bab 3 metode penelitian · 2019. 5. 21. · matriks eksperimen menunjukkan terdapat empat kelompok...

16
49 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimen lapangan (field experiment) yang menginvestigasi secara empiris dampak executive coaching dalam mempelajari MSF terhadap kinerja yang ditunjukkan dari perubahan kinerja kepala penjualan secara individual. Pemilihan metode penelitian eksperimen dilakukan dalam upaya menguji hubungan kausalitas antara variabel independen dengan variabel dependen. Metode eksperimen memiliki keunggulan yaitu kemampuannya menjawab pertanyaan tentang hubungan kausalitas antarvariabel penelitian. Desain penelitian dengan tidak menginformasikan kegiatan eksperimen kepada subjek dalam penelitian ini termasuk dalam single-blind experiment, yaitu menggunakan eksperimenter yang mengetahui tujuan penelitian, namun subjek tidak mengetahui kegiatan eksperimen (Neuman, 2010). Penelitian didesain dengan mixed-factorial design 2x2 between-within subject. Faktor yang pertama adalah executive coaching yang terdiri dari dua level yaitu ada executive coaching dan tidak ada executive coaching serta faktor kedua adalah tipe kepemimpinan yang terdiri dari dua level yaitu transformasional dan transaksional. Gambar 3.1 menunjukkan matriks desain eksperimental. Penelitian ini juga termasuk dalam eksperimen lapangan (field experiment). Dalam pengujian dengan eksperimen lapangan, manipulasi dan kontrol diberikan untuk kegiatan pekerjaan subjek dengan durasi waktu tertentu (Sekaran dan Bougie 2010). Pengujian hipotesis diklasifikasikan dalam pretest-posttest group control group design. Keuntungan desain grup kontrol dengan pretest dan posttest adalah mencegah ancaman terhadap validitas internal (Shadish, Cook, dan Campbell, 2002).

Upload: others

Post on 16-Feb-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 49

    BAB 3

    METODE PENELITIAN

    3.1 Desain Penelitian

    Penelitian ini menggunakan metode eksperimen lapangan (field

    experiment) yang menginvestigasi secara empiris dampak executive coaching

    dalam mempelajari MSF terhadap kinerja yang ditunjukkan dari perubahan

    kinerja kepala penjualan secara individual. Pemilihan metode penelitian

    eksperimen dilakukan dalam upaya menguji hubungan kausalitas antara

    variabel independen dengan variabel dependen. Metode eksperimen memiliki

    keunggulan yaitu kemampuannya menjawab pertanyaan tentang hubungan

    kausalitas antarvariabel penelitian. Desain penelitian dengan tidak

    menginformasikan kegiatan eksperimen kepada subjek dalam penelitian ini

    termasuk dalam single-blind experiment, yaitu menggunakan eksperimenter

    yang mengetahui tujuan penelitian, namun subjek tidak mengetahui kegiatan

    eksperimen (Neuman, 2010).

    Penelitian didesain dengan mixed-factorial design 2x2 between-within

    subject. Faktor yang pertama adalah executive coaching yang terdiri dari dua

    level yaitu ada executive coaching dan tidak ada executive coaching serta

    faktor kedua adalah tipe kepemimpinan yang terdiri dari dua level yaitu

    transformasional dan transaksional. Gambar 3.1 menunjukkan matriks desain

    eksperimental. Penelitian ini juga termasuk dalam eksperimen lapangan (field

    experiment). Dalam pengujian dengan eksperimen lapangan, manipulasi dan

    kontrol diberikan untuk kegiatan pekerjaan subjek dengan durasi waktu

    tertentu (Sekaran dan Bougie 2010). Pengujian hipotesis diklasifikasikan

    dalam pretest-posttest group control group design. Keuntungan desain grup

    kontrol dengan pretest dan posttest adalah mencegah ancaman terhadap

    validitas internal (Shadish, Cook, dan Campbell, 2002).

