bab 4 hasil penelitian · 2019. 5. 21. · coaching, hasil pengecekan manipulasi, dan hasil...
TRANSCRIPT
-
65
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Data hasil penelitian meliputi statistik deskriptif karakteristik subjek
penelitian, pengujian homogenitas antarsel, pengujian karakteristik
demografi, pendeteksian efek executive coaching, pengukuran executive
coaching, hasil pengecekan manipulasi, dan hasil pengujian hipotesis.
4.1. Eksperimen dan Subjek Penelitian
Data eksperimen diperoleh dari workshop Indomobil Learning and
Development Center yang diselenggarakan pada tanggal 20 Oktober di
Wisma Indomobil, Jakarta. Workshop diselenggarakan di Jakarta dikarenakan
terdapat jumlah sales head dan key account head yang besar dibanding area
yang lain. Workshop diselenggarakan atas kerjasama Indomobil Learning and
Development Center dengan Area Operational Head I Indomobil Nissan
Datsun. Topik workshop adalah perkembangan pelatihan, individual
performance management, dan integrasi cabang dengan pengiriman unit.
Subjek dalam penelitian ini adalah sales head dan key account head
yang memiliki pengalaman sebagai pemimpin dalam penjualan Nissan
Datsun. Jumlah sales head dan key account head yaitu 71 sales head dan 39
key account head di kota Jakarta dan sekitarnya (yaitu Bogor, Bekasi, dan
Tangerang ), sedangkan total sales head nasional 158 orang dan key account
head nasional sejumlah 87 orang. Undangan dikirimkan ke seluruh branch
head area I pada tanggal 7-8 Oktober melalui email. Tiap branch head telah
mengirimkan seluruh sales head dan key account head untuk mengikuti
workshop ini. Pembicara dalam workshop adalah praktisi senior yang
berpengalaman di bidangnya.
Adapun rincian undangan dan tingkat kehadiran peserta terlihat dalam
tabel 4.1 berikut.
-
66
Tabel 4.1 Rincian Undangan dan Tingkat Kehadiran Peserta
Keterangan Jumlah Presentasi
Jumlah undangan yang dikirim ke branch
head area I
32
Jumlah sales head dan key account head
area I
110
Jumlah sales head dan key account head
area I yang hadir
101 91.8%
Sebagai dasar untuk pengukuran strategi penjualan maka dalam
workshop, setiap peserta mendapatkan kuesioner. Untuk sales head dan key
account head sebagai base line dilakukan pengukuran awal dan pengukuran
pengujian berikutnya. Selanjutnya sales head dan key account head sebagai
subjek penelitian atau disebut kepala penjualan.
4.2. Randomisasi Eksperimen dan Karakteristik Subjek
Randomisasi dilakukan pada saat pengisian daftar hadir secara acak
kepada subjek, sehingga setiap subjek mendapatkan kelompok secara merata.
Sebaran subjek dalam sel eksperimen dan sel kontrol dapat dilihat dalam tabel
4.2 berikut.
Tabel 4.2 Sebaran Subjek dalam Sel Eksperimen dan Sel Kontrol
Kel Strategi Jumlah (org) Persentase
A Executive coaching dengan
kepemimpinan
transformasional
24 25%
B Executive coaching dengan
kepemimpinan transaksional
24 25%
C Kepemimpinan
transformasional tanpa
executive coaching
24 25%
D Kepemimpinan transaksional
tanpa executive coaching
24 25%
Total subjek 96 100%
-
67
Dalam tabel 4.2 dinyatakan bahwa jumlah subjek tiap sel adalah sama.
Pada awalnya jumlah keseluruhan adalah 101 orang, sehari kemudian ada 5
orang dipindahkan ke unit usaha lain. Penempatan subjek dalam tiap sel tidak
memerhatikan karakteristik demografi, dengan demikian randomisasi dapat
berjalan efektif karena setiap subjek mendapat kesempatan yang sama untuk
mendapatkan executive coaching dengan kepemimpinan transformasional,
executive coaching dengan kepemimpinan transaksional, kepemimpinan
transformasional, dan kepemimpinan transaksional. Secara terperinci, sebaran
subjek dalam kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dapat dilihat
pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Deskripsi Karakteristik Responden
Keterangan
MANIPULASI
Total Coaching
Transformasional
Coaching
Transaksional
Tanpa Coaching
Transformasional
Tanpa
Coaching
Transaksional
A B C D
Jenis Kelamin:
Laki-laki 23 23 23 24 93
Perempuan 1 1 1 0 3
Usia:
21-25 thn 0 0 0 1 1
26-30 thn 6 9 5 6 26
31-35 thn 12 9 13 10 44
36-40 thn 6 6 5 7 24
41-45 thn 0 0 1 0 1
Jabatan:
Kepala
Penjualan
24 24 24 24 96
Lama Kerja:
0-2 thn 5 12 7 6 30
3-5 thn 12 9 10 5 36
6-8 thn 5 2 5 7 19
9-11 thn 2 1 2 5 10
12-14 thn 0 0 0 1 1
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2016
-
68
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa subjek pada kelompok yang menerima
executive coaching maupun tidak menerima executive coaching memiliki
variasi karakteristik yang tidak jauh berbeda. Jumlah subjek executive
coaching dengan tipe kepemimpinan transformasional 24 orang, dengan tipe
kepemimpinan transaksional 24 orang, sedangkan tanpa executive coaching
dengan kepemimpinan transformasional 24 orang dan dengan tipe
kepemimpinan transaksional 24 orang.
Pengujian ANOVA dilakukan untuk memberikan keyakinan bahwa
keputusan strategi penjualan subjek tidak dipengaruhi oleh perbedaan
karakteristik demografi subjek. Hasil pengujian ANOVA dengan variabel
dependen keputusan strategi penjualan dan variabel independen tipe
kepemimpinan dan executive coaching demografi yang meliputi jenis
kelamin, usia, posisi, masa kerja, dapat dilihat pada tabel 4.4 dan tabel 4.5
berikut.
Tabel 4.4 Karakteristik Partisipan
cm,
Jumlah
(orang) %
Usia
- 21-30 tahun 27 28.5
- 31-45 tahun 69 71.5
Jenis Kelamin
- Pria 93 96.9 - Wanita 3 3.1 Jabatan
- Sales Head 83 85.7 - KAH 13 14.3
Lama Kerja
- 0-5 tahun 66 76.5 - 6-14 tahun 30 23.5
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 96 partisipan. Dengan masing–
masing karakteristik yang berbeda. Partisipan pria sebanyak 93 orang dan
-
69
wanita 3 orang, paling banyak berusia 31-45 tahun yaitu 69 orang dan paling
lama kerja 0-5 tahun.
Tabel 4.5 Pengujian Perbedaan Karakteristik
Mean
Squares
F
Sig
Usia Antargrup 0.171 0.819 0.558
Intragrup 0.209
Jenis
Kelamin
Antargrup 0.023 0.749 0.661
Intragrup 0.030
Jabatan Antargrup 0.066 0.488 0.816
Intragrup 0.135
Lama Kerja Antargrup 0.174 0.899 0.499
Intragrup 0.193
Hasil uji one way Anova menunjukkan bahwa karakteristik usia, jenis
kelamin, jabatan, dan lama kerja tidak ada perbedaan signifikan terhadap
keputusan strategi penjualan subjek. Kelompok karakteristik usia
menunjukkan signifikan (0.558), jenis kelamin dengan signifikan (0.661),
jabatan dengan signifikan (0.816), dan pada karakteristik lama kerja
menunjukkan signifikansi (0.499). Hasil perbedaan karakteristik tersebut
(usia, jenis kelamin, jabatan, dan lama kerja) tidak ada pengaruh karakteristik
dalam teknik pengaruh proaktif pada keputusan strategi penjualan subjek.
4.3. Analisis Deskriptif
4.3.1. Deskripsi Taktik Pengaruh Proaktif Subjek Kontrol dengan Tipe
Kepemimpinan Transformasional
Analisis deskriptif yang dilakukan pada jawaban responden
diperlukan untuk mengetahui tendensi atau kecenderungan kepemimpinan
transformasional pada subyek yang diperlakukan sebagai kontrol.
