bab 4 analisa perancangan 4.1 aspek manusiathesis.binus.ac.id/doc/bab4/2010-2-00494-ar bab 4.pdf ·...
TRANSCRIPT
Tugas Akhir | 53
BAB 4
ANALISA PERANCANGAN
4.1 Aspek Manusia
4.1.1 Analisa Pelaku Kegiatan & Aktivitas
Pelaku kegiatan yang berada di area tapak terbagi menjadi dua terkait
dengan fungsi bangunan yang berbeda. Pelaku kegiatan di area rusun antara
lain:
Penghuni masyarakat menengah bawah khususnya para pedagang yang
berjualan di pasar setempat ataupun masyarakat di lingkungan sekitar baik
yang belum ataupun sudah berkeluarga.
Pengelola pihak yang mengurus kegiatan administrasi, pengelolaan
rumah susun, tata tertib, dan hal-hal yang berhubungan dengan fisik dan
lingkungan rumah susun.
Pengunjung tamu yang datang berkunjung baik kepada pihak penghuni
ataupun pihak pengelola.
Pelaku kegiatan di area pasar antara lain:
Pedagang mereka yang berasal dari pasar setempat, sebisa mungkin
merupakan penghuni rumah susun, serta tergolong masyarakat menengah
bawah.
Tugas Akhir | 54
Pembeli meliputi sesama penghuni rumah susun itu sendiri, pengelola,
serta pembeli dari luar yakni masyarakat sekitar yang memenuhi kebutuhan
hariannya dengan berbelanja di pasar.
Pengelola pihak yang sama dengan pengelola rusun, namun dalam hal
ini secara khusus mengelola kegiatan dan tata tertib di dalam pasar.
Mengingat konsep bangunan yang multi fungsi (Rusun dan Pasar),
maka aktivitas pemakaiannya pun berbeda satu dengan yang lain. Berikut
ini Tabel Aktivitas Pemakaian Bangunan untuk Rusun.
Tabel 5. Analisa kegiatan pemakai bangunan rusun
Pelaku Jenis Kegiatan Aktivitas Kebutuhan Ruang
Penghuni
Utama
Bercengkrama R. Tamu / Keluarga Bersantai (nonton TV, membaca buku, dll)
R. Keluarga
Makan R. Makan Memasak Dapur / R. Makan Mencuci-jemur R. Cuci-Jemur Mandi-Buang air WC (Toilet) Tidur R. Tidur
Penunjang
Menerima tamu R. Tamu / Teras Bersosialisasi R. Komunal Bermain R. Bermain Berolahraga Lapangan, Aula Ibadah Mesjid, Gereja
Pengelola Utama
Pusat informasi Hall / Lobby Mengelola rusun R. Pengelola Mengelola administrasi R. Administrasi Mengelola keamanan Pos Jaga / Security
Tugas Akhir | 55
Penunjang
Menerima tamu R. Tamu Makan Pantry / R. Makan Sanitasi WC (Toilet) Rapat R. Rapat Berolahraga Lapangan, Aula Ibadah Mushola, Gereja
Pengelola - Penghuni
Service
Penyediaan air bersih Reservoir, R. Pompa Pengelolaan air Penampungan Air Pengelolaan listrik R. Panel, R. Genset Pembuangan sampah Penampungan Sampah
Berikut ini Tabel Aktivitas Pemakaian Bangunan untuk Pasar (Tabel 6.)
Pelaku Jenis Kegiatan Aktivitas Kebutuhan Ruang
Pedagang Utama
Display Barang Kios / Lapak Stock Barang Gudang (Basah-
Kering), Freezer Terima Barang Loading Dock
Pembeli Utama Transaksi Jual-Beli Kios / Lapak Pedagang-Pembeli Penunjang Kegiatan Sanitasi WC (Toilet)
Pengelola
Utama
Pusat informasi Hall / Lobby Mengelola pasar R. Pengelola Mengelola administrasi R. Administrasi Mengelola keamanan Pos Jaga / Security Mengelola kebersihan R. Janitor
Penunjang
Menerima tamu R. Tamu Makan Pantry / R, Makan Sanitasi WC (Toilet) Ibadah Mushola, Gereja
Pengelola Servis
Penyediaan air bersih Reservoir, R. Pompa Pengelolaan air Penampungan Air Pengelolaan listrik R. Panel, R. Genset Pembuangan sampah Penampungan Sampah
Tugas Akhir | 56
4.1.2 Analisa Daya Tampung
Berdasarkan ketentuan dari proyek setempat, direncanakan dibangun
rusun dengan jumlah unit hunian minimal 225 unit yang diharapkan dapat
menampung masyarakat golongan menengah ke bawah baik yang telah
berkeluarga maupun belum.
Berikut adalah persentase jumlah unit berdasarkan studi banding dari
rusun yang ada :
Rumah Susun Jenis unit Jumlah Lapis Kapasitas Jumlah Unit
Tanah Abang Family (36 m²) 4 Lt. 4 orang 512
Kemayoran
(Conver 1+2) Family (42 m²)
5 Lt.
(4 Lt. Hunian) 4 orang 256
Kebon Kacang
Studio (21 m²)
4 Lt.
2 orang 368
Family (36 m² ) 4 orang 14
Family (42 m²) 4 orang 152
Family (51 m²) 6 orang 66
Benhil Single (21 m²) 10 Lt. 2 orang 614
Tabel 4. Jumlah unit rumah susun
Gambar 18. Diagram persentase tipe rusun
0
100
200
300
400
500
600
700
Tanah Abang
Kemayoran Kbn. Kacang Benhill 2
type 21
type 36
type 42
type 51
Tugas Akhir | 57
Berdasarkan perbandingan pada 4 rusun yang di survey maka dapat
disimpulkan bahwa unit hunian yang paling banyak diminati adalah hunian
dengan tipe 21 dan 36. Hal ini tampak dalam persentase hunian pada
masing-masing rumah susun.
Untuk itu direncanakan bahwa tipe hunian yang akan digunakan
untuk rusun dibagi menjadi dua unit yaitu tipe Studio dan Family. Karena
rusun sebagian besar diperuntukkan bagi pemilik pasar dan golongan
menengah bawah, maka persentase perbandingan unit adalah:
Tipe Studio (1-2 orang) = 30%
= 30/100 x 240 unit = 72 unit
Tipe Family (3-4 orang) = 70%
= 70/100 x 240 unit = 168 unit
Perkiraan ini dibuat dengan pertimbangan kelas sosial masyarakat
menengah bawah, yang umumnya berkeluarga di usia muda. Adapun para
pemilik lapak umumnya sudah berkeluarga. Mereka yang belum
berkeluarga, umumnya lebih memilih untuk tinggal bersama saudara atau
teman, untuk menekan biaya sewa. Karena itu, tipe rusun yang dapat
menampung banyak orang dinilai lebih efektif. Selain itu dari hasil survey
juga didapati bahwa mayoritas jenis rusun yang ada, terdiri atas rusun tipe
Family.
