bab 3 metode penelitian · 2019. 5. 21. · matriks eksperimen menunjukkan terdapat empat kelompok...
TRANSCRIPT
-
49
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen lapangan (field
experiment) yang menginvestigasi secara empiris dampak executive coaching
dalam mempelajari MSF terhadap kinerja yang ditunjukkan dari perubahan
kinerja kepala penjualan secara individual. Pemilihan metode penelitian
eksperimen dilakukan dalam upaya menguji hubungan kausalitas antara
variabel independen dengan variabel dependen. Metode eksperimen memiliki
keunggulan yaitu kemampuannya menjawab pertanyaan tentang hubungan
kausalitas antarvariabel penelitian. Desain penelitian dengan tidak
menginformasikan kegiatan eksperimen kepada subjek dalam penelitian ini
termasuk dalam single-blind experiment, yaitu menggunakan eksperimenter
yang mengetahui tujuan penelitian, namun subjek tidak mengetahui kegiatan
eksperimen (Neuman, 2010).
Penelitian didesain dengan mixed-factorial design 2x2 between-within
subject. Faktor yang pertama adalah executive coaching yang terdiri dari dua
level yaitu ada executive coaching dan tidak ada executive coaching serta
faktor kedua adalah tipe kepemimpinan yang terdiri dari dua level yaitu
transformasional dan transaksional. Gambar 3.1 menunjukkan matriks desain
eksperimental. Penelitian ini juga termasuk dalam eksperimen lapangan (field
experiment). Dalam pengujian dengan eksperimen lapangan, manipulasi dan
kontrol diberikan untuk kegiatan pekerjaan subjek dengan durasi waktu
tertentu (Sekaran dan Bougie 2010). Pengujian hipotesis diklasifikasikan
dalam pretest-posttest group control group design. Keuntungan desain grup
kontrol dengan pretest dan posttest adalah mencegah ancaman terhadap
validitas internal (Shadish, Cook, dan Campbell, 2002).
-
50
Tabel 3.1. Matriks Eksperimen
Tipe
Kepemimpinan
Executive
Coaching
Tanpa Executive
Coaching
Pre Post Pre Post
Transformasional Sel 1A Sel 1B Sel 3A Sel 3B
Transaksional Sel 2A Sel 2B Sel 4A Sel 4B
Matriks eksperimen menunjukkan terdapat empat kelompok sel yaitu
sel 1 mendapat executive coaching dan manipulasi tipe kepemimpinan
transformasional, sel 2 mendapat executive coaching dengan tipe
kepemimpinan transaksional, sedangkan sel 3 dan sel 4 merupakan kelompok
kontrol yang tidak mendapat executive coaching. Pada kelompok kontrol
dibagi dalam dua perlakuan yaitu mendapat tipe kepemimpinan
transformasional (sel 3) dan mendapat tipe kepemimpinan transaksional (sel
4). Pengujian pertama dilakukan dalam pretest untuk mengukur kinerja
subjek sebelum diberi perlakuan dan pengujian kedua dilakukan dalam
posttest untuk mengukur kinerja subjek setelah mendapat perlakuan.
3.2 Variabel dan Manipulasi
Variabel independen merupakan variabel yang dimanipulasi yaitu
executive coaching dan tipe kepemimpinan. Executive coaching dalam riset
ini adalah bentuk intervensi MSF yang sistematis memiliki tujuan untuk
meningkatkan keterampilan profesional, kesadaran interpersonal, dan
efektivitas pribadi (Kampa-Kokesch dan Anderson, 2001). Manipulasi
executive coaching diberikan dalam suatu workshop sebagai bentuk
multisource feedback yang dilakukan oleh seorang eksekutif. Dalam riset ini,
eksekutif diperankan oleh manajer Human Resource dan Development yang
akan melakukan dua peran yaitu sebagai pemimpin tipe transformasional dan
tipe transaksional.
