bab 4

Upload: nuruul-faatiimah

Post on 08-Oct-2015

44 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ei

TRANSCRIPT

BAB 4TEORI KONSUMSISetiap hari kita membuat sejumlah keputusan mengenai bagaimana mengalokasikan sumber daya untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Misalnya seperti kita harus memilih penggunakan uang kita untuk membeli barang dan jasa yang kita butuhkan. Dalam menentukan pilihan, kita harus menyeimbangkkan antara kebutuhan, preferensi dan ketersediaan sumber daya.Keputusan seseorang untuk memilih alokasi sumber daya inilah yang melahirkan fungsi permintaan. Dalam ekonomi konvensional, konsumen diasumsikan selalu bertujuan untuk memperoleh kepuasan (utility) dalam kegiatan konsumsinya. Utility secara bahasa berarti berguna (usefulness) membantu (helpfulness) atau menguntungkan (advantage). Dalam konteks ekonomi, utilitas dimaknai sebagai kegunaan barang yang dirasakan oleh seorang konsumenketika mengonsumsi sebuah barang. Kegunaan ini bisa juga dirasakan sebagai rasa tertolong dari suatu kesulitan karena mmengonsumsi barang tersebut. Karena adanya rasa inilah, maka sering utilitas dimaknai juga sebagai rasa puas atau kepuasan yang dirasakan oleh seorang konsumen dalam mengonsumsi sebuah barang. Jadi kepuasan dan utilitas dianggap sama, meskipun sebenarnya kepuasan adalah akibat yang ditimbulkan oleh utilitas.Konsumsi yang islami selalu berpedoman pada ajaran islam, dimana seorang muslim disini akan lebih mempertimnangkan Mashlahah daripada utilitas. Pencapaian Mashlahah merupakan tujuan dari syariat islam (maqasid konsumsi), yang tentu saja harus menjadi tujuan dari kegiatan konsumsi. Bagian aal bab ini akan membahas konsep Mashlahah, terutama mengenai perbedaan utility, kandungan Mashlahah dan bagaimana cara konsumen muslim dalam mengidentifikasikan keberadaannya. Selanjuatnya pembahasan diteruskan dengan mendiskusikan bagaimana Mashlahah konsumen diformulasikan. Pada bab ini akan disajikan ilustrasi mengenai bagaimana perilaku konsumen dengan berbagai latar belakang preferensi terhadap Mashlahah sebelum pada akhirnya menurunkan formulasi dari perilaku konsumen muslim sebagai latar belakang munculnya permintaan. Selanjutnya bab ini akan ditutup dengan pembentukan kurba permintaan konsumen muslim.A. Mashlahah Dalam KonsumsiDalam menjelaskan konsumsi, kita mengasumsikan bahwa konsumen cenderung untuk memilih barang dan jasa yang memberikan Mashlahah maksimum. Hal ini sesuai dengan rasionalitas islami bahwa setiap pelaku ekonomi selalu ingin meningkatkan Mashlahah yang diperolehnya. Keyakinan bahwa ada kehidupan dan pembalasan yang adil di akhirat serta informasi yang berasal dari Allah adalah sempurna akan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kegiatan konsumsi.Kandungan Mashlahah terdiri dari manfaat dan berkah. Demikian pula dalam hal perilaku konsumsi, seorang konsumen akan mempertimbangkan manfaat dan berkah yang dihasilkan dari kegiatan konsumsinya. Konsumen merasakan adanya manfaat suatu kegiatan konsumsi ketika ia mendapatkan pemenuhan kebutuhan fisik, atau psikis atau material. Disisi lain, berkah akan diperoleh ketika ia mengonsumsi barang/jasa yang dihalalkan oleh syariat islam. Mengonsumsi yang halal saja merupakan kepatuhan kepada Allah, karena memperoleh pahala. Pahala inikah yang kemudian dirasakan sebagai berkah dari barang/jasa yang telah dikonsumsi. Sebaliknya, konsumen tidak akan mengonsumsi barang/jasa yang haram karena tidak mendatangkan berkah.1. Kebutuhan Dan KeinginanBila masyarakat menghendaki lebih banyak akan suatu barang atau jasa, maka hal ini akan tercermin oada kenaikan permintaan akan barang/jasa tersebut. Kehendak seseorang untuk membeli dan memiliki suatu barang/jasa bisa muncul karena factor kebutuhan ataupun factor keinginan. Kebutuhan ini terkait dengan segala sesuatu yang harus dipenuhi agar suatu barang berfungsi secara sempurna. Disisi lain keinginan adalah terkait dengan hasrat atau harapan seseorang yang jika dipenuhi belum tentu akan meningkatkan kesempurnaan fungsi manusia ataupun suatu barang. Misalnya,ketika ia membangun suatu rumah ia menginginkan adanya warna yang nyaman, interior yang rapid an indah dll. Kesemua hal ini belum tentu menambah fungsi suatu rumah tinggal, namun akan memberikan suatu kepuasan bagi pemilik rumah. Keinginan terkait sengan suka atau tidak sukanya seseorang terhadap suatu barang/jasa, dan hal ini bersifat subjektif tidak bisa dibandingkan antarsatu orang dengan orang lain. Perbedaan pilihan warna, aroma, desain, dan sebagainya adalah cerminan mengena perbedaan keinginan.Pemenuhan terhadap kebutuhan akan memberikan tambahan manfaat fisik, spiritual, intelektual ataupun material, sedangkan pemenuhan keinginan akan menambah kepuasan ayau manfaat psikis disamping manfaat lainnya. Jika suatu kebutuhan diinginkan oleh seseorang, maka pemenuhan kebutuhan tersebut akan melahirkan Mashlahah sekaligus kepuasan, namun jika kebutuhan dilandasii oleh keinginan maka hanya akan memberikan manfaat semata.Tabel 4.1. Karakteristik Kebutuhan Dan KeinginanKarakteristikKeinginanKebutuhan