Tugas Akhir | 58
Adapun rusun diperuntukkan bagi pengguna pasar maupun orang luar.
Berdasarkan hal tersebut diperkirakan :
Jumlah unit pasar : Lapak = 350 unit
: Kios = 350 Unit
Jumlah unit rusun : Single = 72 unit
: Family = 168 unit
Diasumsikan bahwa 60% dari jumlah unit rusun akan diperuntukkan
bagi penjual pasar (kios atau lapak) sehingga:
60/100 x 240 unit = 144 unit
240 unit – 144 unit = 96 unit.
Maka, penghuni rusun dari kalangan luar mencapai 96 unit, dengan total
daya tampung sebesar: (72 x 2 orang) + (168 x 4 orang) = 816 orang
4.1.3 Analisa Penerapan Tema
Keberhasilan penerapan konsep hemat energi dalam perancangan
rumah susun dan pasar bergantung pada manusia sebagai pengguna
bangunan. Untuk itu dibutuhkan suatu penerapan yang sifatnya familiar
bagi penghuni, dengan mempertimbangkan kelas sosial (menegah-bawah)
serta tingkat edukasi mereka dalam hal kesiapan mereka menggunakan
teknologi.
Tugas Akhir | 59
Alternatif perancangan hemat energi yang bisa diterapkan adalah
perancangan pasif dan perancangan aktif. Bertolak dari hasil survey sosial-
manusia (Bab 2), maka penghematan energi sebaiknya diarahkan pada
usaha yang sifatnya yang mudah dalam pembuatan dan perawatannya (Low
Cost Maintenance) serta mudah dioperasikan (Easy to Use).
Untuk itu perancangan pasif bisa dijadikan pilihan, yakni dengan
memaksimalkan fungsi ruang, pemanfaatan tenaga alami untuk
pencahayaan dan pengudaraan, serta penggunaan teknologi yang sifatnya
pasif (penghuni hanya sebagai pengguna, namun pengoperasiannya serta
perawatan ditangani oleh pengelola).
4.2 Aspek Tapak dan Lingkungan
4.2.1 Analisa Kegiatan Lingkungan
Lingkungan sekitar tapak dapat mempengaruhi tapak dalam hal:
• Karakter masyarakat di sekitar tapak
Berhubungan dengan tipe masyarakat yang berdiam di sekitar
tapak, apakah perumah-tangga, pekerja kantoran, buruh, dsbnya.
Karakter masyarakat berpengaruh terhadap potensi penggunaan tapak.
• Karakter bangunan di sekitar tapak
Berhubungan dengan bentuk dan peruntukan massa yang ada
di sekitar lingkungan tapak. Bentuk-bentuk ini akan mempengaruhi
Tugas Akhir | 60
bentuk massa yang ada di tapak, apakah ingin ditonjolkan atau
disejajarkan. Fungsi bangunan juga akan memberi karakter sendiri
pada façade bangunan, misalnya bangunan kantor atau ruko akan
berbeda dengan bangunan toko atau rumah tinggal.
Gambar 19. Lokasi tapak dan area sekitar
Dari hasil analisa di lapangan, didapati bahwa karakter masyarakat
yang ada di sekitar tapak adalah masyarakat pemukiman (rumah tangga)
dan pekerja (buruh, pekerja kantoran). Tapak yang difungsikan sebagai
pasar tentunya sangat menunjang karakter masyarakat perumah tangga
dimana mereka bisa berbelanja kebutuhan pokok harian mereka, sedangkan
pekerja bisa memanfaatkan pasar untuk kegiatan kuliner. Dengan konsep
pasar modern yang diusung diharapkan mampu menarik kelompok pekerja
untuk datang.
Karakter bangunan yang didapati di sekitar tapak adalah bangunan
pemukiman dan perkantoran, yakni rumah tinggal, rumah-toko, serta ruko
bertingkat. Oleh karena itu bangunan yang paling tinggi umumnya terdiri
Tugas Akhir | 61
atas 3-4 lapis. Dengan demikian, apabila bangunan yang akan berdiri di
tapak jumlah lapisnya melebihi 3-4 lapis, bangunan akan tampak menonjol.
Foto 23-24: Suasana di sekitar tapak
Foto 25-28: Karakter bangunan di sekitar tapak
Selain itu dalam radius jarak 1 km dari tapak juga terdapat sarana
ibadah seperti masjid, gereja, dan sarana pendukung lainnya seperti sekolah,
apotik, dll. Dengan demikian ada kemungkinan di dalam tapak tidak perlu
lagi disediakan sarana tersebut, karena sudah tersedia di sekitar tapak.
Tugas Akhir | 62
Gambar 20. Tinggi bangunan dan jatuhnya bayangan di sekitar tapak
Gambar 21. Perbandingan ketinggian terhadap bangunan di sekitar
Bangunan rusun yang direncanakan setinggi 8-10 lantai, tampak
mencolok dibandingkan bangunan di sekitarnya yang memiliki ketinggian
maksimal 4 lantai (kantor). Hal ini dapat menjadi elemen peneduh bagi
bangunan di sekitarnya, dan menarik perhatian demi keuntungan pasar.
4.2.2 Analisa Pencapaian Tapak
Untuk menganalisa pencapaian ke tapak, hal-hal yang harus
diperhatikan antara lain:
• Keadaan lalu lintas di sekitar tapak
• Frekuensi pengunjung menuju tapak
• Karakter (siapa saja) pengunjung yang menuju tapak
• Efesiensi dan keamanan pencapaian
Rusun
Pasar
8 Lt.
4 Lt. Sekolah
KantorRumah
Mesjid
Jatuhnya bayangan sebagai elemn peneduh, disiasati dengan pengaturan tinggi floor to floor.
Bangunan rusun yang tinggi menarik perhatian,
menguntungkan keberadaan pasar
Tugas Akhir | 63
Gambar 21. Jalur kendaraan di lokasi tapak
Tapak dikelilingi oleh 3 jalur kendaraan, yang terdiri atas 2 jalan kecil
(pemukiman) dan 1 jalan besar (jalur umum). Jalan Tj. Duren 6 hanya
memiliki satu lajur dengan 2 arah, Tj. Duren 5 memiliki satu lajur dengan 1
arah, sedangkan Tj. Duren Raya terdiri atas 2 lajur dengan 1 arah. Kondisi
lalu lintas di jalan Tj. Duren 6 tergolong sepi, karena hanya digunakan
untuk lalu lintas pemukiman dan kendaraan umum (ojek dan bajaj). Jalan
ini buntu di ujungnya sehingga frekuensi kendaraan tergolong kecil.
Jalan Tj. Duren 5 juga tergolong sepi, namun pada jam-jam tertentu
menjadi padat karena kondisi jalan yang dilalui oleh warga yang ingin
keluar, serta kendaraan umum yang melayani pengunjung pasar. Jalan ini
hanya memiliki satu arah (kendaraan dari jalan Tj. Duren Raya tidak boleh
memasuki jalan ini) sehingga kepadatan masih bisa teratasi.