MSF disajikan berupa feedback dari pimpinan cabang, pelanggan,
tenaga penjualan dan dari sesama kepala penjualan. Feedback dari pimpinan
cabang meliputi capaian target cabang tempat tenaga penjualan bekerja dan
capaian target secara organisasi dan kritik pimpinan cabang atas kinerja
-
51
cabang. Feedback dari pelanggan berupa keluhan pelanggan atas layanan
sales. Feedback dari tenaga penjualan berupa kritik tenaga penjualan atas
kinerja kepala penjualan. Feedback dari sesama kepala penjualan berupa
keluhan sesama kepala penjualan atas kurangnya kerjasama antarkepala
penjualan. Seluruh feedback dimanipulasi dalam suatu tatanan workshop
kepala penjualan. Bentuk executive coaching diberikan dalam dua tipe coach
yaitu tipe transformasional dan tipe transaksional. Cara pimpinan sebagai
executive coaching adalah melalui tatap muka dan media email. Metode ini
berpijak dari Filsinger (2014) yang menunjukkan bukti empiris bahwa
kombinasi tatap muka dan virtual coaching mampu memberi hasil yang
optimal.
Variabel independen adalah taktik pengaruh proaktif yang dapat
digunakan untuk memengaruhi bawahan, rekan, atau atasan untuk
mendukung perubahan yang diusulkan (Yukl, 2010) kinerja diukur dengan
menggunakan proactive influence tactis dari Kochanowski, et al. (2010) yang
meliputi rational persuasion, inspirational appeals, collaboration, dan
consultation. Rational persuasion, menggunakan argumen logis dan bukti
faktual yang menunjukkan bahwa permintaan layak dan relevan untuk
kepentingan dalam mencapai tujuan. Inspirational appeals, membandingkan
nilai-nilai orang tersebut dan cita-cita untuk membangkitkan emosi agar
mendapatkan komitmen. Consultation, yaitu meminta orang untuk memberi
saran perbaikan atau membantu merencanakan kegiatan atau perubahan yang
diajukan untuk mendukung tujuan yang diinginkan. Collaboration,
menawarkan sumber daya yang relevan atau bantuan jika orang tersebut akan
melakukan perubahan. Pilihan taktik pengaruh proaktif diberikan dalam skala
1 sampai dengan 10.
3.3 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran
Variabel dalam eksperimen ini terdiri dari variabel independen dan
variabel dependen. Variabel independen atau variabel yang dimanipulasi
adalah executive coaching dan tipe kepemimpinan, sedangkan pengukuran
-
52
akhir pada taktik pengaruh proaktif. Definisi operasional variabel dan
pengukuran dalam riset ini adalah:
1. Executive coaching, executive coaching dalam hal ini adalah bentuk
intervensi yang sistematis memiliki tujuan untuk meningkatkan
keterampilan profesional, kesadaran interpersonal, dan efektivitas pribadi
dalam berkinerja. Adapun penekanannya pada proses pembelajaran
(melalui proses bertanya) yaitu hubungan kepala cabang dan sebagai
rekan kerja (partner), memberdayakan dan mengoptimalkan kemampuan
kepala penjualan secara profesional dan individual.
2. Tipe kepemimpinan merupakan sebuah proses memengaruhi kegiatan
yang diorganisir dalam suatu kelompok untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan, dalam riset ini menggunakan tipe kepemimpinan
transformasional dan transaksional. Kepemimpinan transformasional
yaitu kemampuan menguasai situasi dengan menyampaikan visi yang
jelas tentang tujuan kelompok, bergairah dalam pekerjaan dan
kemampuan untuk membuat anggota kelompok merasa diisi ulang dan
berenergi untuk melampaui tujuan yang telah ditetapkan. Tipe
kepemimpinan transformasional diwujudkan melalui pertanyaan yang
memberi inspirasi atau motivasi, serta penggunaan huruf biasa.
Sedangkan tipe kepemimpinan transaksional adalah perilaku pemimpin
yang memfokuskan perhatiannya pada transaksi interpersonal antara
pemimpin dengan anggota yang melibatkan hubungan pertukaran.
Pertukaran tersebut didasarkan pada kesepakatan mengenai klarifikasi
sasaran, standar kerja, penugasan kerja, penghargaan, dan dalam riset ini
diwujudkan melalui pertanyaan yang bertumpu pada target, perintah, dan
penggunaan huruf kapital.