  • 50

    Tabel 3.1. Matriks Eksperimen

    Tipe

    Kepemimpinan

    Executive

    Coaching

    Tanpa Executive

    Coaching

    Pre Post Pre Post

    Transformasional Sel 1A Sel 1B Sel 3A Sel 3B

    Transaksional Sel 2A Sel 2B Sel 4A Sel 4B

    Matriks eksperimen menunjukkan terdapat empat kelompok sel yaitu

    sel 1 mendapat executive coaching dan manipulasi tipe kepemimpinan

    transformasional, sel 2 mendapat executive coaching dengan tipe

    kepemimpinan transaksional, sedangkan sel 3 dan sel 4 merupakan kelompok

    kontrol yang tidak mendapat executive coaching. Pada kelompok kontrol

    dibagi dalam dua perlakuan yaitu mendapat tipe kepemimpinan

    transformasional (sel 3) dan mendapat tipe kepemimpinan transaksional (sel

    4). Pengujian pertama dilakukan dalam pretest untuk mengukur kinerja

    subjek sebelum diberi perlakuan dan pengujian kedua dilakukan dalam

    posttest untuk mengukur kinerja subjek setelah mendapat perlakuan.

    3.2 Variabel dan Manipulasi

    Variabel independen merupakan variabel yang dimanipulasi yaitu

    executive coaching dan tipe kepemimpinan. Executive coaching dalam riset

    ini adalah bentuk intervensi MSF yang sistematis memiliki tujuan untuk

    meningkatkan keterampilan profesional, kesadaran interpersonal, dan

    efektivitas pribadi (Kampa-Kokesch dan Anderson, 2001). Manipulasi

    executive coaching diberikan dalam suatu workshop sebagai bentuk

    multisource feedback yang dilakukan oleh seorang eksekutif. Dalam riset ini,

    eksekutif diperankan oleh manajer Human Resource dan Development yang

    akan melakukan dua peran yaitu sebagai pemimpin tipe transformasional dan

    tipe transaksional.

    MSF disajikan berupa feedback dari pimpinan cabang, pelanggan,

    tenaga penjualan dan dari sesama kepala penjualan. Feedback dari pimpinan

    cabang meliputi capaian target cabang tempat tenaga penjualan bekerja dan

    capaian target secara organisasi dan kritik pimpinan cabang atas kinerja

  • 51

    cabang. Feedback dari pelanggan berupa keluhan pelanggan atas layanan

    sales. Feedback dari tenaga penjualan berupa kritik tenaga penjualan atas

    kinerja kepala penjualan. Feedback dari sesama kepala penjualan berupa

    keluhan sesama kepala penjualan atas kurangnya kerjasama antarkepala

    penjualan. Seluruh feedback dimanipulasi dalam suatu tatanan workshop

    kepala penjualan. Bentuk executive coaching diberikan dalam dua tipe coach

    yaitu tipe transformasional dan tipe transaksional. Cara pimpinan sebagai

    executive coaching adalah melalui tatap muka dan media email. Metode ini

    berpijak dari Filsinger (2014) yang menunjukkan bukti empiris bahwa

    kombinasi tatap muka dan virtual coaching mampu memberi hasil yang

    optimal.

    Variabel independen adalah taktik pengaruh proaktif yang dapat

    digunakan untuk memengaruhi bawahan, rekan, atau atasan untuk

    mendukung perubahan yang diusulkan (Yukl, 2010) kinerja diukur dengan

    menggunakan proactive influence tactis dari Kochanowski, et al. (2010) yang

    meliputi rational persuasion, inspirational appeals, collaboration, dan

    consultation. Rational persuasion, menggunakan argumen logis dan bukti

    faktual yang menunjukkan bahwa permintaan layak dan relevan untuk

    kepentingan dalam mencapai tujuan. Inspirational appeals, membandingkan

    nilai-nilai orang tersebut dan cita-cita untuk membangkitkan emosi agar

    mendapatkan komitmen. Consultation, yaitu meminta orang untuk memberi

    saran perbaikan atau membantu merencanakan kegiatan atau perubahan yang

    diajukan untuk mendukung tujuan yang diinginkan. Collaboration,

    menawarkan sumber daya yang relevan atau bantuan jika orang tersebut akan

    melakukan perubahan. Pilihan taktik pengaruh proaktif diberikan dalam skala

    1 sampai dengan 10.

