bab ii landasan teori 2.1. pengertian kualitasthesis.binus.ac.id/asli/bab2/2008-2-00494-ti bab...
TRANSCRIPT
9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Kualitas
Membicarakan tentang pengertian kualitas dapat berbeda makna bagi setiap
orang, karena kualitas memiliki banyak kriteria dan sangat tergantung pada
konteksnya. Banyak pakar di bidang kualitas yang mencoba untuk
mendefinisikan kualitas berdasarkan sudut pandangannya masing-masing.
Beberapa diantaranya yang paling populer adalah yang dikembangkan oleh tiga
pakar kualitas tingkat internasional yaitu W. Edwards Doming, Philip B. Crosby
dan Joseph M Juran.
Perbandingan pandangan ketiga pakar tersebut terhadap kualitas dapat
diringkas seperti terlihat dalam tabel 2.1.
Goetsch Davis, 1994 membuat definisi kualitas yang lebih luas cakupannya,
yaitu : “kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi
harapan”. Pendekatan yang dikemukakan Goetsch Davis ini menegaskan bahwa
kualitas, bukan hanya menekankan pada hasil aspek ahkir, yaitu produk dan jasa
tetapi juga menyangkut kualitas manusia, kualitas proses dan kualitas
lingkungan. Sangatlah mustahil menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas
tanpa melalui manusia dan proses yang berkualitas.
10
Tabel 2.1 Perbandingan Pandangan Kualitas Deming Juran Crosby
Definisi kualitas
Sesuai dengan kebutuhan Konsumen
Kecocokan dengan selera (Fitness for use)
Sesuai dengan persyaratan
Standar Prestasi dan Motivasi
Menggunakan alat analisis statistik, kerusakan nol sangat penting (zero defects)
Menghindari kampanye untuk melakukan pekerjaan yang sempurna
Kerusakan nol atau nihil cacat (zero defects)
Pendekatan Unnun
Perbaikan terus menerus dan menghentikan inspeksi massa
Pendekatan manajemen umum terhadap kuatitas khususnya unsur manusia
Pencegahan lebih penting bukan inspeksi
Struktur
14 butir untuk manajemen
10 langkah perbaikan kualitas
14 langkah perbaikan kualitas
Pengendalian Proses Statistik (SPC )
Metode statistik untuk pengendalian kualitas harus digunakkan
Merekomondasikan SPC. Tetapi mengingatkan halnya SPC dapat mengakibatkan total driven approach
Menolak tingkat kualitas yang dapat diterima secara statistik
Basis Perbaikan
Secara terus menerus mengurangi penyimpangan
Pendekatan kelompok proyek, menetapkan tujuan
Suatu proses, bukanlah suatu program tujuan perbaikan
Kerja Sama Tim
Partisipasi karyawan dalam pengambilan keputusan
Pendekatan Tim dan Gugus Kendali Mutu
Kelompok perbaikan kualitas dan dewan kualitas
Biaya Kualitas
Tidak ada optimum. perbaikan terus menerus
Quality is not free, terdapat suatu optimum
Cost of nonconformance, quality is free
Pembelian dan Barang yang di terima
Inspeksi terlalu lambat, menggunakan tingkat kualitas yang dapat diterima
Masalah pembelian rumit sehingga perlu survei formal
Nyatakan persyaratan dan pemasok adalah perluasan
Hanya satu sourcing of supply
Ya
Tidak. Dapat diabaikan untuk meningkatkan daya saing
Sumber : Oakland JS (1989). Total Quality Management. London : Heinemann proffesional publishing Ltd. Pp. 291-292.
11 2.2. Dimensi Kualitas
Berdasarkan perspektif kualitas, David Garvin (1998) mengembangkan
dimensi kualitas ke dalam delapan dimensi yang dapat digunakkan sebagai
dasar perencanaan strategis terutama bagi perusahaan atau manufaktur yang
menghasilkan barang. Kedelapan dirnensi teresbut adalah sebagai berikut :
1. Performance (kinerja), yaitu karakteristik pokok dari produk inti.
2. Features, yaitu karakteristik pelengkap atau tambahan
3. Reliability (kehandalan), yaitu kemungkinan tingkat kegagalan pemakaian.
4. Conformance (kesesuaian), yaitu sejauh mana karakteristik desain dan
operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
5. Durability ( daya tahan ), yaitu berapa lama produk dapat terus digunakkan.
6. Serviceability, yaitu meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan,
kemudahan dalam pemeliharaan dan penanganan keluhan yang memuaskan.
