga penjualannya dengan mengubah perilakunya.

    Membangun executive coaching dengan tipe kepemimpinan transaksional

    menggunakan cara menggali coachee untuk menemukan solusinya dengan

    penekanan target bukan proses. Metode dalam executive coaching

    transaksional dengan cara bertanya yang sifatnya target (result), sering

    memberi nasihat atau solusi bahkan perintah. Proses penulisan dalam kalimat

    di coaching dengan menggunakan huruf kapital, kalimatnya pendek dan

    tegas.

    Salah satu penggalan isi executive coaching dengan tipe

    kepemimpinan transaksional.

  • 96

    Executive coaching dengan tipe kepemimpinan transaksional memiliki

    kecenderungan fokus pada hasil dan hanya sekedar memberi keyakinan

    terhadap hasil. Jawaban singkat dan lugas. Orientasi pada angka atau hasil

    yang sifatnya jangka pendek. Proses coaching hanya dianggap sebagai

    pengingat untuk mencapai target, bukan sebagai penggerak untuk perubahan

    perilaku. Jawaban-jawaban juga terprovokasi dalam proses email dengan

    tulisan huruf besar (kapital). Sebagian menyatakan tidak nyaman dengan

    tulisan huruf kapital, dianggap tidak etis dan merusak emosi. Huruf kapital

    seperti ungkapan kemarahan, ungkapan perintah yang harus dilakukan tanpa

    bisa dinegosiasikan, sehingga terjadi perasaan seperti pihak superior dan

    pihak inferior sedang dalam suasana bekerja. Menurut salah satu coachee

    mengatakan “kurang nyaman karena tidak sesuai dengan kaidah penulisan

    bahasa Indonesia yang baik dan benar dan penggunaan huruf kapital terkesan

    sedang marah pada seseorang”. Sarah, Elizabeth, and Lauren (2005) dalam

    penelitian menunjukkan bahwa teks yang semua ditulis dengan format kapital

    berpengaruh terhadap waktu membaca yang lebih lambat, lebih banyak

    Percakapan Executive Coaching dengan

    Tipe Kepemimpinan Transaksional

    Coach:

    PAGI COACHEE, FOKUS TAHUN

    INI TARGET KITA BESAR.

    TARGET BESAR ITU MENJADI

    AGENDA UTAMA KITA, ANDA

    INGAT ITU. BERAPA TARGET

    ANDA BULAN INI??

    Coachee

    PAGI. TARGET BULAN INI

    MINIMAL 15 UNIT.

    Coach:

    APA YANG AKAN ANDA

    LAKUKAN??

    Coachee:

    YANG SAYA LAKUKAN

    MEMONITORING KEGIATAN

    SALES DAN MEMBERI

    SEMANGAT, MOTIVASI,DAN

    ARAHAN KEPADA SALESMAN

    SEHINGGA DAPAT

    MENINGKATKAN SPK DAN DO

    DIBULAN INI.

    TERIMA KASIH.

    Coach:

    TERIMA KASIH, TERUS KEJAR

    TARGETMU

  • 97

    kesalahan dalam menjawab pertanyaan, dan bentuk yang paling tidak disukai

    karena sulit untuk dibaca, hal ini ditekankan oleh Hakki (2013) bahwa tulisan

    dengan huruf kapital mempersulit pembaca dan memengaruhi dalam

    menjawab. Karen (1980) menjelaskan bahwa penulisan dengan huruf kapital

    menunjukkan kesombongan diri, kebanggaan diri yang berlebihan, dan

    kesadaran diri yang berlebihan. Sedangkan Annete (2013) menegaskan bahwa

    penulisan huruf kapital ingin menunjukkan apa yang ditulis adalah penting,

    penulisnya emosional dan di sisi lain memiliki memiliki percaya diri yang

    kurang.

    Kecenderungan coachee menganggap coach nya adalah atasan yang

    dihadapi dalam keseharian, sehingga sudah tahu alur percakapan yang akan

    terjadi, coachee sudah tahu karakter dan perilaku keseharian atasannya.

    Dampak persepsi tersebut mengakibatkan proses percakapan seolah ada

    penghalang, trust menipis dan akhirnya tidak ada keterbukaan. Proses

    coaching sesungguhnya tidak terjadi, yang terjadi adalah perintah, nasihat

    yang harus dikerjakan. Jawaban-jawaban coachee menunjukkan keengganan

    untuk bercakap-cakap lebih dalam lagi, dan hasilnya hubungan antara

    coachee dan coach tidak bisa harmonis. Proses rapport building harus

    kembali dibangun untuk mendapatkan trust dari coachee supaya coaching

    berjalan sesuai dengan kaidahnya.