-
70
Tabel 4.6 Deskripsi Taktik Pengaruh Proaktif Subjek Kontrol pada Periode
Waktu Sebelum dengan Tipe Kepemimpinan Transformasional
Kelompok
Tipe
Kepemimpinan
Periode
Waktu
Dimensi
Indeks
Keterangan
Kontrol Transformasional Sebelum Rational 48,7 Sedang
Inspirational 53,5 Sedang
Collaboration 73.6 Tinggi
Consultation 67,5 Sedang
Sesudah Rational 71,1 Tinggi
Inspirational 65,2 Sedang
Collaboration 81,7 Tinggi
Consultation 77,4 Tinggi
Sumber: Data Primer Diolah, 2016
Mengacu pada hasil perhitungan indeks pada kelompok kontrol, maka
periode waktu sebelum dan sesudah pengamatan untuk tipe kepemimpinan
transformasional menunjukkan bahwa taktik pengaruh proaktif dimensi
inspirational dan collaboration berada dikategori yang sama baik sebelum
maupun sesudah periode pengamatan. Meskipun demikian, nilai indeks yang
diperoleh pada periode sesudah pengamatan lebih tinggi dibandingkan
periode sebelum pengamatan. Perubahan ini terjadi karena pada prinsipnya
seseorang melakukan pembelajaran dengan peniruan (Bandura, 1963) dan
melakukan pembelajaran transformatif (Mezirow, 2000).
4.3.2. Deskripsi Taktik Pengaruh Proaktif Subjek Kontrol dengan
Tipe Kepemimpinan Transaksional
Analisis deskriptif yang dilakukan pada jawaban responden
diperlukan untuk mengetahui tendensi atau kecenderungan kepemimpinan
transaksional pada subyek yang diperlakukan sebagai kontrol.
-
71
Tabel 4.7 Deskripsi Taktik Pengaruh Proaktif Subjek Kontrol pada Periode
Waktu Sebelum dengan Tipe Kepemimpinan Transaksional
Kelompok Tipe
Kepemimpinan
Periode
Waktu
Dimensi Indeks Keterangan
Kontrol Transaksional Sebelum Rational 49.7 Sedang
Inspirational 48,7 Sedang
Collaboration 48,6 Sedang
Consultation 72,1 Tinggi
Sesudah Rational 60,8 Sedang
Inspirational 50,4 Sedang
Collaboration 59,6 Sedang
Consultation 83,7 Tinggi
Sumber: Data Primer Diolah, 2016
Mengacu pada hasil perhitungan indeks pada kelompok kontrol maka
periode waktu sebelum dan sesudah pengamatan untuk kepemimpinan
transaksional menunjukkan bahwa nilai indeks masing-masing dimensi
termasuk dalam kategori yang sama. Meskipun demikian, nilai setiap dimensi
pada taktik pengaruh proaktif mengalami peningkatan dari periode waktu
sebelum dan sesudah pengamatan. Perubahan ini terjadi karena pada
prinsipnya seseorang melakukan pembelajaran berdasarkan praktek yang
dialami (Taylor, 1998) dan menurut Brown (2006) orang bisa berubah
melalui proses melihat, merasakan, melakukan.
4.3.3. Deskripsi Taktik Pengaruh Proaktif Subjek dengan Perlakuan
Executive Coaching pada Tipe Kepemimpinan Transformasional
-
72
Analisis deskriptif yang dilakukan pada jawaban responden
diperlukan untuk mengetahui tendensi atau kecenderungan kepemimpinan
transformasional pada subyek yang diberikan perlakukan executive coaching.
Tabel 4.8 Deskripsi Taktik Pengaruh Proaktif Subjek dengan Perlakuan
Executive Coaching pada Tipe Kepemimpinan Transfor-masional
Kelompok Tipe
Kepemimpinan
Periode
Waktu
Dimensi Indeks Keterangan
Dengan
Executive
Coaching
Transformasional Sebelum Rational 59,6 Sedang
Inspirational 70,4 Tinggi
Collaboration 81,3 Tinggi
Consultation 78,3 Tinggi
Sesudah Rational 78,2 Tinggi
Inspirational 70,8 Tinggi
Collaboration 86,5 Tinggi
Consultation 83,9 Tinggi
Sumber: Data Primer Diolah, 2016
Pada dimensi rational, untuk periode waktu sebelum pengamatan
menghasilkan indeks sebesar 59,6 (sedang) dan mengalami peningkatan
menjadi 78,2 (tinggi) pada periode sesudah pengamatan. Dimensi-dimensi
yang lain untuk periode waktu sebelum dan sesudah berada pada kategori
yang sama meskipun secara nominal, indeksnya mengalami peningkatan.
4.3.4. Deskripsi Taktik Pengaruh Proaktif Subjek dengan Perlakuan
Executive Coaching pada Tipe Kepemimpinan Transaksional
Analisis deskriptif yang dilakukan pada jawaban responden
diperlukan untuk mengetahui tendensi atau kecenderungan kepemimpinan
transaksional pada subyek yang diberikan perlakukan executive coaching.
-
73
Tabel 4.9 Deskripsi Taktik Pengaruh Proaktif Subjek dengan Perlakuan
Executive Coaching pada Tipe Kepemimpinan Transaksional
Kelompok Tipe
Kepemimpinan
Periode
Waktu
Dimensi Indeks Keterangan
Dengan
Executive
Coaching
Transaksional Sebelum Rational 74,1 Tinggi
Inspirational 73,0 Tinggi
Collaboration 72,3 Tinggi
Consultation 49,2 Sedang
Sesudah Rational 80,8 Tinggi
Inspirational 80,5 Tinggi
Collaboration 77,1 Tinggi
Consultation 55,3 Sedang
Sumber: Data Primer Diolah, 2016
Tipe kepemimpinan transaksional pada masing-masing dimensi taktik
pengaruh proaktif, untuk periode waktu sebelum dan sesudah executive
coaching, berada pada kategori yang sama meskipun secara nominal,
indeksnya mengalami peningkatan.
4.4 Pengujian Komparatif Subyek Perlakuan dengan Kelompok
Kontrol
4.4.1 Kepemimpinan Transformasional Sebelum Perlakuan dengan
Kontrol
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan
pada kelompok kepemimpinan transformasional dengan kelompok kontrol
pada periode sebelumnya.
-
74
Tabel 4.10 Uji Komparasi pada Kelompok Kepemimpinan Transformasional
Sebelum Perlakuan dengan Kontrol
Sumber: Data Primer Diolah, 2016
Taktik Pengaruh Proaktif Signifikansi Keterangan
Rational Persuasion 0,046 Diterima
Inspirational Appeal 0,000 Diterima
Collaboration 0,035 Diterima
Consultation 0,039 Diterima
Transformasional 0,000 Diterima
Hasil pengujian kelompok kontrol dan masing-masing dimensi taktik
pengaruh proaktif pada tipe kepemimpinan transformasional untuk periode
waktu sebelum menghasilkan nilai signifikansi < 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pada masing-masing kelompok.
4.4.2 Kepemimpinan Transformasional Sesudah Perlakuan dengan
Kontrol
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan
pada kelompok kepemimpinan transformasional dengan kelompok kontrol
pada periode sesudah perlakuan.
Tabel 4.11 Uji Komparasi pada Kelompok Kepemimpinan Transformasional
Sesudah Perlakuan dengan Kontrol
Taktik Pengaruh Proaktif Signifikansi Keterangan
Rational Persuasion 0,034 Diterima
Inspirational Appeal 0,039 Diterima
Collaboration 0,039 Diterima
Consultation 0,044 Diterima
Transformasional 0,003 Diterima
Sumber: Data Primer Diolah, 2016
-
75
Hasil pengujian kelompok kontrol dan masing-masing dimensi
kepemimpinan transformasional untuk periode waktu sesudah menghasilkan
nilai signifikansi < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan pada masing-masing kelompok.
4.4.3 Kepemimpinan Transaksional Sebelum Perlakuan dengan Kontrol
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan
pada kelompok kepemimpinan transaksional dengan kelompok kontrol pada
periode sebelum perlakuan.
Tabel 4.12 Uji Komparasi pada Kelompok Kepemimpinan Transaksional
Sebelum Perlakuan dengan Kontrol
Taktik Proaktif Signifikansi Keterangan
Rational Persuasion 0,000 Diterima
Inspirational Appeal 0,000 Diterima
Collaboration 0,000 Diterima
Consultation 0,000 Diterima
Transaksional 0,014 Diterima
Sumber: Data Primer Diolah, 2016
Hasil pengujian kelompok kontrol dan masing-masing dimensi taktik
pengaruh proaktif pada tipe kepemimpinan transaksional untuk periode waktu
sebelum menghasilkan nilai signifikansi < 0,05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan pada masing-masing kelompok.
4.4.4 Kepemimpinan Transaksional Sesudah Perlakuan dengan Kontrol
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan
pada kelompok kepemimpinan transaksional dengan kelompok kontrol pada
periode sesudah perlakuan.
-
76
Tabel 4.13 Uji Komparasi pada Kelompok Kepemimpinan Transaksional
Sesudah Perlakuan dengan Kontrol
Taktik Proaktif Signifikansi Keterangan
Rational Persuasion 0,000 Diterima
Inspirational Appeal 0,000 Diterima
Collaboration 0,000 Diterima
Consultation 0,000 Diterima
Transaksional 0,002 Diterima
Sumber: Data Primer Diolah, 2016
Hasil pengujian kelompok kontrol dan masing-masing dimensi taktik
pengaruh proaktif untuk periode waktu sesudah menghasilkan nilai
signifikansi < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
pada masing-masing kelompok.