    3.3 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran

    Variabel dalam eksperimen ini terdiri dari variabel independen dan

    variabel dependen. Variabel independen atau variabel yang dimanipulasi

    adalah executive coaching dan tipe kepemimpinan, sedangkan pengukuran

  • 52

    akhir pada taktik pengaruh proaktif. Definisi operasional variabel dan

    pengukuran dalam riset ini adalah:

    1. Executive coaching, executive coaching dalam hal ini adalah bentuk

    intervensi yang sistematis memiliki tujuan untuk meningkatkan

    keterampilan profesional, kesadaran interpersonal, dan efektivitas pribadi

    dalam berkinerja. Adapun penekanannya pada proses pembelajaran

    (melalui proses bertanya) yaitu hubungan kepala cabang dan sebagai

    rekan kerja (partner), memberdayakan dan mengoptimalkan kemampuan

    kepala penjualan secara profesional dan individual.

    2. Tipe kepemimpinan merupakan sebuah proses memengaruhi kegiatan

    yang diorganisir dalam suatu kelompok untuk mencapai tujuan yang

    telah ditentukan, dalam riset ini menggunakan tipe kepemimpinan

    transformasional dan transaksional. Kepemimpinan transformasional

    yaitu kemampuan menguasai situasi dengan menyampaikan visi yang

    jelas tentang tujuan kelompok, bergairah dalam pekerjaan dan

    kemampuan untuk membuat anggota kelompok merasa diisi ulang dan

    berenergi untuk melampaui tujuan yang telah ditetapkan. Tipe

    kepemimpinan transformasional diwujudkan melalui pertanyaan yang

    memberi inspirasi atau motivasi, serta penggunaan huruf biasa.

    Sedangkan tipe kepemimpinan transaksional adalah perilaku pemimpin

    yang memfokuskan perhatiannya pada transaksi interpersonal antara

    pemimpin dengan anggota yang melibatkan hubungan pertukaran.

    Pertukaran tersebut didasarkan pada kesepakatan mengenai klarifikasi

    sasaran, standar kerja, penugasan kerja, penghargaan, dan dalam riset ini

    diwujudkan melalui pertanyaan yang bertumpu pada target, perintah, dan

    penggunaan huruf kapital.

    3. Taktik pengaruh proaktif adalah perilaku yang muncul dalam diri

    pemimpin yang efektif, yang memiliki keterampilan dalam pengaruh

    interpersonal, dan dapat memengaruhi bawahan, rekan, atau atasan untuk

    mendukung perubahan yang diusulkan. Adapun perilaku yang tersebut

  • 53

    meliputi rational persuasion, inspirational appeals, collaboration, dan

    consultation.

    3.4 Subjek Eksperimen

    Partisipan dalam eksperimen terdiri dari kepala penjualan di

    perusahaan multinasional otomotif yang dalam keseharian bertugas untuk

    melakukan penjualan dan memimpin para tenaga penjualan berjualan di

    Jakarta. Partisipan secara random diklasifikasikan dalam empat kondisi

    manipulasi. Masing-masing sel berisi dua puluh empat subjek secara random.

    Proses randomisasi dilakukan dengan pengundian oleh eksperimenter

    berdasarkan data kepala cabang. Total subjek untuk semua sel adalah

    sembilan puluh enam orang kepala penjualan.

    Pekerjaan kepala penjualan setiap hari adalah melakukan briefing

    yang meliputi memimpin renungan kemudian dilanjutkan dengan mendengar

    laporan dan rencana kerja tenaga penjualan dalam sehari. Dalam sehari,

    kepala penjualan akan membantu para tenaga penjualan yang mengalami

    kesulitan penjualan dan melakukan coaching. Selain itu, kepala penjualan

    melakukan pekerjaan administrasi dan sore harinya memimpin untuk

    mendengarkan laporan para tenaga penjualan dalam menjalankan tugas

    seharian. Penilaian kinerja para tenaga penjualan diukur dari penjualan dan

    cara kepemimpinannya. Tugas keseharian ada di cabang dan memiliki anak

    buah (tenaga penjualan) antara 8-18 orang.