SumberHasrat (nafsu) manusiaFitrah manusia

HasilKepuasanManfaat & berkah

ukuranPreferensi atau seleraFungsi

sifatSubjektifObjektif

Tuntutan islamDibatasi/kendalikanDipenuhi

Pemenuhan kebutuhan ataupun keinginan tetap dibolehkan selama hal itu mampu menambah Mashlahah atau tidak mendatangkan madharat. 2. Mashlahah Dan KepuasanJika dilihat kandungan Mashlahah dari suatu barang/jasa yang terdiri dari manfaat dan berkah, maka disini seolah tampak bagwa manfaat dan kepuasan yang identik. Sebagai contoh : hindun dan zaid sedang( merasakan lapar dan kesukaannya sama) sama-sama mengonsumsi daging sapi. Zaid tidak mempermasalahkan kehalalan daging sapi sehingga ia mengonsumsinya tanpa tahu sapi itu tidk halal. Sedangkan hindun adalah orang yang taat dan hanya memakan makanan yang halal. Asumsinya disini adalah sapii yang dikonsumsi oleh dua orang tersebut sama. Disini akan dilihat mandaat yang diterima zaid tetap sama dengan manfaat yang diterima hindun. Tapi mashkaka yang diterima hindun lebih besar dari maslahah yang diterima zaid. Hal ini mengingatkan bahwa maslahah tidak saja berisi manfaat dari barang yang dikonsumsi saja, namun juga terdiri dari berkah yang terkandung dalam barang tersebut.Dari contoh diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan adalah merupakan suatu akibat sari terpenuhinya suatu keinginan, sedangkan Mashlahah merupakan suatu akibar aas terpenuhinya suatu kebutuhan atau fitrah.berbeda dengan kepuasan yang bersifat individualis, Mashlahah tidak hanya bisa dirasakan oleh individu, Mashlahah bisa jadi dirasakan oleh selain konsumen, yaitu dirasakan oleh sekelompok masyarakat. Sebagai missal ketika seorang membelikan makan untuk tetangga miskin,maka maslahah fisik/psikis akan dinikmati oleh tetangga yang dibelikan, makanan, sementara itu, si pembeli/konsumen akan mendapatkan berkah. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kegiatan muamalah dimungkinkan diperoleh manfaat sekaligus berkah.3. Maslahah Dan Nilai-Nilai Ekonomi IslamPerekonomian islam akan terwujud jika prinsip dan nilai-nilai islam diterapkan secera bersama-sama. Pengabaian terhadap salah satunya akan membuat perekonomian pincang. Penerapan prinsip ekonomi yang tanpa diikuti oleh pelaksanaan nilai-nilai islam hanya akan memberikan manfaat (Mashlahah duniawi), sedangkan pelaksanaan sekaligus prinsip dan nilai akan melahirkan manfaat dan berkah atau Mashlahah dunia akhirat.Sebagai misal, seorang konsumen yang memerhatikan prinsip kecukupan (sufficiency) dalam membeli barang, artinya ia akan berusaha untuk membeli sejumlah barang/jasa sehingga kebutuhan minimalnya tercukupi. Ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencukupi kebutuhan tersebut, tanpa perlu memandang ketersediaan barang bagi orang lain. Seperti misalnya ada konsumen yang tidak terpenuhi kebutuhannya, maka ia akan berusaha memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa memperdulikan kebutuhan orang lain. Bahwa manfaat dan berkah hanya akan diperoleh ketika prinsip dan nilai-nilai islam bersama-sama diterapkan dalam perilaku ekonomi. Sebaliknya, jika hanya prinsip saja yang dilaksanakan misalnya pemenuhan kebutuhan-, maka akan menghasilkan manfaat duniawi semata. Keberkahan akan muncul ketika dalam kegiatan ekonomi-ekonomi misalnya- disertai dengan niat dan perbuatan yang baik seperti menolong lain, bertindal adil, dan semacamnya.4. Penentuan Dan Pengukuran Mashlahah Bagi KonsumenBesarnya berkah yang diperoleh berkaitan langsung dengan frekuensi kegiatan konsumsi yang dilakukan. Semakin tinggi frekuensi kegiatan yang ber-Mashlahah, maka semakin besar pula berkah yang akan diterima oleh pelaku konsumsi. Dalam Al-quran, Allah menjelaskan bahwa setiap amal perbuatan (kebaikan maupun keburukan) akan dibalas dengan imbalan (pahala maupun siksaan) yang setimpal meskipun amal perbuatan itu sangatlah kecil bahkan sebesar biji sawi. Dengan demikian, dapat ditafsirkan bahwa Mashlahah yang diterima akan merupakan perkalian anatara pahala dan frekuensi kegiatan tersebut. Demikian pula dalam hal konsumsi, besarnya berkah yang diterima oleh konsumen tergantung