7. Estetika, yaitu menyangkut corak, rasa dan daya tarik produk.
8. Perceived, yaitu menyangkut citra dan reputasi produk serta tanggung jawab
perusahaan tesebut.
Zeithaml, Berry dan Parasuraman (1985), telah melakukan berbagai
penelitian terhadap beberapa jenis jasa dan berhasil mengidentifikasi lima
dimensi karakteristik yang digunakan oleh para pelanggan dalam mengevaluasi
kualitas pelayanan. Kelima karakteristik kualitas pelayanan tersebut adalah :
12
1.Tangibles (bukti langsung), yaitu meliputi fasilitas fisik, perlengkapan,
pegawai, dan sarana komunikasi,
2.Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan pelayanan
dengan segera dan memuaskan serta dengan yang telah dijanjikan.
3.Responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan para staff untuk membantu
para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.
4.Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan dan sifat
dapat
dipercaya yang dimiliki oleh para staff, bebas dari bahaya, resiko ataupun
keragu-raguan.
5.Empaty, yaitu meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi
yang baik dan perhatian dengan tulus terhadap kebutuhan pelanggan.
Joseph S. Martinich (1997 p.564) mengemukakan spesifikasi dari dimensi
kualitas produk ysng relevan dengan pelanggan dapat dikelompokkan dalam
enam
dimensi yaitu :
1.Performance, Hal yang paling penting bagi pelanggan adalah kualitas
produk menggambarkan keadaan yang sebenarnya atau apakah pelayanan
diberikan dengan cara yang benar.
13
2.Range and Type of Features. Selain fungsi utama dari suatu produk dan
pelayanan, pelanggan sering kali tertarik pada kemampuan atau
keistimewaan yang dimiliki produk dan pelayanan.
3.Reliability and Durability. Kehandalan produk dalam penggunaan secara
normal dan berapa lama produk dapat digunakkan hingga perbaikan
diperlukan.
4.Maintainability and Serviceability. Kemudahan untuk pengoperasian produk
dan kemudahan perbaikan maupun ketersediaan produk pengganti.
5.Sensory Characteristics. Penampilan, corak, rasa, daya tarik, bau, selera dan
beberapa faktor. lainnya mungkin menjadi aspek penting dalam kualitas.
6.Ethical Profile and Image. Kualitas adalah bagian terbesar dari kesan
pelanggan terhadap produk dan pelayanan.
Dimensi kuaiitas yang dikernukakan oleh David Garvin, Zeithaml, Berry dan
Parasuraman maupun Martmich tersebut berpengaruh pada harapan pelanggan
dan kenyataan yang mereka terima.
2.3. Pengendalian Kualitas Pelayanan
Pengendalian adalah suatu keseluruhan fungsi atau kegiatan yang harus
diiakukan untuk menjamin tercapainya sasaran perusahaan dalam hal kualitas
produk dan jasa pelayanan yang diproduksi. Pengendalian kualitas pelayanan
pada dasarnya adalah pengendalian kualitas kerja dan proses kegiatan untuk
14
menciptakan kepuasan pelanggan (quality is customer's satisfaction) yang
dilakukan oleh setiap orang dari setiap bagian pada organisasi.
Pengertian Pengendalian kualitas pelayanan diatas mengacu pada siklus
pengendalian (control cycle) dengan memutar siklus “Plan-Do-Check-Action”
(P-D-C-A). Pendekatan siklus P-D-C-A dapat dijadikan model untuk
menganalisis proses dari kualitas.
Pola P-D-C-A ini dikenal sebagai “siklus Shewhart” karena pertama kali
dikemukakan oleh Walter Shewbart beberapa puluh tahun yang lalu. Namun
dalam perkembangannya, metodologi analisis P-D-C-A lebih sering di sebut
”siklus Deming“. Hal ini karena Deming adalah orang yang mempopulerkan
penggunaanya dan memperluas penerapannya. Dengan nama apapun itu disebut
P-D-C-A adalah alat yang bermanfaat untuk melakukan perbaikan secara terus
menerus (continous improvement) tanpa berhenti.
Konsep P-D-C-A tersebut merupakan pedoman bagi setiap manajer untuk
melakukan perbaikan kualitas secara terus menerus tanpa berhenti tetapi
meningkat ke keadaan yang lebih baik dan dijalankan ke seluruh bagian
organisasi.