Pada jalan Tj. Duren Raya yang merupakan jalan besar, keadaan lalu
lintasnya tampak lancar. Pada jam-jam tertentu yang tinggi frekuensi
Tugas Akhir | 64
kendaraannya (jam sekolah, kerja, pulang kantor), kepadatan kendaraan
ditampung oleh 2 lajur jalan yang hanya memiliki satu arah.
Dari pengamatan tersebut, maka kepadatan jalan diurut dari yang
terpadat sampai terendah yaitu jalan Tj. Duren Raya, jalan Tj. Duren 5,
kemudian jalan Tj. Duren 6.
Alternatif 1:
Mengacu pada peruntukan lahan sebagai pasar, entrance dibuat tepat
di jalan utama untuk memudahkan pengguna pasar. Untuk mengatasi
kepadatan yang berlebihan, dibuat pula entrance alternatif untuk pasar di
sisi jalan Tj. Duren 5 dan 6 yang dekat dengan jalan raya. Jalur masuk
penghuni rusun dipisahkan di sisi belakang tapak, agar lebih terkesan privat.
Gambar 22. Pencapaian tapak alternatif 1
IN
OUT
IN IN
OUT OUT
Tugas Akhir | 65
Alternatif 2:
Mengacu pada peruntukan lahan yakni sebagai rusun dan pasar, maka
pencapaian ke tapak sebaiknya tidak dibuat di jalan Tj. Duren Raya karena
merupakan akses jalan utama sehingga rawan kemacetan.
Namun karena adanya pasar, maka sebisa mungkin pintu masuk
utama diletakkan di jalan Tj. Duren 5 dan Tj. Duren 6 yang relatif sepi,
namun dengan posisi yang tidak jauh dari jalan utama. Pencapaian
semacam ini sudah digunakan di lokasi, dan terbukti tidak terjadi
kemacetan khususnya di jalan Tj. Duren Raya. Karena tidak ada entrance,
maka tidak terdapat antrian kendaraan di sepanjang bahu jalan.
Gambar 23. Pencapaian tapak alternative 2
Dengan hasil yang diapat dari analisa di atas, ingin dicapai suatu
bentuk pencapaian ke tapak yang tidak mengganggu keadaan lalu lintas di
sekitar tapak, sekaligus memberikan kemudahan dalam pencapaian ke tapak.
IN
IN
OUT
OUT
Tugas Akhir | 66
4.2.3 Analisa Sirkulasi dalam Tapak
Terkait dengan analisa sirkulasi di dalam tapak, berdasarkan survey di
lokasi existing, ada beberapa poin yang ingin dicapai yakni:
• Pemisahan sirkulasi antara kendaraan bermotor dengan manusia
Sirkulasi yang bercampur akan membingungkan pejalan kaki,
karena lahan mereka digunakan untuk perlintasan kendaraan.
Terutama di rumah susun, hal ini mengganggu kenyamanan serta
keamanan pejalan kaki khususnya anak-anak.
• Sistem parkir yang terpisah antara area rusun dengan pasar
Mengingat fungsi dan kepentingan yang berbeda, maka area
parkir antara rusun dengan pasar juga perlu dipisahkan untuk
memudahkan pengaturan parkir.
Untuk mencapai hal tersebut maka analisa yang didapat untuk
sirkulasi dalam tapak adalah:
Alternatif 1
Menggunakan pola sirkulasi mengelilingi bangunan. Kelebihan pola
ini adalah lebih aman berdasarkan faktor penanganan terhadap kebakaran
karena hampir semua bangunan dapat dicapai kendaraan. Jalur sirkulasi
semacam ini juga dapat digunakan untuk memisahkan area rusun dengan
pasar.
Tugas Akhir | 67
Kekurangan pola ini adalah tingginya polusi dari kendaraan seiring
dengan meningkatnya laju sirkulasi kendaraan di sekeliling tapak. Namun
hal ini dapat diatasi dengan mengatur peletakan jalur hijau, yang akan
dibahas dalam Analisa Ruang Luar.
Alternatif 2:
Jalur sirkulasi kendaraan mengelilingi tapak, yang dapat diakses oleh
penghuni pasar ataupun rusun. Namun untuk masuk ke wilayah rusun atau
Gambar 24. Alternatif sirkulasi tapak 1
Gambar 25. Alternatif sirkulasi tapak 2
Tugas Akhir | 68
pasar, harus menggunakan jalur sirkulasi manusia yang ada di dalam.
Dengan demikian jalur sirkulasi manusia tidak dipisahkan antara rusun
dengan pasar, hanya diberi pembatas berupa ruang luar atau plaza sehingga
persentase pedestrian dan jalur hijau bisa lebih dimaksimalkan demi
kenyamanan penghuni.
Sehubungan dengan sistem parkir yang digunakan, alternatif yang
digunakan adalah parkir dengan sistem pool (terpusat pada sebuah atau
beberapa area). Dengan sistem pool, sirkulasi menjadi lebih efisien,
sirkulasi pejalan kaki dapat dipisah dari sirkulasi kendaraan, parkir tidak
mengganggu kegiatan bangunan, dan bisa mengurangi kebisingan
kendaraan di sekitar bangunan.
Gambar 26. Sistem parkir pool
Adapun peletakan pool parkir nantinya akan dibedakan antara
penghuni rusun dengan pasar. Pertimbangan ini dimaksudkan agar tidak
terjadi kesemrawutan terkait dengan fungsi bangunan (Rusun-Pasar) yang
dapat menganggu kenyamanan penghuni maupun pengunjung pasar.
Tugas Akhir | 69
Pertimbangan lainnya adalah jumlah parkir yang dibutuhkan oleh
pennghuni sifatnya tetap (bisa di-data kepemilikan kendaraan bermotornya).
Karena berasal dari golongan menengah bawah, dapat dipastikan
pemakaian lahan parkir sebagian besar digunakan untuk sepeda motor. Hal
ini akan memaksimalkan perencanaan parkir, sehingga lebih efisien
dibandingkan dengan menggabungkan parkir.
4.2.4 Zoning Dalam Tapak
Analisa yang digunakan untuk menentukan penzoningan di dalam
tapak dilakukan dengan mempertimbangkan hal berikut:
• Pencapaian ke dalam tapak
Menggunakan hasil analisa pencapaian ke tapak, dapat
ditentukan titik keluar masuk kendaraan dan manusia sehingga dapat
diputuskan penentuan zoning dalam tapak.
• Sirkulasi di dalam tapak
Pola sirkulasi di dalam tapak berpengaruh terhadap efektivitas
zoning, terkait dengan hubungan ruang yang ada dalam zoning area.
• Aktivitas lingkungan sekitar tapak
Kegiatan di luar tapak akan berpengaruh terhadap aktivitas di
dalam tapak, antara lain: tingkat kebisingan, polusi udara, lalu-lintas
kendaraan, kehidupan sosial di sekitar tapak, dll.