4.5 Pengujian Hipotesis
4.5.1 Pengujian Hipotesis 1:
Taktik pengaruh proaktif subjek dengan tipe kepemimpinan
transformasional lebih baik dibandingkan dengan taktik pengaruh
proaktif subjek dengan tipe kepemimpinan transaksional
Penelitian ini berupaya untuk mengkaji efektivitas pemberian
executive coaching pada dua tipe kepemimpinan, yaitu kepemimpinan
transformasional dan kepemimpinan transaksional yang dilakukan pada
kepala penjualan. Berangkat dari desain tersebut, maka uji statistik yang
sesuai adalah dengan menggunakan Uji Statistik Paired Sample t-Test.
Namun, uji Paired Sample t-Test menghendaki agar distribusi data penelitian
yang diuji memiliki atau memenuhi asumsi normalitas.
Berikut ini diuraikan tahapan-tahapan analisis statistik yang dilakukan
untuk menguji hipotesis penelitian.
-
77
Analisis Komparatif taktik pengaruh proaktif pada Tipe Kepemimpinan
Transformasional dan Tipe Kepemimpinan Transaksional
Bagian ini merupakan pengujian statistik yang dilakukan untuk
mengetahui apakah secara empiris terdapat perbedaan nyata antara tipe
kepemimpinan transformasional dan tipe kepemimpinan transaksional. Uji
beda pada tipe kepemimpinan transformasional dan tipe kepemimpinan
transaksional dilakukan dengan menggunakan Uji Independent Sample t-Test.
1. Uji Asumsi Normalitas
Uji asumsi normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
penelitian memiliki sebaran normal atau memenuhi asumsi normalitas.
Pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan Uji Kolmogorov-
Smirnov dengan kriteria sebagai berikut:
a. Jika signifikansi > 0,05 maka data berdistribusi normal
b. Jika signifikansi < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal
Hasil uji Kolmogorov-Smirnov pada data kepemimpinan transfor-
masional dan transaksional menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,869.
Nilai signifikansi sebesar 0,869 tersebut lebih besar dari 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa data penelitian memenuhi asumsi normalitas.
2. Hasil Uji Beda pada Kepemimpinan Transformasional dan
Kepemimpinan Transaksional
Berpijak pada hasil pengujian normalitas data dapat diketahui bahwa
data penelitian memiliki distribusi normal sehingga untuk menguji ada atau
tidaknya perbedaan antara kepemimpinan transformasional dan transaksional
dilakukan dengan menggunakan Uji Independent Sample t-Test. Pengujian
dilakukan dengan tahapan berikut ini:
-
78
a. Pengujian asumsi homogenitas variance
Pengujian asumsi homogenitas variance dilakukan dengan
menganalisis nilai signifikansi Levene’s Test for Equality of Variance dengan
kriteria sebagai berikut:
1) Jika nilai signifikansi > 0,05 artinya variance data adalah homogen
2) Jika nilai signifikansi < 0,05 artinya variance data adalah tidak homogen
Hasil signifikansi nilai Levene’s Test for Equality of Variance adalah
sebesar 0,303 sehingga dapat disimpulkan bahwa data memiliki variance
yang homogen.
b. Pengujian perbedaan
Merujuk pada hasil signifikansi Levene’s Test for Equality of
Variance maka untuk menguji ada atau tidaknya perbedaan kepemimpinan
transformasional dan transaksional dilakukan dengan menganalisis nilai
signifikansi pada output Equal Variance Assumed dengan kriteria sebagai
berikut:
1) Jika signifikansi < 0,05 artinya terdapat perbedaan yang signifikan
2) Jika signifikansi > 0,05 artinya terdapat perbedaan yang signifikan
Hasil pengujian komparatif dengan Uji Independent Sample t-Test
menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,000 dimana nilai signifikansi
tersebut lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang nyata antara kepemimpinan transformasional dan
transaksional.
Tabel 4.14 Uji Komparasi pada Kepemimpinan Transformasional dan
Transaksional
Tipe Kepemimpinan Nilai Rerata
1. Transformasional 2. Transaksional
76,18
63,98
Pada uji komparasi tersebut nilai rerata untuk kepemimpinan
transformasional sebesar 76,18 dan kepemimpinan transaksional sebesar
63,98. Artinya, kepemimpinan transformasional lebih banyak dijalankan
-
79
dan lebih efektif di tempat penelitian dibandingkan dengan kepemimpinan
transaksional.
4.5.2 Pengujian Hipotesis 2:
Taktik pengaruh proaktif subjek dibawah tipe kepemimpinan
transformasional dengan menggunakan executive coaching lebih baik
dibandingkan dengan taktik pengaruh proaktif subjek tanpa
menggunakan executive coaching.
Analisis Komparatif Efektifitas Executive Coaching pada Tipe
Kepemimpinan Transformasional
Bagian ini merupakan pengujian statistik yang dilakukan untuk
mengetahui apakah secara empiris terdapat perbedaan nyata antara
kepemimpinan transformasional sebelum diberikan perlakuan melalui
executive coaching dengan kepemimpinan transformasional yang sudah
diberikan perlakuan. Berikut ini uraian pengujian statistik yang dilakukan:
1. Uji Asumsi Normalitas
Uji asumsi normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
penelitian memiliki sebaran normal atau memenuhi asumsi normalitas.
Pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan Uji Kolmogorov-
Smirnov dengan kriteria sebagai berikut:
a. Jika signifikansi > 0,05 maka data berdistribusi normal
b. Jika signifikansi < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal
Hasil uji Kolmogorov-Smirnov tersebut memberikan arah untuk
menentukan jenis uji statistik yang digunakan. Apabila data memenuhi
asumsi normalitas (berdistribusi normal) maka uji beda dilakukan dengan
menggunakan Uji Paired t-Test. Namun, jika hasil uji normalitas data
mengindikasikan bahwa data tidak berdistribusi normal maka pengujian
komparatif dilakukan dengan menggunakan Uji Wilcoxon
-
80
Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas Data pada Tipe Kepemimpinan
Transformasional sebelum Executive Coaching dan sesudah
Executive Coaching
Taktik Proaktif Signifikansi Distribusi
Data
Keterangan
Rational Persuasion 0,005 Tidak Normal Uji Wilcoxon
Inspirational Appeal 0,097 Normal Uji Paired t-Test
Collaboration 0,065 Normal Uji Paired t-Test
Consultation 0,118 Normal Uji Paired t-Test
Kepemimpinan 0,762 Normal Uji Paired t-Test
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2016
Berdasarkan hasil uji normalitas yang disajikan pada tabel 4.15 di atas
maka dapat dilanjutkan pada pengujian berikutnya.
Tabel 4.16 Hasil Uji Efektivitas Executive Coaching pada Tipe
Kepemimpinan Transformasional dalam Taktik Pengaruh Proaktif
Taktik Proaktif Uji Statistik Signifikansi Keterangan
Rational Persuasion Uji Wilcoxon 0,000 Diterima
Inspirational Appeal Uji Paired t-Test 0,815 Ditolak
Collaboration Uji Paired t-Test 0,026 Diterima
Consultation Uji Paired t-Test 0,024 Diterima
Transformasional Uji Paired t-Test 0,000 Diterima
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2016
Hasil uji komparatif yang dilakukan pada berbagai dimensi taktik
pengaruh proaktif untuk kepemimpinan transformasional sebelum diberi
perlakuan executive coaching dengan yang sesudah diberi perlakuan
menunjukkan bahwa executive coaching tidak terbukti meningkatkan taktik
pengaruh proaktif dimensi inspirational appeal artinya, baik yang diberikan
coaching maupun tidak diberikan coaching tidak ada perbedaan dalam
dimensi inspirational appeal. Namun, tidak demikian hasilnya pada taktik
pengaruh proaktif yang lain. Executive coaching terbukti efektif
meningkatkan taktik pengaruh proaktif dimensi rational persuasion,
collaboration, consultation, dan tipe kepemimpinan transformasional itu
sendiri.
-
81
Tabel 4.17 Perubahan Tipe Kepemimpinan Transformasional sebelum dan
sesudah Perlakuan Executive Coaching
Tipe
Kepemimpinan
Sebelum
Executive
Coaching
Sesudah
Executive
Coaching
Rational 59,58 78,08
Collaboration 81,25 86,63
Consultation 78,33 84,13
Transformasional 72,39 79,96
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2016
4.5.3 Pengujian Hipotesis 3:
Taktik pengaruh proaktif subjek yang memiliki tipe kepemimpinan
transaksional dengan menggunakan executive coaching lebih baik
dibandingkan dengan taktik pengaruh proaktif subjek tanpa
menggunakan executive coaching.