Pengendalian kualitas berdasarkan siklus PDCA hanya dapat berfungsi jika
system informasi bcrjalan dengan baik dan siklus tersebut dapat dijabarkan
dalam tujuh langkah seperti yang diperhatikan pada gambar 2.1
15
Mengumpulkan data baru dan menentukan rencana berikutnya (7)
Mengumpulkan tema dan judul perbaikan (1)
Menganalisa penyebab (2)
Menguji dan menentukan penyebab dominan (3)
Membuat rencana dan melaksanakan perbaikan (4)
Meneliti hasil (5)
Membuat standar baru (6)
ACTION PLAN
DO CHECK
Gambar 2.1. Siklus PDCA
Teknik langkah pemecahan masalah tujuh langkah PDCA adalah sebagai
berikut :
1. Menentukan tema dan judul perbaikan.
Proses penentuan tema perbaikan selalu diawali dengan terlebih dahulu
menelusuri latar belakang permasalahan yang timbul dalam pekerjaan, melalui
pengamatan terhadap :
a. Pelaksanaan Standar Operasi (Standard Operational Process) yang telah
ditetapkan sebelumnya.
b. Pencapaian Sasaran Departemen atau Bagian (The Department
Objectives).
16
c. Keluhan Pelanggan (Customer Complain).
d. Kelanjutan dari kegiatan perbaikan sebelumnya (Continuation of a
previous project)
Adapun tahapan penentuan tema sebagai berikut :
a. Pertama-tama kumpulkan data yang sudah tersedia, atau melalui
pengamatan di lapangan (lokasi kerja), kemudian buatlah pemilahan
(stratifikasi) agar data mudah untuk di olah atau di analisa lebih lanjut.
b.Lakukanlah, analisa terhadap data yang telah dikumpulkan dengan
menggunakan alat bantu yang tepat dan cara pembandingan yang
berimbang, sehingga dapat diperoleh prioritas masalah yang harus
segera diselesaikan.
c. Berikan penjelasan yang menggambarkan alasan pemilihan prioritas
masalah tersebut. Sebagai pedoman, dibawah ini adalah hal-hal yang
mempengaruhi penentuan prioritas masalah antara lain :
Tingkat kesulitan untuk penanggulangan.
Berhubungan dengan target atau rencana perusahaan.
Waktu penyelesaian.
Hasil yang diharapkan.
Tingkat pemahaman dan pengetahuan.
Tingkat kepentingan atau darurat
Kebijakan baru manajemen perusahaan.
17
d. Bila prioritas masalah sudah diperoleh, maka tema perbaikan sudah
dapat ditentukan.
Dalam penentuan judul harus mempunyai dua unsur pokok yang akan
menentukan arah perbaikan yakni :
a. Hasil yang direncanakan untuk di capai.
b. Batas waktu yang diperlukan untuk keseluruhan proses perbaikan
(target waktu penyelesaian sesuai dengan jadwal rencana perbaikan)
2. Menganalisa Penyebab
Penelusuran penyebab, biasanya menggunakan alat bantu diagram sebab
akibat agar memperoleh gambaran yang menyeluruh dari suatu susunan
hubungan sebab akibat. Meskipun demikian bila hubungan antar sebab dan
akibat cukup kompleks dan satu sama lain berkaitan erat, maka dimungkinkan
untuk menggunakan salah satu dari alat bantu dari 7 Management Tools yaitu
diagram sebab akibat.
Adapun alat bantu yang digunakan untuk menelusuri penyebab persoalan,
hal yang paling penting sebagai akhir dari langkah kedua adalah disajikan
suatu kesimpulan (keputusan bersama) berupa : beberapa penyebab yang
dianggap dominan.
3. Menguji dan Menentukan Penyebab Dominan.
Setelah memilih penyebab yang dianggap dominan pada langkah
sebelumnya maka proses berikutnya adalah upaya untuk mengetahui sejauh
18
mana penyebab-penyebab tersebut benar-benar mempunyai korelasi yang erat
dengan persoalan yang timbul.
Bagaimana cara menguji penyebab? Satu-satunya cara menguji yang
hingga saat ini dianggap paling efektif dan mampu menggambarkan fakta
yang sebenarnya adalah dengan cara mengumpulkan sejumlah data dan
melalui pemantauan di lapangan atau tempat kerja dan mengolah serta
menyajikan data tersebut ke dalam scatter diagram yakni diagram yang
menunjukkan pola kecenderungan hubungan antara dua faktor.