Tugas Akhir | 70
• Karakter dalam tapak terkait dengan fungsi bangunan
Tapak yang digunakan untuk bangunan multi-fungsi, otomatis
memiliki karakter zoning yang berbeda. Selain itu perlu pertimbangan
untuk menentukan penzoningan terkait dengan aktifitas yang bisa
digabung dan yang harus dipisahkan di dalam tapak.
Berikut ini adalah hasil analisa yang dilakukan untuk menentukan
zoning tapak berdasarkan data-data yang diambil dari lokasi tapak:
Alternatif 1
9
6
Mesjid + Sekolah
Pemukiman Pemukiman
Pemukiman + Toko
Pemukiman
Perkantoran
Public Semi Private
Private
Bising + Polusi
Servis
Public: berada pada area yang cukup bising pada jam tertentu
Semi Private: derajad kebisingan sudah berkurang, melindungi zona private.
Servis: berhubungan dengan ketiga area, dapat diakses langsung oleh kendaraan
Private: area yang tenang, aktivitas penghuni tidak terganggu
Gambar 27. Alternatif 1 penzoningan tapak
6
Tugas Akhir | 71
Kelebihan:
• Area private berada pada area yang jauh dari kebisingan sehingga
tidak mengganggu kegiatan yang terjadi di dalamnya.
• Servis terhubung langsung dengan area publik, semi publik dan
private sehingga efisien.
• Area publik dan private dihubungkan oleh area semi publik sehingga
masing-masing kegiatan tidak terganggu.
Kekurangan:
• Area servis terhubung langsung dengan area private dikhawatirkan
dapat mengganggu kegiatan pada area private
Alternatif 2
Mesjid + Sekolah
Bising + Polusi
Public: tidak terlalu bising, terhubung dengan servis dan semi‐private
Private: area yang tenang, aktivitas penghuni tidak terganggu
Servis: berhubungan dengan area semi‐private dan public saja
Semi‐Private: berhubungan dengan ketiga area, melindungi zona private dari public
Pemukiman Pemukiman
Pemukiman + Toko
Pemukiman
Perkantoran
Servis Semi Private Private
Public
Tugas Akhir | 72
Kelebihan:
• Area servis pada area bising sehingga tidak mengganggu.
• Private terpisah dari area luar sehingga lebih terlindung dari bising.
Kekurangan:
• Area servis kurang efektif karena tidak terhubung langsung dengan
area private.
• Area private terlalu dekat dengan area public.
4.2.5 Tata Ruang Publik
Ruang publik atau ruang komunal memiliki fungsi penting dalam
rumah susun, karena memegang peranan sebagai pusat ineraksi sosial.
Khususnya pada rusun yang diperuntukkan bagi pedagang pasar dan
golongan menengah bawah, kecenderungan mereka untuk bersosialisasi
lebih tinggi.
Alih-alih mengurung diri di dalam unit rusun yang tidak seberapa luas,
mereka lebih memilih untuk bercengkrama atau berolahraga di luar ruangan,
untuk menghabiskan waktu sekaligus sebagai sarana hiburan.bisa didapat
dari penataan ruang luar di luar bangunan, maupun dengan penataan ruang
di dalam bangunan.
Ruang publik dapat berfungsi sebagai pengikat antar kelompok unit
hunian, sekaligus memudahkan proses adaptasi penghuni yang terbiasa
Tugas Akhir | 73
dengan gaya hidup hunian horizontal ke arah hunian vertikal. Adapun
alternatif yang bisa dilakukan:
Alternatif 1:
Memberikan ruang-ruang khusus atau menggunakan ruang imajiner,
sebagai tempat untuk berkumpul antar penghuni dalam satu blok atau satu
lantai. Dengan demikian, penghuni tidak selalu harus turun ke lantai dasar
untuk sekedar bersosialisasi mengingat tinggi bangunan yang mencapai 8-
10 lantai. Lebar koridor dan tangga juga dapat diperluas, agar leluasa bagi
penghuni untuk mendapatkan ruang komunal.
Alternatif 2:
Menggunakan ruang luar sebagai ruang publik. Dari hasil analisa bisa
disimpulkan bahwa ada dua jenis elemen ruang luar yang bisa digunakan:
• Elemen lunak: jalur hijau, pepohonan, dan tanaman
Berfungsi sebagai buffer, pengarah pejalan kaki dan kendaraan, sebagai
pembatas fisik antar ruang kegiatan yang berlangsung di luar bangunan.
Ruang inajiner sebagai ruang komunal pada koridor
Gambar 28. Ruang publik dalam bangunan
Tugas Akhir | 74
• Elemen keras: jalan (side-walk), area parkir, dan plaza
Berfungsi sebagai perkerasan jalan untuk jalur kendaraan, pedestrian, serta
lahan parkir.
Gambar 29. Ruang publik luar ruangan
Mempertimbangkan fungsi dari kedua elemen di-atas, maka dalam
perancangan kiranya bisa digabungkan kedua eleman tersebut untuk
mendapatkan tata ruang publik yang tidak hanya fungsional, namun juga
selaras sehingga memberikan kenyamanan bagi penghuni dalam tapak.
4.2.6 Orientasi Massa
Dalam menentukan orientasi massa, analisa akan dikaitkan dengan
orientasi matahari, arah angin, potensi view, serta polusi dan kebisingan.
Orientasi Matahari
Timur Barat
Gambar 30. Orientasi matahari pada tapak
Tugas Akhir | 75
Bentuk tapak memanjang dari arah Barat ke Timur, sehingga arah
pergerakan matahari tegak lurus terhadap bangunan. Karena itu orientasi
massa bisa disiasati dengan peletakan massa atau dengan buffer.
Peletakan Massa 1:
Bentuk massa memanjang berorientasi U-S untuk menghindari panas
matahari. Sisi bangunan bagian Barat kemudian disiasati dengan buffer
untuk meredam panas.
Gambar 31. Pergerakan matahari pukul 7 pagi dan 12 siang
Gambar 32. Pergerakan matahari pukul 5 sore
Dengan peletakan semacam ini, pada pagi hari bangunan
mendapatkan secara maksimal cahaya alami yang dibutuhkan, sedangkan
ketika sore hari bangunan juga mendapatkan cahaya. Panas yang mengenai
bangunan di bagian Barat disiasati dengan penggunaan buffer.
U U
U
Tugas Akhir | 76
Peletakan Massa 2:
Bentuk massa memanjang berorientasi Timur Laut-Barat Daya. Sinar
matahari jatuhnya tidak tegak lurus terhadap bangunan. Bagian Barat dapat
disiasati dengan peletakan ruang service.