Analisis Komparatif Efektivitas Executive Coaching pada Tipe
Kepemimpinan Transaksional
Bagian ini merupakan pengujian statistik yang dilakukan untuk
mengetahui apakah secara empiris terdapat perbedaan nyata antara tipe
kepemimpinan transaksional sebelum diberikan perlakukan dengan executive
coaching dengan kepemimpinan transaksional yang sudah diberikan
perlakuan. Berikut ini uraian pengujian statistik yang dilakukan:
1. Uji Asumsi Normalitas
Uji asumsi normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
penelitian memiliki sebaran normal atau memenuhi asumsi normalitas.
Pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan Uji Kolmogorov-
Smirnov dengan kriteria sebagai berikut:
a. Jika signifikansi > 0,05 maka data berdistribusi normal
b. Jika signifikansi < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal
Hasil uji Kolmogorov-Smirnov tersebut memberikan arah untuk
menentukan jenis uji statistik yang digunakan. Apabila data memenuhi
-
82
asumsi normalitas (berdistribusi normal) maka uji beda dilakukan dengan
menggunakan Uji Paired t-Test. Namun, jika hasil uji normalitas data
mengindikasikan bahwa data tidak berdistribusi normal maka pengujian
komparatif dilakukan dengan menggunakan Uji Wilcoxon.
Tabel 4.18 Hasil Uji Normalitas Data pada Tipe Kepemimpinan
Transaksional sebelum Executive Coaching dan sesudah
Executive Coaching
Taktik Proaktif Signifikansi Distribusi
Data
Keterangan
Rational 0,116 Normal Uji Paired t-Test
Inspirational 0,097 Normal Uji Paired t-Test
Collaboration 0,171 Normal Uji Paired t-Test
Consultation 0,196 Normal Uji Paired t-Test
Kepemimpinan 0,497 Normal Uji Paired t-Test
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2016
Berdasarkan hasil uji normalitas yang disajikan pada tabel 4.18 di atas
maka dapat dilanjutkan pada pengujian berikutnya.
Tabel 4.19 Hasil Uji Efektivitas Executive Coaching Berbagai Taktik
Pengaruh Proaktif pada Tipe Kepemimpinan Transaksional
Taktik Proaktif Uji Statistik Signifikansi Keterangan
Rational Persuasion Uji Wilcoxon 0,018 Diterima
Inspirational Appeal Uji Paired t-Test 0,023 Diterima
Collaboration Uji Paired t-Test 0,129 Ditolak
Consultation Uji Paired t-Test 0,058 Ditolak
Transaksional Uji Paired t-Test 0,000 Diterima
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2016
Hasil uji komparatif yang dilakukan pada berbagai tipe kepemimpinan
untuk tipe kepemimpinan transaksional sebelum diberi perlakuan executive
coaching dengan yang sesudah diberi perlakukan menunjukkan bahwa
executive coaching tidak terbukti meningkatkan taktik pengaruh proaktif pada
dimensi collaboration dan consultation artinya, baik yang diberikan coaching
-
83
maupun tidak diberikan coaching tidak ada perbedaan dalam taktik pengaruh
proaktif collaboration dan consultation. Namun, tidak demikian hasilnya
pada dimensi taktik pengaruh proaktif yang lain. Executive coaching terbukti
efektif meningkatkan dimensi rational persuasion, inspirational appeal, serta
kepemimpinan transaksional itu sendiri
Tabel 4.20 Perubahan Taktik Pengaruh Proaktif Subjek pada Tipe
Kepemimpinan Transaksional sebelum dan sesudah Perlakuan
Executive Coaching
Taktik
Pengaruh Proaktif
Sebelum
Executive Coaching
Sesudah
Executive Coaching
Rational 73,96 80,83
Inspirational 72,92 80,42
Transaksional 61,30 69,89
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2016
4.5.4 Pengujian Hipotesis 4:
Taktik pengaruh proaktif subjek dengan executive coaching pada tipe
kepemimpinan transformasional lebih baik dibandingkan dengan
taktik pengaruh proaktif subjek dengan tipe kepemimpinan
transaksional
Analisis Komparatif Efektivitas Executive Coaching pada Tipe
Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional.
Bagian ini merupakan pengujian statistik yang dilakukan untuk
mengetahui efektivitas pemberian Executive Coaching pada tipe
kepemimpinan transformasional dan tipe kepemimpinan transaksional. Untuk
kepentingan ini, pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Independent
Sample t-Test dengan tahapan pengujian yang diuraikan sebagai berikut:
1. Uji Asumsi Normalitas
Uji asumsi normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
penelitian memiliki sebaran normal atau memenuhi asumsi normalitas.
-
84
Pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan Uji Kolmogorov-
Smirnov dengan kriteria sebagai berikut:
a. Jika signifikansi > 0,05 maka data berdistribusi normal
b. Jika signifikansi < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal
Hasil uji Kolmogorov-Smirnov pada data tipe kepemimpinan
transformasional dan transaksional yang memperoleh Executive Coaching
menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,479. Nilai signifikansi sebesar 0,479
tersebut lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data
penelitian memenuhi asumsi normalitas.
2. Hasil Uji Beda pada Tipe Kepemimpinan Transformasional dan
Transaksional dengan Executive Coaching.
Berpijak pada hasil pengujian normalitas data dapat diketahui bahwa
data penelitian memiliki distribusi normal sehingga untuk menguji ada atau
tidaknya perbedaan antara tipe kepemimpinan transformasional dan
transaksional yang memperoleh Executive Coaching dilakukan dengan
menggunakan Uji Independent Sample t Test. Pengujian dilakukan dengan
tahapan berikut ini:
a. Pengujian asumsi homogenitas variance
Pengujian asumsi homogenitas variance dilakukan dengan
menganalisis nilai signifikansi Levene’s Test for Equality of Variance dengan
kriteria sebagai berikut:
1) Jika nilai signifikansi > 0,05 artinya variance data adalah homogen
2) Jika nilai signifikansi < 0,05 artinya variance data adalah tidak homogen
Hasil signifikansi nilai Levene’s Test for Equality of Variance adalah
sebesar 0,357 sehingga dapat disimpulkan bahwa data memiliki variance
yang homogen.
b. Pengujian perbedaan
Merujuk pada hasil signifikansi Levene’s Test for Equality of
Variance maka untuk menguji ada atau tidaknya perbedaan tipe
kepemimpinan transformasional dan transaksional yang memperoleh
-
85
executive coaching dilakukan dengan menganalisis nilai signifikansi pada
output Equal Variance Assumed dengan kriteria sebagai berikut:
1) Jika signifikansi < 0,05 artinya terdapat perbedaan yang signifikan
2) Jika signifikansi > 0,05 artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan
Hasil pengujian komparatif dengan Uji Independent Sample t-Test
menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,000 dimana nilai signifikansi
tersebut lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tipe
kepemimpinan trasnformasional dengan executive coaching secara statistik
terbukti memiliki perbedaan dengan tipe kepemimpinan transaksional dengan
Executive Coaching.
Tabel 4.21 Uji Komparasi pada Kepemimpinan Transformasional dan
Transaksional sesudah executive caoaching
Tipe Kepemimpinan Nilai Rerata
1. Transformasional 2. Transaksional
79,96 69,88
Pada analisis deskriptif diperoleh nilai rerata untuk tipe kepemimpinan
transformasional dengan executive coaching sebesar 79,96 dan
kepemimpinan transaksional dengan executive coaching sebesar 69,88.
Artinya, executive coaching lebih efektif bila diberikan pada tipe
kepemimpinan transformasional dibandingkan dengan tipe kepemimpinan
transaksional.
4.6 Hasil Penelitian
4.6.1 Hasil Hipotesis 1
H1: Taktik pengaruh proaktif subjek dengan tipe kepemimpinan
transformasional lebih baik dibandingkan dengan taktik pengaruh
proaktif subjek dengan tipe kepemimpinan transaksional
-
86
Hasil pengujian hipotesis 1 menunjukkan bahwa nilai rerata tipe
kepemimpinan transformasional sebesar 76,18 dan kepemimpinan
transaksional sebesar 63,98. Dengan demikian, hal ini berarti bahwa tipe
kepemimpinan transformasional lebih berpengaruh terhadap strategi
penjualan taktik pengaruh proaktif kepala penjualan dibanding tipe
kepemimpinan transaksional dan dijalankan di tempat penelitian.
Pelaksanaan field experiment yang berkaitan dengan hipotesis 1 yaitu
dilakukan berdasarkan kelompok 3 dan 4 yaitu kepemimpinan
transformasional tanpa executive coaching dan kepemimpinan transaksional
tanpa executive coaching. Pelaksanannya 4 kali selama 4 minggu sesuai
dengan tabel 4.22 berikut.