    Proses coaching yang dilakukan dengan menggunakan tipe

    kepemimpinan transaksional memiliki dampak terhadap coachee. Dampak

    yang dirasakan coachee dengan tipe kepemimpinan transaksional adalah

    memberikan proses pemberdayaan dengan memprovokasi pikiran dalam

    menemukan ide-ide, solusi, dan aksi. Coachee merasakan adanya kesempatan

    untuk berpikir dan peluang karena dihargai dan didengarkan, bahkan

    merasakan ada partner yang selalu memberikan motivasi, sedangkan dengan

    tipe kepemimpinan transaksional lebih cenderung pada proses penekanan,

    tenggat waktu, dan hasil. Seorang coachee mengungkapkan “pertanyaan

    standar dan hanya bertanya tentang target, membuat perasaan person seolah-

    olah diabaikan, Kami cenderung dianggap mesin pencetak uang”.

  • 98

    Tabel 4.26 Hasil Uji Efektivitas Executive Coaching Berbagai Taktik

    Pengaruh Proaktif pada Tipe Kepemimpinan Transaksional

    Taktik Proaktif Uji Statistik Signifikansi Keterangan

    Rational Uji Paired t-Test 0,018 Diterima

    Inspirational Uji Paired t-Test 0,023 Diterima

    Collaboration Uji Paired t-Test 0,129 Ditolak

    Consultation Uji Paired t-Test 0,058 Ditolak

    Sumber: Data Primer yang Diolah, 2016

    Hasil uji komparatif yang dilakukan pada berbagai tipe kepemimpinan

    transaksional sebelum diberi perlakuan executive coaching dengan yang

    sesudah diberi perlakukan menunjukkan bahwa executive coaching tidak

    terbukti meningkatkan variabel collaboration dan consultation artinya, baik

    yang diberikan executive coaching maupun tidak diberikan executive

    coaching tidak ada perbedaan dalam hal collaboration dan consultation.

    Namun, tidak demikian hasilnya pada variabel tipe kepemimpinan

    transaksional. Executive coaching terbukti efektif meningkatkan tipe

    kepemimpinan transaksonal dalam hal rational persuasion dan inspirational

    appeal, dan hasil analisis perubahan tipe kepemimpinan transaksional

    sebelum dan sesudah perlakuan executive coaching disajikan dalam tabel

    berikut ini.

    Tabel 4.27 Perubahan Taktik Pengaruh Proaktif Tipe Kepemimpinan

    Transaksional sebelum dan sesudah Perlakuan Executive

    Coaching

    Taktik Proaktif

    Sebelum

    Executive Coaching

    Sesudah

    Executive Coaching

    Rational 73,96 80,83

    Inspirational 72,92 80,42

    Sumber: Data Primer yang Diolah, 2016

    Perlakuan executive coaching terhadap tipe kepemimpinan

    transaksional memiliki dampak yang tepat terhadap taktik pengaruh proaktif

  • 99

    karena rational persuasion, menggunakan argumen logis dan bukti faktual

    yang menunjukkan bahwa permintaan layak dan relevan untuk kepentingan

    dalam mencapai tujuan. Inspirational appeals, membandingkan nilai-nilai

    orang tersebut dan cita-cita untuk membangkitkan emosi agar mendapatkan

    komitmen. Dengan demikian, kinerja kepala penjualan benar meningkat

    ketika ditengarai dapat meningkat dengan pendekatan pembelajaran melalui

    executive coaching dan dipengaruhi oleh tipe kepemimpinan transaksional

    sebagai coach dalam proses pembelajaran.

    4.6.4 Hasil Hipotesis 4

    H4. Taktik pengaruh proaktif subjek dengan executive coaching pada tipe

    kepemimpinan transformasional lebih baik dibandingkan dengan

    taktik pengaruh proaktif subjek dengan tipe kepemimpinan

    transaksional

    Hasil pengujian hipotesis 4 melalui pengujian komparatif dengan Uji

    Independent Sample t-Test menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,000

    dimana nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat

    disimpulkan bahwa tipe kepemimpinan transformasional dengan executive

    coaching secara statistik terbukti memiliki perbedaan dengan tipe

    kepemimpinan transaksional dengan executive coaching.