Gambar 33. Pergerakan matahari pukul 7 pagi dan 12 siang
Gambar 34. Pergerakan matahari pukul 5 sore
Dengan peletakan semacam ini, bangunan mendapatkan cahaya pagi
yang dibutuhkan. Namun bangunan di sisi Timur kurang mendapat cahaya,
sehingga baik digunakan untuk area non-hunian. Peletakan semacam ini
juga memakan lahan yang besar, agar tidak tercipta lorong diantara dua
bangunan tinggi.
U U
Tugas Akhir | 77
Arah Angin
Alternatif 1: Berdasarkan lokasi tapak, peletakan bangunan semacam ini
agak kurang menguntungkan walaupun udara masih dapat mengalir, namun
ada sebagian area yang terhalang oleh bangunan.
Gambar 35. Pergerakan angin dari Timur-Barat (musim kemarau)
Alternatif 2: Berdasarkan lokasi tapak, peletakan bangunan semacam ini
menguntungkan karena udara dapat mengalir sehingga memungkinkan
pergerakan udara alami.
Mesjid +Sekolah
Pemukiman + Toko
Pemukiman
Perkantoran
PemukimanPemukiman
Mesjid +
Pemukiman + Toko
Pemukiman
Perkantora
PemukimaPemukima
U
Gambar 36. Alternatif orientasi massa terhadap angin
Tugas Akhir | 78
Polusi dan Kebisingan
Kebisingan di daerah ini terjadi pada jam-jam sibuk, mengingat lokasi
tapak yang dilalui oleh jalan besar. Adapun lokasi tapak dekat dengan
pemukiman penduduk, universitas, pertokoan dan perkantoran, juga
menjadi rute kendaraan umum seperti Bus Kopaja dan Mikrolet.
Dengan kondisi semacam itu, maka potensi polusi dan kebisingan
menjadi besar, khususnya pada jam-jam tertentu:
Pagi Hari: waktu berangkat sekolah dan kerja (Pk. 08.00 – Pk 10.00)
Sore Hari: waktu pulang kantor (Pk. 16.00 – Pk 18.00)
Di luar jam tersebut, kondisi jalan tergolong lenggang sehingga bisa
dilalui dengan mudah sehingga area tersebut cocok digunakan sebagai area
servis, misalnya untuk lokasi pasar. Dengan begitu keberadaan pasar juga
akan segera disadari oleh warga sekitar, sehingga bisa menarik pengunjung.
Jalan Pemukiman
Mesjid + Sekolah
Pemukiman + Toko
Pemukiman
Perkantoran
PemukimanPemukiman
Jalan Pemukiman (Jalan raya Altenatif)
Akses utama kendaraan
Jalan RayaRamai pada jam tertentu
Gambar 37. Analisa polusi dan kebisingan
Buffer
Massa dengan sisi tanpa bukaan
Massa dengan fungsi servis atau publik
Tugas Akhir | 79
Potensi View
Daerah di sekitar tapak merupakan daerah pemukiman dan pertokoan,
sehingga view yang ada adalah deretan rumah penduduk ataupun ruko. Di
lahan eksisting memang terdapat pohon-pohon yang ditanam di badan jalan,
namun hal itu lebih mengarah pada potensi buffer dibandingkan view.
Oleh karena itu, dalam perancangan ini kiranya perlu dibuat suatu
potensi view yang mampu mengarahkan sekaligus menjadi daya tarik bagi
penghuni rusun maupun pengunjung pasar. Penambahan plaza maupun area
hijau terbuka bisa menjadi alternatif.
4.2.7 Gubahan Massa
Pemilihan massa bangunan dapat dibedakan menjadi dua alternatif,
yaitu Massa Tunggal dan Massa Majemuk. Berikut ini adalah analisis
mengenai kelebihan dan kekurangan masing-masing alternatif tersebut.
Gambar 38. Analisa potensi view pada tapak
-Potensi View- Orientasi ke
Dalam
Tugas Akhir | 80
Massa Tunggal
Bangunan terdiri atas satu massa tunggal yang menampung seluruh
kegiatan di dalamnya. Sebuah massa mewakili bermacam kelompok
kegiatan. Kelebihan:
• Kompak secara keseluruhan.
• Mudah pengawasan dari segi keamanan.
• Kebutuhan luas tanah kecil.
• Pencapaian menjadi lebih mudah dan dinamis.
• Sifat bangunan terpusat, orientasi bangunan cenderung kedalam.
Kekurangan:
• Sirkulasi yang dihasilkan kurang dinamis.
• Kadang muncul masalah dalam perancangan bentuk bangunan
• Untuk bangunan multi fungsi perlu dipikirkan masalah struktur
Massa Majemuk
Terdiri atas beberapa massa, sehingga terjadi pemisahan kegiatan di
dalamnya. Setiap massa mewakili kelompok kegiatan tertentu. Kelebihan:
• Mudah untuk dikembangkan.
• Sirkulasi yang dihasilkan dinamis.
• Sifat bangunan menyebar dan terpusat pada satu titik aktivitas,
orientasi bangunan cenderung kedalam.
Tugas Akhir | 81
• Terjadi pemisahan ruang sehingga kelompok ruang yang mengganggu
dan ruang private tidak berada dalam 1 massa.
Kekurangan:
• Luas lahan yang digunakan dalam tapak relatif besar.
• Relatif lebih sulit dalam pengawasan karena luasan serta
keragamannya.
• Komposisi massa kadang kurang kompak.
Berdasarkan pertimbangan di atas, tampaknya dalam perancangan
kali ini akan diutamakan bentuk gubahan massa yang mengarah pada massa
majemuk. Hal ini dikarenakan fungsi bangunan yang multi-fungsi, juga
mempertimbangkan adanya pengelompokan aktivitas di dalam tapak,
sehingga bentuk massa akan lebih mudah dikembangkan.
Namun mengingat lahan yang terbatas, maka perlu dipertimbangkan
penggunaan massa tunggal agar bangunan dapat menampung luasan
kebutuhan.
4.3 Aspek Bangunan
4.3.1 Pencapaian ke Bangunan
Sistem pencapaian ke bangunan, yakni pencapaian yang dilakukan
oleh manusia menuju suatu bangunan, alternatif yang dapat digunakan:
• Pencapaian langsung
Tugas Akhir | 82
Pencapaian semacam ini mengarah langsung pada entrance
bangunan. Pengunjung diarahkan pada entrance utama. Tujuan
pencapaian jelas yaitu mengarah pada keseluruhan tapak bangunan
atau entrance utama bangunan.
• Pencapaian tidak langsung
Pencapaian semacam ini tidak mengarah langsung pada entrance
bangunan, melainkan membimbing pengunjung untuk melihat
perspektif bangunan. Hal ini dapat menambah efek perspektif pada
tampak muka bangunan dan bentuk bangunan .
Pencapaian tidak langsung cocok untuk bangunan yang bersifat
estetik, sedangkan pencapaian langsung cocok untuk bangunan yang
bersifat fungsional.