frekuensi konsumsinya. Semakin banyak barang/jasa halal-thayyib yang dikonsumsi, maka akan semakin besar pula berkah yang akan diterima. Selain itu, berkah bagi konsumen ini juga akan berhubungan secara langsung dengan besar pula berkah yang akan diterima.a. Formulasi Maslahah Sebagaimana yang telah diuraikan diatas bahwa Mashlahah terkandung unsur manfaat dan berkah. Hal ini bisa dituliskan sebagai berikut:M = F + BKeterangan:M = Mashlahah F = ManfaatB = BerkahDari rumus di atas dapat ditunjukkan bahwa ketika pahala suatu kegiatan tidak ada, maka Mashlahah yang akan diperoleh konsumen adalah hanya sebatas manfaat yang dirasakan di dunia. Demikain pula sebaliknya, jika suatu kegiatan yang sudah tidak memberikan manfaat ( di dunia ), maka nilai keberkahannya juga menjadi tidak ada sehingga Mashlahah dari kegiatan tersebut juga tidak ada.b. Pengukuran Mashlahah KonsumenDalam memahami konsep Mashlahah konsumen secara mendetail, maka konsumsi dibedakan menjadi dua, yaitu konsumsi yang ditujukan untuk ibadah dan konsumsi untuk memenuhi kebutuhan/keinginan manusia semata. Konsumsi ibadah pada dasarnya adalah segala konsumsi atau menggunakan harta di jalan Allah. Islam memberikan imbalan terhadap belanja ( konsumsi ) ibadah dengan pahala yang sangat besar. Konsumsi ibadah ini meliputi belanja untuk kepentingan jihad, pembangunan sekolah, rumah sakit, usaha penyelidikan ilmiah dan amal kebaikan lain. Besarnya berkah yang diterima berkaitan dengan besarnya pahala dan Mashlahah yang ditimbulkan. Nabi pernah bersabda bahwa amal sedekah yang membutuhkan kepada orang lain yang lebih membutuhkan. Hadis ini menunjukkan bahwa besarnya manfaat atas suatu amalan akan menambah pahala dan berkah yang diterimanya. Ketika kegiatan duniawi diniatkan untuk beribadah, maka di samping kegiatan itu akan memberikan manfaat bahkan juga akan memberikan berkah bagi pelakunya. c. Karakteristik Manfaat dan Berkah Dalam KonsumenKetika konsumen membeli suatu barang/jasa, maka ia akan mendapatkan kepuasan den/atau Mashlahah. Kepuasan akan diperoleh jika ia berhasil memenuhi keinginanya dan keinginan ini bisa terwujud kebutuhan taupun sekadar kebutuhan semu. Kebutuhan semu ini muncul karena ketidaktahuan manusia tentang kebutuhan hidup manusia yang sesungguhnya. Disisi lain, Mashlahah dalam konsumen muncul ketika kebutuhan riil terpenuhi, yang belum tentu dapat dirasakan sesaat setelah melakukan konsumsi. Demikian pula kemungkinan lahirnya mudharat karena adanya kegiatan konsumsi terhadap hal yang sia-sia atau tidak memberikan manfaat maupun hal-hal yang diharamkan.1) Manfaat Material yaitu berupa diperolehnya tambahan harta bagi konsumen akibat pembelian suatu barang/jasa. Manfaat material ini bisa berbentuk murahnya harga, discount, murahnya biaya transportasi dan searching; dan semacamnya. Larisnya pakaian dan sepatu obral menunjukkan dominannya manfaat materiil yang diharapkan oleh konsumen.2) Manfaat fisik dan psikis, yaitu beripa terpenuhinya kebutuhan fisik atau psikis manusia, seperti rasa lapar, haus, kedinginan, kesehatan, keamanan, kenyamanan, harga diri dan sebagainya. Mulai berkembangnya permintaan rokok kadar rendah nikotin, kopi kadar rendah kafein menunjukkan adanya manfaat fisik-kesehatan- pada rokok dan kopi.3) Manfaat intelektual yaitu berupa terpenuhinya kebutuhan akal manusia ketika ia membeli suatu barang atau jasa, seperti kebutuhan tentang informasi, pengetahuan, keterampilan, dan semacamnya. Contoh: permintaan surat kabar, alat ukur suhu, timbangan, dan sebagainya.4) Manfaat terhadap lingkungan ( intra generation ) yaitu berupa adanya eksternalitas positif dari pembelian suatu barang/jasa atau manfaat yang bisa dirasakan oleh selain pembeli pada generasi yang sama. 5) Manfaat jangka panjang yaitu terpenuhinya kebutuhan duniawi jangka panjang atau terjaganya generasi masa mendatang terhadap kerugian akibat dari tidak membeli suatu barang/jasa. Pembelian bahan bakar biologis ( bio-gas ) misalnya, akan memberikan manfaat jangka panjang berupa bersihnya lingkungan meskipun dalam jangka pendek konsumen harus membayar dengan harga lebih mahal.