4. Membuat Rencana dan Melaksanakan Perbaikan.
Sampai tahap ini, perjalanan PLAN telah mencapai ujimgnya karena
prioritas masalah telah diketahui demikian juga penyebab-penyebab yang
sesungguhnya telah lengkap. Pada langkah itu proses yang akan dijalani
adalah menyusun rencana-rencana perbaikan, menyusun “ INTERMEDIATE
TARGET” yaitu target dari masing-masing penyebab dan melaksanakan uji
coba perbaikan secara teliti dengan urutan kegiatan sebagai berikut :
a. Menyusun rencana perbaikan dengan a!at bantu “5W+2H”.
How pertama adalah cara-cara yang ditempuh dalam perbaikan
sedangkan How yang kedua menunjukkan besarnya jumlah atau
persentase tingkat. perbaikan masing-masing penyebab yang ingin
dicapai.
b. Menguji coba Rencana Perbaikan;dan memantau hasilnya.
19
c. Bila hasil uji coba sebelum memuaskan, lakukan perubahan terhadap
rencana atau membuat alternatif rencana perbaikan yang lain.
d. Melakukan lagi uji coba terhadap rencana perbaikan yang baru dan
memantau hasilnya.
e. Bila hasil uji coba belum memuaskan juga, lakukan perubahan lagi
terhadap rencana atau membuat alternatif rencana perbaikan yang lain.
f. Setelah hasil yang diinginkan tercapai, jagalah kondisi perbaikan agar
berjalan stabil dan tidak fluktuatif.
5. Meneliti Hasil.
Satu hal yang membedakannya dengan kegiatan pengamatan hasil uji coba
pada langkah sebelumnya ialah dalam tenggang waktu. Dibutuhkannya waktu
yang relatif lebih panjang pada langkah ini. Hal ini dapat diterima secara
logika karena memang berfungsi sebagai penelitian yaitu suatu usaha
pematian (assurance) yang signifikan.
Salah satu syarat utama adalah perlu melihat kembali kondisi sebelum ada
perbaikan dan membandingkannya dengan kondisi saat ini (setelah
perbaikan).
Syarat kedua adalah penggunaan beberapa alat bantu untuk memberikan
gambaran yang dapat memperjelas perbedaan kondisi tersebut antara lain
dengan menggunakan diagram balok, diagram pareto atau bahkan peta
kendali.
20
6. Membuat standar Baru.
Suatu basil kerja (perbaikan) yang .sebagus atau sehebat apapun dengan
cepat akan dilupakan orang dan lenyap tanpa bekas, bila tidak di catat atau
dibakukan.
Pada akhir suatu perbaikan, haruslah diikuti dengan proses pembakuan
terhadap hasil yang di capai yang biasa kita sebut dengan membuat standar
baru yang terdiri dari dua hal yaitu :
- Standar Prosedur yaitu penjabaran prosedur pelaksanaan kerja yang
harus diikuti untuk mencegah timbulnya persoalan yang sama.
- Standar Hasil yaitu unjuk kerja (performance} yang dapat di capai, bila
prosedur pelaksanaan diatas dapat dijalankan dengan benar.
7 Mengumpulkan Data Baru dan Menentukan Rencana Berikutnya.
Salah satu karakterislik kegiatan GKM yang membedakannya dari
kegiatan-kegiatan kelompok-kelompok peningkatan mutu yang lain adalah
sifat perbaikannya yang berkesinambungan atau berkelanjutan.
2.4. Statistical Process Control (SPC)
SPC dapat membantu dalam menentapkan kemampuan proses dengan
melakukan pengukuran terhadap variasi produk yang dihasilkan atau kualitas
pelayanan sepanjang waktu. Secara. grafis SPC menyajikan variasi yang terjadi yang
memungkinkan untuk mertetapkan apakah sebuah proses di dalam kontrol atau
berada di luar kontrol.
21
Untuk penjelasan lebih lanjut sebaiknya diketahui beberapa pengertian penting
berikut ini.
Statistical Process Control merupakan aplikasi teknik statistik untuk
pengukuran dan analisis variasi dan kemampuan proses.
Proses merupakan kombinasi antara mesin, metode, bahan baku atau orang yang
digunakan untuk menciptakan sebuah produk atau layanan. Oleh karena tidak ada
proses yang sempurna, maka proses dapat menghasilkan variasi kualitas produk atau
kualitas layanan.