    3.5 Karakteristik Responden

    Karakteristik responden ini dibutuhkan untuk dapat mengetahui

    kondisi responden supaya memiliki gambaran yang jelas sehingga membantu

    dalam melakukan eksperimen dan analisis. Karakteristik responden yang

    diteliti dalam penelitian ini mencakup jenis kelamin, usia, jabatan, dan lama

    bekerja. Hasil analisis karakteristik responden disajikan dalam tabel berikut

    ini.

  • 54

    Tabel 3.2 Deskripsi Karakteristik Responden

    Keterangan

    MANIPULASI Total

    Coaching

    Transformasional

    Coaching

    Transaksional

    Tanpa Coaching

    Transformasional

    Tanpa

    Coaching

    Transaksional

    A B C D

    Jenis Kelamin:

    Laki-laki 23 23 23 24 93

    Perempuan 1 1 1 0 3

    Usia:

    21-25 thn 0 0 0 1 1

    26-30 thn 6 9 5 6 26

    31-35 thn 12 9 13 10 44

    36-40 thn 6 6 5 7 24

    41-45 thn 0 0 1 0 1

    Jabatan:

    Kepala

    Penjualan 24 24 24 24 96

    Lama Kerja:

    0-2 thn 5 12 7 6 30

    3-5 thn 12 9 10 5 36

    6-8 thn 5 2 5 7 19

    9-11 thn 2 1 2 5 10

    12-14 thn 0 0 0 1 1

    Sumber: Data Primer yang Diolah, 2016

    Subjek dalam penelitian ini berjumlah 96 partisipan. Dengan masing–

    masing karakteristik yang berbeda. Partisipan pria sebanyak 93 orang dan

    wanita 3 orang, paling banyak berusia 21-45 tahun dengan jabatan kepala

    penjualan 96 orang dan paling lama kerja 0-14 tahun.

    3.6 Tatanan Eksperimen

    Instrumen eksperimen meliputi materi kasus dan daftar pertanyaan

    untuk demografi subjek, pengecekan manipulasi, dan pengukuran variabel

    dependen. Keseluruhan instrumen, pengukuran, dan pertanyaan yang

    digunakan dalam riset ini melalui beberapa proses yaitu melakukan

    wawancara dengan praktisi, diskusi perorangan, diskusi kelompok fokus

  • 55

    (focus group discussion/ FGD), dan uji coba dalam kelompok kecil (pilot

    test).

    Pilot test dilakukan beberapa kali untuk menguji tipe kepemimpinan

    dalam bentuk video. Subjek diminta memberikan penilaian atas dua jenis tipe

    kepemimpinan yang disajikan dalam video. Tipe pemimpin diberikan dalam

    gambaran seorang pemimpin yang transformasional dan transaksional.

    Visualisasi gambar pemimpin menggunakan figur pemimpin nasional yang

    sudah dikenal masyarakat luas. Pilot test juga dilakukan untuk menguji

    instrumen executive coaching berupa kata-kata yang disajikan dalam email.

    Kata-kata yang disajikan harus mencerminkan tipe kepemimpinan yang

    dimanipulasi

    Eksperimen dilakukan dengan urutan sebagai berikut:

    1. Subjek eksperimen yaitu kepala penjualan dikumpulkan dalam suatu

    workshop yang diselenggarakan pada minggu pertama. Workshop

    merupakan agenda rutin perusahaan otomotif untuk membekali para

    kepala penjualan berbagai teknik penjualan dan untuk mendapatkan

    feedback. Kepala penjualan dibagi dalam dua kelompok besar yaitu

    mendapat materi MSF yang dipandu coach dengan tipe transformasional

    dan coach dengan tipe transaksional. Dalam hal ini, coach dengan tipe

    transformasional melakukan proses percakapan dengan cara banyak

    mendengar dan bertanya, sehingga terjadi diskusi serta menggali

    kebutuhan peserta, sedangkan coach transaksional cenderung berbicara

    tentang target dan arahan untuk mencapai goal yang sudah ditetapkan.