4.3.2 Sirkulasi dalam Bangunan
Sirkulasi di dalam bangunan dapat terbagi menjadi sirkulasi
horizontal dan sirkulasi vertikal. Penghubung horizontal berupa koridor,
terbagi menjadi dua jenis yakni:
Tipe singe-loaded
MASSA 1 MASSA 2
Tugas Akhir | 83
Keuntungan:
• Karakteristik bangunan menjadi langsing, sehingga mudah
dikembangkan.
• Cocok digunakan pada tapak karena kondisi tapak yang tidak terlalu
luas, namun menggunakan banyak massa.
• Memaksimalkan cross ventilation dan pemanfaatan cahaya
Tipe double loaded
Keuntungan:
• Memuat banyak unit sedangkan space yang digunakan lebih sedikit
sehingga lahan dapat digunakan secara optimal
• Efektif dalam pencapaian
Sedangkan untuk sirkulasi vertikal alternatifnya dapat menggunakan
tangga, eskalator, lift, dan ramp. Apabila bangunan mencapai ketingian 8
lantai lebih, maka dibutuhkan lift atau eskalator sebagai alat sirkulasi
vertical. Berikut ini adalah kelebihan dan kekurangan masing-masing:
Lebih banyak unit
Sisa space lebih besar
PASAR RUSUN
Tugas Akhir | 84
Tabel 7. Analisa sirkulasi vertical pada bangunan
Vertikal Kelebihan Kekurangan
Tangga
Hemat energi karena tidak membutuhkan alat penggerak.
Tidak terlalu nyaman karena menimbulkan keletihan pada pengguna. Tidak dapat digunakan oleh orang cacat.
Eskalator
Nyaman dalam penggunaan dan dapat dipakai siapa saja (termasuk orang cacat).
Memerlukan energi dalam pengoperasiannya. Waktu tempuh relatif lebih lama dibandingkan dengan lift.
Lift
Nyaman dan cepat serta mampu mengangkut sekaligus dalam jumlah banyak. Dapat digunakan oleh orang cacat.
Membutuhkan energi yang besar dalam pengoperasian serta perawatan.
Ramp Hemat energi dan dapat digunakan siapa saja.
Kurang nyaman karena dapat menimbulkan keletihan dalam penggunaannya.
Merujuk pada konsep proyek, alat sirkulasi berupa tangga dan ramp
dapat menjadi pilihan utama, sedangkan lift digunakan sebagai transportasi
alternative (pendukung) mengingat tinggi bangunan yang lebih dari 8 lantai.
4.3.3 Zoning dalam Bangunan
Penentuan zoning dalam tapak dilakukan dengan mempertimbangkan
hal-hal berikut:
• Fungsi, sifat kegiatan dan hubungan antar kegiatan
• Penyesuaian kondisi tapak dan lingkungan
• Penyesuaian dengan pencapaian dan pola sirkulasi.
Tugas Akhir | 85
Berdasarkan hal diatas maka zoning dalam bangunan dapat dibagi:
Fungsi Bangunan
Zoning Jenis Ruang
Rusun
Publik Kantor pengelola (hall penerima, ruang administrasi, ruang tunggu)
Semi Publik Ruang serbaguna Private Unit hunian Service Pantry, ruang cuci+jemur, toilet
umum, janitor, gudang
Pasar
Publik Kios, kantor pengelola, hall penerima
Semi Publik Ruang rapat, ruang administrasi, ruang pemasaran
Private Ruang pimpinan Service Pantry, gudang, toilet umum
Adapun alternatif yang muncul dari penzoningan di atas, antara lain:
Gambar 41-42: Pola penzoningan horizontal dan vertical pada Rusun
Pasar:
Alternatif 1:
Private
Semi‐Public
Public
ServiceService
Menampung lebih banyak unit
Lt. 3 efektif‐kah? Peminatnya kurang
Kios
Kering
Basah
Tabel 8. Pembagian zoning pada bangunan
Tugas Akhir | 86
Alternatif 2:
Penzoningan horizontal:
4.3.4 Program Ruang
Kebutuhan ruang serta luasan ruang termasuk dalam analisa program
ruang, yang dapat dianalisa berdasarkan kegiatan dari pelaku. Kebutuhan
ruang didasarkan pada kelas penghuni (status sosial dan ekonomi), yakni
pedagang pasar dan masyarakat menengah bawah (berpenghasilan antara
Rp. 3.500.000 – Rp 4.500.000/bulan).
Rusun ini diharapkan memiliki setidaknya 225 unit hunian, dengan
asumsi penghuni berasal dari pedagang pasar dan sebagian lainya dari
pendatang luar (bukan pedagang pasar). Berikut ini adalah tabel perkiraan
kebutuhan dan besaran ruang (Tabel 9.), yang dirangkum dari hasil studi
banding maupun standarisasi (Time Saver)
Unit lebih sedikit
Bentang lebar, menguntungkan dari segi struktur
Skylight
Basah Kering
Kios
Private
Public
Service
Semi Public
Tugas Akhir | 87
Ruang Standar Kapasitas Perhitungan Luas
R U S U N
Unit Single
21 m²
23 unit
23 x 21 m²
552 m²
Unit Family 36 m² 227 unit 227 x 36 m² 7172 m²
Kantor Pengelola:
Hall Penerima
0,65 m²/org
6 org
6 x 0,65 m²
4 m²
R. Tunggu 2 - 3 m²/org 4 org 4 x 2 m² 8 m²
R. Administrasi 6 - 8 m²/org 3 org 3 x 8 m² 24 m²
R. Istirahat 4 m²/org 1 org 1 x 4 m² 4 m²
Pantry 4 m² - 2 m x 2 m 4 m²
Kamar Mandi 3,2 m² - 2,2 m x 1,5 m 3 m²
Ruang Peralatan 16 m² 4 unit 4 x 16 m² 64 m²
Service
Janitor 9 m² 2 unit 2 x 9 m² 18 m²
Ruang ME 18 m² 4 unit 4 x 18 m² 72 m²
Toilet 5 m² 4 org 4 x 5 m² 20 m²
Gudang 12 m² - 4 m x 3 m 12 m²
Sirkulasi 20 % 2.067 m²
Total Luas Rusun 16. 395 m²
P A S A R
Kios
9 m²
350 unit
350 x 9 m²
3.150 m²
Lapak 4 m² 350 unit 350 x 4 m² 1.400 m²
Ruang Pengelola :
Ruang Pimpinan
6-8 m²/org
1 org
8 m² x 1
8 m²
Tugas Akhir | 88
Ruang wakil 6-8 m²/org 2 org 8 m² x 2 16 m²
Ruang rapat 2-3m²/org 6 org 2 m² x 6 12 m²
R. Administrasi 6-8 m²/org 3 org 8 m² x 3 24 m²
Ruang pemasaran 6-8 m²/org 1 org 8 m² x 1 8 m²
Ruang tunggu 2-3 m²/org 4 org 3 m² x 4 12 m²
Pantry 4 m² - 2 m x 2m 4 m²
Gudang 4 m² - 2 m x 2 m 4 m²
Toilet pria 2.5 m²/org 1 org 2.5 m x 1 2.5 m
Toilet wanita 2.5 m²/org 1 org 2.5 m x 1 2.5 m
Hall Penerima 0,65 m² 20 org 20 x 0,65 m² 13 m²
Toilet Pria 2,5 m² 8 org 8 x 2,5 m² 20 m²
Toilet Wanita 2,5 m² 8 org 8 x 2,5 m² 20 m²
Sirkulasi 20 % 871 m²
Total Luas Pasar 8.473 m²
FASILITAS
PENUNJANG
Ruang Serbaguna 0,8 m²/org 250 org 250 x 0.8 m² 200 m²
Ruang ATM 1 m²/org 10 10 x 1 m² 10 m²
Telp Umum 0,6 m² 8 unit 8 x 0, 6 m² 5 m²
Total Luas Fasilitas Penunjang 215 m²
SERVICE
Pos Jaga
6 m²/2 org
5 unit
5 x 12 m²
60 m²
Ruang Pompa Air 15 m² 4 unit 4 x 15 m² 60 m²
Ruang Bongkar Muat 20,64 m² 8 mobil 8x(8,6 x 2,4) 160 m²
Tugas Akhir | 89
Ruang Genset 20 m² 4 unit 4 x 20 m² 80 m²
Ruang Panel 10 m² 4 unit 4 m x 10 m 40 m²
Ruang Sampah 15 m² 4 unit 4 x 15 m² 60 m²
Ruang Reservoir 20 m² 8 unit 8 x (4 x 5 m) 160 m²
Gudang 6 m² 4 unit 2 m x 3 m 24 m²
Total Luas Service 728 m²
Sirkulasi 20 % 25.807 5.161 m²
Total Luas Bangunan 30.968 m²
Dengan KDB yang ditentukan sebesar 80% dari 8900 m² maka luas
lahan yang dapat digunakan sebesar 7120 m², sehingga bangunan harus
dibuat bertingkat agar sesuai dengan peraturan KDB.