Kemampuan proses merupakan pengukuran mengenai seberapa baik sebuah
proses cocok dengan standar produk atau standar pelayanan yang dihasilkan.
Variasi merupakan simpangan kualitas produk atau pelayanan berdasarkan
tingkatan yang direncanakan. Terdapat dua variasi simpangan yaitu ; pertama, variasi
normal disebabkan oleh kejadian-kejadian normal yang melekat dalam proses yang
bersangkutan dan hanya dapat dipengaruhi oleh perubahan proses.
Kedua, variasi khusus disebabkan oleh kejadian-kejadian khusus yang secara
tipikal tidak bcrulang alau dijabarkan atau perubahan-perubahan dalam proses yang
mempengaruhi kualitas produk atau kualitas pelayanan. Variasi khusus ini harus
dihilangkan untuk menstabilkan proses. (Statistical Process Control, Vincent
Gaspersz, 2000)
22 2.5. Tujuh Alat Bantu dalam SPC
Tujuh alat bantu dalam Statistical Process Control (SPC) yang sering disebut
juga seven tools of quality control yaitu :
1. Lembar Periksa (Check Sheet)
2. Stratitikasi (Stratification)
3. Diagram Pareto (Pareto Diagram)
4. Diagram Sebab - Akibat (Fishbone Diagram)
5. Histogram (Histograms)
6. Diagram Pencar (Scatter Diagram)
7. Peta Kendali (Control Chart)
(Statistical Process Control, Vincent Gaspersz, 2000)
2.5.1. Lembar Periksa (Check Sheet)
Lembar periksa adalah suatu formulir, dimana item-item yang akan diperiksa
telah dicetak dalam formulir itu, dengan maksud agar data dapat dikumpulkan secara
mudah dan ringkas.
Penggunaan lembar periksa bertujuan untuk :
1. Memudahkan proses pengumpulan data terutama untuk mengetahui bagaimana
sesuatu masalah yang sering terjadi. Tujuan utama dari penggunaan lembar
periksa adalah membantu mentabulasikan banyaknya kejadian dari suatu masalah
tertentu atau penyebab tertentu.
2. Mengumpulkan data tentang jenis masalah yang sering terjadi.
23 3. Menyususn data sepira otomatis sehingga data itu dapat dipergunakan dengan
mudah.
2.5.2. Grafik (Grafik Diagram)
Dalam TQM grafik didefinisikan menggambarkan sejumlah data hasil
analisis secara ilmu statistik kedalam suatu bagan tertentu, agar mudah
dimengerti atau dipahami dan mudah ditindaklanjuti.
Dalam definisi tersebut rna'ka terdapat lima sasaran grafik yaitu :
1. Menerangkan
Misalnya : - Kondisi Kerusakan
- Kondisi Produktivitas
2. Memahami Keadaan
Misalnya : - Keadaan Masa Lalu
- Keadaan Masa Sekarang
3. Mengendalikan Suatu Kondisi
Misalnya : - Kondisi Suhu
- Kondisi Tingkat Produktivitas
4 Merencanakan
Misalnya : - Merencanakan Target Harian
- Merencanakan Target Mingguan
5. Menghitung atau Memperkirakan
24
Misalnya : - Harga
- Nilai Standar
- Batas-batas Kendali yang diinginkan
Dalam kegiatan TQM, terdapat 7 (tujuh) grafik yang digunakan :
1. Grafik Batang (Bar chart)
2. Grafik Garis (Line Graph)
3. Grafik Pai (Pie Diagram)
4. Grafik Sabuk (Kelly Graph)
5. Grafik Radar (Radar Chart)
6. Grafik Gabungan Batang dan Garis
7. Grafik Gabungan Batang dan Sabuk
Hal-hal pokok yang perlu diperhatikan dalam pembuatan grafik adalah :
1. Harus jelas sasarannya
Untuk menghindari kesalahan pengumpulan data
2. Cara menyajikan data ke dalam grafik
Untuk mengurangi salah pengertian dalam membaca atau menaisirkan
3. Pemilihan grafik
Untuk menghindari efek samping yang merugikan dari suatu grafik
4. Bentuk dan warna
5. Awali dengan draft
6. Gambarkan dengan benar.
25 2.5.3. Diagram Pareto (Pareto Diagram)
Diagram pareto adalah diagram yang pertama kali disajikan oleh seorang
ahli ekonomi berkebangsaan Italia yaitu Vilvredo Parelo, pada tahun 1897.