Tabel 4.22 Group 1, 2 dan Tanggal Eksperimen
Group Tipe Tanggal Eksperimen
1 Transformational Leadership
tanpa executive coaching
10/11, 17/11, 24/11
dan 1/12
2 Transactional Leadership tanpa
executive coaching
10/11, 17/11, 24/11
dan 1/12
Tipe kepemimpinan transformasional dilakukan dengan tujuan agar
para kepala cabang mampu meningkatkan penjualan bagi para kepala
penjualan dengan mengubah perilakunya. Tipe kepemimpinan
transformasional merupakan alat untuk memberi motivasi subjek untuk
memiliki semangat dalam mencapai tujuan. Metode dalam penggunaan tipe
kepemimpinan transformasional dengan cara memberikan kata-kata motivasi,
memberi nasihat, kadang solusi yang memberi kesempatan yang
bersangkutan memiliki ide baru, petunjuk yang membuat lebih kreatif dan
penulisan dengan menggunakan huruf biasa. Penekanan bertanya pada proses.
Pertama-tama disusun kalimat yang menggambarkan pendekatan
kepemimpinan transformasional. Pertanyaan awal untuk semua subjek adalah
-
87
sama, yang kemudian proses selanjutnya menyesuaikan dalam proses tanya
jawab antara subjek dengan tim ILDC.
Salah satu penggalan isi percakapan dengan tipe kepemimpinan
transformasional tanpa executive coaching terlihat sebagai berikut:
1) Percakapan kepemimpinan transformasional tanpa Executive Coaching
Pertanyaan:
Selamat pagi, target tahun
ini cukup besar, kita akan
bersama-sama menghadapi.
Jawaban:
Selamat pagi juga Team
Coaching Ildc….
Keadaan saya baik dan
bersemangat pagi
ini…Betul, target kita besar
Tahun ini tapi
saya tidak putus asa dengan informasi
gosip bahwa tahun ini lebih sulit dari
tahun sebelumnya, itu berarti saya harus
mempunyai strategi penjualan, bagai-
mana agar Customer tertarik membeli
produk Datsun, saya dengan gencar akan
melakukan promo-promo berupa Lucydip
dan memberikan reward kepada Team
Sales agar mereka lebih bersemangat
untuk jualan.
Tengkiyu….
Percakapan kedua ini dilakukan pada minggu kedua, dengan sapaan
tipe kepemimpinan transformasional maka percakapannya menunjukkan
antusias dan menjelaskan kegiatannya meski kalimatnya pendek.
Tipe kepemimpinan transaksional dilakukan dengan tujuan para
kepala cabang mampu memberikan motivasi kepada para kepala penjualan
meningkatkan penjualan dengan mengubah perilakunya. Metode dalam
2) Percakapan Kepemimpinan Transformasional tanpa Executive Coaching
Pertanyaan:
Menghadapi tantangan diakhir
bulan, diperlukan upaya yang
lebih baik lagi.
Jawaban: Mengejar SPK lebih banyak dan
mengejar DO lebih banyak lagi
meskipun akhir bulan kita harus tetap
semangat mengejar SPK dan DO
sebanyak-banyaknya. Memfollow up
customer lebih intens lagi. Mencari CC
dan CH lebih banyak lagi lewat Pameran
dan Moving – moving perumahan serta
memfollow up customer – customer
lama.
-
88
penggunaan tipe kepemimpinan transaksional dengan cara memberikan kata-
kata motivasi, nasihat, dan solusi yang menekan, petunjuk yang terasa
memaksa serta penulisan dengan menggunakan huruf kapital. Penekanan
pertanyaan terletak pada hasil (result). Pertama-tama disusun kalimat yang
menggambarkan pendekatan kepemimpinan transaksional. Pertanyaan awal
untuk semua subjek adalah sama, yang kemudian proses selanjutnya
menyesuaikan dalam proses tanya jawab antara subjek dengan tim ILDC.
Adapun salah satu isi percakapan dengan pendekatan kepemimpinan
transaksional pada minggu pertama yakni sebagai berikut:
Percakapan pada minggu kedua antara pemimpin tipe transaksional
dengan kepala penjualan dengan menekankan pada target dan dijawab sangat
simpel.
1) Percakapan Kepemimpinan Transaksional tanpa Executive Coaching
Pertanyaan.
PAGI,
FOKUS TAHUN INI TARGET KITA
BESAR.
TARGET BESAR ITU MENJADI
AGENDA UTAMA KITA, ANDA
INGAT ITU.
BERAPA TARGET ANDA BULAN
INI??
APA YANG AKAN ANDA
LAKUKAN??
Jawaban.
PAGI.
TARGET BULAN INI MINIMAL 15 UNIT.
YANG SAYA LAKUKAN
MEMONITORING KEGIATAN SALES
DAN MEMBERI SEMANGAT, MOTIVASI,
DAN ARAHAN KEPADA SALESMAN
SEHINGGA DAPAT MENINGKATKAN
SPK DAN DO DIBULAN INI.
2) Percakapan Kepemimpinan Transaksional tanpa executive coaching
Pertanyaan.
SAMPAI SEKARANG TARGETMU
YANG SUDAH TERCAPAI
BERAPA?
Jawaban.
TARGET YANG SUDAH TERCAPAI 7
UNIT DAN MASIH OPTIMIS, TARGET
PASTI AKAN TERCAPAI.
-
89
Pertanyaan pada minggu ketiga, dan tipe pemimpin yang transaksional
pertanyaannya selalu menekankan target dan menekan. Pertanyaan inilah
yang sering membuat kepala penjualan dan timnya semakin tertekan.
3) Percakapan Kepemimpinan Transaksional
tanpa Executive Coaching Pertanyaan.
SEBENTAR LAGI CLOSING
BAGAIMANA DENGAN
TARGETMU?
SEKARANG KURANG BERAPA
UNIT DAN BISA DIPENUHI TIDAK?
TERUS KEJAR TARGETMU!
Jawaban
TARGET SAYA MASIH
KURANG 35 UNIT
SAYA AKAN KEJAR SUPAYA
BISA SAMPAI BAHKAN
MELEBIHI TARGET.
Pada minggu keempat tetap pada pola yang sama dan jawaban kepala
penjualan tampak semakin tertekan karena ditanyakan mengenai target bulan
lalu yang dikaitkan dengan bulan kini. Pendekatan hasil atau target justru
menimbulkan beban bagi semua bagian sehingga bisa mengakibatkan gagal
fokus.
4) Percakapan Kepemimpinan Transaksional
tanpa Executive Coaching Pertanyaan
BAGAIMANA HASIL
CLOSINGMU BULAN KEMARIN?
KAMU HARUS MENINGKATKAN
PENJUALANMU BULAN INI!
Jawaban.
HASIL CLOSING SAYA BLN
KEMARIN AGAK SEDIKIT
MENGECEWAKAN, KARENA ADA 4
BAHAN SAYA YANG TIDAK
SEMPAT NAIK DO, SAYA PASTI
AKAN LEBIH FOKUS LAGI UNTUK
KEJAR DO BULAN INI UNTUK
MENUTUPI KEKURANGAN DO
SAYA BULAN KEMARIN
4.6.2 Hasil Hipotesis 2
H2: Taktik pengaruh proaktif subjek dibawah tipe kepemimpinan
transformasional dengan menggunakan executive coaching lebih baik
-
90
dibandingkan dengan taktik pengaruh proaktif subjek tanpa
menggunakan executive coaching.
Hasil pengujian hipotesis 2 menunjukkan bahwa executive coaching
dengan tipe kepemimpinan transformasional memiliki rata-rata 76,18.
Dengan demikian, hal ini berarti bahwa kecenderungan responden untuk
melakukan keterampilan dengan menggunakan tipe kepemimpinan
transformasional tinggi.
Tipe kepemimpinan transformasional merupakan alat yang memberi
motivasi subjek untuk memiliki semangat dalam mencapai tujuan. Metode
dalam penggunaan tipe kepemimpinan transformasional dengan cara
memberikan kata-kata motivasi, memberi nasihat namun bukan solusi.
Penekanan bertanya pada proses dan perilaku, bukan result. Pertama-tama
disusun kalimat yang menggambarkan pendekatan kepemimpinan
transformasional. Pertanyaan awal untuk semua subjek adalah sama, yang
kemudian proses selanjutnya menyesuaikan dalam proses tanya jawab antara
subjek dengan tim ILDC. Eksperimen berdasarkan group 1 dan 2 yaitu
kepemimpinan transfomasional dengan executive coaching dan
kepemimpinan transaksional dengan executive coaching. Adapun
pelaksanaannya dapat dilihat pada tabel 4.23 berikut.
Tabel 4.23 Pelaksanaan Eksperimen
Group Tipe Tanggal Eksperimen
1 Transformasional Leadership
dengan executive coaching
11/11, 18/11, 25/11 dan
2/12
2 Transaksional Leadership
dengan executive coaching
12/11, 19/11, 26/11 dan
3/12
Salah satu contoh penggalan isi executive coaching dengan
kepemimpinan transformasional dengan identitas Coachee : Lecy, laki-laki,
cabang PIK Jakarta, sudah bekerja selama 5,3 tahun.