3. Taktik pengaruh proaktif adalah perilaku yang muncul dalam diri
pemimpin yang efektif, yang memiliki keterampilan dalam pengaruh
interpersonal, dan dapat memengaruhi bawahan, rekan, atau atasan untuk
mendukung perubahan yang diusulkan. Adapun perilaku yang tersebut
-
53
meliputi rational persuasion, inspirational appeals, collaboration, dan
consultation.
3.4 Subjek Eksperimen
Partisipan dalam eksperimen terdiri dari kepala penjualan di
perusahaan multinasional otomotif yang dalam keseharian bertugas untuk
melakukan penjualan dan memimpin para tenaga penjualan berjualan di
Jakarta. Partisipan secara random diklasifikasikan dalam empat kondisi
manipulasi. Masing-masing sel berisi dua puluh empat subjek secara random.
Proses randomisasi dilakukan dengan pengundian oleh eksperimenter
berdasarkan data kepala cabang. Total subjek untuk semua sel adalah
sembilan puluh enam orang kepala penjualan.
Pekerjaan kepala penjualan setiap hari adalah melakukan briefing
yang meliputi memimpin renungan kemudian dilanjutkan dengan mendengar
laporan dan rencana kerja tenaga penjualan dalam sehari. Dalam sehari,
kepala penjualan akan membantu para tenaga penjualan yang mengalami
kesulitan penjualan dan melakukan coaching. Selain itu, kepala penjualan
melakukan pekerjaan administrasi dan sore harinya memimpin untuk
mendengarkan laporan para tenaga penjualan dalam menjalankan tugas
seharian. Penilaian kinerja para tenaga penjualan diukur dari penjualan dan
cara kepemimpinannya. Tugas keseharian ada di cabang dan memiliki anak
buah (tenaga penjualan) antara 8-18 orang.
3.5 Karakteristik Responden
Karakteristik responden ini dibutuhkan untuk dapat mengetahui
kondisi responden supaya memiliki gambaran yang jelas sehingga membantu
dalam melakukan eksperimen dan analisis. Karakteristik responden yang
diteliti dalam penelitian ini mencakup jenis kelamin, usia, jabatan, dan lama
bekerja. Hasil analisis karakteristik responden disajikan dalam tabel berikut
ini.
-
54
Tabel 3.2 Deskripsi Karakteristik Responden
Keterangan
MANIPULASI Total
Coaching
Transformasional
Coaching
Transaksional
Tanpa Coaching
Transformasional
Tanpa
Coaching
Transaksional
A B C D
Jenis Kelamin:
Laki-laki 23 23 23 24 93
Perempuan 1 1 1 0 3
Usia:
21-25 thn 0 0 0 1 1
26-30 thn 6 9 5 6 26
31-35 thn 12 9 13 10 44
36-40 thn 6 6 5 7 24
41-45 thn 0 0 1 0 1
Jabatan:
Kepala
Penjualan 24 24 24 24 96
Lama Kerja:
0-2 thn 5 12 7 6 30
3-5 thn 12 9 10 5 36
6-8 thn 5 2 5 7 19
9-11 thn 2 1 2 5 10
12-14 thn 0 0 0 1 1
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2016
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 96 partisipan. Dengan masing–
masing karakteristik yang berbeda. Partisipan pria sebanyak 93 orang dan
wanita 3 orang, paling banyak berusia 21-45 tahun dengan jabatan kepala
penjualan 96 orang dan paling lama kerja 0-14 tahun.
3.6 Tatanan Eksperimen
Instrumen eksperimen meliputi materi kasus dan daftar pertanyaan
untuk demografi subjek, pengecekan manipulasi, dan pengukuran variabel
dependen. Keseluruhan instrumen, pengukuran, dan pertanyaan yang
digunakan dalam riset ini melalui beberapa proses yaitu melakukan
wawancara dengan praktisi, diskusi perorangan, diskusi kelompok fokus
-
55
(focus group discussion/ FGD), dan uji coba dalam kelompok kecil (pilot
test).
Pilot test dilakukan beberapa kali untuk menguji tipe kepemimpinan
dalam bentuk video. Subjek diminta memberikan penilaian atas dua jenis tipe
kepemimpinan yang disajikan dalam video. Tipe pemimpin diberikan dalam
gambaran seorang pemimpin yang transformasional dan transaksional.