Cara membuat pareto diagram yaitu :
1.Tentukan metoda dan waktu pengambilan data (minggu atau bulan, dan
tahun lain)
2.Buatlah stratifikasi data berdasarkan satuan atau waktu yang terpakai.
frekuensi kejadian atau bahkan berdasarkan nilai ekonomisnya (financial}
3.Susunlah data dalam “lembar data untuk diagram pareto” yang memuat
semua faktor, jumlah data masing-masing faktor, persentase masing-
masing faktor, jumlah kumulatif dan persentase kumulatif.
4.Gambarkan pareto diagram dengan urutan :
a. Buatlah garis vertikal (sumbu Y) yang dihubungkan dengan sudut
kiri garis horizontal (sumbu X) dan tentukan skala pada garis
vertikal.
b. Dari lembar data yang tersedia, gambarlah balok masing-masing
faktor dengan ukuran lebar yang sama, sesuai dengan jumlah data
dan mengacu pada garis vertikal.
c. Dengan menggunakan jumlah kumulatif, tentukan titik masing-
masing kumulatif masing-masing faktor, lanjutkan dengan menarik
garis kumulatif, dimulai dari titik 0 (perpotongan sumbu X dan Y).
d. Tuliskan masing-masing tabel faktor di bawah garis horizontal,
26
e. Tuliskan jumlah masing-masing faktor, diatas balok.
f. Tulislah persentase kumulatif pada bagian sebelah kanan diagram,
g. Tulislah ukuran yang di pakai (satuan, frekuensi,dst) pada garis
vertikal (sumbu Y)
h. Cantumkan juga di ujung kiri atas diagram : total data dan periode
pengambilan data.
i. Jangan lupa untuk mencantumkan judul diagram pareto tersebut
Aplikasi pareto diagram dangat tepat digunakan jika menginginkan
hal-hal berikut ini :
1. Menentukan prioritas karena keterbatasan sumber daya.
2. Menggunakan kearifan tim secara kolektif
3. Menghasilkan consensus atau keputusan akhir.
4. Menempatkan keputusan pada data kuantitatif.
2.5.4. Diagram Sebab-Akibat (Fishbone Diagram)
Instrumen dasar dalam peningkatan kualitas yang lain adalah diagram
Ishikawa. Dinamakan Ishikawa sesuai dengan nama penemunya yang berasal
dari negara Jepang yang bernama Kaoru Ishikawa dalam tahun 1943. diagram
Ishikawa dikcnai juga sebagai diagram sebab akibat atau Fishbone .
Fungsi dasarnya adalah untuk mengidentifikasikan dan mengorganisasikan
penyebab-penyebab yang mungkin timbul dari suatu efek spesifik dan
kemudian memisahkan akar penyebabnya.
27
Sering dijumpai orang mengatakan “penyebab yang mungkin” dan dalam
kebanyakan kasusu kita hams menguji apakah penyebab untuk hipotesa
adalah nyata dan apakah memperbesar atau menguranginya akan memberikan
basil yang diinginkan. Macam-macam diagram Fishbone :
1.Standar Fishhone : mengidentifikasikan penyebab-penyebab yang mungkin
dari suatu masalah yang tidak diinginkan dan bersifat spesifik.
2.Diagram Fishbone terbalik : mengidentifikasikan tindakan yang harus
dilakukan untuk menghasilkan efek atau hasil yang diinginkan.
3.Menguji dan mengevaluasi perbaikan proses untuk peningkatan.
4.Mengembangkan pengukuran dan memonitor peningkatan proses.
Aplikasi diagram Fishbone sangat tepat digunakan jika menginginkan hal-
hal berikut ini :
1.Mengidentifikasi penyebab (mengapa) alas masalah.
2.Mengidentifikasi tindakan (bagaimana) untuk menciptakan hasil yang
diinginkan.
3.Membahas issue secara lengkap dan rapi.
4.Menghasilkan pemikiran baru.
2.5.5. Histogram
Histogram merupakan salah satu jenis grafik batang yang digunakan untuk
mengetahui penyebaran atau distribusi dari sekelompok data hasil produksi.