Kebutuhan Luas Parkir rusun :
Ketentuan parkir : 1 mobil = 10 unit kamar
: 5 motor = 10 unit kamar
(Sumber : Pergub No. 27/2009 tentang pembangunan rusun sederhana)
Jumlah parkir untuk penghuni 240/10 x 1 mobil =24 mobil
240/10 x 5 motor =120 motor
Luasan yang dibutuhkan + sirkulasi :
24 mobil x 25 m² = 600 m²
120 motor x 3 m² = 360 m² +
960 m²
Tugas Akhir | 90
Kebutuhan Luas Parkir pasar :
Ketentuan parkir Mobil = 1/100 x total luas bangunan
= 1/100 x 5.147 m²
= 50 mobil
Motor = 1 mobil : 5 motor
= 50 x 5
= 250 motor
Luasan yang dibutuhkan :
50 mobil x 25 m² = 1.250 m²
250 motor x 3 m² = 750 m² +
2.000 m²
Total luas parkiran = (960 m² + 2000 m²) + sirkulasi 20%
= 2.960 m² + 592 m² = 3.552 m²
4.3.5 Organisasi Ruang
Hubungan antar ruang dapat dianalisa melalui program ruang bentuk
bubble diagram. Adapun diagram ini hanya menggambarkan pola hubungan
antar ruangan, bukan mewakili bentuk denah yang akan muncul nantinya.
Adapun program ruang yang didapat antara lain program ruang makro
(keseluruhan), semi-mikro (rusun, pasar), dan mikro (unit hunian, serba-
guna, pengelola).
Tugas Akhir | 91
Program ruang makro
Program ruang rusun
Program ruang pasar
Skema 3. Program ruang makro
Skema 4. Program ruang rusun
Skema 5. Program ruang pasar
Tugas Akhir | 92
Program ruang unit hunian
Program ruang serbaguna
Program ruang pengelola
Skema 6. Program ruang hunian
Skema 7. Program ruang serbaguna
Skema 8. Program ruang pengelola
Tugas Akhir | 93
4.3.6 Struktur Bangunan
Sistem struktur bangunan terbagi menjadi:
• Sub-Structure: Struktur bagian bawah bangunan yang berfungsi untuk
menerima dan menyalurkan beban dari atas ke bawah.
• Upper Structure : Terdiri dari kolom dan plat lantai yang berfungsi
untuk menyalurkan beban dari bangunan ke pondasi.
Pondasi yang akan digunakan untuk sub-structure adalah pondasi
tiang pancang dengan pertimbangan bangunan merupakan bangunan
bertingkat menengah (≤10 lantai). Untuk struktur dapat digunakan struktur
rangka dengan pertimbangan fleksibilitas dalam penataan ruang.
Untuk rusun dan pasar perlu dipertimbangkan alternatif struktur
rangka yang digunakan, yaitu:
Alternatif 1:
Menggunakan kolom dan balok dalam struktur rangka. Pada langit terdapat
plafon, sistem ini menguntungkan untuk bangunan dengan utilitas tinggi
dan rumit karena memudahkan pemindahan dan perbaikan.
Tugas Akhir | 94
Alternatif 2:
Menggunakan slap sebagai pengganti balok, tidak terdapat plafon sehingga
ketinggian lantai ke lantai (floor to floor) dapat ditekan.
4.3.7 Utilitas Bangunan
Perancangan sistem utilitas bangunan terkait dengan usaha
penghematan energy sesuai dengan penerapan konsep dalam proyek.
Adapun sistem utilitas yang akan dibahas yakni dari segi pencahayaan,
energi listrik, plumbing, dan penanganan sampah.
Sistem pencahayaan
Sebisa mungkin digunakan pencahayaan alami pada siang hari yang
dimaksimalkan dengan penggunaan bukaan-bukaan dan penerapan sistem
reflektor untuk memantulkan cahaya yang masuk kedalam ruang.
Sedangkan pencahayaan buatan sebisa mungkin hanya digunakan pada
malam hari atau pada ruang-ruang yang membutuhkan pencahayaan stabil.
Pertimbangan pemanfaatan cahaya alami dapat dilihat dari tabel
analisa penggunaan cahaya alami (Tabel 10.):
Tugas Akhir | 95
No. Jenis ruangan Cahaya alami Cahaya buatan 1. Hall penerima √ � 2. Ruang pengelola � √ 3. Toilet √ � 4. Ruang cuci √ � 5. Dapur / pantry √ � 6. Kamar tidur √ � 7. Ruang belajar � √ 8. Ruang tamu √ � 9. Kios √ � 10. Unit pasar � √ 11. Ruang servis � √ 12. Ruang olah raga √ �
Keterangan: √=dapat digunakan �= tidak diperlukan
Sistem Elektrikal
Daya listrik yang digunakan berasal dari 2 sumber yaitu PLN dan
genset. PLN merupakan sumber listrik utama dari pemakaian listrik sehari-
hari didukung dengan penggunaan solar panel dan genset bila terjadi mati
listrik dari PLN.