-
91
Contoh percakapan antara coach dan coachee dengan tipe
kepemimpinan transformasional. Sapaan dan pertanyaan coach yang
sederhana mampu mengeksplorasi pikiran dan keterbukaan coachee.
1) Percakapan Executive Coaching dengan Tipe Kepemimpinan Transformasional
Coach:
Selamat pagi, bagaimana
keadaanmu hari ini? Target kita
tahun ini cukup besar, dan ini
tantangan kita bersama.
Menurutmu apa ide yang mesti kita
lakukan?
Coachee:
Dear Coach, Selamat pagi, salam
luar biasa..Menghadapi tantangan
dan target kita tahun ini cukup
besar, menurut saya yang harus
dilakukan adalah kerjasama dan
bersinergi antara bagian. Seperti
contoh permasalahan yang hangat
sekarang ini mengenai delivery
kendaraan (ISL) yang belum
terselesaikan, sehingga kami pihak
dealer yang langsung berhubungan
dengan konsumen bisa
berhubungan dengan baik dan
terjadi repeat order.
Menghadapi tantangan bisnis akhir
tahun yang sangat berat kondisi
jualan yang tidak mudah jika
konsumen kecewa. Tidak akan
terjadi repeat order dan penilaian
SSI juga akan menurun. Demikian
pendapat saya.
Coach:
Terima kasih coachee, saya
memahami persoalan yang kamu
hadapi tentang pelayanan ISL. Hal
ini sangat berdampak terhadap
pelayanan customer. Apa tindakanmu
selanjutnya?
Coachee:
Betul sekali coach, sangat amat
berdampak..Pimpinan cabang saya
sangat aktif dalam hal ini. Dia sangat
membantu untuk menghubungi pihak
terkait dengan email namun tetap
unit tidak sampai-sampai juga.
Coach:
Usahamu sangat baik, ada lagi
yang akan kamu lakukan?
Coachee:
Saya akan follow up terus dengan
kacab ke korwil dan bagian terkait.
Saya harap minggu ini sudah selesai.
Coach:
Baik terima kasih, sukses ya..
-
92
2). Percakapan Executive Coaching dengan
Tipe Kepemimpinan Transformasional
Coach:
Bagaimana perkembangan
seminggu ini?
Coachee:
Kabarnya luar biasa coach, penuh
berkat dari Tuhan. Salam semangat..
Coach:
Apa yang menjadi kegiatan tim
kamu dalamm emanfaatkan
waktu dengan optimal, sehingga
menunjang aktivitasmu?
Coachee:
Kegiatan tim saya dari tanggal 12
sampai 20 bulan ini adalah
1. Pameran food centrum
2. Pameran citragarden
3. Moving malam pademangan
4. Datsun on the street di pasar malam
Mediros hari minggu dan malam
kamis
5. Datsun on the street di pasar malam
Kemayoran
6. Moving pagi ke Cempaka Putih
7. Moving pagi ke Sunter
8. Moving malam di perumahan
Kayumanis
9. Moving ke masjid Sunda Kelapa
setiap hari Jumat
10. Training product knowledge
Datsun dan semua produk
Nissan setiap briefing pagi
11. Cerita movitasi setiap akhir
briefing pagi.
Coach:
Apa yang kamu dapatkan?
Coachee:
Untuk hasil yang didapatkan sampai
tanggal 21 sekarang adalah :
1. Perolehan SPK sampai tanggal
12 hanya 2 spk
2. SPK per tanggal 12 sampai
tanggal 20 nambah 3 SPK
Datsun 2 unit Xtrail 1 unit
3. Laporan CH sampai tanggal
sekarang ada 17 CH
Apakah perlu saya lampirkan
fotonya?
Coach:
Terima kasih atas kerja smart mu.
Berdasarkan respon dari coachee, maka proses executive coaching
berhasil. Sangat menarik bahwa coachee merespon sesuai dengan kalimat
yang diberikan oleh coach. Ada perbedaan yang signifikan yaitu, executive
coaching dengan kepemimpinan transformasional, para coachee menjawab
dengan penjelasan yang baik yaitu berupa proses dan rencana tindakan.
Mereka menjelaskan dengan antusias, bahkan menunjukkan action plannya.
Ketika coachee menjelaskan action plan, maka dapat dikatakan bahwa sudah
terjadi trust antara coach dan coachee, yang memiliki dampak pada
-
93
komunikasi yang terbuka. Trust yang sudah ada membawa coachee pada
pemahaman bahwa coach bukanlah atasan mereka, coach adalah seorang
yang memberi stimulus dalam memprovokasi pikiran untuk proses
pemberdayaan dan mencapai tujuan. Cara berpikir seperti itu menghilangkan
gap sehingga proses optimalisasi coachee dapat tercapai. Melalui percakapan
tersebut, tampak bahwa coachee sangat membutuhkan proses secara
berkesinambungan karena mereka rasakan sebagai bagian bahwa dirinya
diakui, diperhatikan dan didukung untuk pekerjaannya.
Evaluasi yang dipaparkan semua mengatakan bahwa model coaching
yang dilakukan sangat berguna dalam rangka untuk mengeksplorasi pikiran,
memberdayakan kemampuan mereka untuk menemukan ide-ide baru,
sekaligus eksekusinya. Proses menemukan ide sampai pada perencanaan
menjadi terbuka, sehingga menentukan time frame tidak hanya sekedar
berdasarkan waktu, lebih mempertimbangkan momentum sehingga tujuan
lebih cepat tercapai. Gundersen, Hellesoy, dan Raeder (2012) dalam risetnya
menemukan bahwa tipe kepemimpinan transformasional di lingkungan kerja
yang dinamis memberikan dampak kinerja yang efektif bagi karyawan dan
efektifitas bagi organisasi.
Hasil uji komparatif yang dilakukan pada berbagai tipe kepemimpinan
transformasional sebelum diberi perlakuan executive coaching dengan yang
sesudah diberi perlakuan menunjukkan bahwa executive coaching tidak
terbukti meningkatkan inspirational appeal artinya, baik yang diberikan
coaching maupun tidak diberikan coaching tidak ada perbedaan dalam
inspirasional appeal. Namun, tidak demikian hasilnya pada dimensi taktik
pengaruh proaktif yang lain. Executive coaching terbukti efektif
meningkatkan tipe kepemimpinan transformasional dengan taktik pengaruh
proaktif khususnya dimensi rational persuasion, collaboration, dan
consultation. Hal tersebut terlihat pada tabel 4.24 berikut.
-
94
Tabel 4.24 Taktik Pengaruh Proaktif Kepemimpinan Transformasional
sebelum dan sesudah Perlakuan Executive Coaching
Taktik Proaktif
Sebelum
Executive
Coaching
Sesudah
Executive
Coaching
Rational 59,58 78,08
Collaboration 81,25 86,63
Consultation 78,33 84,13
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2016
Perlakuan executive coaching terhadap tipe kepemimpinan
transformasional memiliki dampak yang tepat terhadap taktik pengaruh
proaktif. Hal ini dikarenakan pada rational persuasion digunakan argumen
logis dan bukti faktual yang menunjukkan bahwa permintaan layak dan
relevan untuk kepentingan dalam mencapai tujuan. Consultation, yaitu
meminta orang untuk memberi saran perbaikan atau membantu
merencanakan kegiatan atau perubahan yang diajukan untuk mendukung
tujuan yang diinginkan. Collaboration, menawarkan sumber daya yang
relevan atau bantuan jika orang tersebut akan melakukan perubahan. Dengan
demikian, kinerja kepala penjualan dinyatakan meningkat dikarenakan
adanya pendekatan pembelajaran melalui executive coaching dan dipengaruhi
oleh tipe kepemimpinan transformasional sebagai coach dalam proses
pembelajaran. Hal tersebut terlihat pada tabel 4.25 berikut.
Tabel 4.25 Hasil Uji Efektivitas Executive Coaching Berbagai Taktik
Pengaruh Proaktif pada Tipe Kepemimpinan Transformasional
Taktik Proaktif Uji Statistik Signifikansi Keterangan
Rational Uji Wilcoxon 0,000 Diterima
Inspirational Uji Paired t-Test 0,815 Ditolak
Collaboration Uji Paired t-Test 0,026 Diterima
Consultation Uji Paired t-Test 0,024 Diterima
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2016
-
95
4.6.3 Hasil Hipotesis 3
H3 Taktik pengaruh proaktif subjek yang memiliki tipe kepemimpinan
transaksional dengan menggunakan executive coaching lebih baik
dibandingkan dengan taktik pengaruh proaktif subjek tanpa
menggunakan executive coaching.