Visualisasi gambar pemimpin menggunakan figur pemimpin nasional yang
sudah dikenal masyarakat luas. Pilot test juga dilakukan untuk menguji
instrumen executive coaching berupa kata-kata yang disajikan dalam email.
Kata-kata yang disajikan harus mencerminkan tipe kepemimpinan yang
dimanipulasi
Eksperimen dilakukan dengan urutan sebagai berikut:
1. Subjek eksperimen yaitu kepala penjualan dikumpulkan dalam suatu
workshop yang diselenggarakan pada minggu pertama. Workshop
merupakan agenda rutin perusahaan otomotif untuk membekali para
kepala penjualan berbagai teknik penjualan dan untuk mendapatkan
feedback. Kepala penjualan dibagi dalam dua kelompok besar yaitu
mendapat materi MSF yang dipandu coach dengan tipe transformasional
dan coach dengan tipe transaksional. Dalam hal ini, coach dengan tipe
transformasional melakukan proses percakapan dengan cara banyak
mendengar dan bertanya, sehingga terjadi diskusi serta menggali
kebutuhan peserta, sedangkan coach transaksional cenderung berbicara
tentang target dan arahan untuk mencapai goal yang sudah ditetapkan.
Workshop diselenggarakan selama satu hari. Pada workshop dilakukan
pengukuran pretest untuk mengukur kinerja kepala penjualan dalam
bentuk taktik pengaruh proaktif.
2. Pada hari berikutnya, minggu kedua, ketiga, keempat, dan kelima, kepala
penjualan menjalankan tugas sehari-hari dan eksperimenter melakukan
coaching berbantuan email pada kelompok manipulasi. Tipe
kepemimpinan diberikan dalam bentuk kata-kata dan membedakan
-
56
antarkepemimpinan dengan bentuk huruf ketika melakukan coaching.
Contoh dalam kata-kata di email yaitu tipe kepemimpinan
transformasional mengawali dengan kata-kata sapaan, bertanya tentang
program atau kegiatan yang akan dilakukan, perencanaan, dan
komitmennya. Pertanyaaan dengan huruf biasa dan cenderung pada
proses, sedangkan coach tipe kepemimpinan transaksional kata-katanya
menggunakan huruf kapital serta selalu mempertanyakan target dan hasil.
3. Pada kelompok kontrol, pada hari berikutnya, minggu kedua, ketiga,
keempat, dan kelima melakukan tugas rutin seperti biasa dan tidak
mendapat coaching.
4. Pada minggu keenam, diadakan evaluasi hasil executive coaching dalam
bentuk posttest.
Secara bagan dapat ditunjukkan proses eksperimen adalah sebagai
berikut:
-
57
Gambar 3.1 Proses Eksperimen
Proses eksperimen dimulai dengan tahapan melakukan persiapan dan
pra eksperimen yang meliputi berbagai persiapan untuk pembuatan email,
materi pertanyaan-pertanyaan coaching, noncoaching, dan melakukan uji
coba atas materi yang dipakai dalam eksperimen.
-
58
Tabel 3.3 Tahapan Persiapan Eksperimen
Persiapan eksperimen sebagai berikut:
Persiapan eksperimen dimulai dengan tahapan pra eksperimen dengan
melakukan workshop. Tahapan ini membutuhkan diskusi dengan berbagai
pihak yaitu para pembimbing, para ahli yang telah melakukan penelitian
dengan menggunakan metode eksperimen, pihak perusahaan dan para
pimpinan yang terkait serta tim ILDC. Hal ini dilakukan dengan teliti dan
melibatkan tim untuk mendapatkan feedback dan dikonsultasikan kepada ahli
eksperimen supaya prosesnya sesuai dengan prosedur yang semestinya.
Selanjutnya, memasuki tahap 2 yaitu pra eksperimen sbb:
No Tanggal Kegiatan
1 1-12 September Pembuatan kuesioner
Pembuatan email:
2 7-8 Oktober Kuesioner di ujicobakan di cabang
Nissan Datsun pada sales head dan key
account head di area 2 (Jawa Tengah,
Jawa Barat, dan DIY)
Menyusun acara workshop, materi, dan
para pembicaranya.