    Tabel 4.28 Komparatif Efektivitas Executive Coaching padaTipe

    Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional

    Tipe

    Kepemimpinan

    Sebelum

    Executive Coaching

    Sesudah

    Exceutive Coaching

    Transformasional 72,39 79,95

    Transaksional 61,30 69,88

    Pada analisis deskriptif diperoleh nilai rerata untuk kepemimpinan

    transformasional dengan executive coaching sebesar 79,95 dan

    kepemimpinan transaksional dengan executive coaching sebesar 69,88.

  • 100

    Dengan demikian, hal ini berarti bahwa executive coaching lebih efektif bila

    diberikan pada tipe kepemimpinan transformasional dibandingkan dengan

    tipe kepemimpinan transaksional.

    Hasil pengujian menunjukkan bahwa hipotesis 4 didukung oleh bukti

    empiris dalam penelitian ini. Coachee yang mendapat coaching dengan tipe

    kepemimpinan transformasional, memiliki pengaruh lebih baik terhadap

    strategi taktik pengaruh proaktif dibanding dengan mendapatkan coaching

    dengan tipe kepemimpinan transaksional. Temuan penelitian menunjukkan

    coachee yang diberikan coaching dengan pemimpin transformasional

    mengalami perubahan perilaku yaitu mampu melakukan komunikasi dengan

    baik, nampak melakukan bentuk konsultasi secara intensif dengan pimpinan

    untuk mendapatkan solusi.

    Coaching bagaikan jembatan yang menghubungkan antara bawahan

    dan atasan sehingga keduanya saling percaya, saling memiliki keterikatan,

    mengantar pada satu tujuan. Coachee benar-benar menunjukkan proses yang

    dilakukan dalam mencapai tujuan dan bahkan komitmen yang diungkapkan

    benar-benar dilakukan. Subjek diberikan virtual coaching dengan metode

    coaching pemimpin transformasional dengan menggunakan kata-kata proaktif

    dan empati yang meyakinkan sehingga memiliki kesan positif terhadap subjek

    tersebut, kondisi ini menyebabkan proses coaching berjalan dengan baik yaitu

    mendapatkan komitmen dari para coachee. Dalam proses ini, terdapat sebuah

    perubahan dari see (paradigm) yaitu para coachee melihat dan merasakan

    atas komunikasi yang diberikan oleh pimpinan, membuat coachee mengubah

    peta pikiran terhadap pimpinan maupun pekerjaannya. Perubahan peta pikir

    itulah membuat coachee do (behavior) melakukan suatu tindakan atau

    perilaku berdasarkan peta pikir yang baru. Perilaku yang baru yaitu

    menggunakan model konsultatif untuk mencapai tujuan, sehingga memasuki

    tahap get (result), yaitu hasil yang diperoleh menunjukkan perbedaan yang

    signifikan.

    Para coachee menjawab dengan semangat, hal tersebut terbukti dalam

    jangka waktu menjawab memiliki jeda yang pendek. Setelah menerima email

  • 101

    segera merespon dengan kalimat yang menunjukkan antusias terhadap proses

    coaching tersebut, misalnya “menghadapi tantangan dan target kita tahun ini

    cukup besar, menurut pendapat saya yang harus dilakukan adalah kerjasama

    yang baik dan bersinergi antar divisi.” Coachee merespon dengan cepat dan

    bahkan memberikan bukti-bukti hasil pelaksanaan dari rencana atau

    komitmen sebelumnya. Para coachee, merasakan bahwa melalui virtual

    executive coaching terjadi efisiensi waktu, tempat, dan biaya. Selain itu,

    coachee merasakan adanya perubahan perilaku yaitu ketika melakukan

    keputusan yang berkaitan dengan strategi taktik pengaruh proaktif dari

    menggunakan argumen logis dan bukti faktual yang menunjukkan bahwa

    permintaan layak dan relevan untuk kepentingan dalam mencapai tujuan

    (rational persuasion) bergeser ke consultation, yaitu meminta orang untuk

    memberi saran perbaikan atau membantu merencanakan kegiatan atau

    perubahan yang diajukan untuk mendukung tujuan yang diinginkan.