Hasil pengujian hipotesis 3 menunjukkan bahwa executive coaching
dengan tipe kepemimpinan transaksional memiliki rata-rata 63,98. Dengan
demikian, hal ini berarti bahwa kecenderungan responden untuk melakukan
keterampilan dengan menggunakan tipe kepemimpinan transaksional sedang.
Executive coaching dengan tipe kepemimpinan transaksional
dilakukan dengan tujuan agar para kepala penjualan mampu meningkatkan
penjualan bagi para tenaga penjualannya dengan mengubah perilakunya.
Membangun executive coaching dengan tipe kepemimpinan transaksional
menggunakan cara menggali coachee untuk menemukan solusinya dengan
penekanan target bukan proses. Metode dalam executive coaching
transaksional dengan cara bertanya yang sifatnya target (result), sering
memberi nasihat atau solusi bahkan perintah. Proses penulisan dalam kalimat
di coaching dengan menggunakan huruf kapital, kalimatnya pendek dan
tegas.
Salah satu penggalan isi executive coaching dengan tipe
kepemimpinan transaksional.
-
96
Executive coaching dengan tipe kepemimpinan transaksional memiliki
kecenderungan fokus pada hasil dan hanya sekedar memberi keyakinan
terhadap hasil. Jawaban singkat dan lugas. Orientasi pada angka atau hasil
yang sifatnya jangka pendek. Proses coaching hanya dianggap sebagai
pengingat untuk mencapai target, bukan sebagai penggerak untuk perubahan
perilaku. Jawaban-jawaban juga terprovokasi dalam proses email dengan
tulisan huruf besar (kapital). Sebagian menyatakan tidak nyaman dengan
tulisan huruf kapital, dianggap tidak etis dan merusak emosi. Huruf kapital
seperti ungkapan kemarahan, ungkapan perintah yang harus dilakukan tanpa
bisa dinegosiasikan, sehingga terjadi perasaan seperti pihak superior dan
pihak inferior sedang dalam suasana bekerja. Menurut salah satu coachee
mengatakan “kurang nyaman karena tidak sesuai dengan kaidah penulisan
bahasa Indonesia yang baik dan benar dan penggunaan huruf kapital terkesan
sedang marah pada seseorang”. Sarah, Elizabeth, and Lauren (2005) dalam
penelitian menunjukkan bahwa teks yang semua ditulis dengan format kapital
berpengaruh terhadap waktu membaca yang lebih lambat, lebih banyak
Percakapan Executive Coaching dengan
Tipe Kepemimpinan Transaksional
Coach:
PAGI COACHEE, FOKUS TAHUN
INI TARGET KITA BESAR.
TARGET BESAR ITU MENJADI
AGENDA UTAMA KITA, ANDA
INGAT ITU. BERAPA TARGET
ANDA BULAN INI??
Coachee
PAGI. TARGET BULAN INI
MINIMAL 15 UNIT.
Coach:
APA YANG AKAN ANDA
LAKUKAN??
Coachee:
YANG SAYA LAKUKAN
MEMONITORING KEGIATAN
SALES DAN MEMBERI
SEMANGAT, MOTIVASI,DAN
ARAHAN KEPADA SALESMAN
SEHINGGA DAPAT
MENINGKATKAN SPK DAN DO
DIBULAN INI.
TERIMA KASIH.
Coach:
TERIMA KASIH, TERUS KEJAR
TARGETMU
-
97
kesalahan dalam menjawab pertanyaan, dan bentuk yang paling tidak disukai
karena sulit untuk dibaca, hal ini ditekankan oleh Hakki (2013) bahwa tulisan
dengan huruf kapital mempersulit pembaca dan memengaruhi dalam
menjawab. Karen (1980) menjelaskan bahwa penulisan dengan huruf kapital
menunjukkan kesombongan diri, kebanggaan diri yang berlebihan, dan
kesadaran diri yang berlebihan. Sedangkan Annete (2013) menegaskan bahwa
penulisan huruf kapital ingin menunjukkan apa yang ditulis adalah penting,
penulisnya emosional dan di sisi lain memiliki memiliki percaya diri yang
kurang.
Kecenderungan coachee menganggap coach nya adalah atasan yang
dihadapi dalam keseharian, sehingga sudah tahu alur percakapan yang akan
terjadi, coachee sudah tahu karakter dan perilaku keseharian atasannya.
Dampak persepsi tersebut mengakibatkan proses percakapan seolah ada
penghalang, trust menipis dan akhirnya tidak ada keterbukaan. Proses
coaching sesungguhnya tidak terjadi, yang terjadi adalah perintah, nasihat
yang harus dikerjakan. Jawaban-jawaban coachee menunjukkan keengganan
untuk bercakap-cakap lebih dalam lagi, dan hasilnya hubungan antara
coachee dan coach tidak bisa harmonis. Proses rapport building harus
kembali dibangun untuk mendapatkan trust dari coachee supaya coaching
berjalan sesuai dengan kaidahnya.
Proses coaching yang dilakukan dengan menggunakan tipe
kepemimpinan transaksional memiliki dampak terhadap coachee. Dampak
yang dirasakan coachee dengan tipe kepemimpinan transaksional adalah
memberikan proses pemberdayaan dengan memprovokasi pikiran dalam
menemukan ide-ide, solusi, dan aksi. Coachee merasakan adanya kesempatan
untuk berpikir dan peluang karena dihargai dan didengarkan, bahkan
merasakan ada partner yang selalu memberikan motivasi, sedangkan dengan
tipe kepemimpinan transaksional lebih cenderung pada proses penekanan,
tenggat waktu, dan hasil. Seorang coachee mengungkapkan “pertanyaan
standar dan hanya bertanya tentang target, membuat perasaan person seolah-
olah diabaikan, Kami cenderung dianggap mesin pencetak uang”.
-
98
Tabel 4.26 Hasil Uji Efektivitas Executive Coaching Berbagai Taktik
Pengaruh Proaktif pada Tipe Kepemimpinan Transaksional
Taktik Proaktif Uji Statistik Signifikansi Keterangan
Rational Uji Paired t-Test 0,018 Diterima
Inspirational Uji Paired t-Test 0,023 Diterima
Collaboration Uji Paired t-Test 0,129 Ditolak
Consultation Uji Paired t-Test 0,058 Ditolak
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2016
Hasil uji komparatif yang dilakukan pada berbagai tipe kepemimpinan
transaksional sebelum diberi perlakuan executive coaching dengan yang
sesudah diberi perlakukan menunjukkan bahwa executive coaching tidak
terbukti meningkatkan variabel collaboration dan consultation artinya, baik
yang diberikan executive coaching maupun tidak diberikan executive
coaching tidak ada perbedaan dalam hal collaboration dan consultation.
Namun, tidak demikian hasilnya pada variabel tipe kepemimpinan
transaksional. Executive coaching terbukti efektif meningkatkan tipe
kepemimpinan transaksonal dalam hal rational persuasion dan inspirational
appeal, dan hasil analisis perubahan tipe kepemimpinan transaksional
sebelum dan sesudah perlakuan executive coaching disajikan dalam tabel
berikut ini.
Tabel 4.27 Perubahan Taktik Pengaruh Proaktif Tipe Kepemimpinan
Transaksional sebelum dan sesudah Perlakuan Executive
Coaching
Taktik Proaktif
Sebelum
Executive Coaching
Sesudah
Executive Coaching
Rational 73,96 80,83
Inspirational 72,92 80,42
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2016
Perlakuan executive coaching terhadap tipe kepemimpinan
transaksional memiliki dampak yang tepat terhadap taktik pengaruh proaktif
-
99
karena rational persuasion, menggunakan argumen logis dan bukti faktual
yang menunjukkan bahwa permintaan layak dan relevan untuk kepentingan
dalam mencapai tujuan. Inspirational appeals, membandingkan nilai-nilai
orang tersebut dan cita-cita untuk membangkitkan emosi agar mendapatkan
komitmen. Dengan demikian, kinerja kepala penjualan benar meningkat
ketika ditengarai dapat meningkat dengan pendekatan pembelajaran melalui
executive coaching dan dipengaruhi oleh tipe kepemimpinan transaksional
sebagai coach dalam proses pembelajaran.
4.6.4 Hasil Hipotesis 4
H4. Taktik pengaruh proaktif subjek dengan executive coaching pada tipe
kepemimpinan transformasional lebih baik dibandingkan dengan
taktik pengaruh proaktif subjek dengan tipe kepemimpinan
transaksional
Hasil pengujian hipotesis 4 melalui pengujian komparatif dengan Uji
Independent Sample t-Test menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,000
dimana nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa tipe kepemimpinan transformasional dengan executive
coaching secara statistik terbukti memiliki perbedaan dengan tipe
kepemimpinan transaksional dengan executive coaching.