Pengiriman undangan kepada branch
head di area 1 (Jabotabek) untuk
mengutus sales head dan key account
head hadir dalam workshop yang
diselenggarakan ILDC.
10-15 Oktober Penyusunan kalimat virtual coaching
dan noncoaching
Memersiapkan tim ILDC menjadi coach
karena sudah mengikuti training
coaching for great performance
mailto:[email protected]
-
59
Tabel 3.4 Tahapan Pra Eksperimen
No Tanggal Kegiatan
1 20 Oktober Pelaksanaan workshop sales head dan
key account head, dibagi menjadi dua
tahap 1 yaitu pukul 08.30 – 12.30 dan
tahap 2 pukul 13.00 – 17.00. Tempat
pelaksanaan di Wisma Indomobil 1.
Workshop diisi dengan 3 materi :
1. Penjelasan program ILDC 2. Program PMS 3. Program delivery mobil dan DMS 4. Pengisian kuesioner Mengirimkan kuesioner kepada
branch head area 1 tentang teknik
pengaruh proaktif. Tujuan untuk
penilaian terhadap sales head dan key
account head sebagai titik sama
dalam pretest. Penilaian
dikembalikan pada hari yang sama.
3.7 Teknik Analisis
Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini diperlukan
untuk mengolah data menjadi suatu informasi yang mudah dipahami dan
bermanfaat untuk menjawab tujuan penelitian yang telah dirumuskan. Pada
tahap awal disajikan statistik deskriptif dari karakteristik demografi subjek
yang terdiri jenis kelamin, masa kerja, usia, pendidikan terakhir, dan tingkat
produktivitas. Eksperimen dengan individu sebagai subjek, kemungkinan
terdapat perbedaan yang besar dalam respon tiap orang atas manipulasi yang
sama. Variabilitas antarindividu menjadi bagian dari experimental error
dalam beberapa kasus, sehingga secara signifikan meningkatkan error mean
square. Hal tersebut mengakibatkan sulit mendeteksi perbedaan manipulasi
secara nyata antarsubjek (Montgomery, 2003). Upaya untuk mengatasi hal
tersebut, pada tahap pertama dilakukan uji perbedaan karakteristik individual
(jenis kelamin, usia, masa kerja, pendidikan terakhir, dan tingkat
produktivitas untuk mengetahui ekuivalensi antargrup dengan ANOVA satu
-
60
arah. Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari dua
pendekatan, yaitu:
3.7.1. Teknik Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai
kecenderungan jawaban responden atas variabel-variabel penelitian. Analisis
deskriptif yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi dua pendekatan, yaitu
frequency dan index. Analisis deskriptif dengan pendekatan frequency
dilakukan dengan menghitung frekuensi dan persentase pada data jenis
kelamin, masa kerja, usia, pendidikan terakhir, dan tingkat produktivitas.
Analisis deskriptif dengan pendekatan nilai index dilakukan untuk
mendapatkan gambaran mengenai jawaban responden mengenai variabel-
variabel penelitian yang digunakan. Analisis ini dilakukan dengan
menggunakan teknik Analisis Indeks, untuk menggambarkan persepsi
responden atas item-item pertanyaan yang diajukan.
Teknik skoring yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
minimum 1 dan maksimum 10, maka perhitungan indeks jawaban responden
dilakukan dengan rumus sebagai berikut:
Nilai Indeks = ((%F1x1)+(%F2x2)+(%F3x3)+(%F4x4)+(%F5x5)
+(%F6x6)+(%F7x7)+(5F8x8)+(5F9x9)+(5F10x10))/10
Dimana:
F1 = frekuensi responden yang menjawab 1
F2 = frekuensi responden yang menjawab 2
Dst, F10 = frekuensi responden yang menjawab 10
Oleh karena itu angka jawaban tidak berangkat dari angka 0 (nol)
tetapi mulai angka 1 hingga 10, maka indeks yang dihasilkan akan berangkat
dari angka 10 hingga 100 dengan rentang sebesar 90, tanpa angka 0 (nol).