B. Hukum Utilitas dan MashlahahUntuk mengetahui bagaimana perilaku konsumen terhadap Mashlahah akan dipaparkan terlebih dahulu perilaku konsumen konvensional yang mengejar utilitas dalam aktivitas konsumsi.1. Hukum Penurunan Utilitas MarginalUtilitas marjinal ( MU ) adalah tambahan kepuasan yang diperoleh konsumen akibat adanya peningkatan jumlah barang/jasa yang dikonsumsi. Dalam ilmu ekonomi konvensional dikenal adanya hukum mengenai penurunan utilitas marginal ( law of diminishing marginal utility). Hukum ini mengatakan bahwa jiaka seseorang mengkonsumsi suatu barang dengan frekuensi yang diulang-ulang, maka nilai tambahan kepuasan dari konsumsi berikutnya akan semakin menurun. Pengertian konsumsi di sini bisa dimaknai mengonsumsi apa saja, berlaku untuk setiap kegiatan yang dilakukan seseorang.2. Hukum Mengenai MashlahahHukum mengenai penurunan utilitas marginal tidak selamanya berlaku pada Mashlahah. Mashlahah dalam konsumsi tidak seluruhnya secara langsung dapat dirasakan, terutama Mashlahah akhirat atau berkah. Adapun Mashlahah dunia manfaatnya sudah bisa dirasakan setalah konsumsi. Dalam hal berkah, dengan meningkatnya frekuensi kegiatan, maka tidak akan nada penurunan berkah karena pahala yang diberikan atas ibadah mahdhah tidak pernah menurun.Sedangkan Mashlahah dunia akan meningkat dengan meningkatnya frekuensi kegiatan, namun pada level tertentu akan mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan tingkat kebutuhan manusia di dunia adalah terbatas sehingga ketika konsumsi dilakukan secara berlebih-lebihan, maka akan terjadi penurunan Mashlahah duniawi. a. Mashlahah Marginal dari Ibadah MahdhahMashlahah marginal ( MM ) adalah perubahan Mashlahah, baik berupa manfaat ataupun berkah, sebagai akibat berubahnya jumlah barang yang dikonsumsi. Dalam hal ini ibadah mahdhah, jika pahala yang dijanjikan Allah adalah tetap, maka pelaku ibadah tidak akan mendapatkan manfaat duniawi, namun hanya berharap adanya pahala. Berdasarkan pemaparan yang disebut di muka pada bagian utilitas, maka dengan ini bisa dikatakan bahwa seorang konsumen mukmin tidak akan mengalami kebosanan dalam melakukan ibadah mahdhah. Ini terlihat dari nilai Mashlahah marginal dari kegiatan ini yang konstan tidak mengalami penurunan, seperti halnya pada kasus utilitas.b. Maslahah Marginal dari KonsumsiMenurut islam melakukan suatu kegiatan konsumsi akan bisa menimbulkan dosa ataupun pahala tergantung niat, proses, dan produk yang dikonsumsi. Dengan adanya aspek ibadah dalam konsumsi, maka kegiatan tersebut akan dirasakan mendatangkan berkahnya. Hal ini dapat dideteksi dari adanya pahala yang muncul sebagai akibat dari kegiatan tersebut. 3. Preferensi terhadap MaslahahBesarnya Mashlahah yang didapat oleh konsumen dipengaruhi oleh tingkat preferensi (preference level) dan tingkat perhatian konsumen (awareness level) kepada Mashlahah. Semakin tinggi preferensi dan perhatian konsumen, maka semakin besar pula Mashlahah yang akan diperoleh.4. Hukum Penguatan Kegiatan dari MashlahahSecara lebih spesifik bisa dikatakan bahwa seandainya tidak ada kandungan berkah dalam kegiatan, maka konsumen sudah akan mengalami kejenuhan pada frekuensi kesekian kalinya dalam melakukan kegiatan tersebut. Dengan kehadiran berkah yang dirasakan oleh konsumen akan memperpanjang rentang preferensi dalam melakukan kegiatan tersebut.