    Hal ini menunjukkan bahwa executive coaching dengan

    kepemimpinan transformasional membuka peluang keterbukaan antara

    pemimpin dengan bawahannya. Keterbukaan ini membawa dampak

    hubungan antara pemimpin dan bawahan lebih harmonis sehingga

    meminimalkan pemimpin terlambat mendapatkan informasi dan bahkan

    pemimpin mampu melakukan tracking terhadap proses performance anak

    buahnya. Dalam hal ini, trust menjadi sesuatu yang vital dalam proses

    coaching. Coachee memiliki trust kepada coach, karena ada dua elemen yang

    penting yaitu kompetensi dan karakter. Seseorang dianggap memiliki

    kompetensi karena di dalam dirinya terdapat kemampuan (kapasitas) dalam

    bidang yang saat ini dikerjakan, dan terdapat result (track record), yaitu hasil

    yang pernah didapatkan. Sedangkan elemen yang kedua yaitu karakter, orang

    yang memiliki karakter adalah orang yang memiliki intergritas, yaitu

    keselarasan dalam nilai, keyakinan, dan perilaku, misalnya kejujuran, rendah

    hati dan keberanian. Setiap orang yang memiliki integritas harus dibarengi

    dengan Intens (maksud) yang baik dari setiap perilakunya, yaitu

    memerhatikan dan memedulikan orang lain dengan tulus. Sikap empati itu

  • 102

    berdasarkan alasan mendasar dan agenda yang jelas dalam rangka mencari

    keuntungan bersama, serta bertindak untuk kepentingan orang lain.

    Tipe kepemimpinan transformasional dalam proses executive

    coaching membangun trust secara terus menerus dalam hubungan coach dan

    coachee. Menjadi layak dipercaya bermula dari seorang pemimpin.

    Kepercayaan bergerak dari dalam keluar, bukan dari luar ke dalam. Pemimpin

    mungkin merasa organisasinya layak dipercaya atau tidak, berada di luar

    kendali pemimpin. Tetapi, sesungguhnya, hal itu bukanlah di luar pengaruh

    seperti tetesan air yang jatuh ke dalam kolam, layak atau tidaknya pemimpin

    dipercaya memberi dampak kepada seluruh hubungan, tim, organisasi, kepada

    pasar, dan bahkan pada masyarakat. Sebagai pemimpin yang layak dipercaya,

    mampu menghasilkan lima gelombang kepercayaan, yaitu 1) Self Trust.

    Pemimpin yang layak dipercaya memiliki kredibilitas pribadi. 2) Relationship

    Trust. Pemimpin yang layak dipercaya tahu bagaimana membangun,

    memberikan dan memulihkan kepercayaan kepada pihak lain. 3)

    Organizational trust. Pemimpin yang layak dipercaya membangun tim dan

    organisasi yang dapat dipercaya. 4) Market Trust. Pemimpin yang layak

    dipercaya membangun merek yang memiliki reputasi baik di pasar. 5)

    Societal Trust. Pemimpin yang layak dipercaya menciptakan kontribusi yang

    bermakna bagi lingkungan. Ungkapan Bhagavad Gita, untuk memercayai

    hidup, Anda harus memercayai orang lain; agar dapat memercayai orang lain,

    Anda harus memercayai diri sendiri terlebih dahulu.

    Kondisi sebaliknya terjadi pada executive coaching dengan tipe

    kepemimpinan transaksional, temuan penelitian menunjukkan bahwa coachee

    mengalami tekanan dikarenakan proses coaching selalu menekankan hasil

    yaitu delivery order ataupun surat pemesanan kendaraan. Tekanan tersebut

    ditambah dengan tulisan yang menggunakan huruf kapital. Coachee merasa

    coach tidak sopan, sedang dalam kondisi marah, sehingga coachee

    menganggap coaching ini hanyalah sebagai reminder atau pengingat bahwa

    coachee memiliki target. Selain hal itu coachee merasakan tidak adanya

    perubahan perilaku yaitu ketika melakukan keputusan yang berkaitan dengan

  • 103

    strategi taktik pengaruh proaktif dari menggunakan argumen logis dan bukti

    faktual yang menunjukkan bahwa permintaan layak dan relevan untuk

    kepentingan dalam mencapai tujuan (rational persuasion). Bahkan dalam

    penilaian coachee terhadap consultation, yaitu meminta orang untuk memberi

    saran perbaikan atau membantu merencanakan kegiatan atau perubahan yang

    diajukan untuk mendukung tujuan yang diinginkan menjadi minus (-). Hal ini

    dapat disimpulkan bahwa coachee mengalami penurunan kepercayaan kepada

    coach atau atasannya yang menggunakan tipe kepemimpinan transaksional.

    Dapat diibaratkan bahwa kepercayaan adalah pelumas yang memungkinkan

    organisasi berjalan, sehingga jika dalam organisasi tidak ada pelumas, maka

    hubungan satu dengan yang lain tidak akan terjadi hubungan yang harmonis.

    Bagaikan masyarakat yang dikenai pajak, namun tidak tahu pajak itu

    digunakan untuk apa. Hubungan pimpinan dan bawahan terjadi hanya karena

    jabatan, bukan karena saling percaya tetapi saling mencurigai.

  • 104