Dengan menggunakan kriteria tiga kota (three box method) maka rentang
sebesar 90 dibagi tiga yang menghasilkan rentang sebesar 30 yang akan
digunakan sebagai dasar interpretasi nilai indeks. Adapun kategori nilai
indeks yang dihasilkan adalah :
-
61
10,00 – 40,00 = rendah
40,01 – 70,00 = sedang
70,01 – 100,00 = tinggi
3.7.2. Teknik Analisis Inferensial
Pendekatan analisis inferensial diperlukan dalam penelitian ini untuk
membuktikan hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini dengan
menggunakan data sampel. Berpijak pada tujuan penelitian dan hipotesis
penelitian maka teknik analisis inferensial yang digunakan dalam penelitian
ini adalah dengan menggunakan uji komparatif. Adapun tahapan yang
dilakukan pada pengujian komparatif adalah sebagai berikut:
1. Menentukan Normalitas Data
Langkah pertama yang dilakukan adalah untuk mengetahui sebaran
atau distribusi penelitian apakah memenuhi asumsi normalitas atau tidak.
Pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan Uji Kolmogorov
Smirnov dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
a. Jika nilai signifikansi > 0,05, artinya data penelitian mengikuti sebaran
normal atau data memenuhi asumsi normalitas
b. Jika nilai signifikansi < 0,05, artinya data penelitian tidak mengikuti
sebaran normal atau data tidak memenuhi asumsi normalitas.
2. Uji Komparatif
Mengacu pada hasil uji normalitas data maka terdapat dua pendekatan
uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis komparatif, yaitu:
a. Uji Independent Sample t-Test
Uji Independent Sample t-Test dilakukan untuk menguji apakah
terdapat perbedaan antara tipe kepemimpinan transformasional dan
transaksional. Uji Independent Sample t-Test ini digunakan jika data
memenuhi asumsi normalitas. Adapun langkah pengujian adalah sebagai
berikut:
1) Pengujian Levene's Test for Equality of Variances
-
62
Dilakukan untuk menentukan apakah pengujian hipotesis dilakukan
pada data dengan distribusi variance yang sama atau berbeda. Pengujian
dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:
a) Jika nilai signifikansi > 0,05 maka artinya distribusi varians adalah sama
sehingga pengujian hipotesis dilakukan pada output equal variances
assumed
b) Jika nilai signifikansi < 0,05 maka artinya distribusi varians adalah
berbeda sehingga pengujian hipotesis dilakukan pada output equal
variances not assumed.
2) Uji Komparatif
Uji komparatif atau uji beda dilakukan dengan menganalisis nilai
signifikansi dengan kriteria sebagai berikut:
a) Jika nilai signifikansi < 0,05 artinya terdapat perbedaan antara
pengamatan pada objek satu dengan objek lainnya
b) Jika nilai signifikansi > 0,05 artinya tidak terdapat perbedaan antara
pengamatan pada objek satu dengan objek lainnya.
b. Uji Paired t-Test
Uji Paired t-Test dilakukan untuk membuktikan efektivitas suatu
perlakuan pada objek yang belum diberi perlakuan dengan yang diberi
perlakukan. Uji Paired t-Test digunakan jika distribusi data penelitian
memenuhi asumsi normalitas dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
a) Jika nilai signifikansi < 0,05 artinya terdapat perbedaan sebelum
perlakukan dengan sesudah perlakuan
b) Jika nilai signifikansi > 0,05 artinya tidak terdapat perbedaan sebelum
perlakuan dengan sesudah perlakukan.
c. Uji Wilcoxon
Uji Wilcoxon dilakukan untuk membuktikan efektivitas suatu
perlakuan pada objek yang belum diberi perlakuan dengan yang diberi
perlakukan jika distribusi data penelitian tidak memenuhi asumsi normalitas.
Uji Wilcoxon dilakukan dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
a) Jika nilai signifikansi < 0,05 artinya terdapat perbedaan sebelum
perlakukan dengan sesudah perlakuan.
-
63
b) Jika nilai signifikansi > 0,05 artinya tidak terdapat perbedaan sebelum
perlakuan dengan sesudah perlakukan.
-
64