28
Hasil produksi pada sualu interval waktu tertentu diamati dan di ukur,
kemudian dianalisis untuk menggambarkan bentuk distribusinya. Dari grafik
tersebut akan terlihat apakah penyebarannya terjadi normal atau tidak,
sehingga bisa diambil tindak lanjut terhadap prosesnya.
Umumnya, gambar histogram, seperti barisan batang-batang persegi
panjang yang menunjukkan jumlah batang merupakan kelas-kelas
pengelompokan data (hasil pengukuran) sedangkan tingginya
menggambarkan jumlah kejadian atau frekuensi.
Sosro
Freq
uenc
y
350300250200150100
4
3
2
1
0X_
Ho
Histogram of Sosro(with Ho and 95% t-confidence interval for the mean)
Gambar 2.2 Contoh Histogram
Aplikasi histogram diagram sangat tepat digunakan jika menginginkan
hal-hal berikut ini :
1. Menetapkan stabilitas proses.
2 Mendapatkan performance sekarang atau variasi proses.
3. Mengaji dan mengevaluasi perbaikan proses untuk peningkatan
29
4. Mengembangkan pengukuran dan memonitor peningkatan proses.
2.5.6. Diagram Pencar
Dalam proses perbaikan kualitas, kadang-kadang diperlukan eksplorasi
terhadap hubungan antara dua variabel. Sebagai contoh, misalkan diagram
sebab akibat mengenai sebah-sebab ketidakpuasan pelanggan menghasilkan
kemungkinan hubungan antara janji dan jumlah keiuhan pelanggan.
Diagram pencar merupakan alat yang bermanfaat untuk menjelaskan
apakah terdapal hubungan antara dua variabel tersebut, dan apakah
hubungannnya positip atau negatip.
Diagram pencar bertindak sebagai dasar untuk analisis statistik yang
disebut analisis regresi, yang menguji hubungan antara dua variabel atau lebih
dalam bentuk persamaan matematis. Diagram pencar juga menjadi dasar
pembuatan chart yang sering digunakan dalam peramalan.
30
Ren. Wkt SariWangi
Perc
ent
3020100-10
99
95
90
80
70
60504030
20
10
5
1
Mean
>0.150
13.21StDev 8.173N 14KS 0.119P-Value
Probability Plot of Ren. Wkt SariWangiNormal
Gambar 2.3 Contoh Diagram Pencar
Aplikasi diagram pencar sangat tepat digunakan jika menginginkan hal-hal
berikut ini :
1.Memahami hubungan antar dua variabel.
2.Menetapkan hubungan sebab akibat yang mungkin antara beberapa
proses atau beberapa kegiatan.
3.Mengamati tindakan korektif untuk menjaga hasil perbaikan kualitas.
2.5.7. Peta Kendali
Peta kendali adalah suatu grafik yang menunjukan apakah suatu proses
kerja pada kondisi stabil atau tidak, atau apakah suatu proses terpelihara pada
kondisi tertentu atau stabil.
Peta kendali pertama kali dikenalkan pada tahun 1924 oleh W.A shewhart,
yang memasukkan ke laboratorium Bell Telephone dengan tujuan untuk
31
mengurangi variasi yang tidak normal yang disebabkan oleh “Assignable
cause” dan “Chance Cause”.
Peta kendali terdiri dari garis tengah, sepasang garis kendali yang terletak
diatas dan dibawah garis tengah, dan nilai-nilai karakteristiknya diplot pada
peta yang menunjukan keadaan suatu proses jika semua nilai yang diplot
dalam batas kendali tanpa suatu kecenderungan tertentu, prosesnya dianggap
dalam keadaan terkendali. Mutu suatu produk dapat dibuat dalam suatu proses
selalu disertai oleh variasi yang tidak dihindari. Penyebab variasi dapat
diklasifikasi ke dalam dua tipe berikut:
1.Change Cause : Variasi yang timbul secara tidak terduga dan tidak dapat
dihindari dan terelakan terjadi dalam suatu proses, meskipun operasinya
dikerjakan dengan menggunakan bahan baku dan metode yang telah
distandansasi. Penyebab “Chance” ini bisa ditekan akan tetapi kurang
efisien karena selain butuh waktu, juga investasi besar.
2.Assingable Cause: Variasi ini suatu penyebab yang bisa diduga terjadi dan
yang berarti adanya taktor penting yang perlu diselidiki. Variasi ini dapat
dihindari dan tidak boleh diabaikan.
(Statistical Process Control, Vincent Gaspersz, 2000)