Keberadaan berkah akan memperpanjang rentang dari suatu kegiatan konsumsiLemma 4a

Konsumen yang merasakan adanya maslaha dan menyukainya akan tetap rela melakukan kegiatan meskipun manfaat kegiatan tersebut bagi dirinya sudah tidak adaLemma 4b

C. Keseimbangan konsumenSejauh ini kita baru mendiskusikan suatu kegiatan/konsumsi dalam kaitannya dengan Mashlahah yang terkandung dalam suatu barang/kegiatan secara individual. Dalam dunia nyata, setiap pelaku ekonomi selalu harus mengambil keputusan dalam mengonsumsi sebuah barang/kegiatan. Akibat dari keputusan tersebut sering meninggalkan implikasi pada penggunaan barang-barang lain yang terkait. Sekarang kita kan mengeksplorasi konsep islam pada area yang lebih luas lagi, yaitu pilihan konsumen. Untuk itu itu, dirasa sangat perlu untuk memeriksa keterkaitan antara barang yang satu dengan barang yang lain.

1. Keterkaitan AntarbarangPilihan untuk konsumsi sangat dipengaruhi oleh keterkaitan antara dua barang dan preferensi konsumen. Secara umum, keterkaitan ini bisa digolongkan menjadi tiga, yaitu saling menggantikan (substitusi), saling melengkapi (komplementer) atau tidak ada keterkaitan (independen).A. Komplemenbentuk hubungan antara dua buah barang dalam konteks ini bisa dilihat ketika seorang konsumsi mengonsumsi suatu barang, barang A, maka ia mempunyai kemungkinan (chance) utnuk mengonsumsi barang yang lain, barang B. Makna kata kemungkinan disini menunjukan derajat kompleentaritas dari kedua barang A dan B tersebut. Perbedaan ini disebabkan karena sifat barang yang terkait dengan kegunaan barang yang bersangkutan. Adapun tingkat dari komplementaritas ini adalah : 1) Komplementaritas sempurnaTingkat komplementarita sempurna terjadi jika konsumsi dari suatu barang mengharuskan (tidak bisa tidak) konsumen untuk menonsumsi barang yang lain sebagai penyerta dari barang pertama yang dikonsumsi. Sebagai contoh pengunakan konsumsi mobil/motor pasti disertai dengan konsumsi bensin/bbm.2) Komplementaritas dekat Komplementaritas dekat bisa digambarkan jika seseorang mengonsumsi suatu barang, maka ia mempunyai kemungkinan yang besar untuk mengonsumsi barang yang lain. Sebagai contoh pemakaian sepatu bisa juga ia memakai kaos kaki. Disini terlihat bahwa tdak selalu pemakaian kaus kaki sebagai keharusan, ada pula yang tidak memakai kaus kaki saat memakai sepatu3) Komplementaritas jauhTingkat komplementaritas yang jauh disebabkan karea hubungan antara kedua barang adalah rendah. Misalnya adalah penggunakan baju dengan penggunakan dasi. Penggunakan baju dengandengan oenggunakan parfum. Disini terlihat bahwa tingkat kebersaamaan dalam penggunakan antara barang yang satu dengan barang yang lain lebih tidak pasti jika