bab 3 metodologi penelitian

Upload: mc-yayan

Post on 13-Oct-2015

15 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

coba

TRANSCRIPT

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN3.1. Rancangan PenelitianPenelitian merupakan penelitian analitik dengan desain cross-sectional. 3.2. Populasi PenelitianPopulasi terjangkau penelitian ini adalah semua remaja perempuan yang aktif bersekolah di SMAN 1 Selong, Lombok Timur.3.3. SampelSampel penelitian adalah subyek yang diambil dari populasi yang memenuhi kriteria penelitian yang diambil dengan rumus estimasi interval kepercayaan resiko relatif, dan secara tertulis telah menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian dan telah menandatangani lembar persetujuan.

Kriteria Inklusi :

1. Remaja perempuan yang masih aktif bersekolah di SMAN 1 Selong, Lombok Timur2. Berusia antara 14-17 tahun3. Telah menandatangani lembar persetujuan4. Mengisi dan mengembalikan kuisionerKriteria Ekslusi :

1. Tidak menyetujui lembar persetujuan2. Tidak mengisi dengan lengkap atau tidak mengembalikan kuisionerPada penelitian ini kedua variabel menggunakan data nominal, sehingga untuk penghitungan jumlah sampel digunakan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro, 1995): n1=n2= Z2(Q1/P1+Q2/P2)

[ In(1-e)] = 1,962(1-0,35)/0,35)+(1-0,20/0,20)

[ In(1-0,20)]2

= 4523.4 Tempat dan Waktu Penelitian3.4.1 Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA N 1 Selong Lombok Timur.

3.4.2 Waktu penelitian

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tahun 2012-2013Rencana KegiatanAgustus-OktoberNovemberDesemberJanuariFebruari

Penyusunan Proposal

Pengambilan data

Pengolahan data

Analisis data

Penyusunan laporan

Keterangan :

: Pelaksanaan rencana kegiatan.3. 5 Identifikasi Variabel

Variable independent

Variable dependent

3.6 Definisi Operasional Subyek penelitian: Subyek penelitian adalah remaja perempuan yang aktif secara akademik yang sedang mengenyam pendidikan di SMA N 1 Selong, Lombok Timur.

Cemas: Kecemasan adalah suatu penyerta yang normal dari pertumbuhan, dari perubahan, dari pengalaman sesuatu yang baru dan belum dicoba, dan dari penemuan identitasnya sendiri dan arti hidup. Sebaliknya, kecemasan patologis adalah respons yang tidak sesuai terhadap stimulus yang diberikan berdasarkan pada intensitas atau durasinya (Kaplan, 2010). Kecemasan diukur berdasarkan perasaan subjek saat pengukuran dengan menggunakan angket sesuai dengan Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS). Zigmond dan Snaith mengembangkan HADS pada tahun 1983 dengan tujuan mengidentifikasi kemungkinan kasus dari gangguan kecemasan dan depresi diantara pasien non-psikiatri klinik rumah sakit. HADS mengandung suatu skala Kecemasan (HADS-A) dan skala Depresi (HADS-D), masing-masing berisi tujuh pertanyaan spesifik yang berhubungan dengan kecemasan dan depresi. Semua pertanyaan fokus pada perasaan, keadaan, atau gejala yang dialami selama satu minggu sebelumnya. Skala telah digunakan selama bertahun-tahun di beberapa populasi berbeda di seluruh dunia. Penilaian terhadap variabel kecemasan yaitu dengan melakukan skoring. Terdapat 7 pertanyaan, dimana setiap pertanyaan terdapat poin 0-3 yang harus dipilih salah satunya. Skor terendah adalah 0 dan skor tertinggi adalah 21 (Iqbal dkk, 2006). Dari skor tersebut terbagi dalam tiga kategori

- Skor 0-7 : Normal

- Skor 8-10 : Borderline Abnormal- Skor 11-21 : Abnormal

Dari 3 kategori tersebut, dibagi lagi menjadi 2 kategori yaitu cemas dan tidak cemas. Dimana kategori normal dan borderline abnormal masuk ke dalam tidak cemas, sedangkan kategori abnormal masuk ke dalam cemas (Meyer, 2010).Sindroma dispepsia: sindroma dispepsia merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh, atau cepat kenyang dan sendawa. Pengukuran dilakukan dengan metode angket sesuai keluhan spesifik yang terpapar pada kriteria diagnosa dispepsia fungsional berdasarkan Rome Criteria III.