Genset (generator set) merupakan sumber listrik cadangan sewaktu
sumber aliran PLN terputus. Umumnya disediakan sedikitnya 25 % dari
total kapasitas keseluruhan listrik untuk menggerakkan sedikitnya 2 lift,
penerangan umum, dan ventilasi mekanis.
Skema 9. Sistem instalasi listrik
Tugas Akhir | 96
Sistem Plumbing
Sistem plumbing terdiri dari sistem air bersih dan air kotor. Sistem air
bersih diperoleh dari PAM kemudian ditarik oleh pompa dan ditampung ke
reservoir atas untuk didistribusikan ke ruang-ruang yang membutuhkan.
Skema 10. Sistem air bersih
Adapun instalasi air bersih digunakan untuk instalasi toilet, kamar
mandi, dan dapur, serta instalasi kebakaran seperti sprinkler dan hydran.
Pendistribusian air bersih memakai sistem down feed (gravitasi) sehingga
distribusi air tetap berlangsung meski aliran listrik terputus.
Skema 11. Sirkulasi air bersih
Tugas Akhir | 97
Sistem air kotor dibagi menjadi kotoran padat dan kotoran cair.
Adapun pengolahan limbah cair ini disesuaikan dengan konsep hemat
energy, alternatifnya antara lain:
Alternatif 1:
Air kotor cair berasal dari air bekas mandi, dapur, dan air hujan. Limbah ini
dapat diolah dan dimanfaatkan kembali untuk kloset (grey water) dan
menyiram tanaman (air hujan).
Alternatif 2:
Air limbah dari rusun, ditampung, kemudian diolah untuk dimanfaatkan
kembali untuk kepentingan sanitasi pasar yang membutuhkan air.
Sistem Pembuangan Sampah
Sistem pembuangan sampah menggunakan bak penampungan sampah
(dibuang pada tiap lantai) secara vertikal, dikumpulkan pada tempat
penampungan sementara untuk diangkut ke bak penampungan utama oleh
dinas kebersihan setempat menuju tempat pembuangan akhir.
Air limbah rusun Bak Penampung Bak Reservoir
Bioseptic Tank Sanitasi pasar
Skema 12. Pengolahan air kotor
Skema 13. Pengolahan air kotor (2)
Tugas Akhir | 98
Dalam pengaplikasiannya, pengelolaan sampah akan dikaitkan
dengan prinsip hemat energi. Adapun alternatif yang bisa dilakukan:
Alternatif 1:
Penerapan prinsip sustainable yaitu reduce (merubah pola hidup
konsumtif), re-use (menggunakan kembali bahan-bahan yang potensial
menjadi sampah dan bahan refill), dan recycle (mendaur ulang melalui
pembuatan kompos, daur ulang, waste to energy dan lain-lain). Berdasarkan
hal itu maka akan dilakukan pemilahan sampah berdasarkan jenisnya yang
nantinya akan membantu dalam proses pengelolaannya di TPS.
Alternatif 2:
Penerapan prinsip sustainable dengan mengolah limbah organik pasar (sisa
sayuran) menjadi pupuk yang dapat digunakan untuk penghijauan area
rusun.
Sampah Bak Sampah Penampungan
Seleksi sampah Petugas
Fermentasi
Produk akhir
Pengolahan
Skema 14. Pengolahan sampah
Skema 15. Pengolahan sampah (2)
Tugas Akhir | 99
4.3.8 Penerapan Tema dalam Bangunan
Penerapan tema yakni konsep Hemat Energi dalam bangunan, dapat
diterapkan dalam poin-poin sebagai berikut:
Pencahayaan
Penerapan konsep hemat energi dalam sistem pencahayaan dapat
dicapai dengan memperhatikan hal-hal berikut:
• Meminimalkan penggunaan cahaya buatan, baik dari jumlah, waktu
pemakaian, serta kualitas lampu.
Contoh: peletakan titik lampu yang efisien, penggunaan lampu TL.
Gambar 48. Model lampu TL
• Memaksimalkan penggunaan cahaya alami, dari segi waktu paparan,
intensitas cahaya, dan penempatan bukaan.
Contoh: penggunaan lubang angin sebagai sumber cahaya, peletakan
ruang yang kondusif dengan sumber cahaya alami, penggunaan sky-
light.
Gambar 49. Pemanfaatan skylight pada bangunan
Tugas Akhir | 100
Pengudaraan
Penerapan konsep hemat energi dalam sistem pengudaraan dapat
dicapai dengan memperhatikan hal-hal berikut:
• Memastikan udara dapat mengalir baik dalam ruangan
Hal ini bisa dicapai dengan cara: penggunaan cross ventilation,
peletakan ventilasi (lubang udara, bukaan) yang tepat, mengatur tinggi
plafon.
Gambar 50. Cross ventilation dan bukaan maksimal
• Menerapkan teknik insulasi untuk menjaga suhu ruangan
Hal ini bisa dicapai dengan cara: penggunaan aluminum foil sebagai
bahan insulasi atap, pemilihan material atap, dinding, dll.
Foto 29. Aluminium foil sebagai insulasi
Material
Penerapan konsep hemat energi dalam pemilihan material dapat
dicapai dengan memperhatikan hal-hal berikut:
Tugas Akhir | 101
• Penggunaan sumber daya alam sebagai bagian material
Contoh: menggunakan penghijauan dan elemen air untuk
menciptakan iklim mikro dan menyejukkan ruang dalam bangunan.
Gambar 51-52: Penghijauan dan kaca film
• Memilih material yang low-cost energy (ramah lingkungan)
Contoh: material alami yang meredam suhu seperti bebatuan alam.
• Memilih material yang memiliki efek penghematan energi.
Contoh: Penggunaan kaca film sebagai bahan pelapis pada elemen
bangunan untuk menahan sinar matahari.
Utilitas
Penerapan konsep hemat energi dalam sistem utilitas dapat dicapai
dengan perancangan sistem utilitas yang tepat dan efisien.
Contoh penerapannya antara lain terdapat pada analisa utilitas
bangunan (4.3.7). Yang terpenting dari sistem utilitas hemat energi adalah
bagaimana sistem tersebut mampu mendukung pola penghematan energi
dalam lingkungan (tapak dan bangunan).
Tugas Akhir | 102
Teknologi
Penerapan konsep hemat energi dalam penggunaan teknologi dapat
dicapai dengan memanfaatkan kemajuan teknologi yang dapat membantu
usaha penghematan energi. Usaha penghematan ini bisa dicapai melalui dua
cara, yaitu:
• Penggunaan teknologi yang bersifat hemat energi
Misal: penggunaan lampu hemat energy, penggunaan DSF
• Penggunaan teknologi yang dapat memperbaharui energi.
Misal: penggunaan photo-voltaic, generator tenaga air atau angin, dll.
Gambar 53. Solar panel dan penampangnya.