dibandingkan dengan kasus-kasus sebelumnya.B. SubstitusiKalau komplemen hubungan antara kedua barang adalah positif, tetapi dalam kasus substitusi hubungan keduannya adalah negative. Hubungan yang negative adalah jika jumlah konsumsi barang yang satu naik, maka jumlah konsumsi barang lainnya akan turun. Hubungan negative disini terjadi karena adanya penggantian antara barang yag satu dengan yang lainnya. Adanya oenggantian disebabkan oelh berbagai macam alasan,antara ketersediaan dll. Adapun substitusi juga mengenal adanya tingkatan/derajad substitusi, yaitu :1) Substitusi sempurnaHubungan antara dua buah barang dikatakan substitusi sempurna jika penggunaan dua buah barang tersebut bisa ditukar satu sama lainnya tanoa mengurangi sedikitpun kepuasan konsumen dalam menggunakannya. Sebagai contoh disini adalah penggunakan gula. Konsumen tidk terlalu perduli dari mana asal muasal gula dibuat dipabrik mana. Konsumen tidak bisa merasakan perbedaan dalam hal kepuasan yang mereka dapat dari penggunakan gula-gula ini.2) Substitusi dekatDua buah barang bisa dikatakan substitusi dekat jika fungsi kedua barang tersebut mampu menggantikan satu sama lain, namun demikian, penggantian satu terhadap yang lainnya disini menimbulkan perbedaan kepuasan yang mereka peroleh. Sebagai contoh : perokok yang telah menyukai rokok merk tertentu,ia akan selalu merokok dengan merk itu. Suatu saat ia menggantinyaa dnegan merk lain, ini menimbulkan turunnya kepuasan yang diterima dari merokok merk lain.3) Substitusi jauhDua buah barang dikategorikan sebagai substitusi jauh jika dalam penggunaannya konsumen bisa menggnati satu barang dengan barang lainnya hanya dalam keadaan terpaksa saja. Dalam keadaan normal konsumen yang bersangkutan tidak akan mengganti barang yang dikonsumsunya dengan barang lainnya. Sebagai contoh adalah nasi dan roti gandum. Meskipun roti bisa mengganti nasi, naming bagi masyarakat Indonesia, mereka tidak makan roti sebagai menu utama selama masih ada nasi.C. Domain KonsumsiMelihat macam-macam hubungan antara dua barang seperti disebut dimuka, maka hubungan yang relevan dengan pilihan konsumen disini adalah hubungan yang keuda, substitusi. Hal ini dikarenakan dua buah barang yang sifatnya saling mengganti, maka akan menimbulkan pilihan, yang kadang menyulitkan bagi konsumen. Sementara kalau dua buah barang yang sifatnya komplementari, maka tidak akan menimbulkan pilihan bagi konsumen karena barang penyertanya sudah merupakan konsekuensu lanjutan dari konsumsi barang utamanya. Untuk itu, dalankonteks piihan konsumen,maka jenis hubungan yang akan dieksplorasi disini adalah hubungan yang sifatnya substitute, meskipun hubungan yang komplementarii juga akan tetap ditampilkan.