Tabel 4.28 Komparatif Efektivitas Executive Coaching padaTipe
Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional
Tipe
Kepemimpinan
Sebelum
Executive Coaching
Sesudah
Exceutive Coaching
Transformasional 72,39 79,95
Transaksional 61,30 69,88
Pada analisis deskriptif diperoleh nilai rerata untuk kepemimpinan
transformasional dengan executive coaching sebesar 79,95 dan
kepemimpinan transaksional dengan executive coaching sebesar 69,88.
-
100
Dengan demikian, hal ini berarti bahwa executive coaching lebih efektif bila
diberikan pada tipe kepemimpinan transformasional dibandingkan dengan
tipe kepemimpinan transaksional.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa hipotesis 4 didukung oleh bukti
empiris dalam penelitian ini. Coachee yang mendapat coaching dengan tipe
kepemimpinan transformasional, memiliki pengaruh lebih baik terhadap
strategi taktik pengaruh proaktif dibanding dengan mendapatkan coaching
dengan tipe kepemimpinan transaksional. Temuan penelitian menunjukkan
coachee yang diberikan coaching dengan pemimpin transformasional
mengalami perubahan perilaku yaitu mampu melakukan komunikasi dengan
baik, nampak melakukan bentuk konsultasi secara intensif dengan pimpinan
untuk mendapatkan solusi.
Coaching bagaikan jembatan yang menghubungkan antara bawahan
dan atasan sehingga keduanya saling percaya, saling memiliki keterikatan,
mengantar pada satu tujuan. Coachee benar-benar menunjukkan proses yang
dilakukan dalam mencapai tujuan dan bahkan komitmen yang diungkapkan
benar-benar dilakukan. Subjek diberikan virtual coaching dengan metode
coaching pemimpin transformasional dengan menggunakan kata-kata proaktif
dan empati yang meyakinkan sehingga memiliki kesan positif terhadap subjek
tersebut, kondisi ini menyebabkan proses coaching berjalan dengan baik yaitu
mendapatkan komitmen dari para coachee. Dalam proses ini, terdapat sebuah
perubahan dari see (paradigm) yaitu para coachee melihat dan merasakan
atas komunikasi yang diberikan oleh pimpinan, membuat coachee mengubah
peta pikiran terhadap pimpinan maupun pekerjaannya. Perubahan peta pikir
itulah membuat coachee do (behavior) melakukan suatu tindakan atau
perilaku berdasarkan peta pikir yang baru. Perilaku yang baru yaitu
menggunakan model konsultatif untuk mencapai tujuan, sehingga memasuki
tahap get (result), yaitu hasil yang diperoleh menunjukkan perbedaan yang
signifikan.
Para coachee menjawab dengan semangat, hal tersebut terbukti dalam
jangka waktu menjawab memiliki jeda yang pendek. Setelah menerima email
-
101
segera merespon dengan kalimat yang menunjukkan antusias terhadap proses
coaching tersebut, misalnya “menghadapi tantangan dan target kita tahun ini
cukup besar, menurut pendapat saya yang harus dilakukan adalah kerjasama
yang baik dan bersinergi antar divisi.” Coachee merespon dengan cepat dan
bahkan memberikan bukti-bukti hasil pelaksanaan dari rencana atau
komitmen sebelumnya. Para coachee, merasakan bahwa melalui virtual
executive coaching terjadi efisiensi waktu, tempat, dan biaya. Selain itu,
coachee merasakan adanya perubahan perilaku yaitu ketika melakukan
keputusan yang berkaitan dengan strategi taktik pengaruh proaktif dari
menggunakan argumen logis dan bukti faktual yang menunjukkan bahwa
permintaan layak dan relevan untuk kepentingan dalam mencapai tujuan
(rational persuasion) bergeser ke consultation, yaitu meminta orang untuk
memberi saran perbaikan atau membantu merencanakan kegiatan atau
perubahan yang diajukan untuk mendukung tujuan yang diinginkan.
Hal ini menunjukkan bahwa executive coaching dengan
kepemimpinan transformasional membuka peluang keterbukaan antara
pemimpin dengan bawahannya. Keterbukaan ini membawa dampak
hubungan antara pemimpin dan bawahan lebih harmonis sehingga
meminimalkan pemimpin terlambat mendapatkan informasi dan bahkan
pemimpin mampu melakukan tracking terhadap proses performance anak
buahnya. Dalam hal ini, trust menjadi sesuatu yang vital dalam proses
coaching. Coachee memiliki trust kepada coach, karena ada dua elemen yang
penting yaitu kompetensi dan karakter. Seseorang dianggap memiliki
kompetensi karena di dalam dirinya terdapat kemampuan (kapasitas) dalam
bidang yang saat ini dikerjakan, dan terdapat result (track record), yaitu hasil
yang pernah didapatkan. Sedangkan elemen yang kedua yaitu karakter, orang
yang memiliki karakter adalah orang yang memiliki intergritas, yaitu
keselarasan dalam nilai, keyakinan, dan perilaku, misalnya kejujuran, rendah
hati dan keberanian. Setiap orang yang memiliki integritas harus dibarengi
dengan Intens (maksud) yang baik dari setiap perilakunya, yaitu
memerhatikan dan memedulikan orang lain dengan tulus. Sikap empati itu
-
102
berdasarkan alasan mendasar dan agenda yang jelas dalam rangka mencari
keuntungan bersama, serta bertindak untuk kepentingan orang lain.
Tipe kepemimpinan transformasional dalam proses executive
coaching membangun trust secara terus menerus dalam hubungan coach dan
coachee. Menjadi layak dipercaya bermula dari seorang pemimpin.
Kepercayaan bergerak dari dalam keluar, bukan dari luar ke dalam. Pemimpin
mungkin merasa organisasinya layak dipercaya atau tidak, berada di luar
kendali pemimpin. Tetapi, sesungguhnya, hal itu bukanlah di luar pengaruh
seperti tetesan air yang jatuh ke dalam kolam, layak atau tidaknya pemimpin
dipercaya memberi dampak kepada seluruh hubungan, tim, organisasi, kepada
pasar, dan bahkan pada masyarakat. Sebagai pemimpin yang layak dipercaya,
mampu menghasilkan lima gelombang kepercayaan, yaitu 1) Self Trust.
Pemimpin yang layak dipercaya memiliki kredibilitas pribadi. 2) Relationship
Trust. Pemimpin yang layak dipercaya tahu bagaimana membangun,
memberikan dan memulihkan kepercayaan kepada pihak lain. 3)
Organizational trust. Pemimpin yang layak dipercaya membangun tim dan
organisasi yang dapat dipercaya. 4) Market Trust. Pemimpin yang layak
dipercaya membangun merek yang memiliki reputasi baik di pasar. 5)
Societal Trust. Pemimpin yang layak dipercaya menciptakan kontribusi yang
bermakna bagi lingkungan. Ungkapan Bhagavad Gita, untuk memercayai
hidup, Anda harus memercayai orang lain; agar dapat memercayai orang lain,
Anda harus memercayai diri sendiri terlebih dahulu.
Kondisi sebaliknya terjadi pada executive coaching dengan tipe
kepemimpinan transaksional, temuan penelitian menunjukkan bahwa coachee
mengalami tekanan dikarenakan proses coaching selalu menekankan hasil
yaitu delivery order ataupun surat pemesanan kendaraan. Tekanan tersebut
ditambah dengan tulisan yang menggunakan huruf kapital. Coachee merasa
coach tidak sopan, sedang dalam kondisi marah, sehingga coachee
menganggap coaching ini hanyalah sebagai reminder atau pengingat bahwa
coachee memiliki target. Selain hal itu coachee merasakan tidak adanya
perubahan perilaku yaitu ketika melakukan keputusan yang berkaitan dengan
-
103
strategi taktik pengaruh proaktif dari menggunakan argumen logis dan bukti
faktual yang menunjukkan bahwa permintaan layak dan relevan untuk
kepentingan dalam mencapai tujuan (rational persuasion). Bahkan dalam
penilaian coachee terhadap consultation, yaitu meminta orang untuk memberi
saran perbaikan atau membantu merencanakan kegiatan atau perubahan yang
diajukan untuk mendukung tujuan yang diinginkan menjadi minus (-). Hal ini
dapat disimpulkan bahwa coachee mengalami penurunan kepercayaan kepada
coach atau atasannya yang menggunakan tipe kepemimpinan transaksional.
Dapat diibaratkan bahwa kepercayaan adalah pelumas yang memungkinkan
organisasi berjalan, sehingga jika dalam organisasi tidak ada pelumas, maka
hubungan satu dengan yang lain tidak akan terjadi hubungan yang harmonis.
Bagaikan masyarakat yang dikenai pajak, namun tidak tahu pajak itu
digunakan untuk apa. Hubungan pimpinan dan bawahan terjadi hanya karena
jabatan, bukan karena saling percaya tetapi saling mencurigai.
-
104