    Workshop diselenggarakan selama satu hari. Pada workshop dilakukan

    pengukuran pretest untuk mengukur kinerja kepala penjualan dalam

    bentuk taktik pengaruh proaktif.

    2. Pada hari berikutnya, minggu kedua, ketiga, keempat, dan kelima, kepala

    penjualan menjalankan tugas sehari-hari dan eksperimenter melakukan

    coaching berbantuan email pada kelompok manipulasi. Tipe

    kepemimpinan diberikan dalam bentuk kata-kata dan membedakan

  • 56

    antarkepemimpinan dengan bentuk huruf ketika melakukan coaching.

    Contoh dalam kata-kata di email yaitu tipe kepemimpinan

    transformasional mengawali dengan kata-kata sapaan, bertanya tentang

    program atau kegiatan yang akan dilakukan, perencanaan, dan

    komitmennya. Pertanyaaan dengan huruf biasa dan cenderung pada

    proses, sedangkan coach tipe kepemimpinan transaksional kata-katanya

    menggunakan huruf kapital serta selalu mempertanyakan target dan hasil.

    3. Pada kelompok kontrol, pada hari berikutnya, minggu kedua, ketiga,

    keempat, dan kelima melakukan tugas rutin seperti biasa dan tidak

    mendapat coaching.

    4. Pada minggu keenam, diadakan evaluasi hasil executive coaching dalam

    bentuk posttest.

    Secara bagan dapat ditunjukkan proses eksperimen adalah sebagai

    berikut:

  • 57

    Gambar 3.1 Proses Eksperimen

    Proses eksperimen dimulai dengan tahapan melakukan persiapan dan

    pra eksperimen yang meliputi berbagai persiapan untuk pembuatan email,

    materi pertanyaan-pertanyaan coaching, noncoaching, dan melakukan uji

    coba atas materi yang dipakai dalam eksperimen.

  • 58

    Tabel 3.3 Tahapan Persiapan Eksperimen

    Persiapan eksperimen sebagai berikut:

    Persiapan eksperimen dimulai dengan tahapan pra eksperimen dengan

    melakukan workshop. Tahapan ini membutuhkan diskusi dengan berbagai

    pihak yaitu para pembimbing, para ahli yang telah melakukan penelitian

    dengan menggunakan metode eksperimen, pihak perusahaan dan para

    pimpinan yang terkait serta tim ILDC. Hal ini dilakukan dengan teliti dan

    melibatkan tim untuk mendapatkan feedback dan dikonsultasikan kepada ahli

    eksperimen supaya prosesnya sesuai dengan prosedur yang semestinya.

    Selanjutnya, memasuki tahap 2 yaitu pra eksperimen sbb:

    No Tanggal Kegiatan

    1 1-12 September Pembuatan kuesioner

    Pembuatan email:

    [email protected]

    2 7-8 Oktober Kuesioner di ujicobakan di cabang

    Nissan Datsun pada sales head dan key

    account head di area 2 (Jawa Tengah,

    Jawa Barat, dan DIY)

    Menyusun acara workshop, materi, dan

    para pembicaranya.

    Pengiriman undangan kepada branch

    head di area 1 (Jabotabek) untuk

    mengutus sales head dan key account

    head hadir dalam workshop yang

    diselenggarakan ILDC.

    10-15 Oktober Penyusunan kalimat virtual coaching

    dan noncoaching

    Memersiapkan tim ILDC menjadi coach

    karena sudah mengikuti training

    coaching for great performance

    mailto:[email protected]

  • 59

    Tabel 3.4 Tahapan Pra Eksperimen

    No Tanggal Kegiatan

    1 20 Oktober Pelaksanaan workshop sales head dan

    key account head, dibagi menjadi dua

    tahap 1 yaitu pukul 08.30 – 12.30 dan

    tahap 2 pukul 13.00 – 17.00. Tempat

    pelaksanaan di Wisma Indomobil 1.