2. Hubungan Antarbarang Yang Dilarang Oleh IslamMeskipun jenis hubungan yang akan dieksplorasi disini adalah hubungan yang sifatnya saling mengganti namun perlu ditentukan domain dari pembahasan substitusi ini, sebagaimana diketahui, hukum islam menegaskan tidaj dimungkinkan adanya substitusi antara barang haram dan barang halal,kecuali dalam keadaan darurat.

Islam melarang adanya pergantian (substitusi) dari barang atau transaksi yang halal dengan barang atau transaksi yang haram.Lemma 4c

Berdasarkan lemma diatas,maka dijelaskan disini bahwa hubungan seperti ditampilkan dalam grafik-grafik dibawah ini mustahil terjadi dalam islam.

60Hubungan yang mustahil dalam islam

50haram

Series 140

2030

10

0139

57

halalGrafik 4.8 menunjukkan hubungan yang saling mengganti antara barang halal dan barang haram. Penafsiran standard dari grafik diatas bisa dilihat dengan cara berikut ini. Pergerakab dari sudut kanan bawah kea rah kiri atas spanjang grafik emnunjukkan bahwa jika seorang mengurangi konsumsi barang halal, maka ia harus meningkatkan konsumsi barang haram. Hal ini sangat bertentangan dengan hukum islam. Dalam islam Hanya dalam keadaan ekstrem saja boleh mengonsumsi barang haram.

Islam melarang mencampuradukan antara barang atau transaksi yang halal dengan barang atau transaksi yang haramLemma 4d

Berdasarkan lemma diatas, maka perlu ditegaskan disini bahwa hubungan seperti ini yang ditampilkann dalam grafik dibawah ini :

Hubungan yang mustahil terjadi dalam islam

haram

Series 1

10

10halal

Grafik diatas menunjukan adanya hubungan yang komplemen antara konsumsi barang haram dan barang halal. Untuk jelasnya, pergerakan dari sudut kiri bawah kea rah kanan atas sepanjang garis menunjukkan bahwa jika konsumsi barang halal naik, maka konsumsi barang haram pun juga harus naik. Hal ini jelas-jelas tidak akan bisa diterima oleh poloran orang muksim yang menaruh perhatian pada maslahah guna mencapai falah.