Penilaian sindroma dispepsia positif adalah: Terdapatnya jawaban (Ya) pada 1 atau lebih dari pertanyaan 1-4 ataupun 2 atau lebih dari seluruh pertanyaan (Annisa, 2009).3.7. Teknik Pengumpulan Data

Data gangguan kecemasan: diperoleh dengan menggunakan kuesioner berupa angket yang dibagikan kepada sampel penelitian.

Data sindroma dispepsia: diperoleh dengan menggunakan kuesioner berupa angket yang dibagikan kepada sampel penelitian.

Penelitian dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Mengisi dan menandatangani informed consent2. Pembagian dan pengisian kuisioner3. Pengembalian kuisioner.

3.8 Analisis Data

Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini akan digunakan SPSS sebagai database dan program analisis data.

Setelah dilakukan validasi dan pengelompokan data penelitian yang diperoleh, hasil pengamatan akan disusun dalam tabel 2 x 2. Kemudian berdasarkan data akan dicari rasio prevalensi untuk mengetahui pengaruh faktor resiko terhadap efek, dan dilakukan uji hipotesis.Tabel 3.2 Hasil Pengamatan Pada Studi Cross SectionalEFEK FAKTOR RESIKOYATIDAKJUMLAH

YAABA+B

TIDAKCDC+D

Tabel 2 x 2 menunjukkan hasil pengamatan pada studi cross sectional.A = subyek dengan faktor resiko yang mengalami efek

B= subyek dengan faktor resiko yang tidak mengalami efek

C= subyek tanpa faktor resiko yang mengalami efek

D= subyek tanpa faktor resiko yang tidak mengalami efekRumus rasio prevalens:

RP = A / (A + B) : C / (C + D)Interpretasi hasil: 1. Bila rasio prevalens = 1 berarti variabel yang diduga merupakan faktor risiko tersebut tidak ada pengaruhnya untuk terjadinya efek, dengan kata lain bersifat netral.

2. Bila rasio prevalens > 1 berarti variabel tersebut merupakan faktor risiko timbulnya penyakit tertentu. Penentuan uji hipotesis berdasarkan rancangan penelitian:Tabel 3.3 Penentuan Uji HipotesisLangkah Jawaban

Menentukan variabel yang dihubungkan

Variabel yang dihubungkan adalah gangguan kecemasan (kategorik) dengan sindroma dispepsia (kategorik)

Menentukan jenis hipotesis

Komparatif

Menentukan masalah skala variabel

Kategorik

Menentukan pasangan/tidak berpasangan

Tidak berpasangan

Menentukan jenis table B x K

2x2

Kesimpulan:

Jenis tabel pada soal ini adalah 2 x 2. Uji yang digunakan adalah uji Chi-Square bila memenuhi syarat. Bila tidak memenuhi syarat uji Chi-Square digunakan uji alternatifnya yaitu uji Fisher.

Annisa. 2009. Hubungan Ketidakteraturan Makan Dengan Sindroma Dispepsia Remaja Perempuan Di SMA AL-Azhar Medan.

Sastroasmoro S, Ismael S, 1995. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara.

Keterangan :

Z= koefisien

P1= insiden efek pada kelompok dengan resioko

P2= insiden efek pada kelompok tanpa resiko

Q1= (1-P1)

Q2= (1-P2)

e= tingkat ketepatan relatif yang dikehendaki

Sindroma dyspepsia remaja perempuan

Gangguan Cemas

27