    Workshop diisi dengan 3 materi :

    1. Penjelasan program ILDC 2. Program PMS 3. Program delivery mobil dan DMS 4. Pengisian kuesioner Mengirimkan kuesioner kepada

    branch head area 1 tentang teknik

    pengaruh proaktif. Tujuan untuk

    penilaian terhadap sales head dan key

    account head sebagai titik sama

    dalam pretest. Penilaian

    dikembalikan pada hari yang sama.

    3.7 Teknik Analisis

    Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini diperlukan

    untuk mengolah data menjadi suatu informasi yang mudah dipahami dan

    bermanfaat untuk menjawab tujuan penelitian yang telah dirumuskan. Pada

    tahap awal disajikan statistik deskriptif dari karakteristik demografi subjek

    yang terdiri jenis kelamin, masa kerja, usia, pendidikan terakhir, dan tingkat

    produktivitas. Eksperimen dengan individu sebagai subjek, kemungkinan

    terdapat perbedaan yang besar dalam respon tiap orang atas manipulasi yang

    sama. Variabilitas antarindividu menjadi bagian dari experimental error

    dalam beberapa kasus, sehingga secara signifikan meningkatkan error mean

    square. Hal tersebut mengakibatkan sulit mendeteksi perbedaan manipulasi

    secara nyata antarsubjek (Montgomery, 2003). Upaya untuk mengatasi hal

    tersebut, pada tahap pertama dilakukan uji perbedaan karakteristik individual

    (jenis kelamin, usia, masa kerja, pendidikan terakhir, dan tingkat

    produktivitas untuk mengetahui ekuivalensi antargrup dengan ANOVA satu

  • 60

    arah. Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari dua

    pendekatan, yaitu:

    3.7.1. Teknik Analisis Deskriptif

    Analisis deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai

    kecenderungan jawaban responden atas variabel-variabel penelitian. Analisis

    deskriptif yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi dua pendekatan, yaitu

    frequency dan index. Analisis deskriptif dengan pendekatan frequency

    dilakukan dengan menghitung frekuensi dan persentase pada data jenis

    kelamin, masa kerja, usia, pendidikan terakhir, dan tingkat produktivitas.

    Analisis deskriptif dengan pendekatan nilai index dilakukan untuk

    mendapatkan gambaran mengenai jawaban responden mengenai variabel-

    variabel penelitian yang digunakan. Analisis ini dilakukan dengan

    menggunakan teknik Analisis Indeks, untuk menggambarkan persepsi

    responden atas item-item pertanyaan yang diajukan.

    Teknik skoring yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

    minimum 1 dan maksimum 10, maka perhitungan indeks jawaban responden

    dilakukan dengan rumus sebagai berikut:

    Nilai Indeks = ((%F1x1)+(%F2x2)+(%F3x3)+(%F4x4)+(%F5x5)

    +(%F6x6)+(%F7x7)+(5F8x8)+(5F9x9)+(5F10x10))/10

    Dimana:

    F1 = frekuensi responden yang menjawab 1

    F2 = frekuensi responden yang menjawab 2

    Dst, F10 = frekuensi responden yang menjawab 10

    Oleh karena itu angka jawaban tidak berangkat dari angka 0 (nol)

    tetapi mulai angka 1 hingga 10, maka indeks yang dihasilkan akan berangkat

    dari angka 10 hingga 100 dengan rentang sebesar 90, tanpa angka 0 (nol).