3. Hubungan Antarbarang Dalam IslamMelihat kedua pemaparan tentang hubungan dua buah barang halal dan haram siatas, maka dirasa perlu untuk menampilkan hubunhan kedua buah barang diatas sebagai pedoman dalam berperilaku.

haramhalal0510Gambar 4.10 hubungan barang halal-haram yang dituntunkan islam

Grafik diatas menunjukkan bahwa garis ini berimpot dengan sumbu horizontal. Untuk menunjukan bahwa garis ini berimpitan dengan sumbu horizontal maka sumbu horizontal dicetak tebal. Ini artinya adalah berapapun jumlah barang halal yang dikonsumsi adalah tetap nol. Maknanya barang haram tidak pernah dikonsumsi dalam situasi yang bagaimanapun.Kurva dibawah ini adalah hubungan antara dua buah barang yang halal. Hubungan tersebut menunjukkan adanya komplementaritas antar keduanya. Hal ini tidak jadi masalah karena sama-sama halal. Kurva titik menandalan adanya hubungan komplementaritas sempurna antar dua barang yang halal yang menghasilkan Mashlahah yang sama. Semakin tinggi kombinas tersebut semaki besar pula Mashlahah yang diperoleh.

HalalHaramGrafik 4.11 Hubungan Komplementer Dalam Islam

Adapun hubungan yan bersifat substitusi bisa dilihat pada gambar 4.12Khusus mengenai hubungan substitusi ini akan dieksplorasi lebih jauh lagi, pada bagian dibelakang, dalam kaitannya dengan berkah yang terkandung dalam barang halal tersebut. Kurva berbentuk v diatas mencerminkan tingkat Mashlahah yang sama atas kombinasi dua barang yang halal. Semakin diatas menunjukkan ke-Mashlahah-an yang lebih tinggi.

halalhalal0,0Grafik 4.12 Hubungan Substitusi Antarbarang Halal

4. Permintaan KonsumenDengan membandingkan antar dua barang halal substitusi, maka seorang konsumen mukmin dalam memilih barang yang dikonsumsikannya akan mempertimbangkan jumlah Mashlahah yang paling tinggi. Dapat disimpulkan bahwa jika terdapat peningkatan Mashlahah pada suatu barang/jasa, maka permintaan akan barang tersebut akan meningkat, dengan menganggap lainnya tidak berubah.Jika terdapat kenaikan harga suatu barang, maka konsumen merasakan adanya penurunan manfaat material dari barang tersebut, yaitu berupa berkurangnya materi atau pendapatan jika konsumen tersebut tetap membeli barang/jasa dalam jumlah yang sama. Oleh karena itu konsumen akan mengurangi tingkat pembelian barang/jasanya untuk tetap mempertahankan Mashlahah yang ia terima. Hal ini akan dilakukan selama tidak ada perubahan pada Mashlahah lainnya, baik manfaat fisik maupun berkahnya. Di sisi lain, jika kenaikkan harga suatu barang diikuti oleh perubahan Mashlahah lainnya, misalnya kenaikkan manfaat fisik atau psikis barang tersebut ataupun keberkahan atas barang tersebut, maka konsumen belum tentu akan mengurangi jumlah konsumsinya, melainkan setelah ia mempertimbangkan agar Mashlahah total yang ia peroleh tetap maksimal.

D. Hukum Permintaan Dan Penurunan Kurva PermintaanKetika harga barang A naik, sementara hal-hal lain tetap konstan, maka jumlah barang A yang dikonsumsi harus turun. Inilah yang melahirkan hukum permintaan yang berbunyi Jika harga suatu barang meningkat, ceteris paribus, maka jumlah barang yang diminta turun, demikian juga sebaliknya.Pengertian ceteris paribus di sini adalah dengan menganggap hal hal lain tetap tidak berubah atau konstan (berkah, manfaat, tingkat pendapatan, preferensi, dan sebagainya).

Hubungan yang digambarkan dalam hukum permintaan diatas juga akan menjadi lebih jelas jika digambarkan dalam kurva permintaan berikut ini.

P1716046QD

Permintaan Konsumen terhadap barang A

Dimana sumbu vertikalnya menunjukkan harga dan sumbu horizontal menunjukkan kuantitas yang diminta. Grafik diatas menunjukkan ketika harga barang A adalah sebesar 16, maka jumlah barang A yang diminta adalah 6 unit, sementara ketika harga barang A naik menjadi 17, maka jumlah barang tersebut yang diminta oleh konsumen turun menjadi 4. Kurva demand yang terlihat di atas merupakan hasil akhir dari proses optimisasi Mashlahah.