    Dengan menggunakan kriteria tiga kota (three box method) maka rentang

    sebesar 90 dibagi tiga yang menghasilkan rentang sebesar 30 yang akan

    digunakan sebagai dasar interpretasi nilai indeks. Adapun kategori nilai

    indeks yang dihasilkan adalah :

  • 61

    10,00 – 40,00 = rendah

    40,01 – 70,00 = sedang

    70,01 – 100,00 = tinggi

    3.7.2. Teknik Analisis Inferensial

    Pendekatan analisis inferensial diperlukan dalam penelitian ini untuk

    membuktikan hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini dengan

    menggunakan data sampel. Berpijak pada tujuan penelitian dan hipotesis

    penelitian maka teknik analisis inferensial yang digunakan dalam penelitian

    ini adalah dengan menggunakan uji komparatif. Adapun tahapan yang

    dilakukan pada pengujian komparatif adalah sebagai berikut:

    1. Menentukan Normalitas Data

    Langkah pertama yang dilakukan adalah untuk mengetahui sebaran

    atau distribusi penelitian apakah memenuhi asumsi normalitas atau tidak.

    Pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan Uji Kolmogorov

    Smirnov dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

    a. Jika nilai signifikansi > 0,05, artinya data penelitian mengikuti sebaran

    normal atau data memenuhi asumsi normalitas

    b. Jika nilai signifikansi < 0,05, artinya data penelitian tidak mengikuti

    sebaran normal atau data tidak memenuhi asumsi normalitas.

    2. Uji Komparatif

    Mengacu pada hasil uji normalitas data maka terdapat dua pendekatan

    uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis komparatif, yaitu:

    a. Uji Independent Sample t-Test

    Uji Independent Sample t-Test dilakukan untuk menguji apakah

    terdapat perbedaan antara tipe kepemimpinan transformasional dan

    transaksional. Uji Independent Sample t-Test ini digunakan jika data

    memenuhi asumsi normalitas. Adapun langkah pengujian adalah sebagai

    berikut:

    1) Pengujian Levene's Test for Equality of Variances

  • 62

    Dilakukan untuk menentukan apakah pengujian hipotesis dilakukan

    pada data dengan distribusi variance yang sama atau berbeda. Pengujian

    dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:

    a) Jika nilai signifikansi > 0,05 maka artinya distribusi varians adalah sama

    sehingga pengujian hipotesis dilakukan pada output equal variances

    assumed

    b) Jika nilai signifikansi < 0,05 maka artinya distribusi varians adalah

    berbeda sehingga pengujian hipotesis dilakukan pada output equal

    variances not assumed.

    2) Uji Komparatif

    Uji komparatif atau uji beda dilakukan dengan menganalisis nilai

    signifikansi dengan kriteria sebagai berikut:

    a) Jika nilai signifikansi < 0,05 artinya terdapat perbedaan antara

    pengamatan pada objek satu dengan objek lainnya

    b) Jika nilai signifikansi > 0,05 artinya tidak terdapat perbedaan antara

    pengamatan pada objek satu dengan objek lainnya.

    b. Uji Paired t-Test

    Uji Paired t-Test dilakukan untuk membuktikan efektivitas suatu

    perlakuan pada objek yang belum diberi perlakuan dengan yang diberi

    perlakukan. Uji Paired t-Test digunakan jika distribusi data penelitian

    memenuhi asumsi normalitas dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

    a) Jika nilai signifikansi < 0,05 artinya terdapat perbedaan sebelum

    perlakukan dengan sesudah perlakuan

    b) Jika nilai signifikansi > 0,05 artinya tidak terdapat perbedaan sebelum

    perlakuan dengan sesudah perlakukan.

    c. Uji Wilcoxon

    Uji Wilcoxon dilakukan untuk membuktikan efektivitas suatu

    perlakuan pada objek yang belum diberi perlakuan dengan yang diberi

    perlakukan jika distribusi data penelitian tidak memenuhi asumsi normalitas.

    Uji Wilcoxon dilakukan dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

    a) Jika nilai signifikansi < 0,05 artinya terdapat perbedaan sebelum

    perlakukan dengan sesudah perlakuan.

  • 63

    b) Jika nilai signifikansi > 0,05 artinya tidak terdapat perbedaan sebelum

    perlakuan dengan sesudah perlakukan.

  • 64